PERDARAHAN GASTROINTESTINAL
Oleh :
Hanifah Astrid Ernawati
G99131041
G99131057
Pratiwi Prasetya P.
G99131064
Irene Yunita P.
G99131043
G99131024
Pembimbing :
dr. Sulistyani K, M.Sc., Sp. Rad
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan saluran cerna sering ditemukan di masyarakat. Gejalanya dapat
bermacam-macam dari perdarahan yang tidak terlihat hingga perdarahan masif. Hal
yang paling cepat harus ditemukan adalah menentukan beratnya perdarahan.
Hematemesis menunjukkan perdarahan dari saluran cerna bagian atas, proksimal dari
ligamentum Treitz. Melena adalah akibat perdarahan saluran cerna bagian atas,
meskipun demikian perdarahan dari usus halus atau kolon bagian kanan, juga dapat
menimbulkan melena.
Perdarahan Saluran Cerna adalah salah satu penyakit yang sering dijumpai.
Berbagai kondisi pasien yang datang dengan perdarahan sluran cerna bermacammacam dari yang berkondisi stabil hingga keadaan gawat darurat.
Dewasa ini insidensi perdarahan saluran cerna telah menurun, tetapi angka
kematian dari perdarahan akut saluran cerna, masih berkisar 3 % hingga 10 %, dan
belum ada perubahan selam 50 tahun terakhir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Mulut
1. Mulut adalah permulaan saluran pencernaan. Fungsi rongga mulut:
Mengerjakan pencernaan pertama dengan jalan mengunyah
Untuk berbicara
Bila perlu, digunakan untuk bernafas.
2. Pipi dan bibir
Mengandung otot-otot yang diperlukan dalam proses mengunyah dan bicara,
disebelah luar pipi dan bibir diselimuti oleh kulit dan disebelah dalam
diselimuti oleh selaput lendir (mukosa).
3. Gigi
Terdapat 2 kelompok yaitu gigi sementara atau gigi susu mulai tumbuh
pada umur 6-7 bulan dan lengkap pada umur 2 tahun jumlahnya 20
buah dan gigi tetap (permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun
jumlahnya 32 buah.
Fungsi gigi: gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring untuk
memutuskan makanan yang keras dan liat dan gigi geraham untuk
Untuk membersihkan gigi serta rongga mulut antara pipi dan gigi
Mencampur makanan dengan ludah
Untuk berbicara
Untuk mengecap manis, asin dan pahit
Untuk merasakan dingin dan panas.
%
6. Ada 2 jenis pencernaan didalam rongga mulut:
Pencernaan mekanik
Pencernaan kimiawi
Lapisan epitel mukosa lambung terdiri dari sel mukus tanpa sel goblet.
Kelenjar bervariasi strukturnya sesuai dengan bagiannya. Pada bagian cardiac
kelenjar terutama adalah sel mukus. Pada bagian fundus dan corpus kelenjar
mengandung sel parietal yang mensekresi HCl dan faktor intrinsik, dan chief
cell mensekresi pepsinogen. Bagian pilorus mengandung sel G yang
mensekresi gastrin.
Mukosa lambung dilindungi oleh berbagai mekanisme dari efek erosif asam
lambung. Sel mukosa memiliki permukaan apikal spesifik yang mampu
menahan difusi asam ke dalam sel. Mukus dan HCO3 dapat menetralkan asam
di daerah dekat permukaan sel. Prostaglandin E yang dibentuk dan disekresi
oleh mukosa lambung melindungi lambung dan duodenum dengan
merangsang peningkatan sekresi bikarbonat, mukus lambung, aliran darah
mukosa, dan kecepatan regenarasi sel mukosa. Aliran darah mukosa yang
bagus, iskemia dapat mengurangi ketahanan mukosa.4
Molekul sederhana seperti besi, alkohol, dan glukosa dapat diabsorbsi dari
lambung.5
V. Usus halus
Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa
Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari. Lambung
melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna
oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal
kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. 2
2. Jejunum
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam
tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni
berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan
dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri.
Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan
secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang
berarti lapar dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari
bahasa Laton, jejunus, yang berarti kosong. 2
3. Ileum
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar
2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan
oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit
basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam
empedu.3
VI.
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
Kolon asendens (kanan)
Kolon transversum
Kolon desendens (kiri)
Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus
besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
VII.
Sekum
Sekum (Bahasa Latin: caecus, buta) dalam istilah anatomi adalah suatu
kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari
usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.
Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora
eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan
oleh umbai cacing. 2
IX.
Rektum
Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir
di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi,
yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum
akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan
defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke
usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak
terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. 2
X.
Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah
keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan
sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphincter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar
BAB), yang merupakan fungsi utama anus. 2
XI.
Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting
seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan
erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna
protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam
bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif.
Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas
juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi
duodenum dengan cara menetralkan asam lambung. 3
XII.
Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki
berbagai
fungsi,
beberapa
diantaranya
berhubungan
dengan
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan
pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke
dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya
masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluhpembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan
proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat
gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum. 2
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan
kolesterol. 5
B.
Tabel 1. Penyebab tersering perdarahan SCBA pada pasien yang menjalani endoskopi
di RSCM selama tahun 2001 2005
Penyebab
Pecahnya varises esofagus
Perdarahan ulkus peptikum
Gastritis erosiva
Tidak ditemukan
Lain lain
Total
Jumlah kasus
280 kasus
225 kasus
219 kasus
38 kasus
45 kasus
807 kasus
Persentase
33.4 %
26.9 %
26.2 %
4.5 %
9%
100 %
mukosa yang utuh, prostaglandin, musin atau mukus yang cukup tebal,
sekresi bikarbonat, motilitas yang normal, impermeabilitas mukosa
terhadap ion H+ dan regulasi pH intra sel.
Penyebab varises esofagus merupakan yang terbanyak di Indonesia,
disebabkan oleh penyakit sirosis hati.Sirosis hati di Indonesia masih
banyak disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B dan hepatitis C.Varises
esofagus adalah vena collateral yang berkembang sebagai hasil dari
hipertensi sistemik ataupun hipertensi segmental portal. Saat ini, faktorfaktor terpenting yang bertanggung jawab atas terjadinya perdarahan
varises adalah: tekanan portal, ukuran varises, dinding varises dan
tegangannya, dan tingkat keparahan penyakit hati.
Pada gagal hepar seperti sirosis hepatis kronis, kematian sel dalam
hepar mengakibatkan peningkatan tekanan vena porta.Sebagai akibatnya
terbentuk saluran kolateral dalam submukosa esophagus dan rektum serta
pada dinding abdomen anterior untuk mengalihkan darah dari sirkulasi
splenik menjauhi hepar.Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini,
maka vena tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh
darah dan timbul varises.Varises bisa pecah, mengakibatkan perdarahan
gastrointestinal masif.Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangan darah
tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung dan penurunan curah
jantung. Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka akan mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan.
Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan
mekanisme
kompensasi
untuk
mencoba
mempertahankan
disfungsi
seluler.
Sel-sel
akan
berubah
menjadi
Laserasi
seringkali
juga
menyebabkan
perdarahan
arteri
d. Manifestasi Klinik
Saluran cerna bagian atas merupakan tempat yang sering mengalami
perdarahan. Dari seluruh kasus perdarahan saluran cerna sekitar 80%
sumber perdarahannya berasal dari esofagus,gaster dan duodenum.7
coffee ground.
Melena: Kotoran (feses) yang berwarna gelap yang dikarenakan
kotoran bercampur asam lambung, biasanya mengindikasikan
perdarahan saluran cerna bagian atas, atau perdarahan daripada
usus-usus ataupun colon bagian kanan dapat juga menjadi sumber
lainnya.
Penampilan klinis lainnya yang dapat terjadi adalah anemia,
sinkope,
gambaran
instabilitas
klinis
hemodinamikkarena
dari
komorbid
hipovolemik
seperti
penyakit
dan
hati
yang keluar
Riwayat perdarahan sebelumnya
Riwayat perdarahan dalam keluarga
Ada tidaknya perdarahan dibagian tubuh lain
Penggunaan obat-obatan terutama antiinflamasi nonsteroid dan
antikoagulan
6. Kebiasaan minum alkohol
7. Mencari kemungkinan adanya penyakit hati kronis, demam
berdarah, demam tifoid, GGK, DM, hipertensi, alergi obatobatan
8. Riwayat transfusi sebelumnya
b. Pemeriksaan Fisik
Adanya stigmata penyakit hati kronik, suhu badan dan perdarahan
di tempat lain, tanda-tanda Langkah awal menentukan beratnya
perdarahan
dengan
memfokuskan
status
hemodinamiknya.
Pemeriksaan meliputi:
Tekanan darah dan nadi posisi baring
Perubahan ortostatik tekanan darah dan nadi
Ada tidaknya vasokonstriksi perifer ( akral dingin )
Kelayakan nafas
Tingkat kesadaran
Produksi urin.
Perdarahan akut dalam jumlah besar melebihi 20 %
volume
1.
2.
3.
4.
1) Endoskopi
Dalam
prosedur
diagnosis
ini
pemeriksaan
endoskopi
gastropati kongestif
Duodenum :Ulkus,erosi,tumor,divertikulitis
SCBA
dengan
frekuensi
sekitar
50%.Walaupun
relative
tidak
berubah.
Hal
ini
dikarenakan
perdarahan
Forrest III : Perdarahan berhenti tanpa sisa perdarahan
Gambar 6. Gambaran endoskopi pada pasien duodenal ulcer dengan test H.Pylori
positif tetapi tidak ada riwayat penggunaan NSAIDs (Vakil, N., 2010)
Gambar 7. Gambaran endoskopi dari esophageal varices (Shah, V.H., et al., 2010)
Gambar 8. Gambaran endoskopi pada pasien Mallory-Weiss Tear (Savides, T.J., et al.,
2010)
2) Angiography
Angiography
menatalaksana
dapat
digunakan
perdarahanberat,
untuk
khususnya
mendiagnosa
ketika
dan
penyebab
klinik
umumnya
Aspirasi nasogatrik
Rasio (BUN/kreatinin)
Auskultasi Usus
Perdarahan SCBA
pada Hematemesis dan atau melena
Berdarah
Meningkat > 35
hiperaktif
Perdarahan SCBB
Hematokezia
Jernih
< 35
Normal
Penatalaksanaan
Stabilisasi Hemodinamik pada Perdarahan Saluran Cerna
Pada kondisi hemodinamik tidak stabil, berikan infus cairan kristaloid
(misalnya cairan garam fisiologis dengan tetesan cepat dengan menggunakan dua
jarum berdiameter besar (minimal 16 G) dan pasang monitor CVP (central venous
pressure); tujuannya memulihkan tanda-tanda vital dan mempertahankan tetap stabil.
Biasanya tidak sampai memerlukan cairan koloid (misalnya dekstran) kecuali pada
kondisi hipoalbuminemia berat. Secepatnya kirim pemeriksaan darah untuk
menentukan darah golongan darah, kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit,
leukosit. Adanya kecurigaan diatesis hemoragik pelu ditindaklanjuti dengan
melakukan test rumple-leed, pemeriksaan waktu perdarahn, waktu pembekuan,
retraksi bekuan darah, PPT dan aPTT.
Kapan transfusi darah diberikan sifatnya sangat individual tergantung dengan
jumlah darah yang hilang, perdarahan masih aktif atau sudah berhenti, lamanya
c. Vasopressin
Vasopressin dapat menghentikan perdarahan SCBA lewat efek vasokonstriksi
pembuluh darah splanknik, menyebabkan aliran darah dan tekanan vena porta
melihat. Digunakan di klinik untuk perdarahan akut varises esofagus sejak
1953. Pernah dicobakan pada perdarahan non varises, namun berhentinya
perdarahan tidak berbeda dengan plasebo. Terdapat dua bentuk sediaan, yakni
pitresinyang mengandung vasopressin murni dan preparat pituitari gland yang
mengandung vasopressin dan oksitosin. Pemberiaan vasopressin dilakukan
dengan mengencerkan sediaan vasopressin 50 unit dalam 100 ml dekstrose 5%,
diberikan 0,5-1 mg/menit/IV selama 20-60 menit dan dapat diulang tiap 3
sampai 6 jam; atau setelah pemberian pertama dilanjutkan per infus 0,1-0,5
U/menit.
Terapi endoskopi yang relatif murah dan tanpa banyak peralatan pendukung
ialah penyuntikan submukosa sekitar titik perdarahan dengan menggunakan adrenalin
1 : 10000 sebanyak 0,5-1 ml tiap kali suntik dengan batas dosis 10 ml atau alkohol
absolut (98%) tidak melebihi 1 ml. Penyuntikan bahan sklerosan sepert alkohol
absolut atau polidoklonal umumnya tidak dianjurkan karena bahaya timbulnya tukak
atau perforasi akibat nekrosis jaringan dilokasi penyuntikan. Keberhasilan terapi
endoskopi dalam menghentikan perdarahan bisa mencapai di atas 95% dan tanpa
terapi tambahan lainnya perdarahan ulang frekuensinya sekitar 15-20%.
Hemostasis endoskopi merupakan terapi pilihan pada perdarahan karena varises
esofagus.Ligasi varises merupakan pilihan pertama untuk mengatasi perdarahan
varises esofagus.Dengan ligasi varises dapat dihindari efek samping akibat
pemakaian sklerosan, lebih sedikit frekuensi terjadinya ulserasi dan striktur. Ligasi
dilakukan mulai distal mendekati kardia bergerak spiral setiap 1-2 cm. Dilakukan
pada varises yang sedang berdarah atau bila ditemukan tanda baru mengalami
perdarahan seperti bekuan yang melekat, bilur-bilur merah, noda hematokistik, vena
pada vena. Skleroterapi endoskopi sebagai alternative bila ligasi endoskopi sulit
dilakukan karena perdarahan yang massif, terus berlangsung, atau teknik tidak
memungkinkan. Sklerosan yang bisa digunakan antarla lain campuran sama banyak
polidokanol 3%, NaCl 0,9% dan alkohol absolut. Campuran dibuat sesaat sebelum
skleroterapi dikerjakan. Penyuntikan dimulai dari bagian paling distal mendekati
kardia dilanjutkan ke proksimal bergerak spiral sampai sejauh 5cm. Pada perdarahan
varises lambung dilakukan penyuntikan cyanoacrylate, skleroterapi untuk varises
lambung kurang baik.13
Terapi Radiologi
Terapi angiografi perlu pertimbangkan bila perdarahan tetap berlangsung dan
belum bisa ditentukan asal perdarahan, atau bila terapi endoskopi dinilai gagal dan
pembedahan sangat berisiko.Tindakan hemostasis yang bisa dilakukan dengan
penyuntikan vasopressin atau embolisasi arterial. Bila dinilai tidak ada kontra indikasi
pengobatan.Setelah
letak
perdarahan
terlokalisir,
pilihan
darah segar per anum/per rektal yang bersifat akut, transient, berhenti sendiri,
dan tidak mempengaruhi hemodinamik
a. Gambaran Klinis
Perdarahan SCBB dapat bermanifestasi dalam bentuk hematoskezia,
maroon stool, melena, atau perdarahan tersamar.
Hematoskezia adalah:
Darah segar yang keluar lewat anus/rektum. Hal ini merupakan
manifestasi klinis perdarahan SCBB yang paling sering. Sumber
perdarahan pada umumnya berasal dari anus, rektum, atau kolon bagian
kiri (sigmoid atau kolon descendens), tetapi juga dapat berasal dari usus
kecil atau saluran cerna bagian atas (SCBA) bila perdarahan tersebut
berlangsung masif (sehingga sebagian volume darah tidak sempat kontak
dengan asam lambung) dan masa transit usus yang cepat.
Maroon stool:
Darah yang berwarna merah hati (kadang bercampur dengan melena)
yang biasanya berasal dari perdarahan di kolon bagian kanan (ileo-caecal)
atau juga dapat dari SCBA/usus kecil bila waktu transit usus cepat.
Melena
Buang air besar atau feses yang berwarna hitam seperti kopi (bubuk
kopi) atau seperti ter (aspal), berbau busuk dan hal ini disebabkan
perubahan hemoglobin menjadi hematin. Perubahan ini dapat terjadi
akibat kontak hemoglobin dengan asam lambung (khas pada perdarahan
SCBA) atau akibat degradasi darah oleh bakteri usus. Misalnya pada
perdarahan yang bersumber di kolon bagian kanan yang disertai waktu
transit usus yang lambat. Perdarahan SCBB akan tersamar bila jumlah
darah sedikit sehingga tidak mengubah warna feses yang keluar.
bermanifestasi
sebagai
hematoskezia,
sehingga
dapat
rektum). Pemeriksaan fisis abdomen untuk menilai ada tidaknya rasa nyeri
tekan (iskemia mesenterial), rangsang peritoneal (divertikulitis), massa
intraabdomen (tumor kolon, amuboma, penyakit Crohn). Pemeriksaan
sistemik lainnya: adanya artritis (inflammatory bowel disease), demam
(kolitis infeksi), gizi buruk (kanker), penyakit jantung koroner (kolitis
iskemia).
f. Laboratorium
Segera harus dinilai adalah kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit,
dan kalau sarana lengkap waktu protrombin. Laboratorium lain sesuai
indikasi. Penilaian hasil laboratorium harus disesuaikan dengan keadaan
klinis yang ada. Penilaian kadar hemoglobin dan hematokrit, misalnya
pada perdarahan akut dan masif, akan berdampak pada kebijakan pilihan
jenis darah yang akan diberikan pada proses resusitasi.
g. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
Pemeriksaan ini sangat tergantung pada keadaan klinis pasien waktu
masuk rumah sakit, penyebab atau lesi sumber perdarahan, perjalanan
penyakit pasien dan tidak kalah pentingnya adalah sarana diagnostik
penunjang yang tersedia. Secara teori, modalitas sarana pemeriksaan
anoskopi, sigmoidoskopi, kolonoskopi, enteroskopi, barium enema (colon
in loop), angiografi/artereriografi, blood flow scintigraphy, dan operasi
laparatomi eksplorasi dapat digunakan untuk mengidentifikasi lesi sumber
perdarahan dan diagnosis penyakitnya. Tidak jarang modalitas diagnostik
ini dapat dipakai sekaligus untuk terapi (endoskopi terapeutik, embolisasi
pada waktu arteriografi). Masing-masing modalitas diagnostik ini
mempunyai kelebihan dan kekurangan dibandingkan modalitas lainnya.
Misalnya pada perdarahan yang berlangsung masif, peran kolonoskopi
akan terhambat oleh sulitnya memperoleh lapang pandang yang akurat
eksplorasi
diagnostik
sumber
perdarahan
relatif
tidak
hasil
yang
diharapkan
dicapai
bila
menghadapi
kasus
Sigmoidoskopi
Perdarahan dari sigmoid (misalnya tumor sigmoid) masih
mungkin dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan ini dengan hanya
proses
operasi
secara
langsung
dapat
dapat
dilakukan
identifikasi
sumber
perdarahan
per
perdarahan
SCBB
tentunya
akan
bervariasi
Medikamentosa
Pada
keadaan
perdarahan
akut,
adanya
gangguan
dan
angiodisplasia.
Hanya
harus
diwaspadai
efek
Biasanya perdarahan tanpa rasa nyeri, merah segar atau maroon stool, sering
bersumber dari kolon bagian kanan. Pada umumnya spontan berhenti dan
tidak ada terapi medikamentosa yang spesifik pada sebagian besar kasus.
Kekerapan semakin meningkat sesuai umur.
Divertikulum Meckel
Biasanya teridentifikasi dengan teknik pemeriksaan skintigrafi. Terapi
surgikal merupakan pilihan pertama.
Tumor Kolon
Perdarahan biasanya sedikit, bercampur feses, bersifat kronik. Jarang
menimbulkan permasalahan diagnostik dan terapeutik emergensi.
Kolitis Iskemik
Harus dipertimbangkan sebagai penyebab hematoskezia, terutama pada usia
lanjut atau terdapat gangguan koagulasi atau trombosis. Pada umumnya
bermanifestasi bersamaan dengan nyeri perut, terutama setelah makan. Terapi
pilihan sesuai dengan penyakit dasarnya.
Kolitis Radiasi
Adanya riwayat radiasi (terutama radiasi internal pada karsinoma serviks),
harus dipertimbangkan adanya perdarahan SCBB akibat proktitis radiasi.
Pengobatannya masih mengecewakan. Steroid dan sukralfat enema dapat
dipakai dengan hasil yang bervariasi.
Inflammatory Bowel Disease
Secara medikal diusahakan dengan 5-ASA dan steroid. Bila perdarahan hebat
dapat dilakukan operasi kolektomi.
Kolitis Infeksi
BAB III
KESIMPULAN
A. SIMPULAN
Identifikasi letak perdarahan adalah langkah awal yang paling
penting dalam pengobatan.Setelah letak perdarahan terlokalisir, pilihan
pengobatan dibuat secara langsung dan kuratif. Meskipun metode
diagnostik untuk menentukan letak perdarahan yang tepat telah sangat
meningkat dalam 3 dekade terakhir, 10-20% dari pasien dengan
perdarahan saluran cerna bagian bawah tidak dapat dibuktikan sumber
perdarahannya. Oleh karena itu, masalah yang kompleks ini
membutuhkan evaluasi yang sistematis dan teratur untuk mengurangi
persentase kasus perdarahan saluran cerna yang tidak terdiagnosis dan
tidak terobati.
B. SARAN
Sebaiknya sebagai tenaga kesehatan, terutama dokter layanan
primer yang akan menjadi lini pertama pelayanan kesehatan, memiliki
pengetahuan, kemampuan dalam pemanfaatan pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan radiologis guna membantu menegakkan diagnosis
dan memberikan penanganan yang optimal bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Makanan
Diet
Sehat,
sistem
pencernaan
manusia.
Available
from: