Anda di halaman 1dari 131

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

REGIONAL
Provinsi Jambi

Triwulan II - 2014

Kantor Perwakilan Bank Indonesia


Provinsi Jambi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi


Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura
JAMBI
Telp
: 0741 - 62445
Fax
: 0741 62112
Webiste
: http://www.bi.go.id

Visi Bank Indonesia


Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis
yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.

Misi Bank Indonesia


1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber
pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas
perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi
terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan
memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung
tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance)
yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia


Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau
berperilaku yaitu Trust and Integrity, Profesionalism, Excellence, Public Interest, Coordination
and Teamwork.

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi


Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan
kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi


Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem
keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk
mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan
berkesinambungan.

Halaman ini sengaja dikosongkan


This page is intentionally blank

KATA PENGANTAR
Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Jambi
triwulan II-2014 dapat diselesaikan dengan baik. KEKR merupakan salah satu terbitan periodik
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi
dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun
eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan
terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh
masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KEKR mencakup
beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan dan
sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini
juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah.
Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, perekonomian Jambi pada triwulan II-2014
menunjukkan perlambatan yaitu dari 8,79% (yoy) menjadi 7,48% (yoy). Pergerakan pertumbuhan
ekonomi di Jambi lebih tinggi dibandingkan dengan perekonomian nasional yang tumbuh 5,12%.
Perekonomian Jambi selama tahun II-2014 menghasilkan output Rp24,13 triliun atau 0,97% dari
perekonomian Indonesia (Rp2.480,8 triliun). Dari sisi harga, kota Jambi mengalami inflasi 6,47%
(yoy) lebih rendah dari triwulan lalu 7,51% (yoy) dan inflasi nasional 6,70% (yoy).Sementara itu
inflasi Bungo pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 4,58% (yoy). Perkembangan perbankan juga
menunjukkan peningkatan dari sisi aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit. Loan to
Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor juga cukup baik yaitu sebesar 111,48%
Sementara itu, kualitas kredit bank umum masih berada pada level yang aman, ditunjukkan oleh
angka Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,46%. Pembenahan sektor riil secara terus menerus
diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka
meningkatkan investasi.
Dalam penyusunan KEKR triwulan II-2014 kami banyak memperoleh support dari dinasdinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu,
kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Semoga
kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.
Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam
meningkatkan kualitas KEKR ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk
kemakmuran masyarakat Jambi.
Jambi, Agustus 2014
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI JAMBI
V. Carlusa
Kepala Perwakilan

Halaman ini sengaja dikosongkan


This page is intentionally blank

DAFTAR ISI
Daftar Isi ... ...............................................................................................
Daftar Tabel
.........................................................................................
Daftar Grafik
.........................................................................................
Tabel Indikator Ekonomi Terpilih .....................................................................

i
iii
v
viii

Ringkasan Eksekutif .....................................................................................


BAB I.
Ekonomi Makro Regional ........................................................

1
5

A. Umum .............................................................................

B. PDRB Sisi lapangan Usaha ..................................................

1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan


Perikanan.....................................................................

2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)............

12

3. Sektor Pertambangan dan Penggalian....................... ...

12

4. Sektor Industri Pengolahan........................................ ..

13

5. Sektor-sektor Lain .................................................... ...

14

C. PDRB Sisi Penggunaan .......................................................


1. Pengeluaran Konsumsi ............................................. ...

17
18

2. Investasi ................................................................... ...

21

3. Perdagangan Eksternal.................................................

21

3.1 Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi ....................... ..

22

3.2 Impor Luar Negeri Provinsi Jambi......................... ..

24

Boks 1 Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi : Memaksimalkan


pencapaian

dan

meminimalkan

dampaknya

terhadap

inflasi...................................................................................................
BAB II.

27

Inflasi .......................................................................................

33

A. Kajian Umum

.................................................................

33

B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang .................................

35

1. Kelompok Bahan Makanan....................................... ...

38

2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan


Tembakau ........... .......................................................
41
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan
Bakar....................................................................... ....

41

4. Kelompok Sandang......................................................

42

5. Kelompok Kesehatan ............................................... ...

42

6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga............ ..

42

7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

43

C. Inflasi Kota Bungo ...............................................................

44

Boks 2.

Gambaran Pola Konsumsi Masyarakat Kota Jambi dan Bungo serta


kerentanannya terhadap inflasi berdasarkan Survei Biaya Hidup 2012

BAB III.
A.
B.

49

Perbankan Dan Sistem Pembayaran ..........................................

53

Perkembangan Kelembagaan ................................................


Bank Umum .........................................................................

53
54

1. Perkembangan Aset Bank ........................................ .........

54

2. Perkembangan Dana Masyarakat............................... ........

55

3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana..................... .........

58

4. Undisbursed Loan...................................................... ........

61

5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing


Loans (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi.............. .........

61

6. Perkembangan Kredit UMKM ................................... .........

63

C.

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ..................................................

65

D.

Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai ............

66

1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi....... .......

66

2. Penyediaan Uang Layak Edar..................................... .........

67

3. Perkembangan Jumlah Uang palsu yang Ditemukan.. .........

67

4. Perkembangan Kliring Lokal...................................... .........

68

5. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS).............. ........

69

Keuangan Pemerintah Daerah

..............................................

71

A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan II Tahun 2014 .........

71

B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan II Tahun 2014 .................

72

C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah ...............................


Ketenagakerjaan Daerah Dan Kesejahteraan .........................

73
77

A. Kemiskinan .......................................................................

77

B. Kesejahteraan ....................................................................

79

Prospek Perekonomian .............................................................

81

A. Pertumbuhan Ekonomi ......................................................

82

B. Proyeksi Inflasi ...................................................................

84

C. Rekomendasi Kebijakan .................................................. ..

87

BAB IV

BAB V

BAB VI

Boks 3.

Perspektif masyarakat terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi


Jambi Triwulan III 2014 ............................................................

93

Lampiran
Glosary

ii

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN II -2014

DAFTAR T ABEL
1.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (q-t-q)

1.2

Andil PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi


8

(yoy)

1.3

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang

14

1.4

Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran Terhadap Pertumbuhan (yoy)

17

1.5

Indeks Tendensi Konsumen

19

1.6

Realisasi Investasi PMA dan PMDN Jambi

20

2.1

Perkembangan Inflasi Kota Jambi

36

2.2

Sumbangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) serta Tahunan (y-o-y) Kota Jambi


Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa

2.3

36

Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi


Periode Triwulan II - 2014

37

2.4

Perkembangan Inflasi Kota Bungo

44

2.5

Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Bungo berdasarkan kelompok dan sub


kelompok barang dan jasa

2.6

44

Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo berdasarkan komoditi


periode Triwulanan II

2014

48

3.1

Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR Provinsi Jambi

54

3.2

Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi

56

3.3

Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik

57

3.4

Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek

58

3.5

Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi

59

3.6

Perkembangan Kredit Bank Umum berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi


Jambi

3.7

60

Tabel Undisbursed loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan


Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi

3.8

61

Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi


Jambi

3.9

63

Perkembangan System Pembayaran Melalui KPw Bank Indonesia Provinsi


Jambi

66

3.10

Perkembangan Transaksi RTGS

69

4.1

Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Triwulan II-2014

72

TRIWULAN II-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

iii

4.2

Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Triwulan I Tahun 2014

73

4.3

Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi

74

4.4

Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi

75

5.1

Garis kemiskinan Provinsi Jambi

77

5.2

Jumlah Penduduk Miskin

78

5.3

Nilai Tukar Petani (NTP) Persub-sektor (2012=100)

80

6.1

Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha

83

iv

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN II -2014

DAFTAR GRAFIK
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
1.10
1.11
1.12
1.13
1.14
1.15
1.16
1.17
1.18
1.19
1.20
1.21
1.22
1.23
1.24
1.25
1.26
1.27
1.28
1.29
1.30
1.31
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10

Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y)


5
Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (q-t-q)
5
Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha Triwulan II Tahun 2014
8
Produksi Padi
9
Produksi Jagung
9
Produksi Kedelai
9
Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi
10
Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi
11
Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi
11
Tingkat Hunian Hotel
12
Lifting Minyak Bumi
13
Lifting Gas Alam
13
Perkembangan Produksi Karet Jambi
14
Perkembangan Total Pemakaian Listrik
15
Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik
15
Perkembangan Indeks Air Bersih
15
Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang
16
Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat barang
16
Perkembangan Jumlah Kunjungan Kapal
16
Perkembangan Total Arus Barang
16
Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran
Triwulanan II Tahun 2014 7
18
Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi
18
Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi
21
Konsumsi Semen Provinsi Jambi
21
Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi
22
Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi
23
Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama
24
Volume Ekspor Non Migas Provinsi Jambi
24
Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi berdasarkan Negara Tujuan
24
Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi
25
Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi
25
Perkembangan Inflasi Kota Jambi
33
Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (y-o-y) 34
Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan kota lainnya di Pulau
Sumatera
per Juni 2014
35
Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan
38
Perkembangan Harga Daging
38
Perkembangan Harga Jagung
39
Perkembangan Harga Beras
39
Perkembangan Harga Tepung Terigu
40
Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng
40
Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
42

TRIWULAN II-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

2.11 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional


2.12 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo Tahun 2014
3.1
Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi
3.2
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi
3.3
Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi Jambi
3.4
Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito
Bank Umum di Provinsi Jambi
3.5
Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi
3.6
Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
3.7
Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi
Jambi
3.8
Perkembangan Transaksi Kliring
4.1
Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
4.2
Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi
4.3
Pangsa (share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
4.4
Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi
5.1
Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi
6.1
Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Periode Tahun 2010
s.d Juli 2014 serta Perkiraan Agustus s.d September 2014
6.2
Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Periode Tahun 2010
s.d Juli 2014 serta Perkiraan Agustus s.d September 2014
6.3
Perkembangan Inflasi Tahun kalender (y-o-d) Kota Jambi Periode Tahun
2010 s.d Juli 2014 serta Perkiraan Agustus s.d September 2014

vi

43
44
55
56
62
63
64
64
67
68
74
74
75
76
79
85
85
86

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN II -2014

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH


a. Inflasi dan PDRB
INDIKATOR

2012

MAKRO
Indeks Harga Konsumen Kota Jambi
Indeks Harga Konsumen Kota Bungo 4)
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Bungo

2012
TRW.I

TRW.II

TRW.III

TRW.IV

2013

2014

2013
TRW.I

TRW.II

TRW.III

TRW.IV

1)

Nilai Ekspor Non Migas ( ribu USD) 2)


Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)
3)

Nilai Impor Nonmigas (ribu USD )


Volume Impor Nonmigas (ribu ton)

TRW.II

139,12

133,90

137,41

138,68

139,12

110,41

142,02

144,61

149,71

110,41

111,51
110,62

112,09
110,63

4,22

3,90

6,80

4,43

4,22

8,74

6,06

5,24

7,95

8,74

7,51
6,28

6,47
4,58

20.373.533
6.004.284
2.713.435
2.532.924
172.609
1.031.629
3.673.985
1.473.275
1.172.817
1.598.574

4.867.497
1.451.187
632.818
602.129
41.538
232.286
879.489
352.177
282.678
393.196

5.010.243
1.491.500
664.546
621.508
42.222
241.825
899.172
361.214
290.388
397.868

5.174.524
1.518.732
691.806
645.624
43.115
263.095
939.087
375.484
295.250
402.330

5.321.268
1.542.865
724.265
663.663
45.734
294.423
956.236
384.400
304.502
405.179

21.979.277
6.449.193
2.755.755
2.677.094
188.614
1.245.510
4.123.669
1.598.822
1.265.251
1.675.370

5.274.525
1.561.623
631.830
655.488
46.271
300.356
979.292
382.249
308.798
408.617

5.433.021
1.600.976
673.057
671.715
46.979
307.980
1.008.494
392.716
315.069
416.035

5.581.630
1.637.790
722.805
664.068
47.410
314.196
1.043.019
409.808
321.116
421.418

5.690.102
1.648.803
728.063
685.824
47.953
322.978
1.092.864
414.048
320.268
429.300

5.738.119
1.672.750
702.299
699.134
49.208
330.094
1.121.586
413.895
314.357
434.796

5.839.423
1.691.158
702.126
722.863
50.584
338.587
1.150.034
422.105
319.012
442.955

1.290.820
5.313.927

330.267
1.507.099

379.947
1.561.561

285.237
872.828

295.369
1.372.439

859.266
3.119.930

261.826
814.244

295.320
1.161.680

302.121
1.144.006

283.939
994.049

263.619
860.882

278.279
1.107.025

107.610
107.841

34.070
10.440

16.962
33.658

26.040
24.426

30.537
39.317

137.978
122.793

16.689
41.980

39.052
32.722

82.238
48.091

115.056
47.459

71.736
26.274

53.767
31.946

4)

PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)


- Pertanian
- Pertambangan dan Penggalian
- Industri Pengolahan
- Listrik, Gas, dan Air Bersih
- Bangunan
- Perdagangan Hotel dan Restoran
- Pengangkutan dan Komunikasi
- Keuangan, Persewaan dan Jasa
- Jasa

TRW.I

Catatan
Angka sementara berdasarkan tahun dasar 2000
Pengklasifikasian komoditi menggunakan

1)
2)

21 kelompok barang berdasarkan SITC 2


digit yang berlaku.
3)

Pengklasifikasian komoditi dalam statistik


impor menggunakan SITC 2 digit
4)

Sejak Januari 2014 terdapat penambahan

cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari


sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota
Jambi dan Muara Bungo

vii

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH


b. Perbankan
INDIKATOR

Tw.I-1

TAHUN 2012
Tw.II-12
Tw.III-12

Tw.IV-12

PERBANKAN
A. Bank Umum :
Total Aset (Rp Juta)
DPK(Rp Juta)
- Tabungan
- Giro
- Deposito

23.052.408
17.255.120
8.754.559
3.866.278
4.634.284

Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek


- Modal Kerja
- Konsumsi
- Investasi
- Dana
- LDR

21.339.606 23.116.929 23.608.285 25.707.902


8.956.344
9.761.212
9.281.782
9.935.402
3.671.188
4.211.014
9.574.000 10.289.952
8.712.074
9.144.703
4.752.503
5.482.548
16.867.872 17.236.728 17.075.570 17.799.606
126,51
134,11
138,26
144,43

Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor


cabang
- Modal Kerja
- Konsumsi
- Investasi
- LDR (%)
- NPL Gross nominal
- NPL Gross %
Kredit MKM (Rp Juta)
Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta)
- Kredit Modal Kerja
- Kredit Investasi
- Kredit Konsumsi
Kredit Kecil (Rp 50 < x Rp500 juta) (Rp Juta)
- Kredit Modal Kerja
- Kredit Investasi
- Kredit Konsumsi
Kredit Menengah (Rp500 juta < x Rp5 miliar)
((Rp Juta)
- Kredit Modal Kerja
- Kredit Investasi
- Kredit Konsumsi
Total Kredit MKM (Rp Juta)
NPL MKM gross (%)
- NPL MKM Gross Nominal

Tw.II-14

29.691.060
20.069.436
3.179.483
10.703.386
6.186.567

34.853.104
22.307.397
4.051.589
10.969.816
7.285.993

26.471.507 28.211.297
10.115.811
9.822.930
10.543.228 11.256.968
5.812.468
7.131.399
18.732.803 19.527.917
141,31
144,47

29.925.232
10.124.382
11.816.000
7.984.850
19.916.444
150,25

26.955.932
8.103.793
8.410.345
10.441.794
19.898.809
135,47

31.946.454
10.158.229
9.527.809
12.260.417
20.473.410
156,04

32.458.037
10.671.200
9.164.037
12.622.800
22.719.313
142,87

15.710.619 16.843.087 17.951.066 19.287.676 20.162.558 22.223.927 23.138.260


6.483.171
7.075.722
6.914.923
7.326.502
7.484.277
7.365.449
7.453.703
6.534.233
6.921.191
7.784.459
8.237.555
8.644.788
9.376.743
9.931.771
2.693.215
2.846.175
3.251.684
3.723.619
4.033.494
5.481.736
5.752.786
91,05
95,64
100,19
107,48
109,72
116,02
118,53
274.616
301.173
319.845
328.384
454.021
473.625
521.247
1,75
1,79
1,78
1,70
2,25
1,93
2,25

23.621.083
7.548.969
10.207.932
5.864.182
121,66
466.983
1,98

23.927.298
7.558.597
5.959.299
10.409.402
119,22
492.240
2,06

24.868.632
8.035.392
10.762.104
6.071.136
111,48
612.619
2,46

3.537.483
1.309.646
608.907
1.618.930
11.175.062
1.887.664
1.782.084
7.505.314

3.302.277
1.260.845
597.628
1.443.804
11.642.097
1.914.038
1.829.234
7.898.825

3.289.142
1.317.572
618.466
1.353.104
11.946.461
1.895.776
1.853.755
8.196.931

3.368.912
1.415.511
638.798
1.314.602
12.445.976
1.949.111
1.912.349
8.584.516

3.153.428
3.252.103
3.368.116
2.588.797
3.874.659
4.259.169
4.451.803
2.047.667
2.237.132
2.235.693
1.655.435
2.515.038
2.762.995
2.810.877
584.976
613.395
654.497
452.035
748.131
831.987
879.018
520.786
401.576
477.927
481.328
611.490
664.187
761.909
13.457.123 14.540.110 15.390.733 15.170.012 17.002.515 18.417.570 19.164.348
1,76
3,85
1,30
2,13
2,45
2,30
2,70
236.264
559.480
200.255
322.875
416.426
423.813
516.557

4.563.050
2.853.406
899.870
809.774
19.507.424
2,31
450.912

4.488.941
2.808.005
876.907
804.029
19.724.544
2,43
480.211

4.669.116
3.038.812
814.947
815.357
20.484.004
2,90
595.039

739.510
532.417
86.236
446.181
545.175
172.919
94.718
277.538
202.844
6,30
34.367
14.278
3,68
84,26

742.646
541.824
82.543
459.281
544.849
164.194
104.588
276.067
227.858
7,99
43.534
18.579
4,58
82,57

736.850
537.574
85.982
451.592
545.061
167.557
105.333
272.172
230.717
8,56
46.682
20.405
4,82
84,71

3.388.031
1.464.794
265.709
1.657.528
9.193.184
2.084.917
1.117.634
5.990.633

26.618.428
18.376.298
9.492.101
3.753.003
5.131.194

TAHUN 2014
Tw.I-14

28.676.080
19.415.015
3.343.467
11.429.775
4.641.773

3.439.722
1.464.483
246.076
1.729.163
8.582.895
2.014.978
1.028.456
5.539.461

24.475.084
17.945.194
10.132.421
3.762.667
4.050.106

Tw.IV-13

28.538.630
19.520.974
10.070.264
3.744.864
5.705.847

3.118.341
1.266.632
226.438
1.625.270
8.169.666
2.324.547
952.979
4.892.140

24.163.959
17.917.502
9.141.330
3.687.655
5.088.518

Tw.III-13

27.833.632
19.154.658
9.646.142
4.120.387
5.388.129

3.058.451
1.171.534
203.093
1.683.825
7.245.244
2.100.859
824.744
4.319.640

23.780.624
17.611.536
9.207.801
3.373.061
5.030.674

TAHUN 2013
Tw.I-13
Tw.II-13

3.389.186
1.498.112
282.423
1.608.652
9.738.670
2.147.246
1.203.160
6.388.264

3.729.806
1.313.147
623.343
1.793.316
10.428.595
1.827.369
1.714.598
6.886.628

*)

B. BPR :
Total Aset (Rp Juta)
DPK (Rp Juta)
- Tabungan (Rp Juta)
- Deposito (Rp Juta)
Kredit (Rp Juta)
- Modal Kerja
- Investasi
- Konsumsi
Kredit UMKM (Rp Juta)
Rasio NPL Gross (%)
- NPL Gross (Nominal)
- PPAP
Rasio NPL Net (%)
LDR (%)

460.613
349.774
63.909
285.865
337.067
87.282
73.586
176.199
160.868
4,23
14.246
7.257
2,07
77,71

534.589
410.115
69.101
341.013
410.499
102.479
87.528
220.492
190.007
3,69
15.131
8.131
1,71
83,22

622.101
431.198
71.206
359.992
463.125
114.570
98.433
250.123
213.003
3,63
16.822
8.582
1,78
81,00

644.378
481.763
80.701
401.062
487.782
123.865
95.547
268.370
219.412
2,82
13.762
8.560
1,07
80,71

685.560
501.520
80.242
421.278
520.039
127.272
101.531
291.236
228.803
4,37
22.726
7.927
2,85
80,43

691.959
506.701
76.783
429.918
554.233
141.934
110.867
301.432
218.597
5,01
27.743
11.272
2,97
87,12

760.030
551.278
81.355
469.923
567.445
156.969
111.650
298.826
233.076
5,96
33.804
13.653
3,55
81,21

viii

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH


c. Sistem Pembayaran
Uraian
Kliring
Nilai Kliring (juta Rp)
Volume Kliring (lembar warkat)
Cek dan BG Kosong
Lembar
Nominal (juta Rp)
RTGS
RTGS dari Jambi (miliar Rp)
RTGS ke Jambi (miliar Rp)
RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp)
Transaksi Tunai
Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp)
Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp)
Net Inflows/Net Outflows (juta Rp)

2012
Tw IV

Tw I

Tw II

2013
Tw III

Tw IV

Tw I

2014
Tw II

2.548.121
70.972

2.519.686
72.639

2.800.410
76.559

2.577.906
71.104

2.714.032
70.456

2.512.180
68.334

2.614.876
73.731

1.134
35.192

1.463
83.121

1.811
64.290

1.837
56.120

1.635
63.174

1.505
57.543

1.935
73.583

18.270
29.431
4.702

15.535
22.244
4.032

19.666
22.658
4.695

20.189
26.876
7.422

22.181
33.327
6.521

19.684
22.514
5.072

26.992
40.455
11.033

393.685
1.565.493
(1.171.808)

846.548
1.034.718
(188.170)

1.031.722
1.682.989
(651.267)

1.453.196
2.605.130
(1.151.935)

810.929
2.836.373
(2.025.444)

880.393
1.734.894
(854.501)

976.622
1.861.714
(885.091)

ix

Halaman ini sengaja dikosongkan


This page is intentionally blank

RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI

I.
Perekonomian Provinsi Jambi
triwulan II- 2014 mengalami
perlambatan yaitu dari 8,79
(yoy) menjadi 7,48% (yoy)....

Ekonomi Makro Regional


Perekonomian Jambi pada triwulan II-2014 tumbuh sebesar 7,48% (yoy),

melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar


8,79% (yoy), namun lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional 5,12%
(yoy). Secara triwulanan perekonomian Jambi pada triwulan II-2014 mengalami
pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dari 0,84%
(qtq) menjadi 1,77% (qtq).
Perekonomian Jambi pada triwulan laporan menghasilkan output Rp24,13
triliun atau 0,97% dari perekonomian Indonesia (Rp2.480,8 triliun). Struktur
perekonomian Jambi pada triwulan II-2014 menunjukkan bahwa sektor primer
masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 44,21%, diikuti
sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 38,12% dan sektor sekunder sebesar 17,68%.
Dari sisi penggunaan, peningkatan perekonomian Provinsi Jambi utamanya
disebabkan oleh meningkatnya perubahan stok 8,75% (qtq) dan pembentukan
modal tetap bruto (PMTB) sebesar 6,26% (qtq). Sementara itu, ekspor pada
triwulan laporan menunjukkan adanya perlambatan yang cukup signifikan yaitu
sebesar 18,17% (qtq) sejalan dengan turunnya ekspor karet olahan sehubungan
dengan tren menurunnya harga karet internasional serta melimpahnya stok karet
di pasar global. Namun demikian, tumbuhnya ekspor migas berupa minyak
petroleum mentah dan kondensat pada triwulan laporan sedikit menahan
perlambatan ekspor Provinsi Jambi.
Dari sisi lapangan usaha, masih tingginya pertumbuhan sektor industri
pengolahan, sektor listrik, air, dan gas, serta sektor bangunan masing-masing
sebesar 3,39% (qtq), 2,80% (qtq) dan 2,57% (qtq), menjadi pendorong
pertumbuhan perekonomian Jambi. Namun demikian, sektor pertambangan dan
penggalian yang tumbuh negatif sebesar -0,02% (qtq) menyebabkan tingkat
pertumbuhan Jambi pada triwulan laporan menjadi relatif terbatas.
II.

Inflasi
Pada triwulan II-2014, inflasi kota Jambi tercatat 6,47%(yoy), menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya (7,51%), dan lebih rendah dari inflasi nasional

RINGKASAN EKSEKUTIF

(6,70%) namun lebih tinggi dari rata-rata inflasi triwulan II dalam tiga tahun

Pada triwulan II-2014, Kota

terakhir (6,17%). Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 4,58% (yoy) dan

Jambi mengalami inflasi

berada di bawah inflasi nasional .


Faktor utama inflasi kota Jambi disebabkan oleh inflasi administered price

sebesar 6,47%
(yoy) dan Kota Bungo 4,58%
(yoy)..........

yang mencapai 13,27%(yoy). Sumber utama inflasi administered price adalah


meningkatnya bahan bakar rumah tangga2 yang merupakan dampak dari
meningkatnya harga elpiji ukuran 12 kg sesuai kebijakan yang diberlakukan oleh
Pertamina, penyelenggaraan pemilihan legislatif pada bulan April 2014 dan
kebijakan pemerintah menaikkan Tarif Tenaga Listrik Industri per 1 Mei 2014.
Sementara itu inflasi inti cenderung stabil di level 4,41% (yoy) dan inflasi volatile
food berada pada level 2,65% (yoy).
Perkembangan harga di Kota Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar
0,51% (qtq), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (1,00%
(qtq)). Pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada bulan April, Mei, dan Juni
2014 masing-masing sebesar 0,14%, -0,23% dan 0,14%. Sementara itu,
perkembangan harga di Bungo tercatat sebesar 0,01% (qtq), lebih rendah
dibanding triwulan sebelumnya (1,27% (qtq)) dan lebih rendah dibandingkan
kota Jambi, dengan pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada bulan April,
Mei, dan Juni 2014 masing-masing sebesar -0,28%, -0,51% dan 0,80%.
III. Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kinerja perbankan pada triwulan II-2014 secara umum menunjukkan
peningkatan, baik dari sisi aset, dana pihak ketiga maupun penyaluran kredit. Aset
perbankan pada triwulan laporan sebesar Rp34,85 triliun. Loan to Deposits Ratio
(LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor turun sebesar 774 bps menjadi
111,48%. Outstanding kredit bank umum meningkat Rp941,33 miliar (3,93%
(qtq)) menjadi Rp23,93 triliun dan dana pihak ketiga (DPK) meningkat Rp2,23
triliun (11,15% (qtq))

menjadi Rp24,86 triliun. Kualitas kredit yang diberikan

masih relatif terjaga tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank
umum yaitu sebesar 2,46% yang masih di bawah ketentuan 5%, meskipun sedikit
memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya (2,06%).

Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota
Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota.
Perhitungan disagregasi inflasi berdasarkan sub kelompok barang.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULANI II-2014

Kinerja perbankan
meningkat ditandai dengan
meningkatnya jumlah aset,
penyaluran kredit dan
penghimpunan dana....

RI NGKASAN EKSEKUTIF

Aktivitas pembayaran
mengalami peningkatan yang
tercermin dari meningkatnya
transaksi kas dan nilai kliring

Pada

periode

triwulan

II-2014,

aktivitas

pembayaran

mengalami

peningkatan yang tercermin dari meningkatnya transaksi kas dan nilai kliring serta
RTGS dibandingkan triwulan sebelumnya. Aliran kas masuk Bank Indonesia Jambi

dibandingkan triwulan

mencapai Rp976,62 miliar (meningkat 10,93%) sementara aliran kas keluar

sebelumnya.....

mencapai Rp1,86 triliun (meningkat 7,31%) dibandingkan triwulan sebelumnya.


Peningkatan aliran kas masuk dan keluar menyebabkan net outflow sebesar

Rp885,09 miliar atau turun sebesar 3,58% (qtq) dibandingkan triwulan I-2014.
Untuk pembayaran non tunai, nilai kliring naik sebesar 4,09% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp2,61 triliun. Nilai RTGS dari, ke,
serta dari dan ke Jambi mengalami peningkatan tajam dibandingkan triwulan
sebelumnya, masing-masing sebesar 37,13% (qtq), 79,69% (qtq), dan 117,55%
(qtq).

IV. Keuangan Pemerintah Daerah


Realisasi pendapatan

Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan Triwulan II

triwulan II -2014 telah

tahun 2014 mencapai Rp1,60 triliun (terealisasi sebesar 53,81% dari APBD 2014),

mencapai 53,81% dari


APBD sementara realisasi
belanja baru mencapai
28,20%...

sementara itu realisasi belanja mencapai Rp0,92 triliun (baru terealisasi 28,20%).
Jika dibandingkan dengan tahun lalu, nilai realisasi pendapatan meningkat sebesar
11,13% (yoy), sedangkan realisasi belanja turun sebesar 1,31% (yoy).

V.Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan


Jumlah penduduk miskin dan

Pada Maret 2014, garis kemiskinan Provinsi Jambi mengalami kenaikan

Nilai Tukar Petani (NTP)

3,37% menjadi Rp318.262 per kapita per bulan namun demikian persentase

mengalami penurunan

penduduk miskin menurun menjadi 7,92% dari 8,41% (September 2013). Nilai
Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan sebesar 97,29, mengalami sedikit
penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya (98,17).
VI.Prospek Perekonomian

Laju pertumbuhan PDRB

Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi

triwulan III-2014 diperkirakan

Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 2,3%-2,8%(qtq),

berkisar 2,3

2,8% (qtq).....

tumbuh lebih tinggi dari triwulan laporan (2,07%). Sementara itu, pertumbuhan
ekonomi tahunan Jambi diperkirakan akan meningkat yaitu pada kisaran 7,0 %
7,5%(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan laporan yang tumbuh 7,48%
(yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2014 diperkirakan berada
pada kisaran 7,4%-7,9%.
TRIWULAN II-2014 II KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pengeluaran konsumsi rumah tangga menjadi sumber utama perekonomian


di triwulan mendatang. Adanya momen Pemilu Presiden, liburan anak sekolah,
tahun ajaran baru sekolah, serta datangnya bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1435 H
diperkirakan akan berkontribusi meningkatkan konsumsi masyarakat. Sejalan
dengan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah diperkirakan juga semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya angka realisasi proyek pemerintah.
Namun demikian, masih berlanjutnya tren penurunan harga komoditas di pasar
global, diperkirakan akan berimbas pada menurunnya pendapatan masyarakat
dan terbatasnya pertumbuhan ekonomi.
Inflasi pada triwulan III-2014 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan

Inflasi pada triwulan III-2014

triwulan II-2014 yaitu berada pada kisaran 4,25%-4,75% (yoy) dari sebelumnya

diperkirakan berada pada

6,47% (yoy) pada triwulan laporan. Penurunan laju inflasi ini utamanya

kisaran 4,25%-4,75% (yoy)

dipengaruhi oleh telah hilangnya base effect terkait kenaikan harga BBM
bersubsidi pada Juni 2013 lalu. Jika di-breakdown lebih lanjut berdasarkan
disagregasinya, laju inflasi pada triwulan III-2014 diperkirakan akan dipengaruhi
oleh kelompok administered price dan volatile food.
Faktor yang berpotensi memberikan tekanan inflasi selama triwulan
mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1)
adanya rencana Pemerintah untuk menaikkan harga jual elpiji 12 kg agar
mencapai

harga

keekonomian,

2)

risiko

gejolak

nilai

tukar

menjelang

pengumuman resmi hasil Pemilu Presiden paska gugatan ke Mahkamah Konsistusi


(MK), 3) Potensi terjadinya kabut asap seiring mulai masuknya musim kemarau
yang berpotensi mengganggu jalur distribusi barang, serta 4.) Kondisi infrastruktur
(jalan, jembatan) yang masih terkendala serta terhambatnya arus di pelabuhan
yang akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa.
Sementara, masih tercukupinya stok beberapa kebutuhan pokok cukup mampu
meredam potensi gejolak harga. Stok beras di BULOG Divre Jambi juga
diprakirakan cukup untuk meredam gejolak harga beras.
Menyikapi kondisi perekonomian triwulan II
triwulan III

2014 serta proyeksi ekonomi

2014 beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah:

1. Menjaga pertumbuhan ekonomi pada level yang tinggi sekaligus menahan


laju inflasi pada level yang rendah dan stabil
2. Percepatan realisasi APBD Pemerintah Daerah di seluruh wilayah Provinsi
Jambi
3. Menjaga produktivitas karet sebagai salah satu komoditas utama Provinsi
Jambi
4. Mengatasi permsalahan terkait penurunan produksi migas
4

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULANI II-2014

RI NGKASAN EKSEKUTIF

5. Peningkatan produksi dan nilai tambah batubara dan mineral lainnya


6. Program ketahanan pangan (khususnya komoditas penyumbang inflasi
terbesar)
7. Peningkatan kerjasama antar daerah untuk memenuhi pasokan

TRIWULAN II-2014 II KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

Halaman ini sengaja dikosongkan


This page is intentionally blank

BAB I
EKONOMI MAKRO REGIONAL
A. Umum
Perekonomian Jambi pada triwulan II-2014 tumbuh sebesar 7,48% (yoy),
lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 5,12%
(yoy), namun melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan
sebelumnya 8,79% (yoy). Secara triwulanan perekonomian Jambi pada triwulan
II-2014 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 0,84% (qtq) menjadi
1,77% (qtq) (Grafik 1.1. dan 1.2.).
Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (yoy)

30
25
20
15

16,8

18,7
17,6
7,15 7,29

19,6

19,9

20,83

8,36

8,44

22,0

22,9

7,87

6,93

24,1

23,5

6,3

6,17

6,37

6,11

6,02

Q2-12

Q3-12 Q1V-12 Q1-13

Output Jambi (Rp Triliun)

7,48

6
5,81

5,62

5,72

Q3-13

Q4-13

Q1-12

8,79

6,15

10
5

10

9,09

Q2-13

Pertumbuhan Indonesia (yoy)

5,22

5,12

Q1-14

Q2-14

5
4

Pertumbuhan Jambi (yoy)

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 1.2. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (qtq)


%

8 Rp triliun
7

5,0

6
5
4

4,87
1,40

5,01
2,93
2,80

5,17

5,32

5,43

5,27

3,21

2,84

5,58

5,69

5,74

5,84

4,0

2,47

3,0

2,96

3,28

3,00
2,61

1,41

2,0

0,97

2,74
1,94
-1,42

-1,45

2
1

6,0

1,77
0,84

(1,0)

(0,22)
(0,88)

1,0

(2,0)

Q I-12 Q II-12 Q III-12 Q IV-12 Q I-13 Q II-13 Q III-13 Q IV-13 Q I-14 Q II-14
Nominal (aksis kiri)

Pertumbuhan Jambi (aksis kanan)

Sumber: BPS (diolah)

Pertumbuhan Nasional (qtq)

EKONOMIM AKRO REGIONAL

Dari sisi penggunaan, peningkatan perekonomian Provinsi Jambi utamanya


disebabkan oleh meningkatnya perubahan stok 8,75% (qtq) dan pembentukan
modal tetap bruto (PMTB) sebesar 6,26% (qtq). Sementara itu, ekspor pada
triwulan laporan menunjukkan adanya perlambatan yang cukup signifikan yaitu
sebesar -18,17% (qtq) sejalan dengan turunnya ekspor karet olahan sehubungan
dengan tren menurunnya harga karet internasional serta melimpahnya stok karet
di pasar global. Namun demikian, adanya ekspor migas berupa minyak petroleum
mentah dan kondensat pada triwulan laporan sedikit menahan perlambatan
ekspor Provinsi Jambi. (Tabel 1.1.).
Dari sisi lapangan usaha, masih tingginya pertumbuhan sektor industri
pengolahan dan sektor bangunan masing-masing sebesar 3,39% (qtq) dan
2,54% (qtq), menjadi pendorong pertumbuhan perekonomian Jambi (Tabel 1.1.).
Namun demikian, sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh negatif
sebesar -0,02% (qtq) menyebabkan tingkat pertumbuhan Jambi pada triwulan
laporan menjadi relatif terbatas.
Perekonomian Jambi pada triwulan laporan menghasilkan output
Rp24,13 triliun atau 0,97% dari perekonomian Indonesia (Rp2.480,8 triliun).
Struktur perekonomian Jambi pada triwulan II-2014 menunjukkan bahwa sektor
primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 44,21%,
diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 38,12% dan sektor sekunder sebesar
17,68%.
Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq)

LAPANGAN USAHA
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Air dan Gas
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan
Jasa-Jasa
PDRB
Sumber: BPS (diolah)

2013
I

1,22
(12,76)
(1,23)
1,17
2,02
2,41
(0,56)
1,41
0,85
(0,88)

II
2,52
6,52
2,48
1,53
2,54
2,98
2,74
2,03
1,82
3,00

2014

III
2,30
7,39
(1,14)
0,92
2,02
3,42
4,35
1,92
1,29
2,74

IV

0,67
0,73
3,28
1,15
2,80
4,78
1,03
(0,26)
1,87
1,94

1,45
(3,54)
1,94
2,62
2,20
2,63
(0,04)
(1,85)
1,28
0,84

Triwulan II - 2014
QTQ (%)

1,10
(0,02)
3,39
2,80
2,57
2,54
1,98
1,48
1,88
1,77

Andil

0,32
(0,00)
0,41
0,02
0,15
0,50
0,14
0,08
0,14
1,77

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II - 2014

EKONOMI M AKRO REGIONAL

2013

JENIS PENGELUARAN

II
0,94
2,00
2,11
3,76
14,07
10,44
3,00

Konsumsi Rumah Tangga & LNRT


Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
Perubahan Stok
Ekspor
Impor
PDRB

0,47
(7,15)
1,05
3,46
-15,68
-14,20
(0,88)

2014

III
2,27
1,76
1,94
(5,69)
3,17
1,86
2,74

IV

0,72
23,75
3,08
5,72
-7,47
-2,29
1,94

Triwulan II - 2014

QTQ (%)

0,68
(19,48)
(4,83)
8,39
8,82
0,33
0,84

Andil

1,04
4,60
6,26
8,75
(18,17)
(16,02)
1,77

0,67
0,77
1,11
0,30
(11,85)
(10,77)
1,77

Sumber: BPS (diolah)

B.PDRB Sisi Lapangan Usaha


Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi di
triwulan

laporan

sejalan

dengan

tingginya

pertumbuhan

pada

sektor

perdagangan, hotel dan restoran 14,03% (yoy) dan sektor bangunan 9,94%
(yoy). Tingginya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran tersebut
utamanya terjadi pada sub sektor perdagangan besar dan eceran yang didorong
antara lain oleh: dampak tidak langsung dari pelaksanaan Pemilu Legislatif dan
Pemilu Presiden, peningkatan penjualan kendaraan bermotor dan bahan
bangunan, serta peningkatan aktivitas perdagangan sehubungan dengan masa
liburan sekolah, bulan Ramadahan dan Idul Fitri 1435 H.
Sementara itu, pertumbuhan pada sektor bangunan yang cukup
signifikan utamanya disebabkan oleh kegiatan proyek pemerintah dan swasta.
Beberapa realisasi proyek pemerintah pada triwulan II-2014 ini antara lain:
pembangunan dan peningkatan jalan, pembangunan dan perbaikan jembatan,
proyek lanjutan pembangunan terminal baru Bandara Sultan Thaha Jambi, serta
beberapa proyek pemerintah lainnya. Sedangkan realisasi proyek swasta pada
triwulan

laporan

antara

lain:

peningkatan

investasi

properti,

seperti

pengembangan perumahan, pusat bisnis, dan perhotelan serta pengembangan


sarana hiburan dan rekreasi.

TRIWULAN II-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

EKONOMIM AKRO REGIONAL

Tabel 1.2. Andil PDRB Sisi Produksi terhadap


Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (yoy)
2013

LAPANGAN USAHA

Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Air dan Gas
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan
Jasa-Jasa
PDRB

II

7,61
(0,16)
8,86
11,40
29,30
11,35
8,54
9,24
3,92
8,36

7,34
1,28
8,08
11,27
27,36
12,16
8,72
8,50
4,57
8,44

2014

III
7,84
4,48
2,86
9,96
19,42
11,07
9,14
8,76
4,74
7,87

IV

6,87
0,52
3,34
4,85
9,70
14,29
7,71
5,18
5,95
6,93

7,12
11,15
6,66
6,35
9,90
14,53
8,28
1,80
6,41
8,79

Triwulan II - 2014
Growth

5,63
4,32
7,61
7,67
9,94
14,03
7,48
1,25
6,47
7,48

Andil

1,66
0,54
0,94
0,07
0,56
2,61
0,54
0,07
0,50
7,48

Sumber: BPS (diolah)

Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku tercatat sebesar
Rp24,13 triliun, secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian sebesar
29,26%, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 18,30% serta sektor
pertambangan dan penggalian sebesar 14,95%. Dengan demikian, struktur
ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami perubahan
dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.3).
Grafik 1.3. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Triwulan II Tahun 2014
Jasa-jasa,
Keuangan, 8.50
Persewaan
dan Jasa
Pengangkuta Perusahaan,
n dan
5.05
Komunikasi,
6.27

Perdagangan,
Hotel dan
restauran,
18.30
Listrik, gas &
air, 0.98

Bangunan,
5.92

Industri
Pengolahan,
10.78

Pertanian,
29.26

Pertambanga
n dan
Penggalian,
14.95

1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan


Produksi sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan
perikanan menunjukkan kinerja yang baik dengan tumbuh 5,63% (yoy) atau
8

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II - 2014

EKONOMI M AKRO REGIONAL

1,10% (qtq), meskipun sedikit menurun jika dibandingkan pertumbuhan triwulan


lalu (7,12% (yoy) atau 1,45% (qtq)). Pertumbuhan sektor pertanian tersebut
utamanya disebabkan oleh meningkatnya produksi tanaman bahan makanan dan
perkebunan. Cuaca yang kondusif selama triwulan laporan menjadi faktor yang
mempengaruhi peningkatan kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman bahan
makanan. Sementara itu, peningkatan produksi tanaman perkebunan disebabkan
oleh meningkatnya produktivitas, meskipun tertahan oleh tren menurunnya
harga internasional komoditas perkebunan utama Provinsi Jambi (sawit dan
karet).
Pertumbuhan tanaman bahan makanan di Provinsi Jambi terkonfirmasi
dalam ARAM (angka ramalan) BPS yang menyatakan bahwa pada tahun 2014,
produksi padi Jambi secara total diperkirakan akan mampu tumbuh sekitar
3,39% dibandingkan tahun 2013 dengan luas panen mencapai 158.436 ha
dibandingkan 153.243 ha pada tahun lalu (grafik 1.4.).
Grafik 1.4. Produksi Padi
(ha)
80.000
70.000

60.000
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
0

2010

2011

Jan - Apr

2012

2013

Mei - Agt

Grafik 1.5. Produksi Jagung


(ha)
6.000
5.000
4.000

2010
2012
2014 (ARAM I)

2011
2013

3.000

2014 (ARAM I)
Sep - Des

Grafik 1.6. Produksi Kedelai


(ha)
4.000
3.000

2010
2012
2014 (ARAM I)

2011
2013

2.000

2.000

1.000

1.000
0

Jan - Apr

Mei - Agt

Sep - Des

Jan - Apr

Mei - Agt

Sep - Des

Peningkatan produksi tersebut disertai dengan stabilnya Nilai Tukar Petani


(NTP) dengan rata-rata NTP Triwulan II-2014 tercatat sebesar 97,42.
TRIWULAN II-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

EKONOMIM AKRO REGIONAL

Meskipun NTP triwulan laporan masih berada pada level yang stabil,
ketergantungan petani hanya pada satu sumber pendapatan saja, menjadi faktor
risiko yang perlu diperhatikan karena penurunan harga komoditas yang disertai
dengan penurunan tingkat produksi akan berdampak pada penurunan
kesejahteraan mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan kepada petani
untuk memulai menjalankan program pertanian terpadu.
Grafik 1.7. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi
115
110
105
100
1

95

10

11

2013

12

2014

90
indeks terima

85

indeks bayar

NTP

Penghitungan NTP menggunakan tahun dasar baru 2012=100


Sumber: BPS (diolah)

Sementara itu, pertumbuhan sub sektor perkebunan Provinsi Jambi pada


triwulan laporan sedikit tertahan oleh tren menurunnya harga jual komoditas
perkebunan terutama sawit dan karet. Harga kelapa sawit di Jambi pada triwulan
laporan sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga rata-rata TBS
usia 10 tahun Rp1.919,03/kg, turun 4,33% (qtq) dari harga triwulan lalu.
Sementara itu harga CPO di Jambi sebesar Rp8.357,46/kg atau turun 4,20%
(qtq). Sementara itu harga rata-rata CPO di tingkat internasional, stabil pada level
USD 5.795,46/metric ton.
Relatif turunnya harga kelapa sawit di Jambi disebabkan oleh beberapa
hal: 1.) turunnya permintaan negara importir sawit, serta 2.) relatif stabilnya
produksi sawit tidak diimbangi dengan meningkatnya permintaan.

10

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II - 2014

EKONOMI M AKRO REGIONAL

Grafik 1.8 Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi
Harga (Rp)

10.000
8.000
6.000
4.000

2.000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
CPO

2012
INTI

2013
TBS 10 TAHUN

2014
CPO Int'l

Sumber: Disbun Provinsi Jambi dan Bloomberg

Grafik 1.9 Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi


USD cent/Kg

Rp/Kg

35.000

500,00

30.000

400,00

25.000
20.000

300,00

15.000

200,00

10.000
5.000

Harga Bokar (Rp/kg)


Harga Karet Internasional (USD cent/kg)

100,00
0,00

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2012

2013

2014

Sumber: Disperindag Provinsi Jambi dan Bloomberg

Sejalan dengan harga kelapa sawit, harga bokar di Jambi juga mengalami
penurunan dari rata-rata Rp21.176/kg menjadi Rp17.299/kg (turun 18,31%(qtq)).
Penurunan harga bokar tersebut mengikuti tren penurunan harga karet di tingkat
internasional sebesar 2,81% (qtq) menjadi USD 236,98/cent per kg. Apabila
dibandingkan dengan harga tahun 2013, harga bokar di Jambi turun lebih dalam
mencapai 15,25% (yoy). Tren menurunnya harga karet internasional serta isu
tingginya persediaan stok karet di negara konsumen, utamanya Cina/Tiongkok,
menjadi salah satu faktor penyebab turunnya harga bokar tersebut.
TRIWULAN II-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

11

EKONOMIM AKRO REGIONAL

2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)


Sektor perdagangan, hotel dan restoran menyumbangkan output
perekonomian sebesar Rp4,41 triliun (pangsa 18,30%). Pertumbuhan sektor ini
mencapai 14,03% (yoy), dengan andil pertumbuhan 2,61% yang utamanya
didukung oleh tingginya perkembangan sub sektor perdagangan besar dan
eceran di Jambi. Maraknya kampanye selama Pemilu Legislatif dan Pemilu
Presiden, liburan sekolah, tahun ajaran baru, serta masuknya bulan Ramadhan
dan Idul Fitri 1435H mendorong tumbuhnya sub sektor perdagangan tersebut.
Sejalan
pertumbuhan

dengan
sub

sektor

Grafik 1.10. Tingkat Hunian Hotel


90.000

81.909

80.000

72.902

70.000

perdagangan, maraknya kegiatan

60.000

kampanye selama Pemilu Legislatif

40.000

dan Pemilu Presiden di Provinsi

58.288

57.930
50.821

62.409

50

66.748 65.742

55.338

40

47.293

50.000

30

30.000

20

20.000

10

10.000
0

Jambi berdampak pada tingginya

60

0
Tw I

tingkat hunian hotel. Rata-rata

Tw II

Tw III Tw IV

Tw I

2012
Jumlah Tamu Menginap

Tw II

Tw III Tw IV

2013

Tw I

Tw II

2014
T. Hunian Hotel (RHS)

tingkat hunian hotel di triwulan laporan sebesar 47,88%, lebih tinggi


dibandingkan dengan triwulan lalu (44,87%), namun sedikit lebih rendah
dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu (48,41%). Jumlah tamu menginap
pada triwulan laporan juga meningkat signifikan sebesar 12,35% (yoy) atau
24,59% (qtq) menjadi 81.909 orang. Peningkatan jumlah tamu menginap
terbesar terjadi pada bulan Mei dan mencapai 31.751 orang (38,76% dari total
tamu menginap pada triwulan II-2014).
3. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian menyumbangkan nilai tambah
sebesar Rp3,61 triliun (pangsa 16,15%), merupakan sektor ketiga terbesar di
Jambi. Produksi pertambangan dan penggalian selama triwulan laporan mampu
tumbuh sebesar 4,32% (yoy), yang utamanya didorong oleh meningkatnya
produksi migas. Berdasarkan data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

12

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II - 2014

EKONOMI M AKRO REGIONAL

Provinsi Jambi, produksi gas meningkat 0,80% (yoy) dibandingkan triwulan yang
sama tahun lalu, dari 11.973 BBTU menjadi 12.069 BBTU (grafik 1.12.)3.
Grafik 1.11. Lifting Minyak Bumi

Grafik 1.12. Lifting Gas Alam

K Barel

BBTU
12.305 12.979 12.786 12.374 12.238 11.973 12.136 12.247 11.917 12.069

1.923
1.517

1.512 1.400
1.263

II

III

1.219

IV

2012

1.302

II

III

1.534
1.171

IV

2013

1.338

II*

III

IV

II

2012

III

2013

IV

II*

2014

Sumber: Dinas ESDM Provinsi Jambi.


*: Angka proyeksi bulan Juni 2014

Sumber: Dinas ESDM Provinsi Jambi.


*: Angka proyeksi bulan Juni 2014

Sementara

II

2014

itu,

secara

triwulanan

produksi

pertambangan

dan

penggalian mengalami sedikit penurunan (0,02%(qtq)) seiring dengan penurunan


pada sub sektor pertambangan tanpa migas. Turunnya produksi pertambangan
non migas di Provinsi Jambi utamanya disebabkan oleh turunnya produksi
batubara karena pengaruh melemahnya harga internasional. Selain itu,
impelementasi Undang-Undang Minerba serta adanya Perda yang mengharuskan
pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai turut menjadi
penyebab turunnya produksi.
4. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan yang menyumbang output terhadap
perekonomian Jambi sebesar Rp2,60 triliun (10,78%), meningkat sebesar 7,61%
(yoy), dengan andil pertumbuhan 0,94%. Secara triwulanan, sektor industri
pengolahan juga mengalami peningkatan sebesar 3,39% (qtq).
Pertumbuhan sektor industri pengolahan salah satunya didorong oleh
sub sektor industri non migas khususnya karet. Melimpahnya stok bahan baku
karet menjadi faktor yang mendorong pertumbuhan industri karet. Hal tersebut
terkonfirmasi oleh data indeks produksi dari BPS yang menyatakan bahwa
industri karet mengalami peningkatan mencapai 14,45% (qtq) dengan laju
pertumbuhan tahunan sebesar 17,12% (yoy).
3

Data bulan Desember 2013 merupakan data perkiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Jambi

TRIWULAN II-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

13

EKONOMIM AKRO REGIONAL

Berdasarkan
Grafik 1.13. Perkembangan Produksi Karet Jambi
120.000

100.000

88.713

85.867

91.329 93.439

94.647 92.488
81.805

80.000

77.418

68.679

74.585

75.165
76.065

75.504

74.563

30

Gapkindo

20

Pengusaha Karet Indonesia)

10

40.000

-10

20.000

-20

dalam

-30
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2011

2012

2013

Volume Produksi Bokar (Ton)

(Gabungan

cabang Jambi, produksi karet

60.000

data

triwulan

II 2014

mencapai

93.439

ton,

meningkat

2,31%

(qtq)

dibandingkan triwulan lalu.4

2014

Pertumbuhan (%qtq)

Namun

Sumber: Gapkindo Cabang Jambi

demikian,

peningkatan produksi tersebut sedikit tertahan dengan turunnya harga karet


internasional serta masih berlanjutnya kebijakan Gapkindo untuk menurunkan
produksi dan ekspor karet sebesar 10% sebagai upaya mendongkrak harga karet.
Tabel 1.3. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang
Pertumbuhan
q-to-q

Jenis Industri

Trw II-13 Trw III-13 Trw IV-13

y-on-y
Trw I-14

Trw II-14

Trw II-13 Trw III-13 Trw IV-13

Trw I-14

Trw II-14

Industri Makanan

2,09

4,44

8,10

-21,79

23,95

4,05

1,02

7,13

-6,35

Industri Minuman

3,80

-1,12

-0,27

-2,75

3,48

9,97

7,68

2,04

-1,09

17,57
-6,96

Industri Karet dan Barang dari


Karet dan Barang dari Plastik
IBS

0,32

4,36

1,15

-1,10

14,45

3,37

2,57

7,73

4,31

17,12

1,39

1,70

0,74

-6,57

10,34

9,35

4,58

0,19

-0,76

8,66

Sumber: BPS Provinsi Jambi

5. Sektor-sektor Lain
Sektor listrik, gas, dan air bersih (LGA) tumbuh sebesar 7,67% (yoy)
dengan sumbangan pertumbuhan 0,07%, lebih tinggi dibandingkan laju
pertumbuhan triwulan sebelumnya (6,35%(yoy)). Secara triwulanan, sektor LGA
juga tumbuh sebesar 2,80% (qtq), sedikit meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya (2,62% (qtq)).
Meningkatnya sub sektor listrik dimaksud tercermin dari meningkatnya
jumlah konsumsi listrik serta jumlah pelanggan di Jambi masing-masing sebesar
8,89% (yoy) atau 7,41% (qtq) dan 9,39% (yoy) atau 2,08% (qtq). Jumlah
konsumsi listrik di Jambi selama triwulan laporan mencapai 366,99 MWH dengan
jumlah pelanggan mencapai 579.835 rekening. Berdasarkan penggunanya,
mayoritas pelanggan PLN di Jambi adalah kelompok rumah tangga yang
4

Terdapat 11 (sebelas) perusahaan pengolah crumb rubber yang tergabung dalam Gapkindo
14

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II - 2014

EKONOMI M AKRO REGIONAL

mencapai 532.552 rekening (91,85%) dengan konsumsi daya listrik mencapai


243,41 MWH (66,32%).
KWH (dalam Juta)

400
350
300
250
200
150
100
50
-

328 319 323 337 342 338 342


282 301

II

III

2012

IV

II

III

IV

2013

Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo (diolah)

Sejalan dengan
air bersih yang dicatat
PDAM

Tirta

880

Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo (diolah)

Grafik 1.15 Perkembangan Jumlah


Pelanggan Listrik

5
867
872
3
863
857 853
854
1,33 858 852
847
844
1
1,69
837
1,34
0,79
-1,49
(1)
-0,68
-0,61
-0,90 -1,09
-0,73 -0,50
-1,64
(3)
Trw 3Trw 4Trw 1Trw 2Trw 3Trw 4Trw 1Trw 2Trw 3Trw 4Trw 1Trw 2
861

840

laporan

800

2012
Total Konsumsi Air (LHS)

peningkatan

0,79%

2014

900

820

menunjukkan

2013

Grafik 1.16. Perkembangan Indeks Air Bersih

Mayang pada triwulan


juga

2012

ribu M3

860

oleh

II

ribu
580
650
542 531 568
600
506 518 530
493
483
550
461
500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II

2014

Grafik 1.14 Perkembangan Total


Pemakaian Listrik

hal tersebut, pemakaian

367

2013

2014

Pertumbuhan (RHS)

Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2014

(qtq). Rata-rata konsumsi air bersih bulanan melalui PDAM Kota Jambi pada
triwulan laporan sebesar 843,94ribu M3, lebih tinggi dari triwulan lalu (837,29
ribu M3). Namun demikian, secara tahunan, pemakaian air bersih mengalami
penurunan 2,68% (yoy).
Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 7,48% (yoy)
dengan andil pertumbuhan 0,54%, menurun dibanding pertumbuhan pada
triwulan sebelumnya (8,28% yoy). Pertumbuhan tersebut utamanya disebabkan
oleh pertumbuhan sektor angkutan sejalan dengan momen liburan sekolah,
ramadhan, dan kampanye Pemilu Legislatif dan Presiden.

TRIWULAN II-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

15

EKONOMIM AKRO REGIONAL

Grafik 1.17. Perkembangan


Keberangkatan dan Kedatangan
Penumpang

Grafik 1.18. Perkembangan Jumlah


Bongkar dan Muat Barang
ton
1500

ribu orang
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
I

1000

500

0
II

III

IV

2012
Kedatangan Penumpang

II

III

IV

II

II

III

IV

2012
Jumlah Bongkar

2013
2014
Keberangkatan Penumpang

Sumber: PT Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi

II

III

IV

II

2013
2014
Jumlah Muat

Sumber: PT.Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi

Jumlah penumpang, baik yang datang maupun berangkat dari Bandara


Sultan Thaha Jambi, menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan yang
sama tahun lalu. Momen liburan sekolah, bulan Ramadhan, serta banyaknya
kunjungan juru kampanye nasional ke Provinsi Jambi selama masa kampanye
Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden menjadi faktor utama peningkatan jumlah
penumpang tersebut. Jumlah penumpang (total berangkat dan datang) di
bandara Sultan Thaha Jambi sebanyak 329.816 orang, meningkat 4,17% dari
tahun lalu. Secara umum, jumlah penumpang yang meninggalkan Jambi sedikit
lebih tinggi dibandingkan yang datang ke Jambi.
Sub sektor angkutan laut pada triwulan laporan juga mengalami
peningkatan. Pada triwulan II 2014, jumlah kunjungan kapal sebanyak 1.147
unit, sementara triwulan lalu sebanyak 1.064 unit. Sejalan dengan hal tersebut,
jumlah arus barang perdagangan juga mengalami peningkatan dari sebesar
1.229,92 kilo ton pada triwulan lalu, menjadi 1.350,58 kilo ton5 seiring dengan
peningkatan volume ekspor dari pelabuhan Jambi.
persen(%)
150

unit
2.000
76,23

1.500

101,74

34,69

1.000

50

11,92
500

100

27,46

7,60

-0,51

-7,58
I

II

III

2011

IV

II

III

2012
Unit
Sumber: Pelindo II Cabang Jambi

IV

-1,64
-15,95
-2,84

-30,40
I
II

8,57
0
-1,04
-50

III

IV

2013
Pertumbuhan (yoy)

II

2014

Grafik 1.19 Perkembangan Jumlah Kunjungan Kapal

unit
persen(%)
4.000
200
3.500
123,60
150
3.000
100
2.500
39,24
88,86
28,81
2.000
50
25,20
17,50
0,69
1.500
-17,57
0
-45,56
1.000 -3,28
-3,18
-5,39
-50
500
-31,98 -56,71
-100
I
II
III IV
I
II
III IV
I
II
III IV
I
II
2011
2012
Jumlah Total Arus Barang

2013
2014
Pertumbuhan (yoy)

Sumber: Pelindo II Cabang Jambi

Grafik 1.20 Perkembangan Total Arus Barang

Total arus barang yang dimaksud terdiri dari impor, ekspor, bongkar dan muat.
16

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II - 2014

EKONOMI M AKRO REGIONAL

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan tumbuh sebesar


1,25% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (1,80% yoy).
Sementara itu, sektor jasa-jasa pada triwulan laporan tumbuh 6,47% (yoy),
sedikit lebih tinggi daripada pertumbuhan triwulan sebelumnya (6,41%yoy).
C. PDRB Sisi Penggunaan
Ditinjau dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi tahunan Provinsi
Jambi utamanya didorong oleh meningkatnya perubahan stok dan pembentukan
modal tetap domestik bruto (PMTB) masing-masing sebesar 17,52% (yoy) dan
6,26% (yoy). Berdasarkan strukturnya, 55,21% perekonomian Jambi ditopang
oleh konsumsi rumah tangga dan LNRT, diikuti dengan investasi fisik 18,42% dan
konsumsi pemerintah 16,15%. Pangsa struktur tersebut cenderung mengalami
penurunan dari waktu ke waktu. Pada tahun 2013, pangsa konsumsi rumah
tangga, investasi fisik dan konsumsi pemerintah masing-masing sebesar 55,81%,
18,51%, dan 16,82%.
Tabel 1.4. Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran terhadap Pertumbuhan (yoy)
JENIS PENGELUARAN
Konsumsi Rumah Tangga & LNRT
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
Perubahan Stok
Ekspor
Impor
PDRB

2013

2014

Triwulan II - 2014

III
4,48

IV

4,77

II
4,64

4,46

4,69

4,79

3,13

(0,49)
19,75
11,63
2,28
0,04
8,36

(1,15)
17,32
13,25
4,56
1,37
8,44

(2,55)
11,94
9,00
10,78
5,64
7,87

19,27
8,42
7,04
(8,17)
(5,69)
6,93

3,43
2,11
12,13
18,50
10,28
8,79

6,06
6,26
17,52
(15,00)
(16,15)
7,48

1,05
1,17
0,59
(9,94)
(11,48)
7,48

Growth

Andil

dikurangkan dengan nilai kontribusi impor terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Jika
bernilai positif disebut net ekspor, sedangkan jika bernilai negatif disebut net impor.

TRIWULAN II-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

17

EKONOMIM AKRO REGIONAL

Grafik 1.21. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran
7
Triwulan II tahun 2014
Net Impor, 8.34
Perubahan
Stok, 2.77
PMTB, 17.64

Konsumsi
pemerintah ,
15.70

Konsumsi
Rumah
Tangga &
LNRT, 55.54

1. Pengeluaran Konsumsi
Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan LNRT berdasarkan harga berlaku
mencapai Rp13,32 triliun atau 55,21% dari total PDRB Jambi. Pengeluaran
konsumsi rumah tangga dan LNRT meningkat 4,79% (yoy) atau 1,04% (qtq),
sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,69% (yoy)).
Tingginya aktivitas perdagangan seiring dengan momen liburan sekolah, bulan
Ramadhan dan menjelang Idul Fitri 1435 H, serta masa kampanye Pemilu
Legislatif dam Pemilu Presiden menyebabkan konsumsi masyarakat dapat tumbuh
tinggi. Namun, meningkatnya harga barang/jasa seiring dengan tingginya
permintaan selama momen tersebut di atas, serta tren menurunnya harga
komoditas karet dan kelapa sawit menjadi faktor penahan laju pertumbuhan
konsumsi masyarakat.
Kondisi ini juga tercermin dari angka indeks tendensi konsumen pada
triwulan II-2014 yang mencapai 112,178. Angka indeks tingkat konsumsi
komoditi makanan dan bukan makanan juga masih berada pada level optimis
yaitu sebesar 106,20.

Pangsa (share) net impor sebesar -8,34% merupakan pengurangan dari total share PDRB sisi
pengeluaran.
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang
dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan
indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan
perkiraan pada triwulan mendatang. Angka yang masih diatas 100, menunjukkan bahwa
masyarakat masih optimis memandang perekonomian Jambi.
18

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II - 2014

EKONOMI M AKRO REGIONAL

Tabel 1.5 Indeks Tendensi Konsumen


Variabel Pembentuk
Pendapatan rumah tangga kini
Pengaruh inflasi terhadap tingkat
konsumsi
Tingkat konsumsi beberapa komoditi
makanan dan bukan makanan
Indeks Tendensi Konsumen

Sementara

itu,

Triwulan
I - 2013
101,7

Triwulan
II - 2013
106,85

Triwulan
III - 2013
112,21

Triwulan
IV - 2013
108,42

Triwulan
I - 2014
104,52

Triwulan
II - 2014
117,13

106,87

108,46

109,09

105,24

105,17

107,38

100,72
102,89

104,16
106,70

116,8
112,33

106,20
107,07

109,00
105,66

106,20
112,17

jika

dilihat

dari

penyaluran

kredit

real

estate,

pertumbuhannya masih terus meningkat jika dibandingkan triwulan yang sama


tahun lalu dan mencapai 22,01% (yoy) atau secara nominal tercatat sebesar
Rp4,19triliun. Pangsa kredit real estate di Jambi mencapai 16,83% dari total
kredit.

Rp Miliar

Grafik 1.22. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi
4.500
4.000
49,79
3.500
40,13
33,44
3.000
2.500
28,18
40,30
2.000
16,04
16,80
27,1115,44
1.500 16,52
26,38
11,27
22,01
1.000
500
5,16
0
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2011

2012

Kredit Real Estate

2013

60
50
40
30
20

10
0

2014

Pertumbuhan

Pengeluaran konsumsi pemerintah berdasarkan harga berlaku di triwulan


laporan mencapai Rp3,89 triliun meningkat 6,06% (yoy) atau 4,60% (qtq). Hal ini
sejalan dengan realisasi belanja APBD yang mulai meningkat di Triwulan II 2014.
Realisasi belanja APBD provinsi Jambi Triwulan II 2014 sebesar Rp920,98 miliar
(28,20%), lebih rendah dari posisi yang sama tahun lalu Rp933,18 miliar
(35,18%).
2. Investasi
Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) yang mencerminkan
nilai investasi di Jambi mencapai Rp4,45 triliun dengan pangsa 18,42% dari total
TRIWULAN II-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

19

EKONOMIM AKRO REGIONAL

PDRB Jambi, relatif sama dengan pangsanya pada triwulan yang sama tahun
2013 (18,44%). Investasi mengalami pertumbuhan 6,26% (yoy) dengan andil
pertumbuhan mencapai 1,17%.
Secara triwulanan, investasi juga mengalami peningkatan dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 6,26% (qtq) sejalan dengan mulai terealisasinya
termijn proyek pemerintah maupun swasta pada triwulan laporan.
Sejak tahun 2012 lalu, investasi di Jambi terus menunjukkan peningkatan
yang disebabkan oleh tingginya pembangunan fisik baik oleh pemerintah
ataupun swasta. Kondisi ini juga didukung oleh peningkatan kredit investasi yang
mencapai 10,75% (yoy). Tingginya investasi juga dikonfimasi oleh data indikator
ekonomi seperti konsumsi semen yang mengalami peningkatan dibandingkan
triwulan sebelumnya.
Sementara menurut pendapat pengusaha melalui hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha (SKDU), optimisme pengusaha dalam memandang kondisi bisnis
masih cukup baik. Hal ini terlihat dari masih positifnya indeks situasi bisnis yaitu
sebesar 43,48%9. Dari 150 responden yang disurvei, 45,65% menyatakan akan
baik, sementara 52,17% responden menyatakan bahwa situasi bisnis kedepan
relatif stabil, dan hanya 2,17% yang menyatakan akan memburuk.
Tabel 1.6 Realisasi Investasi PMA dan PMDN Jambi

Keterangan
PMA (USD juta)
PMDN (Rp miliar)

2013
Tw 1
16,36
-

Tw 2
6,11
1.303

2014
Tw 3
11,24
288

Tw 4
0,59
1.208

Tw 1
24,24
162

Tw 2
5,64
66

Jumlah investasi Jambi yang dicatat oleh Badan Koordinasi Penanaman


Modal (BKPM) menunjukkan realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN)
sebesar Rp66 miliar. Investasi tersebut jauh lebih rendah dibandingkan posisi yang
sama tahun lalu yang realisasinya sebesar Rp 1.303 miliar. Sejalan dengan hal
tersebut, investasi asing melalui penanaman modal asing (PMA) juga turun
7,62% dari tahun lalu menjadi USD 5,64 juta. Investasi Jambi sebagian besar
dialokasikan pada sektor pertanian.

Indeks yang positif menandakan optimisme dunia usaha


20

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II - 2014

Rp Triliun

EKONOMI M AKRO REGIONAL

6
5
4
3
2
1
-

100
90
92,60
80
70
76,92
60
46,91
43,25
41,92
50
57,49
49,77
40
47,75
48,91
41,27
30
33,17
10,75 20
12,83
10
6,65
0
TW I TW II TW III TW TW I TW II TW III TW TW I TW II TW III TW TW I TW II
IV
IV
IV
2011

2012

2013

Kredit Investasi (juta Rp)

2014

Pertumbuhan (%)

Grafik 1.23.Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi

KTon
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
-

(%)
50

41,29

40

37,89
20,02
11,95

23,32

12,36
10,26
1,84

12,84

(1,27)

II

III

2011

IV

-10

(4,83)

(10,45)

20
10

10,05

8,80

30

-20
II

III

IV

2012
Konsumsi Semen

II

III

IV

II

2013
2014
Pertumbuhan (yoy)

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah

Grafik 1.24.Konsumsi Semen Provinsi Jambi

Sementara itu, perubahan stok mengalami pertumbuhan tahunan cukup


signifikan mencapai sebesar 17,52%, dengan andil sebesar 0,59%.
3. Perdagangan Eksternal
Ekspor provinsi Jambi baik ke negara maupun daerah lain pada triwulan II
2014 mencapai Rp8,97 triliun. Nilai ekspor tersebut (keluar daerah dan luar
negeri) turun sebesar 6,46% (yoy) pada triwulan laporan. Turunnya nilai ekspor
ekspor tersebut utamanya disebabkan oleh turunnya ekspor pertambangan dari
Provinsi Jambi.

TRIWULAN II-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

21

EKONOMIM AKRO REGIONAL

Impor provinsi Jambi pada triwulan II

2014 mencapai Rp7,22 triliun atau

lebih rendah dari ekspor provinsi Jambi. Dengan demikian, Provinsi Jambi
mengalami net eskpor sebesar Rp1,75 triliun. Kinerja impor (dari luar daerah dan
luar negeri) mengalami penurunan 12,25% (yoy) dan terjadi hampir pada seluruh
kelompok komoditas (makanan, bahan kimia, karet, dan hasil industri lainnya)
kecuali mesin dan alat angkutan yang mengalami peningkatan seiring dengan
adanya impor mesin turbin uap air dari Cina.
3.1. Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi
Berdasarkan dokumen
pemberitahuan

Grafik 1.25. Perkembangan Ekspor dan Impor


Non Migas Provinsi Jambi

ekspor

barang (PEB), ekspor luar


negeri Provinsi Jambi pada
triwulan laporan sebesar USD

(dalam satuan juta USD)


800
700
600 561 550

500

398
467 462

400
300

278,28 juta, turun 5,77%

200

(yoy) dari triwulan yang sama

tahun 2013 (USD 295,32

489

539

100

330
359

83
21

28

296

39

34

380

285 295 262 295 302 284 264 278


225
192
259 265 245 256
220 169115 72
54
82
39
31
26
17
17

363

Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II
2011

2012
Ekspor

2013
Impor

2014

Net Ekspor

juta). Sementara itu, impor


luar negeri sebesar USD 53,77 juta. Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi
mengalami net ekspor sebesar USD224,51 juta.
Berdasarkan jenis komoditinya, nilai ekspor terbesar dicapai oleh
komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD 138,76 juta atau 49,86%
dari total ekspor non migas Jambi, diikuti oleh fixed vegetable oil serta pulp and
paper masing-masing USD 36,32 juta dan USD 30,10 juta. Berdasarkan struktur
ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk primer masih
mendominasi baik untuk hasil perkebunan maupun pertambangan.
Penurunan ekspor Provinsi Jambi pada triwulan laporan utamanya terjadi
pada komoditas karet mentah dan batu bara masing-masing sebesar 21,46%
(yoy) dan 18,74% (yoy). Dari sisi volume, ekspor karet mentah sebenarnya
mengalami peningkatan 16,85% (yoy), namun demikian, merosotnya harga karet
internasional menyebabkan penurunan nilai ekspor karet Provinsi Jambi. Selain

22

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II - 2014

EKONOMI M AKRO REGIONAL

itu, rendahnya kualitas karet di Jambi yang memiliki karakter karet kotor turut
menyebabkan terbatasnya harga jual.
Sementara itu, turunnya ekspor batubara Provinsi Jambi dipengaruhi oleh
turunnya volume seiring dengan lemahnya permintaan global. Tren menurunnya
harga batubara internasional dan rendahnya kualitas batubara produksi Jambi
turut menyumbang penurunan ekspor batubara tersebut. Selain itu, adanya
peraturan mengenai distribusi batu bara di Jambi juga menjadi disinsentif bagi
pengusaha untuk mengembangkan produksi batu bara di Jambi. Adanya Perda
yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur
sungai membuat margin keuntungan semakin menipis. Sementara dari sisi
pemerintah, pendapatan yang didapatkan dari batu bara juga relatif rendah
sementara biaya yang ditimbulkan akibat kerusakan jalan angkutan relatif lebih
tinggi.
Selanjutnya, nilai ekspor minyak dan

lemak sayur menunjukkan

peningkatan signifikan sebesar 96,52% (yoy) atau 91,77% (qtq) sejalan dengan
meningkatnya volume ekspor sebesar 19,30% (yoy) atau 88,64% (qtq). Cuaca
kondusif yang terjadi di Provinsi Jambi selama triwulan laporan menyebabkan
produktivitas kelapa sawit meningkat sehingga mempengaruhi kinerja ekspor
CPO.

Grafik 1.26. Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi


(%)
200

juta USD
800
700

150

600 148,90
500
400

300

100

77,89
5,92

42,75

200

-20,72 -22,27

-3,87

50

0,69
-5,77

-30,95
-25,77
-20,30
-41,10
-41,71

100

0
-50

-100
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II

2011

2012

2013

2014

Lainnya

Batu Bara, Kokas dan Briket

Fixed Vegetable Oil

Crude Rubber

G. Ekspor

TRIWULAN II-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

23

EKONOMIM AKRO REGIONAL

Grafik 1.27. Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama


Volume (ton)

2.000
1.500
1.000
500
0

Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II
2011

2012

2013

2014

Crude Rubber

Fixed Vegetable Oil

Batu Bara, Kokas dan Briket

Lainnya

Pulp dan Paper

Grafik 1.28. Volume Ekspor Non


Migras Provinsi Jambi

Grafik 1.29. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi


Jambi Berdasarkan Negara Tujuan
400
350

Lainnya,
46,205

300
Karet
Mentah,
138,760

Batu bara,
briket,
26,891

juta USD

250
200
150
100

50
Minyak,
lemak
sayur,
36,322

0
Pulp dan
Kertas (25),
30,100

Trw I

Trw II Trw III Trw IV Trw I


2012

Lainnya

India

Trw II Trw III Trw IV Trw I


2013

Eropa

RRC

Jepang

Trw II

2014
Malaysia

Amerika Serikat

Berdasarkan negara tujuan, ekspor Provinsi Jambi didominasi tujuan ke


negara Amerika Serikat yang mencapai USD 40,47 juta (8,68%) dan diikuti oleh
Malaysia sebesar USD 38,96 juta (8,35%). Menurunnya ekspor Jambi disebabkan
oleh menurunnya ekspor ke Jepang, India, Cina, dan Amerika Serikat terutama
ekspor komoditas karet dan batubara.
Infrastruktur pelabuhan dan terbatasnya muatan kapal di Jambi juga
menjadi salah satu kendala yang dihadapi pelaku usaha dalam mengekspor
secara langsung ke negara tujuan.
3.2. Impor Luar Negeri Provinsi Jambi
Impor non migas provinsi Jambi tercatat sebesar USD 53,77 juta, turun
sebesar 25,04% (qtq). Namun secara tahunan, impor non migas Provinsi Jambi
24

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II - 2014

EKONOMI M AKRO REGIONAL

meningkat sebesar 37,68% (yoy). Berdasarkan pangsanya, impor Jambi


didominasi oleh mesin pembangkit tenaga (USD 21,90 juta atau 40,74%).
Grafik 1.30. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

200

82

72

72

150

134,00
54
53,52

34
26

-12,16 17

39

17,27
31

Trw II

-11,88

-25,05

-45,35

-50
-100

Trw III

Trw IV

Trw I

Trw II

2012

Trw III

Trw IV

Trw I

2013
Impor (juta USD)

Trw II

2014

g. Impor (RHS)

Grafik 1.31. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi


Impor (juta USD)

90
80
70

60
50
40
30
20

10
0

Trw I

100
50

-1,01
17

-50,21
Trw I

110,59

Trw II Trw III Trw IV Trw I


2012

Trw II Trw III Trw IV Trw I


2013

Trw II

2014

Lainnya

Alat Pengangkutan Lainnya

Mesin Pembangkit Tenaga

Mesi Industri dan Perlengkapannya

Besi dan Baja

Mesin Industri Tertentu/Khusus

TRIWULAN II-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

25

Halaman ini sengaja dikosongkan


This page is intentionally blank

B OKS. 1 AKSELERASI PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI

Boks.1
AKSELERASI PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI :
MEMAKSIMALKAN PENCAPAIAN DAN MEMINIMALKAN DAMPAKNYA TERHADAP INFLASI

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan utama pembangunan. Dalam beberapa
tahun terakhir, Provinsi Jambi berhasil mencatatkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pada
triwulan II-2014, Provinsi Jambi tercatat sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi
kelima di Indonesia dan tertinggi di Sumatera. Pertumbuhan ekonomi provinsi Jambi (7,48%) juga
diatas pertumbuhan ekonomi nasional (5,12%).
Pertumbuhan Ekonomi Tw II-2014 (%)

4,65

5,47

5,70

5,86

6,33

5,39

6,03

5,12

NASIONAL

SUMSEL

SUMUT

LAMPUNG

BENGKULU

SUMBAR

KEPRI

7,48

7,79

7,99

JAMBI

PAPUA
BARAT

MALUKU

9,09

9,29

PAPUA

SULBAR

3,69
2,48

RIAU

NAD

BABEL

Namun demikian, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, jika tidak diantisipasi dengan baik,
berpotensi memicu kenaikan tingkat inflasi (kenaikan harga barang dan jasa). Hal ini terjadi karena
tingginya permintaan barang dan jasa seiring dengan peningkatan aktivitas ekonomi tersebut tidak
dapat diimbangi dengan kenaikan produksi/pasokan sehingga pada akhirnya memicu terjadinya
2

peningkatan harga barang dan jasa .


Sebagai ilustrasi, pertumbuhan ekonomi di kota Jambi akan meningkatkan permintaan tenaga
kerja di sektor-sektor ekonomi yang tumbuh sehingga terjadi migrasi penduduk dari luar Jambi ke kota
Jambi untuk memenuhi permintaan tenaga kerja. Hal ini perlu diimbangi dengan suplai perumahan,
kontrakan atau rumah kos. Bertambahnya jumlah penduduk tersebut, tentu juga akan meningkatkan
permintaan terhadap bahan makanan maupun makanan jadi. Apabila pertumbuhan pasokan
perumahan, kontrakan atau rumah kos dan bahan makanan maupun makanan jadi tersebut relatif
terbatas, sementara permintaannya relatif sangat tinggi, maka akan memicu peningkatan harga jual
rumah, biaya sewa/kontrak rumah, dan tarif kost tersebut. Oleh karena itu perlu adanya kebijakan
untuk meningkatkan suplai barang dan jasa dalam memenuhi tingginya permintaan. Atau dengan kata
lain, perlu kebijakan untuk mengantisipasi dampak turunan dari pesatnya pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan Ekonomi adalah pertumbuhan total output (barang dan jasa) produksi suatu daerah yang
berkaitan dengan faktor-faktor produksi seperti modal dan tenaga kerja (Dornbusch et.all, 2008). Pertumbuhan
ekonomi suatu daerah dapat diukur dari pertambahan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada suatu
periode tertentu yang dibandingkan dengan PDRB periode sebelumnya.
Inflasi yang bersumber dari permintaan barang dan jasa (demand-pull). Inflasi yang bersumber dari permintaan
disebabkan oleh kelebihan permintaan dalam interaksi antara permintaan dan penawaran barang dan jasa.

27

TRIWULAN II - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

B OKS. 1 AKSELERASI PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI

Untuk menganalisis lebih jelas kita bisa melihat perbandingan perekonomian kota A dan B
dengan karakteristik seperti tabel di bawah ini:
Kota A
Bahan mentah/bahan baku terbatas
Upah tidak kompetitif
Mayoritas tenaga kerja tidak terlatih
Infrastruktur jalan rusak
Potensi energi yang terbatas
Akses dana yang sulit ke lembaga pembiayaan
(Bank dan LKNB)
Peraturan dan iklim investasi yang tidak
kondusif

Kota B
Bahan mentah/bahan baku melimpah
Upah tenaga kerja kompetitif
Tenaga kerja terdidik dan terlatih
Kondisi infrastruktur jalan yang bagus
Potensi energi yang cukup
Kemudahan dalam mengakses dana ke
lembaga pembiayaan (Bank dan LKNB)
Kemudahan dalam Perizinan dan iklim
investasi yang kondusif

Analisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan inflasi pada kota A dan kota B dapat kita
lihat dalam grafik dibawah ini:
Tingkat
Harga
(P)

AD 2
AS2
AD 1
AS1

P2
P3
P1

Y1

PDB (Y)
Y2 Y3

Keterangan :
P : Prices

= Tingkat harga

Y: Output

= Produk Domestik Bruto (PDB)

AD: Aggregate Demand

= Jumlah produk yang diminta dalam perekonomian

AS: Aggregate Supply

= Jumlah produk yang disuplai dalam perekonomian

Berdasarkan grafik diatas, pertumbuhan ekonomi kota A, menyebabkan kenaikan pendapatan


masyarakat di kota A dan menyebabkan bergesernya permintaan ke AD 2. Kenaikan pendapatan akan
menyebabkan kenaikan permintaan barang dan jasa di sektor sekunder seperti perumahan,
perdagangan, jasa dan konsumsi energi. Hal itu harus diimbangi dengan kenaikan suplai barang dan
jasa.
Untuk merespon naiknya permintaan masyarakat, produsen akan meningkatkan produksinya.
Akan tetapi, karena kendala bahan baku, kurangnya tenaga kerja terdidik disertai tingkat upah yang
tidak kompetitif, infrastruktur yang buruk, dan akses pembiayaan ke lembaga keuangan yang terbatas,
peraturan dan iklim investasi yang tidak kondusif menyebabkan produsen barang dan jasa terkendala
dalam menaikkan produksi/pasokan dalam waktu yang singkat. Atau dengan kata lain, pertambahan
produksi dan pasokan cenderung terbatas. Kondisi ini menyebabkan permintaan barang dan jasa
melebihi suplai barang dan jasa yang bisa diproduksi sehingga menyebabkan kenaikan harga (dari P 1 ke
28

TRIWULAN II - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

B OKS. 1 AKSELERASI PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI

tingkat harga yang lebih tinggi P 2). Output/PDB kota A akan tumbuh ke titik Y 2, namun juga sekaligus
memicu kenaikan harga barang dan jasa ke titik P 2.
Kondisi berbeda terjadi di kota B. Kota B dengan bahan baku/bahan mentah yang tersedia dalam
jumlah melimpah, tenaga kerja dan tingkat upah yang kompetitif, sumber energi yang cukup, akses
keuangan yang relatif mudah, infrastruktur yang baik mempunyai potensi untuk dapat merespon
peningkatan permintaan masyarakatnya dengan meningkatkan produksi/pasokan barang dan jasa.
Kenaikan suplai bisa berlangsung cepat karena produsen dapat meningkatkan produksi tanpa
terpengaruh oleh hambatan di proses distribusi bahan mentah dan barang jadi. Tersedianya tenaga
terlatih dan terdidik menjamin tersedia suplai SDM yang kompetitif untuk memenuhi kebutuhan
penambahan tenaga kerja terkait peningkatan produksi/pasokan. Distribusi sumber energi yang cukup
dan lancar mengurangi potensi pemadaman listrik yang dapat mengganggu proses produksi dan proses
bisnis perdagangan, hotel dan jasa-jasa. Akses keuangan yang relatif mudah memberikan kemudahan
bagi pelaku usaha untuk meningkatkan kapasitas produksinya (membeli mesin-mesin produksi dan
mempekerjakan tenaga kerja yang produktif) maupun mengembangkan usahanya. Kemudahan
perizinan memudahkan pelaku usaha untuk membangun dan mengembangkan usahanya. Kondisi
infrastruktur yang baik menyebabkan distribusi bahan baku dan hasil produksi menjadi lancar dan
relatif mudah dan murah.
Lebih sedikitnya hambatan untuk menaikkan produksi dan pasokan barang dan jasa, dapat
mendorong pertumbuhan produksi/pasokan ke tingkat yang jauh lebih tinggi (Y 3) sehingga tidak terjadi
3

excess demand yang berlebihan dan menyebabkan tingkat harga barang dan jasa relatif lebih
terkendali (P3).
Pertumbuhan ekonomi kota B akan lebih tinggi dari pada kota A (Y3 lebih tinggi daripada
pertumbuhan ekonomi kota Y2), tetapi tingkat inflasinya jauh lebih rendah dibandingkan kota A (P 3
lebih rendah dibandingkan P2). Berdasarkan ilustrasi diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa
pertumbuhan ekonomi kota B lebih optimal dan tidak menyebabkan tingkat inflasi yang tinggi.
Provinsi Jambi dapat lebih mengoptimalkan tingkat pertumbuhan dengan cara mendorong
pertumbuhan di sektor sekunder dan tersier serta menghilangkan atau meminimalisir kendala struktural
yang menghambat produksi dan distribusi.
Dengan demikian, dalam rangka memanfaatkan momentum tingkat pertumbuhan yang tinggi di
Jambi dan sekaligus menjaga inflasi di tingkat yang rendah dan stabil, maka pemerintah provinsi Jambi
perlu melakukan upaya :
1. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk memenuhi permintaan tenaga kerja
terdidik dan terlatih
a.

Disnakertrans memberikan pelatihan dan kesempatan magang bagi lulusan.

b. Pembukaan jurusan di sekolah kejuruan, akademi dan universitas untuk mengisi


kebutuhan tenaga kerja di sektor-sektor ekonomi yang tumbuh serta sektor
penunjangnya.
3

Excess Demand adalah tingkat permintaan yang melebihi jumlah penyediaan barang dan jasa
TRIWULAN II - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
29

B OKS. 1 AKSELERASI PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI

2. Pembangunan PLTU untuk mendukung pertumbuhan permintaan energi.


3. Percepatan pembangunan infrastruktur fisik (jalan dan pelabuhan) untuk memperlancar
distribusi barang dan jasa.
4. Perbaikan iklim investasi untuk pengembangan produksi dan percepatan hilirisasi industri.
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah daerah harus mengembangkan iklim investasi yang
menarik

dan menguntungkan bagi investor dalam rangka pengembangan produksi dan

hilirisasi industri produk unggulan Jambi seperti karet dan kelapa sawit. Industri hilir seperti
pabrik pengolahan karet, pabrik ban dan pabrik pengolahan minyak kelapa sawit diperlukan
untuk memberikan nilai tambah produk serta meningkatkan harga jual. Peningkatan nilai
tambah dan harga jual produk akan memberikan multiplier effect terhadap perekonomian
Jambi antara lain: meningkatkan pendapatan domestik Jambi, meningkatkan penyerapan
tenaga kerja, serta meningkatkan aktivitas ekonomi di sekitar pabrik.
5. Aktif berperan dalam menyediakan akses keuangan yang lebih luas dan terbuka serta skema
pembiayaan yang mudah untuk memenuhi kebutuhan modal yang diperlukan pelaku usaha
dalam rangka penambahan kapasitas produksi maupun pengembangan usaha.
6. Peningkatan kerjasama antar daerah untuk memenuhi pasokan dalam rangka pengendalian
inflasi yang rendah dan stabil
Penyusunan data/peta surplus defisit bahan makanan masing-masing kabupaten/kota sebagai
modal awal pelaksanaan kerjasama antar daerah. Setelah data surplus defisit tersebut tersedia,
perlu segera ditindaklanjuti dengan Memorandum of Understanding (MoU) terkait kerjasama
dengan daerah lain (prioritas dalam satu provinsi) dalam mencukupi kebutuhan bahan
makanan sehingga tercapai titik keseimbangan antara suplai dan permintaan (harga stabil
inflasi rendah).
7. Program Ketahanan Pangan
Untuk menjaga inflasi di tingkat yang rendah dan stabil khususnya dari kelompok volatile
foods, perlu dikembangkan sinergi yang baik antara Pemerintah melalui dinas terkait dengan
instansi-instansi lainnya untuk menggalakkan program ekstensifikasi dan intensifikasi tanaman
pangan di lahan-lahan yang selama ini tidak produktif untuk mencukupi kebutuhan domestik
Provinsi Jambi. Tanaman pangan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di Provinsi Jambi
antara lain cabe merah, bawang merah, dan padi. Program ketahanan pangan dapat
dikembangkan

lebih

lanjut

menjadi

program

kawasan

pertanian

terpadu

dengan

menggabungkan pertanian dan peternakan. Selain mengendalikan laju inflasi, program


tersebut

juga

dapat

menjadi

pendorong pertumbuhan ekonomi

serta

peningkatan

kesejahteraan masyarakat.
8. Alokasi pembelanjaan anggaran pemerintah provinsi dan daerah untuk pembelian barang dan
jasa yang mendukung pertumbuhan ekonomi Jambi.
Pemerintah Provinsi Jambi dan Pemerintah Kabupaten di seluruh provinsi Jambi perlu
meningkatkan porsi belanja barang dan modal yang mendukung pertumbuhan ekonomi Jambi
30

TRIWULAN II - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

B OKS. 1 AKSELERASI PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI

dan mengurangi porsi belanja pada kegiatan yang non produktif. Alokasi belanja diprioritaskan
pada kegiatan/barang dan jasa yang produktif dan memberikan nilai tambah bagi
perekonomian. Sebagai contoh, alokasi pada perbaikan infrastruktur fisik (jalan, jembatan,
bangunan dan pelabuhan) akan memberikan dampak terhadap kelancaran aktivitas ekonomi
dan alokasi yang optimal pada pendidikan akan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM).

31

TRIWULAN II - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

Halaman ini sengaja dikosongkan


This page is intentionally blank

BAB II
INFLASI

A. Kajian Umum
Pada triwulan II-2014, inflasi kota Jambi tercatat 6,47%(yoy), menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya (7,51%), dan lebih rendah dari inflasi nasional
(6,70%) namun lebih tinggi dari rata-rata inflasi triwulan II dalam tiga tahun
terakhir (6,17%) (gambar 2.1). Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar
4,58% (yoy) dan berada di bawah inflasi nasional13.
Gambar 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
Persen (%)
10

7,99

8,40

6,80

5,54 5,31
5

6,65

3,79
4,45

4,61
2,76

6,06 5,90

3,97

4,43

3,90 4,53

4,31 4,22

8,74

6,70

7,96 8,38

4,30
5,90

5,24

7,51
7,32 6,47

0
1

2011

2012

Kota Jambi

2013

2014

Nasional

Sumber: BPS Provinsi Jambi

Berdasarkan asesmen Bank Indonesia, inflasi Kota Jambi utamanya


disebabkan oleh inflasi administered price yang mencapai 13,27%(yoy). Sumber
utama inflasi administered price adalah meningkatnya bahan bakar rumah
tangga14 yang merupakan dampak dari meningkatnya harga elpiji ukuran 12 kg
sesuai kebijakan yang diberlakukan oleh Pertamina, penyelenggaraan pemilihan
legislatif pada bulan April 2014 dan kebijakan pemerintah menaikkan Tarif
Tenaga Listrik Industri per 1 Mei 2014. Sementara itu inflasi inti cenderung stabil
di level 4,41% (yoy) dan inflasi volatile food berada pada level 2,65% (yoy)
dengan kecenderungan menurun sejak Februari 2014.
13

14

Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari
sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66
kota menjadi 82 kota.
Perhitungan disagregasi inflasi berdasarkan sub kelompok barang.

33

I NFLASI

Gambar 2.2. Perbandingan Inflasi Core, Volatile Food, dan Administered Price(yoy)
25
20,69

20

17,93

17,58

19,16

19,15

18,67

19,21

17,34

16,57

15
9,58

10

13,27

12,18

11,98

9,86

9,73

9,05

6,74

3,45

3,38

2,60

3,81

3,46

4,20

4,164,28

4,413,72

4,64
3,75

4,49
4,13

4,41
2,65

0
Jun-13

Sep-13

Okt-13

Nov-13

Yoy Core

Des-13

Yoy Volatile

Jan-14

Feb-14

Mar-14

Yoy Administered

Apr-14

Mei-14

Jun-14

Yoy inflasi

Sumber: BPS Provinsi Jambi

Berdasarkan penghitungan triwulanan, perkembangan harga di Kota


Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar 0,51% (qtq), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya (1,00% (qtq)). Pergerakan angka inflasi
bulanan (m-t-m) pada bulan April, Mei, dan Juni 2014 masing-masing sebesar
0,14%,-0,23% dan 0,14%. Sementara itu, perkembangan harga di Bungo
tercatat sebesar 0,01%, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya (1,27%)
dan

lebih rendah dibandingkan kota Jambi dengan pergerakan angka inflasi

bulanan (m-t-m) pada bulan April, Mei, dan Juni 2014 masing-masing sebesar 0,28%, -0,51% dan 0,80%.
Tingkat inflasi di Kota Jambi berada di urutan ke-7 (tujuh) dari daftar kota
dengan tingkat inflasi tertinggi di Sumatera. Sementara Bungo menempati urutan
ke-20 (dua puluh). Inflasi tertinggi terjadi di Kota Metro, sedangkan inflasi
terendah terjadi di Kota Lubuk Linggau (gambar 2.3).15

15

Sumber: DSM, Bank Indonesia.


34

KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULANII-2014

I NFLASI

Gambar2.3. Perbandingan Inflasi (yoy) Kota Jambi dan Kota Lainnya di Pulau Sumatera
per Juni 2014
14
12

10
8
6
4
2

Tanjung Pandan
Tembilahan
Metro

Bengkulu
Batam
Medan
Pekanbaru
Padang
Jambi
Dumai
Tanjung Pinang

Meulaboh

Lubuk Linggau
Pangkal Pinang
Palembang
Bungo
Sibolga
Lhokseumawe
Banda Aceh
Bukit Tinggi

Sumber :DSM Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jambi

B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang


Berdasarkan kelompoknya, sumbangan terbesar inflasi di kota Jambi pada
triwulan ini bersumber dari kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi
sebesar 0,97% (qtq) atau 4,55% (yoy) dengan kontribusi sebesar 0,23% (tabel
2.1). Tingginya inflasi kelompok bahan makanan tersebut disebabkan oleh
meningkatnya permintaan bahan makanan berupa daging ayam ras dan bawang
merah seiring dengan musim pesta pernikahan dan tradisi syukuran sebelum
puasa Ramadhan dan persiapan menjelang Ramadhan. (tabel 2.2).
Selain itu, kelompok perumahan, air, listrik & bahan bakar juga mengalami
inflasi sebesar 0,75% (qtq) atau 6,85% (yoy) dan memberikan sumbangan inflasi
sebesar 0,16%, disebabkan oleh meningkatnya permintaan kontrak rumah
selama masa kampanye Pemilu Legislatif dan permintaan papan, semen dan
keramik untuk renovasi rumah menjelang persiapan Ramadhan dan Idul Fitri
1435H. Selain itu kenaikan permintaan bahan bakar rumah tangga dan gelas
minum juga meningkat seiring dengan pesta pernikahan dan tradisi syukuran
sebelum Ramadhan diatas. Rencana kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) rumah
tangga di tahun 2014 juga ikut memicu kenaikan inflasi kelompok ini.
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau mengalami inflasi
sebesar 0,68% (qtq) atau 6,58% (yoy) memberikan kontribusi sebesar 0,10%
yang disumbangkan oleh sub kelompok makanan jadi berupa ayam goreng dan

TRIWULAN II-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

35

I NFLASI

gado-gado serta sub kelompok tembakau & minuman beralkohol berupa rokok
kretek filter.
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
KELOMPOK

Triwulan II-2013
(q-t-q, %)
Inflasi

Smbgn

Triwulan III-2013 Triwulan IV-2013


(q-t-q, %)
(q-t-q, %)
Inflasi

Smbgn

Inflasi

Smbgn

Triwulan I-2014
(q-t-q, %)

Triwulan II-2014
(q-t-q, %)

Inflasi

Inflasi

Smbgn

Smbgn

Bahan Makanan

0,03

0,57

9,10

0,76

-4,14

0,13

0,51

0,14

0,97

0,23

II

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

1,59

0,27

1,44

0,52

2,30

0,30

1,18

0,19

0,68

0,10

1,78

0,34

1,08

0,43

3,03

0,48

1,24

0,27

0,75

0,16

-2,36

-0,10

0,79

0,11

0,76

-0,01

0,69

0,05

-0,03

-0,01
0,04

III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar


IV Sandang
V Kesehatan
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga

0,39

0,02

0,17

0,02

0,93

0,04

0,58

0,02

0,64

-0,10

0,00

0,92

0,05

0,29

0,01

0,56

0,03

0,06

0,01

0,20

0,72

17,14

1,64

-0,55

0,11

1,56

0,29

-0,14

-0,02

VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan

INFLASI

1,82

1,82

3,53

3,53

1,04

1,04

1,00

1,00

0,50

0,52

Sumber: BPS (diolah)

Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi
Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa

KELOMPOK/SUBKELOMPOK
I.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
II.
a.
b.
c.
III.
a.
b.
c.
d.
IV.
a.
b.
c.
d.
V.
a.
b.
c.
d.
VI.
a.
b.
c.
d.
e.
VII
a.
b.
c.
d.

BAHAN MAKANAN
PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA
DAGING-DAN HASIL-HASILNYA
IKAN SEGAR
IKAN DIAWETKAN
TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA
SAYUR-SAYURAN
KACANG-KACANGAN
BUAH-BUAHAN
BUMBU-BUMBUAN
LEMAK DAN MINYAK
BAHAN MAKANAN LAINNYA
MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU
MAKANAN JADI
MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL
TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR
BIAYA TEMPAT TINGGAL
BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR
PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA
PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA
SANDANG
SANDANG LAKI-LAKI
SANDANG WANITA
SANDANG ANAK-ANAK
BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA
KESEHATAN
JASA KESEHATAN
OBAT-OBATAN
JASA PERAWATAN JASMANI
PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA
JASA PENDIDIKAN
KURSUS-KURSUS / PELATIHAN
PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN
REKREASI
OLAHRAGA
TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN
TRANSPOR
KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN
SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR
JASA KEUANGAN

INFLASI (UMUM)

Triwulan II-2013 Triwulan III-2013 Triwulan IV-2013 Triwulan I-2014

Triwulan II-2014

qtq

yoy

qtq

yoy

qtq

yoy

qtq

yoy

qtq

yoy

0,03
-1,96
5,24
-2,15
4,49
-3,00
1,42
-0,55
-6,63
6,33
-2,22
4,80
1,59
1,99
0,31
1,40
1,78
0,46
4,98
0,18
1,15
-2,36
0,71
0,62
0,14
-9,10
0,39
0,00
0,48
1,85
0,37
-0,10
0,00
0,00
-0,74
0,09
0,17
0,20
0,29
0,00
0,00
0,41

9,87
5,97
3,18
2,39
2,44
5,26
13,90
21,63
12,21
57,01
-6,71
12,68
5,12
4,70
5,18
6,09
4,89
5,36
5,12
1,16
4,37
-0,05
3,15
1,38
1,13
-4,75
2,06
0,00
4,77
7,52
1,51
1,70
1,73
0,76
2,30
1,46
0,23
4,59
6,37
0,00
2,94
1,12

9,10
4,75
5,57
7,53
2,49
5,49
22,26
0,60
8,86
24,17
2,77
0,48
1,44
2,11
-0,40
0,95
1,08
1,49
0,75
0,26
0,31
0,79
0,92
1,09
0,60
0,55
0,17
0,00
0,13
0,00
0,43
0,92
1,06
4,02
-0,97
1,40
0,00
17,14
25,27
0,00
0,91
0,00

15,39
5,89
11,45
8,43
7,82
4,23
26,44
3,79
6,42
97,12
-4,29
5,03
4,56
5,66
-0,22
4,87
3,73
3,60
4,62
1,03
3,85
-0,41
2,02
2,18
1,19
-5,78
1,62
0,00
1,77
7,39
1,81
1,27
1,06
4,02
-0,24
2,91
0,17
18,95
27,50
0,00
3,88
0,41

-4,14
2,21
-8,30
-1,62
2,43
0,11
-11,77
22,97
-7,11
-22,08
3,98
-1,71
2,30
3,57
-0,46
0,92
3,03
1,34
7,01
2,21
1,01
0,76
0,70
-0,72
0,57
2,30
0,93
0,00
0,89
6,61
0,40
0,29
0,05
0,00
1,19
0,41
0,21
-0,55
-0,84
0,00
0,59
0,00

12,10
5,12
10,88
6,00
11,09
5,78
12,13
25,69
3,18
62,39
3,87
4,20
6,34
8,75
-0,22
4,66
6,52
3,43
14,08
3,34
4,49
-0,89
2,64
1,11
1,91
-7,32
2,06
0,00
2,68
8,57
2,18
1,44
1,11
4,02
0,64
2,87
0,38
18,34
27,12
0,00
1,50
0,41

0,51
0,36
-0,71
4,30
10,08
0,81
9,31
0,24
7,67
-22,17
7,50
1,00
1,18
1,67
0,60
0,41
1,24
0,59
2,48
1,05
1,26
0,69
-0,12
0,65
0,77
1,30
0,58
0,18
0,33
0,00
1,30
0,56
0,00
1,28
3,37
-0,49
0,17
1,56
2,07
0,19
1,06
0,00

4,79
5,34
1,16
7,96
20,74
3,27
19,57
23,32
1,66
-19,94
12,33
4,54
7,24
9,66
0,05
3,73
7,61
3,93
15,98
3,73
3,78
2,25
2,23
1,64
2,10
-5,28
2,72
0,18
1,84
8,57
2,51
2,34
1,11
5,34
2,82
1,41
0,56
17,18
27,14
0,19
2,58
0,41

0,97
-1,93
16,29
6,22
-1,22
7,62
-13,99
0,25
3,31
-13,41
-1,20
2,47
0,68
0,76
0,05
0,97
0,75
0,79
0,38
0,79
1,53
-0,03
0,07
0,70
0,41
-1,04
0,64
0,00
0,64
1,23
1,23
0,06
0,00
0,00
0,62
-0,30
0,00
-0,14
-0,14
-0,36
0,45
0,00

4,55
5,37
11,77
17,20
14,15
14,57
1,42
24,31
12,49
-34,80
13,50
2,21
6,58
8,33
-0,21
3,29
6,85
4,28
10,89
4,36
4,17
4,22
1,58
1,72
2,37
3,12
3,00
0,18
2,00
7,92
3,39
2,38
1,11
5,34
4,24
1,02
0,38
11,93
26,61
-0,17
3,04
0,00

1,82

5,24

3,53

7,96

1,04

8,74

1,00

7,51

0,51

6,47

Sumber: BPS (diolah)

Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan inflasi


terbesar pada bulan April, Mei dan Juni 2014 adalah daging ayam sedangkan
36

KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULANII-2014

I NFLASI

penyumbang deflasi adalah cabai merah. Pada tahun sebelumnya, terutama


menjelang Ramadhan, cabai merah adalah produk pembentuk inflasi yang
dominan.
Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi
Periode triwulan II-2014
10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI

TW II-2014
Sumbangan

APRIL

10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI

TW II-2014
Sumbangan

APRIL

Daging Ayam Ras

0,2031

Cabai Merah

-0,2217

Nila

0,1245

Cabai Rawi

-0,0645

Bawang Merah

0,0664

Kacang Panjang

-0,0471

Kontrak Rumah

0,0355

Daun Singkong

-0,0443

Gabus

0,0276

Tomat Buah

-0,0406

Telur Ayam Ras

0,0215

Beras

-0,0348

Kopi Bubuk

0,0175

Kembung/Gembung

-0,0205

Mas

0,0167

Emas Perhiasan

-0,0202

Susu Untuk Balita

0,0166

Udang Basah

-0,0150

10

Rokok Kretek Filter

0,0159

10

Gula Pasir

Sumbangan 10 Komoditas

0,5453

MEI

Sumbangan 10 Komoditas

-0,0141
-0,5228

Mei
1

Daging Ayam Ras

0,1303

Bayam

-0,0643

Udang Basah

0,0748

Cabai Rawit

-0,0614

Bawang Merah

0,0580

Kacang Panjang

-0,0595

Tomat Buah

0,0514

Beras

-0,0503

Nila

0,0471

Kangkung

-0,0345

Telur Ayam Ras

0,0422

Pisang

-0,0274

Jengkol

0,0278

Mie Kering Instan

-0,0192

Susu Untuk Balita

0,0238

Cumi cumi

-0,0166

Kontrak Rumah

0,0235

Terong Panjang

-0,0162

10

Gabus

0,0200

10

Ketimun

Sumbangan 10 Komoditas

0,4989

JUNI

Sumbangan 10 Komoditas

-0,0158
-0,3652

JUNI
1

Daging Ayam Ras

0,1026

Cabai Merah

-0,1119

Telur Ayam Ras

0,0480

Udang Basah

-0,0448

Tomat Sayur

0,0362

Mobil

-0,0302

Bawang Puih

0,0298

Daun Singkong

-0,0221

Jeruk

0,0291

Sawi Hijau

-0,0202

Patin

0,0227

Cumi cumi

-0,0166

Ketimun

0,0217

Bayam

-0,0099

Kacang Panjang

0,0177

Telepon Selular

-0,0095

Rokok Kretek Filter

0,0145

Jengkol

-0,0091

10

Gado-gado

0,0141

10

Nila

Sumbangan 10 Komoditas

0,3364

Sumbangan 10 Komoditas

-0,0086
-0,2829

Sumber : BPS (diolah)

TRIWULAN II-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

37

I NFLASI

1. Kelompok Bahan Makanan


Kelompok

bahan

makanan

Grafik 2.4. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan

mengalami

inflasi

(Rp/kg)
60.000

sebesar

0,97%(qtq)

50.000

atau

40.000
30.000

4,55%

(yoy)

dengan

sumbangan

20.000

inflasi

10.000
-

mencapai

0,23%.

2013
Cabe Merah Keriting
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi

Inflasi bahan makanan


tersebut

10

11

12

2014
Bawang Merah

Cabe merah Biasa

didominasi

oleh sub kelompok daging dan hasil-hasilnya (16,29% (qtq)), telur,susu dan hasilhasilnya (7,62% (qtq)). Namun sub kelompok sayur-sayuran dan bumbubumbuan mengalami deflasi yaitu sebesar 13,99% (qtq) dan 13,41% (qtq).
Harga daging-dagingan pada triwulan I-2014 yang cenderung stabil
mengalami kenaikan pada triwulan II-2014. Harga daging ayam ras yang pada
Maret 2014 berada pada level Rp22.583,00/kg naik menjadi Rp25.724,00/kg di
April 2014, Rp27.850,00/kg di Mei 2014 dan mencapai Rp30.556,00/kg di Juni
2014. Demikian juga halnya daging sapi yang pada triwulan I-2014 stabil pada
kisaran

harga

Rp110.000,00/kg

mengalami

kenaikan

harga

menjadi

Rp112.096,00/kg di Mei 2014 dan Rp114.444,00/kg di Juni 2014. Kenaikan


tersebut dikarenakan meningkatnya permintaan daging-dagingan sesuai tradisi
acara syukuran persiapan menjelang bulan puasa Ramadhan. Sub kelompok
telur, susu dan hasil-hasilnya mengalami inflasi seiring dengan kenaikan
permintaan telur ayam ras sebagai bahan baku pembuatan kue menjelang Idul
Fitri 1435 H.
Grafik 2.6. Perkembangan Harga Daging
(Rp/Kg)
60.000

(Rp/Kg)
120.000

50.000

110.000
100.000

40.000

90.000

30.000
80.000
20.000

70.000

10.000

60.000

50.000
1

2013
Daging Ayam Broiler, LHS

10

11

12

2014
Daging Sapi Murni, RHS

Sumber: Disperindag Provinsi Jambi

38

KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULANII-2014

I NFLASI

Sub kelompok sayur-sayuran mengalami deflasi yang disumbangkan oleh


kacang panjang, daun singkong, bayam dan sawi hijau seiring dengan panen
sayur-sayuran dari Provinsi Bengkulu yang merupakan pemasok sayuran di
Provinsi Jambi. Bumbu-bumbuan, yaitu cabai merah, mengalami deflasi yang
signifikan pada triwulan II-2014 setelah pada triwulan sebelumnya tercatat
sebagai komoditi penyumbang inflasi. Membaiknya cuaca di Pulau Sumatera
selama triwulan II-2014 memberikan efek positif bagi kelancaran jalur distribusi
(jalur lintas Sumatera). Melimpahnya pasokan cabai membuat harga cabai merah
turun cukup signifikan. Harga cabai merah pada Maret 2014 sebesar Rp 18.393
per kg dan selama triwulan II-2014 mengalami penurunan menjadi Rp13.425/kg
(April 2014), Rp11.778/kg (Mei 2014) dan Rp11.296/kg (Juni 2014). Sebaliknya,
bawang merah menunjukkan tren kenaikan harga dari harga rata-rata tertinggi
Rp15.440/kg pada triwulan I - 2014 naik menjadi Rp17.218/kg (April 2014),
Rp19.692/kg (Mei 2014) dan Rp19.728/kg (Juni 2014). Kenaikan ini disebabkan
oleh meningkatnya permintaan seiring dengan maraknya pesta pernikahan dan
tradisi syukuran sebelum bulan Ramadhan, sementara dari sisi pasokan relatif
terbatas. Panen raya bawang merah baru terjadi pada awal Juli 2014.

(Rp/Kg)
(USD/Bushel)
9
9000
8
8000
7
7000
6
6000
5
5000
4
4000
3
3000
2
2000
1
1000
0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2012
Jagung internasional (aksis kiri)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi

2013

2014

Jagung pipilan kering (aksis kanan)

Grafik 2.7. Perkembangan Harga Beras


(USD/CWT)

(Rp ribu/Kg)

600

195
190
185
180
175
170
165
160
155
150

500
400
300
200
100
0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2012
Beras internasional (aksis kiri)

2013

2014
Beras King (aksis kanan)

Sumber: Bloomberg, indexmundi.com & Disperindag Prov. Jambi

Harga beras di tingkat internasional menunjukkan penurunan sebesar


7,19%. Sejalan dengan hal tersebut, harga beras di Jambi pada triwulan laporan
juga menurun sebesar 3,03% dibandingkan triwulan sebelumnya.

TRIWULAN II-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

39

Thousands

Grafik 2.6. Perkembangan Harga Jagung

I NFLASI

Perkembangan harga tepung


terigu merk Segitiga Biru pada
triwulan

laporan

mengalami

penurunan ke level rata-rata


Rp7.503/kg

setelah

sebelumnya

stabil

Rp10.000,00/kg.

triwulan
di

posisi

Penurunan

Grafik 2.8. Perkembangan Harga Tepung Terigu


(Rp/Kg)
11000

(USD/Bushel)
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

10000
9000
8000
7000

6000
Wheat/Gandum (aksis kiri)

Tepung Terigu lokal (aksis kanan)

5000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2012

tersebut mengikuti menurunnya

2013
2014
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi

harga gandum yang merupakan


bahan baku tepung terigu di tingkat internasional. Penurunan harga tepung
terigu tersebut terjadi sejak triwulan I-2014 (rata-rata triwulan IV-2013 berkisar di
USD 6.9/bushel menjadi USD 6,5/bushel pada triwulan I-2014) 16. Namun pada
April 2014 dan Mei 2014 sempat menunjukkan peningkatan di posisi USD
7.1/bushel dan USD 7.5/bushel dan di Juni 2014 kembali menurun menjadi USD
6.8/bushel. Penurunan tersebut seiring dengan laju penanaman benih gandum di
Amerika Serikat dan Kanada yang bergerak cepat karena cuaca yang mendukung
yang memunculkan spekulasi bahwa cuaca hujan akan membantu memperbaiki
kondisi panen dan persediaan global.
Harga rata-rata Crude
Palm

Oil(CPO)

internasional
laporan

di

pada

tingkat
triwulan

menurun

3,22%

Grafik 2.9. Perkembangan Harga CPO dan Minyak


Goreng
(Ringgit/Ton)
2000

(Rp/Kg)
12.000
11.000

1500

10.000
9.000

1000

dibandingkan

triwulan

sebelumnya, yaitu dari

8.000

500

7.000

5.000

6.000

USD

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

817,94/metric
menjadi
ton.

USD

Sejalan

ton

menurun

791,54/metric
dengan

2012
CPO internasional (aksis kiri)

2013
2014
Minyak goreng lokal (aksis kanan)

Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi

harga

internasional, harga minyak goreng lokal juga menurun dari Rp11.817/liter pada
triwulan lalu menjadi Rp11.012/liter.

16

Satu bushel setara dengan 27 kg.


40

KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULANII-2014

I NFLASI

2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau


Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami
inflasi sebesar 0,68%(qtq) atau 6,58% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya,
urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub kelompok tembakau dan minuman
beralkohol yaitu sebesar 0,97% (qtq) yang disebabkan oleh berlakunya pajak
rokok sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah yang berlaku mulai 1 Januari 2014 dan dirumahkannya
ribuan pekerja Sigaret Kretek Sampoerna (SKT).
Sub kelompok makanan jadi mengalami inflasi sebesar 0,76% (qtq)
yang

disebabkan

oleh

kenaikan

jenis

makanan

seperti

ayam

goreng,

tekwan/model dan gado gado pada Juni 2014. Sub kelompok minuman yang
tidak beralkohol mengalami inflasi sebesar 0,05% (qtq), menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya (0,60% (qtq)) yang disumbangkan oleh kopi bubuk, teh
manis dan minuman kesegaran . Inflasi kedua sub kelompok tersebut masih
merupakan terusan efek kenaikan harga bahan bakar elpiji pada triwulan
sebelumnya.

3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar


Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan II2014 mengalami inflasi sebesar 0,75% (qtq), lebih rendah dari triwulan
sebelumnya (1,24% (qtq)), dengan laju inflasi tahunan 6,85%(yoy). Berdasarkan
sub kelompoknya, inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga pada sub
kelompok penyelenggaraan rumah tangga sebesar 1,53% (qtq), biaya tempat
tinggal sebesar 0,79% (qtq), perlengkapan rumah tangga sebesar 0,79%
(qtq),dan bahan bakar, penerangan, dan air sebesar 0,38% (qtq). Pemicu
terjadinya inflasi pada kelompok ini adalah meningkatnya harga sabun detergen
bubuk/cair sebagai akibat penyesuaian harga jual rata-rata/average selling price
(ASP) sebesar 6-7% yang dilakukan produsen consumer goods untuk
mempertahankan laba. Selain itu juga disebabkan oleh kenaikan ongkos
binatu/laundry, permintaan kontrak rumah selama masa kampanye Pemilu
Legislatif 2014 serta konsumsi papan, semen dan keramik terkait renovasi rumah
menjelang Idul Fitri 1435H.
TRIWULAN II-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

41

I NFLASI

4. Kelompok Sandang
Kelompok

sandang

pada triwulan II-2014 secara

Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas di Pasar


Internasional

tahunan mengalami inflasi

(USD/troy ounce)
2000

sebesar sebesar 4,22%(yoy)

1500

atau meningkat dibanding

1000

triwulan sebelumnya sebesar

500

2,25%(yoy).

Sumber: Bloomberg

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

Namun

demikian,

2012

2013

2014

secara triwulanan, kelompok


sandang mengalami deflasi sebesar 0,03% (qtq).Terjadinya deflasi pada
kelompok ini terutama disumbangkan oleh deflasi barang yang tergolong barang
pribadi dan sandang lainnya (1,04%(qtq)). Kondisi pasar saham global yang
membaik seiring dengan membaiknya perekonomian global dan keputusan India
mempertahankan bea masuk 10% menjadi salah satu penyebab penurunan
harga emas.17
5. Kelompok Kesehatan
Harga komoditi yang tergabung dalam kelompok kesehatan mengalami
inflasi sebesar 0,64%(qtq) atau 3,00% (yoy). Inflasi yang terjadi utamanya
bersumber dari meningkatnya tarif jasa perawatan jasmani (1,23% (qtq)), harga
produk perawatan jasmani dan kosmetika (1,23% (qtq)) dan obat-obatan (0,64%
(qtq)).
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi sebesar
0,06% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan lalu (0,56% (qtq)) atau 2,38%
(yoy). Inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga perlengkapan/peralatan
pendidikan (0,62% (qtq)) seiring dengan kenaikan permintaan perlengkapan
sekolah dalam rangka tahun ajaran baru. Sebaliknya sub kelompok rekreasi
mengalami deflasi (0,30% (qtq)) yang disumbangkan oleh televisi berwarna,
17

Sumber:
Bloomberg.1
(http://en.wikipedia.org)
42

(satu)

troy

ounce

setara

dengan

31,1034768

gram

KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULANII-2014

I NFLASI

VCD/DVD player, dan playstation. Sementara sub kelompok jasa pendidikan, tarif
kursus-kursus/pelatihan dan olahrga cenderung stabil
7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi
sebesar 0,14% (qtq) atau 11,93% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya
mengalami inflasi sebesar 1,56% (qtq). Berdasarkan sub kelompoknya, deflasi
pada kelompok ini utamanya bersumber dari sub kelompok komunikasi dan
pengiriman sebesar 0,36% (qtq) dan transpor sebesar 0,14% (qtq) seiring
dengan tidak begitu meningkatnya permintaan transportasi udara pada bulan
Juni 2014 meskipun terdapat liburan kenaikan sekolah pada bulan tersebut. Hal
tersebut akibat masa libur sekolah yang berdekatan yaitu liburan kenaikan kelas
selama 2 minggu kemudian masuk tahun ajaran baru selama 1 minggu, lalu
kembali dilanjutkan dengan liburan menjelang Idul Fitri 1435H selama 2
minggu).
Sementara itu, harga rata-rata minyak di pasar internasional naik sebesar
4,24% (qtq) dibandingkan periode triwulan I-2014 yaitu dari USD 98,87/barrel,
menjadi USD 103,06/barrel yang dipengaruhi oleh penurunan pasokan minyak
dari negara-negara OPEC dan memanasnya kondisi politik di Ukraina.
Grafik 2.11. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional
Harga Minyak (USD/Barrel)
125,00
100,00

75,00
50,00
25,00
Sumber: Bloomberg

0,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2012

2013

2014

TRIWULAN II-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

43

I NFLASI

C. INFLASI KOTA BUNGO


Sejak Januari 2014, Kota Bungo termasuk sebagai kota indikator inflasi di
Provinsi Jambi selain Kota Jambi. Bungo yang pada triwulan I - 2014 berada pada
urutan 16 (enam) kota di tingkat inflasi tertinggi menjadi urutan 20 (dua puluh)
dari 23 (dua puluh tiga) kota di Sumatera yang dihitung inflasinya. Posisi inflasi
Kota Bungo di Pulau Sumatera sampai dengan triwulan II-2014 cenderung
terjaga. Inflasi bulanan (mtm) Kota Bungo di Sumatera yang dihitung inflasinya
bulan Januari 2014 hingga Mei 2014 menunjukkan kecenderungan penurunan,
namun pada Juni 2014 terdapat peningkatan inflasi yang signifikan. Kenaikan
tersebut disebabkan oleh kenaikan permintaan/konsumsi masyarakat menjelang
puasa Ramadhan dan Idul Fitri 1435 H sesuai dengan pola rutin inflasi setiap
tahun.
Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo tahun 2014
1,20

1,11

1,00

0,80

0,80

0,60

0,51

0,40
0,20
0,00
Jan-14

(0,20)

Feb-14

(0,40)

Mar-14

Apr-14

May-14

(0,28)

(0,35)

(0,51)

(0,60)

(0,80)

Jun-14

INFLASI

Sumber : BPS (diolah)

Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Kota Bungo


Apr-14

Mei 2014

Triwulan II-2014
(q-t-q, %)

Juni 2014

KELOMPOK
mtm
I

Bahan Makanan

II

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

sumbangan

mtm

sumbangan

mtm sumbangan

Inflasi

Smbgn

Juni 2014
yoy

-2,05

-0,55

-2,70

-0,71

0,70

0,18

-4,03

-1,08

-1,06

0,14

0,03

0,05

0,01

1,81

0,37

2,00

0,41

6,63

0,28

0,05

0,36

0,06

0,41

0,07

1,05

0,19

9,97

-0,41

-0,04

1,04

0,09

1,67

0,15

2,31

0,19

6,90

V Kesehatan

0,23

0,01

0,26

0,01

0,17

0,01

0,66

0,03

4,21

VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga

0,98

0,07

0,24

0,02

0,11

0,01

1,33

0,10

1,89

VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan

1,03

0,15

-0,02

0,00

0,13

0,02

1,15

0,17

(0,28)

(0,28)

(0,51)

III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar


IV Sandang

INFLASI

(0,51) 0,80

0,80

0,01

0,01

5,97
4,58

Sumber: BPS (diolah)

44

KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULANII-2014

I NFLASI

Tabel 2.5. Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Bungo Berdasarkan Kelompok dan Sub
Kelompok Barang dan Jasa
KELOMPOK/SUBKELOMPOK
I.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
II.
a.
b.
c.
III.
a.
b.
c.
d.
IV.
a.
b.
c.
d.
V.
a.
b.
c.
d.
VI.
a.
b.
c.
d.
e.
VII
a.
b.
c.
d.

Triwulan II-2014

BAHAN MAKANAN
PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA
DAGING-DAN HASIL-HASILNYA
IKAN SEGAR
IKAN DIAWETKAN
TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA
SAYUR-SAYURAN
KACANG-KACANGAN
BUAH-BUAHAN
BUMBU-BUMBUAN
LEMAK DAN MINYAK
BAHAN MAKANAN LAINNYA
MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU
MAKANAN JADI
MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL
TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR
BIAYA TEMPAT TINGGAL
BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR
PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA
PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA
SANDANG
SANDANG LAKI-LAKI
SANDANG WANITA
SANDANG ANAK-ANAK
BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA
KESEHATAN
JASA KESEHATAN
OBAT-OBATAN
JASA PERAWATAN JASMANI
PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA
JASA PENDIDIKAN
KURSUS-KURSUS / PELATIHAN
PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN
REKREASI
OLAHRAGA
TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN
TRANSPOR
KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN
SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR
JASA KEUANGAN

qtq
-4,03
0,30
1,69
-0,44
3,54
2,15
-3,71
0,01
3,16
-33,36
3,73
0,00
2,00
1,56
0,18
3,97
1,05
0,09
0,08
4,43
2,64
2,31
3,72
3,70
3,08
-1,65
0,66
0,00
-0,15
0,00
1,48
1,33
1,40
0,00
0,81
1,64
20,00
1,15
1,33
0,00
2,28
0,00

yoy
-1,06
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
6,63
N/A
N/A
N/A
9,97
N/A
N/A
N/A
N/A
6,90
N/A
N/A
N/A
N/A
4,21
N/A
N/A
N/A
N/A
1,89
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
5,97
N/A
N/A
N/A
N/A

INFLASI (UMUM)

0,01

4,58

Sumber: BPS (diolah)

N/A : Kota Bungo sebagai indikator kota inflasi sejak Januari 2014

Berdasarkan kelompoknya, inflasi terbesar pada triwulan II-2014 terjadi


pada kelompok sandang sebesar 2,31% (qtq) atau 6,90% (yoy) yang terdiri dari
TRIWULAN II-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

45

I NFLASI

sub kelompok sandang laki-laki, wanita dan sandang anak-anak seiring dengan
kenaikan permintaan jenis barang baju muslim, kaos berkerah dan sepatu.
Kenaikan sub kelompok sandang tersebut terkait konsumsi kebutuhan sandang
menjelang Idul Fitri 1435H. Sedangkan sub kelompok barang pribadi dan
sandang lainnya selama triwulan II-2014 mengalami deflasi sebesar 1,65% (qtq)
seiring dengan penurunan harga emas internasional.
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami
inflasi sebesar 2,00% (qtq) atau 6,63% (yoy) yang didominasi oleh sub kelompok
minuman yang tidak beralkohol akibat kenaikan kopi manis pada bulan Februari
2014 seiring dengan kenaikan bahan bakar elpiji oleh Pertamina dan sub
kelompok tembakau dan minuman beralkohol akibat kenaikan harga rokok
kretek filter.
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi sebesar
1,33% (qtq) atau 1,89% (yoy). Inflasi tersebut didominasi oleh sub kelompok
olahraga yang mengalami inflasi 20% (qtq), yang disebabkan oleh meningkatnya
permintaan pakaian dan sepatu olahraga pria pada Mei dan Juni 2014 dan sub
kelompok rekreasi yang mengalami inflasi 1,64% (qtq) yang disumbangkan oleh
televisi

berwarna.

Sub

kelompok

jasa

pendidikan

dan

sub

kelompok

perlengkapan/peralatan pendidikan mengalami inflasi masing-masing sebesar


1,40% (qtq) dan 0,81% (qtq) seiring dengan tahun ajaran baru. Sedangkan sub
kelompok kursus-kursus/pelatihan cenderung stabil.
Inflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada
triwulan laporan tercatat sebesar 1,15% (qtq) atau 5,97% (yoy) yang
disumbangkan oleh sub kelompok sarana dan penunjang transpor dan sub
kelompok transpor sedangkan harga pada sub kelompok komunikasi dan
pengiriman dan sub kelompok jasa keuangan pada triwulan ini cenderung stabil.
Inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh kenaikan tarif sewa motor yang
dipengaruhi kenaikan harga suku cadang kendaraan (ban luar motor dan mobil)
akibat depresiasi rupiah. Selain itu terdapat kenaikan permintaan angkutan udara
seiring dengan liburan sekolah pada bulan Juni 2014.
Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar mengalami inflasi
1,05% (qtq) atau 9,97% (yoy) yang didominasi oleh sub kelompok perlengkapan
46

KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULANII-2014

I NFLASI

rumah tangga dan penyelenggaraan rumah tangga masing-masing sebesar


4,43% (qtq) dan 2,63% (qtq) yang diantaranya disebabkan oleh kenaikan
permintaan kulkas/lemari es dan kebutuhan penyelenggaraan rumah tangga
seperti sabun detergen bubuk/cair dan pengharum/pelembut cucian. Kenaikan
consumer goods tersebut akibat penyesuaian harga jual rata-rata/average selling
price (ASP) sebesar 6-7% oleh produsen consumer goods. Sementara itu sub
kelompok biaya tempat tinggal dan sub kelompok bahan bakar, penerangan dan
air mencatat inflasi masing-masing sebesar 0,09% (qtq) dan 0,08 (qtq) seiring
dengan kenaikan tarif listrik.
Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,60% (qtq) atau 4,21%
(yoy) yang didominasi oleh sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika
sebesar 1,48% (qtq). Sub kelompok jasa kesehatan dan sub kelompok jasa
perawatan jasmani tidak mengalami perubahan harga. Sementara itu, sub
kelompok obat-obatan mencatat deflasi sebesar 0,15% (qtq).
Kelompok makanan pada triwulan ini mengalami deflasi sebesar 4,03%
(qtq) atau deflasi 1,06% (yoy) sejalan dengan deflasi yang cukup tinggi (33,36%
(qtq)) pada sub kelompok bumbu-bumbuan. Deflasi tersebut disebabkan oleh
penurunan harga cabai merah dari Rp18.800,00/kg pada Maret 2014 menjadi
Rp15.000,00/kg di April 2014, dan Rp13.600,00/kg di Juni 2014. Selain itu cabai
rawit juga menunjukkan tren penurunan harga dari rata-rata pada Maret 2014
Rp34.000,00/kg menjadi Rp26.500,00/kg di April 2014, Rp16.750,00/kg di Mei
2014 dan mencapai Rp15.800,00 pada Juni 2014. Penurunan tersebut
disebabkan oleh pasokan cabai yang melimpah. Sub kelompok sayur-sayuran
mengalami deflasi

sebesar 3,71% (qtq) pada bulan

Juni 2014

yang

disumbangkan oleh penurunan harga kacang panjang, daun singkong, ketimun


dan kangkung seiring dengan terjadinya panen sayur-sayuran di daerah pemasok
sayuran (Provinsi Bengkulu).

TRIWULAN II-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

47

I NFLASI

Tabel 2.6. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm)Kota Bungo Berdasarkan Komoditi


Periode triwulan II-2014
KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI

TW II 2014

KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI

SUMBANGAN

APRIL

TW II 2014
SUMBANGAN

APRIL

Tarif Sewa Motor

0,1343

Cabai Merah

-0,5930

Bawang Merah

0,1102

Bayam

-0,0944

Minyak Goreng

0,0768

Kangkung

-0,0732

Akademi/Perguruan tinggi

0,0510

Telur Ayam Ras

-0,0482

Udang Basah

0,0502

Angkutan Udara

-0,0407

Jengkol

0,0440

Emas Perhiasan

-0,0384

Daging Ayam Ras

0,0424

Cabai Rawit

-0,0276

Lemari Pakaian

0,0345

Gabus

-0,0254

Salak

0,0318

Kentang

-0,0242

10

Jeruk

0,0283

10

Semangka

Sumbangan 10 Komoditas

0,6035

MEI

Sumbangan 10 Komoditas

-0,1890
-1,1541

MEI
1

Bayam

0,0771

Cabai Merah

-0,7257

Bawang Merah

0,0414

Udang Basah

-0,1007

Kasur

0,0371

Cabai Rawit

-0,0464

Sandal Kulit

0,0323

Mas

-0,0280

Teri

0,0299

Tongkol/Ambu-ambu

-0,0183

Gabus

0,0255

Bawang Putih

-0,0180

Sepatu

0,0243

Serai

-0,0110

Jengkol

0,0240

Emas Perhiasan

-0,0109

Daun Singkong

0,0239

Beras

-0,0100

10

Kentang

0,0198

10

Ayam Hidup

Sumbangan 10 Komoditas

0,3353

JUNI

Sumbangan 10 Komoditas

-0,0097
-0,9787

JUNI

Rokok Kretek Filter

0,1713

Kangkung

-0,0647

Nasi dengan Lauk

0,1483

Nila

-0,0618

Udang Basah

0,1265

Kelapa

-0,0240

Baju Muslim

0,0583

Cabai Merah

-0,0225

Jengkol

0,0415

Gula Pasir

-0,0198

Rokok Putih

0,0365

Kentang

-0,0179

Baju Kaos Berkerah

0,0342

Kacang Panjang

-0,0167

Jeruk

0,0340

Toge/Kecambah

-0,0121

Kasur

0,0317

Kembung/Gembung

-0,0114

10

Beras

0,0299

10

Sandal Kulit

Sumbangan 10 Komoditas
Sumber : BPS (diolah)

0,7122

Sumbangan 10 Komoditas

-0,0094
-0,2603

Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.5.), penyumbang pembentukan inflasi


terbesar Bungo pada triwulan II-2014 adalah tarif sewa motor dan bawang merah
(April 2014), bayam dan bawang merah (Mei 2014) dan rokok kretek filter dan nasi
dengan lauk (Juni 2014). Sedangkan komoditi penyumbang deflasi selama triwulan II2014 didominasi oleh cabai merah diikuti oleh bayam, udang basah dan nila.

48

KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULANII-2014

B OKS. 2 GAMBARAN P OLA K ONSUMSI MASYARAKAT

Boks.2
GAMBARAN POLA KONSUMSI MASYARAKAT KOTA JAMBI DAN BUNGO
SERTA KERENTANANNYA TERHADAP INFLASI BERDASARKAN
SURVEI BIAYA HIDUP 2012
Pada Februari 2014 telah dirilis pengukuran inflasi di Indonesia
menggunakan tahun dasar baru yaitu Indeks Harga Konsumen (IHK) 2012=100.
Ada beberapa perubahan yang mendasar dalam penghitungan IHK baru
(2012=100) dibandingkan IHK lama (2007=100), khususnya mengenai paket
komoditas, diagram timbang, dan cakupan kota1. SBH 2012 menghasilkan paket
komoditas dan diagram timbang terbaru dalam penghitungan IHK.
1. Biaya Hidup Hasil SBH 2012
Dari 82 kota Survei Biaya Hidup (SBH) 2012, Jakarta merupakan kota
dengan biaya hidup (nilai konsumsi rumah tangga) tertinggi, yakni Rp7.500.726
per bulan, sedangkan Banyuwangi merupakan kota dengan biaya hidup
terendah, yakni Rp3.029.367 per rumah tangga. Secara nasional, rata-rata biaya
hidup sebesar Rp5.580.037 per bulan.
Biaya hidup di Jambi dan Bungo relatif lebih rendah dibandingkan
dengan rata-rata biaya hidup kota lainnya di Indonesia. Jambi menempati urutan
ke 48 dengan biaya hidup per rumah tangga Rp4.441.954 per bulan, sementara
Bungo menempati urutan ke 54 yakni Rp4.298.793 per bulan.
Biaya hidup di Kota Jambi mengalami peningkatan sebesar 74,88%
dari Rp2.539.980 per bulan pada SBH 2007. Sementara dari sisi inflasi, terjadi
peningkatan harga sekitar 36,62% dibandingkan tahun 2007. Hal ini
mengindikasikan bahwa kenaikan biaya hidup di kota Jambi 36,62%-nya
dipengaruhi oleh peningkatan harga, sementara 38,26%-nya dipengaruhi oleh
peningkatan jumlah barang yang dikonsumsi seiring dengan peningkatan
pendapatan rumah tangga.
1

Perubahan-perubahan tersebut didasarkan pada Survei Biaya Hidup (SBH) 2012 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Survei Biaya Hidup (SBH) 2012 merupakan salah
satu bahan dasar utama dalam penghitungan IHK. SBH dilaksanakan secara rutin setiap 5
tahun sekali. Hasil SBH 2012 sekaligus mencerminkan adanya perubahan pola konsumsi
masyarakat dibandingkan dengan hasil SBH sebelumnya (tahun 2007). Survei ini dilakukan di
daerah perkotaan (urban area) dengan total sampel rumah tangga sebanyak 136.080.
49

TRIWULAN II - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

B OKS. 2 GAMBARAN P OLA K ONSUMSI MASYARAKAT

Di Jambi, ada sebanyak 367 komoditas2 meliputi berbagai jenis barang


dan jasa yang dominan dikonsumsi masyarakat serta sejalan dengan pola
konsumsi masyarakat terkini. Sementara jumlah komoditas di Bungo sebanyak
245 komoditas.
2. Perbandingan Proporsi Biaya Hidup Untuk Makanan dan Non Makanan
Berdasarkan hasil SBH 2012, secara nasional, proporsi biaya hidup
makanan dan non makanan masing-masing sebesar 35,04% dan 64,96%.
Proporsi biaya hidup makanan di Kota Jambi dan Bungo relatif lebih tinggi
dibandikan nasional. Bungo menempati urutan ke 9 dalam kategori kota dengan
proporsi biaya hidup makanan tertinggi yaitu sebesar 46,77% untuk makanan
dan 53,23% untuk non makanan. Sementara di Jambi, proporsi biaya hidup
makanan sebesar 40,48% sementara non makanan sebesar 59,52%. Secara
umum, proporsi biaya makanan di Bungo dan Jambi lebih tinggi dibandingkan
nasional.

Tingginya

proporsi

makanan

tersebut

juga

mengindikasikan

rentannya Bungo dan Jambi terhadap inflasi yang terjadi pada kelompok
makanan.
Di sisi lain, Jakarta menempati urutan pertama kota dengan proporsi
biaya hidup makanan terendah, yakni sebesar 28,43%. Di Jakarta, proporsi biaya
hidup non makanannya mencapai sebesar 71,57%.
3. Proporsi Biaya Hidup Menurut Kelompok Pengeluaran Rumah tangga
Secara nasional, hasil SBH 2012 menunjukkan bahwa biaya hidup untuk
kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar menempati
urutan pertama proporsi terbesar yakni 25,37% dari total pengeluaran.
Kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan menempati urutan kedua
yakni sebesar 19,15%. Kelompok bahan makanan menempati urutan
selanjutnya yakni sebesar 18,85%. Sementara kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau menempati urutan keempat dengan proporsi
sebesar 16,19%.

Cakupan komoditas ini nantinya akan dipantau harganya secara rutin dan perubahan harganya
dijadikan dasar dalam penghitungan inflasi.
50

TRIWULAN II - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

B OKS. 2 GAMBARAN P OLA K ONSUMSI MASYARAKAT

Berbeda dengan nasional, di Jambi proporsi tertinggi biaya hidup rumah


tangga terbesar digunakan untuk kelompok pengeluaran bahan makanan
sebesar 23,94%. Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar
menempati urutan kedua dengan porsi 22%. Biaya hidup terbesar ketiga
dibayarkan untuk kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar
17,59%. Sementara pengeluaran untuk kelompok makanan jadi, minuman,
rokok dan tembakau menempati urutan keempat dengan proporsi sebesar
16,54%.
Sementara di Bungo proporsi tertinggi biaya hidup rumah tangga
terbesar digunakan untuk kelompok pengeluaran bahan makanan dan
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau masing-masing sebesar
26,46% dan 20,31%. Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar
menempati urutan ketiga dengan porsi 17,18%. Biaya hidup terbesar keempat
dibayarkan untuk kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar
14,9%.
Gambar 1. Proporsi Biaya Hidup Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Rumah
tangga
Transpor, Komunikasi dan
Jasa Keuangan

100%

90%
80%
70%

60%

14.90%

17.59%

7.62%
4.92%
8.62%

7.55%
4.86%
7.52%

17.18%

50%
40%

20.31%

30%
20%
10%

26.46%

22.00%

19.15%
8.46%
4.73%
7.25%

Kesehatan

25.37%

Sandang

16.19%

Perumahan, Air, Listrik, Gas


dan Bahan Bakar

18.85%

Makanan Jadi, Minuman,


Rokok dan Tembakau

16.54%

23.94%

Pendidikan, Rekreasi dan


Olah Raga

0%

Bahan Makanan
Bungo

Jambi

Nasional

Berdasarkan komoditasnya, beras, nasi dengan lauk, tarip listrik, kontrak


rumah, bensin, mobil, tarif pulsa ponsel, serta rokok kretek filter merupakan 8
komoditas dengan proporsi biaya terbesar dan mencapai 24,66% dari total
biaya hidup rumah tangga di kota Jambi dan 27,41% dari total biaya hidup
rumah tangga Bungo (lihat tabel 1).

51

TRIWULAN II - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

B OKS. 2 GAMBARAN P OLA K ONSUMSI MASYARAKAT

Terkait hal tersebut, kenaikan TTL selama tahun 2014 ini akan
memberikan dampak yang besar ke inflasi baik melalui dampak langsung (biaya
yang dikeluarkan konsumen untuk membayar listrik), maupun melalui dampak
tidak langsung (kenaikan harga komoditas lainnya akibat naiknya tarif listrik).
Tingginya bobot beras dalam keranjang konsumsi rumah tangga berimplikasi
bahwa fluktuasi harga beras akan memberikan dampak yang cukup besar
terhadap kestabilan inflasi di kota Jambi dan Bungo. Oleh karena itu peranan
pemerintah (terutama Bulog) dalam menjaga pasokan dan mengendalikan harga
beras menjadi sangat strategis dalam hal pengendalian inflasi.
Tabel 1. Komoditas Dengan Bobot Terbesar Dalam
Keranjang Konsumsi Masyarakat Jambi dan Bungo
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

52

Kota Jambi (SBH 2007)


Komoditas
Beras
Kontrak Rumah
Bensin
Tarip Listrik
Rokok Kretek Filter
Nasi
Bahan Bakar Rumah Tangga
Sepeda Motor
Daging Ayam Ras
Tarip Pulsa Ponsel
Minyak Goreng
Tarip Telepon
Tukang Bukan Mandor
Angkutan Dalam Kota
Sewa Rumah
Akademi/Perguruan Tinggi
Cabai Merah
Mobil
Nila
Rokok Kretek
Emas Perhiasan
Daging Sapi
Telepon Selular
Tarip Air Minum PAM
Gula Pasir
Upah Pembantu RT
Telur Ayam Ras
Sekolah Menengah Atas
Mie
Rokok Putih
Pemeliharaan/Service
Tarip Rumah Sakit
Patin
Mie Kering Instant
Semen
Susu Bubuk
Bawang Merah
Angkutan Udara
Angkutan Antar Kota
Ketupat/Lontong Sayur
Makanan Ringan/Snack
Ayam Goreng
Tahu Mentah
Batu Bata/Bata Tela
Sabun Detergen Bubuk
Dencis
Sate
Ikan Bakar
Keramik
Teri

Bobot
5.53%
4.62%
4.33%
3.36%
2.85%
2.72%
2.29%
2.25%
2.09%
2.05%
1.81%
1.60%
1.55%
1.48%
1.44%
1.40%
1.29%
1.29%
1.17%
1.04%
1.02%
1.00%
0.97%
0.96%
0.93%
0.93%
0.87%
0.86%
0.83%
0.79%
0.77%
0.75%
0.70%
0.69%
0.67%
0.63%
0.62%
0.61%
0.61%
0.58%
0.55%
0.52%
0.51%
0.49%
0.48%
0.47%
0.45%
0.45%
0.44%
0.43%

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

Kota Jambi (SBH 2012)


Komoditas
Beras
Bensin
Tarip Listrik
Kontrak Rumah
Tarip Pulsa Ponsel
Nasi dengan Lauk
Rokok Kretek Filter
Mobil
Sewa Rumah
Tukang Bukan Mandor
Daging Ayam Ras
Emas Perhiasan
Bahan Bakar Rumah Tangga
Sepeda Motor
Minyak Goreng
Akademi/Perguruan Tinggi
Angkutan Udara
Nila
Upah Pembantu RT
Tarip Rumah Sakit
Cabai Merah
Tarip Telepon
Sekolah Menengah Atas
Rokok Kretek
Angkutan Dalam Kota
Mie
Sekolah Dasar
Semen
Gula Pasir
Telur Ayam Ras
Tarip Air Minum PAM
Sekolah Menengah Pertama
Rokok Putih
Batu Bata/Bata Tela
Obat Dengan Resep
Daging Sapi
Susu Untuk Balita
Telepon Selular
Kue Kering Berminyak
Mie Kering Instant
Udang Basah
Ketupat/Lontong Sayur
Keramik
Kopi Bubuk
Jeruk
Ayam Goreng
Dencis
Sabun Detergen Bubuk/Cair
Bimbingan Belajar
Baju Anak Stelan

Bobot
4.43%
3.73%
3.48%
3.08%
2.72%
2.48%
2.47%
2.26%
2.18%
2.17%
2.01%
1.89%
1.45%
1.44%
1.41%
1.39%
1.34%
1.27%
1.21%
1.15%
1.05%
1.02%
1.00%
0.99%
0.94%
0.91%
0.89%
0.87%
0.85%
0.82%
0.82%
0.79%
0.71%
0.70%
0.68%
0.65%
0.62%
0.62%
0.55%
0.55%
0.53%
0.50%
0.49%
0.49%
0.48%
0.48%
0.47%
0.46%
0.45%
0.45%

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

Bungo (SBH 2012)


Komoditas
Beras
Tarip Listrik
Nasi dengan Lauk
Bensin
Kontrak Rumah
Rokok Kretek Filter
Tarip Pulsa Ponsel
Mobil
Daging Ayam Ras
Cabai Merah
Bahan Bakar Rumah Tangga
Mie
Nila
Minyak Goreng
Rokok Putih
Akademi/Perguruan Tinggi
Emas Perhiasan
Sate
Ketupat/Lontong Sayur
Rokok Kretek
Gula Pasir
Tarip Rumah Sakit
Tukang Bukan Mandor
Sepeda Motor
Jeruk
Pemeliharaan/Service
Upah Pembantu RT
Telur Ayam Ras
Laptop/Notebook
Sekolah Dasar
Daging Sapi
Sekolah Menengah Pertama
Kue Kering Berminyak
Susu Untuk Balita
Sewa Rumah
Bawang Merah
Sabun Detergen Bubuk/Cair
Baju Muslim
Teri
Makanan Ringan/Snack
Meja Kursi Tamu
Angkutan Antar Kota
Tarip Air Minum PAM
Sekolah Menengah Atas
Baju Anak Stelan
Rekreasi
Tongkol/Ambu-ambu
Semen
Tarip Sewa Motor
Telepon Selular

Bobot
5.30%
3.54%
3.53%
3.43%
3.30%
3.07%
2.67%
2.58%
2.03%
1.97%
1.96%
1.78%
1.69%
1.60%
1.57%
1.48%
1.48%
1.36%
1.25%
1.22%
1.14%
1.09%
0.99%
0.93%
0.91%
0.89%
0.83%
0.76%
0.74%
0.73%
0.72%
0.72%
0.71%
0.67%
0.66%
0.63%
0.63%
0.63%
0.61%
0.60%
0.59%
0.57%
0.55%
0.54%
0.54%
0.54%
0.52%
0.50%
0.50%
0.49%

TRIWULAN II - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

BAB III
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Kinerja perbankan pada triwulan II-2014 secara umum menunjukkan


peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dari sisi aset, penghimpunan dana
dan penyaluran kredit. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang lebih besar
daripada pertumbuhan kredit menyebabkan Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan
berdasarkan bank pelapor mengalami penurunan sebesar 774 bps menjadi sebesar
111,48%. Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah 5%
(2,46%), meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya (rasio NPL
2,06%).
A.Perkembangan Kelembagaan
Secara kelembagaan, jumlah bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi selama Triwulan II-2014 tidak mengalami
peningkatan, masih sebanyak 50 bank yang terdiri dari 32 (tiga puluh dua) bank
umum dan 18 (delapan belas) Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Dari 32 (tiga puluh dua)
bank umum yang beroperasi di wilayah Jambi tersebut, 27 (dua puluh tujuh) di
antaranya merupakan bank konvensional dengan 3 (tiga) di antaranya memiliki Unit
Usaha Syariah (Bank Jambi Unit Usaha Syariah, Bank CIMB Niaga Unit Usaha Syariah,
dan Bank Sinarmas Unit Usaha Syariah), sedangkan 5 (lima) bank lainnya merupakan
bank syariah.
Jumlah kantor bank mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya dari
408 kantor bank menjadi 413 kantor bank. Secara lebih rinci dari 413 kantor bank di
Provinsi Jambi tersebut, 383 diantaranya merupakan kantor bank umum sementara
30 lainnya merupakan kantor BPR. Peningkatan jumlah kantor tersebut seiring
dengan pembukaan jaringan kantor. Jenis kantor bank yang baru beroperasi tersebut
adalah setingkat kantor cabang pembantu. Selain itu juga terdapat peningkatan

53

PERBANKAN DAN S ISTEM PEMBAYARAN

status kantor bank dari kantor kas menjadi kantor cabang pembantu sehingga fungsi
intermediasi bank akan lebih maksimal.
Berdasarkan sebaran jumlah kantor bank umum dan BPR, sebagian besar yaitu
33,90% atau 140 (seratus empat puluh) kantor berada di Kota Jambi, diikuti oleh
Kabupaten Merangin dan Bungo masing-masing sebanyak 41 (empat puluh satu)
kantor (9,93%) dan 39 (tiga puluh sembilan) kantor (9,44%) (Tabel 3.1.). Sementara
kabupaten yang paling sedikit jumlah kantor banknya adalah Kota Sungai Penuh,
yaitu hanya sebanyak 9 (sembilan) kantor atau sebesar 2,18%. Hal tersebut karena
Kota Sungai Penuh baru terbentuk tahun 2008 dan merupakan pemekaran dari
Kabupaten Kerinci.
Tabel 3.1. Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR
Provinsi Jambi
JUMLAH BANK
Kota Jambi
Merangin
Bungo
Sarolangun
Muara Jambi
Tebo
Tanjung Jabung Barat
Batanghari
Kerinci
Tanjung Jabung Timur
Sungai Penuh
TOTAL

2013

Trw 1

Trw 2

Trw 3

Trw 4

133
31
36
31
36
23
22
24
23
10
5
374

135
31
36
31
36
23
22
24
23
10
5
376

137
31
36
31
36
23
22
24
23
10
5
378

138
31
36
31
36
23
22
24
20
10
8
379

2014
Trw 1
Trw 2
139
41
39
38
36
27
27
25
17
11
8
408

140
41
39
38
36
28
28
25
17
12
9
413

Pangsa
(%)
33,90
9,93
9,44
9,20
8,72
6,78
6,78
6,05
4,12
2,91
2,18
100

Sumber: LBU Bank Indonesia

B.Bank Umum
1. Perkembangan Aset Bank
Secara triwulanan, total aset bank umum di Provinsi Jambi tumbuh 17,39%
(qtq) dari Rp29,69 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp34,85 triliun.
Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya (3,54% (qtq)) seiring dengan peningkatan aset bank pemerintah yang
cukup signifikan yaitu sebesar Rp5,03 triliun (26,27% (qtq)). Bank swasta juga
mengalami peningkatan aset sebesar Rp229,88 miliar (2,78% (qtq)) (Grafik 3.1.).

54

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II-2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Sebaliknya, bank syariah mengalami penurunan aset sebesar Rp106,52 miliar (4,73%
(qtq)).
Secara tahunan, pertumbuhan aset perbankan pada triwulan II-2014 (25,22%)
(yoy)) juga jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2014 (11,54% (yoy)).
Berdasarkan pangsanya, aset perbankan terbesar adalah dari bank pemerintah
Rp24,21 triliun (69,49%), diikuti oleh bank swasta Rp8,49 triliun (24,36%) dan bank
syariah Rp2,14triliun (6,15%)
Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi
(dalam satuan triliun rupiah)

40
35

Persen
30
35

27,67

25,94
23,12

23,61

24,38

25,22

30
25
20
15

10
5

28

27

19
8,64

20

21

21

23

24
24
24
19,20
16,80 16,54

9,76

1,51

29

30

17,39 20

17,04 18,10 17,16 11,54

15

8,76

7,65

3,71

15,48

29

25

10
4,57

3,17
1,61

1,29

2,53

3,54
0,48

0
Q1-11 Q2-11 Q3-11 Q4-11 Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q4-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14

Jumlah Aset (aksis kiri)

Pertumbuhan q-t-q (%)

Pertumbuhan y-o-y (%)

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

2. Perkembangan Dana Masyarakat


Secara triwulanan, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank
umum sebesar Rp22,30 triliun, meningkat 11,15% (qtq) (Rp2,23triliun) dari triwulan
sebelumnya (Rp20,07 triliun) seiring dengan peningkatan giro dan deposito berjangka
yang cukup signifikan masing-masing sebesar 27,43% (qtq) dan 17,77% (qtq) (Grafik
3.2. dan tabel 3.2.). Sementara tabungan hanya tumbuh 2,49% (qtq). DPK bank
pemerintah, bank syariah, dan bank swasta masing-masing mampu tumbuh sebesar
16,44% (qtq), 2,06% (qtq) dan 0,70% (qtq).

TRIWULAN II-2014 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

55

PERBANKAN DAN S ISTEM PEMBAYARAN

Secara tahunan, DPK tumbuh sebesar 16,46% (sebesar Rp3,15 triliun) yang
didominasi oleh kenaikan deposito Rp1,89 triliun (35,22% (yoy)) dan tabungan
sebesar Rp1,32 triliun (13,72% (yoy)). Kenaikan deposito tersebut disebabkan oleh
kenaikan suku bunga deposito seiring dengan kenaikan BI Rate dari 6% tahun
sebelumnya menjadi 7,5%. Sementara giro masih cenderung stabil meskipun
mengalami sedikit penurunan sebesar Rp68,79 miliar (1,67% (yoy)).
Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi
Rp (dalam miliar)
24.000
20.000

Tabungan

Simp Berjangka

19.155

19.521

9.492

9.646

10.070

5.131

5.388

5.706

3.753

4.120

Q1-13

Q2-13

18.376

Giro

19.415

22.307

DPK

20.069

10.970

16.000
11.430

10.703

12.000
8.000

7.286
4.642

6.187

3.745

3.343

3.179

4.052

Q3-13

Q4-13

Q1-14

Q2-14

4.000

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

Tabel 3.2. Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi


(dalam jutaan rupiah)
2013

URAIAN

Trw I

Bank Konvensional
Bank Pemerintah

Trw II

2014
Trw III

Trw IV

Trw I

Trw II

Pertumbuhan
q-t-q
y-o-y

12.281.783

12.922.185

12.809.164

12.422.771

13.244.757

15.422.489

16,44%

1 Giro

2.966.564

3.221.551

2.717.057

2.459.884

2.446.629

3.253.415

32,98%

0,99%

2 Tabungan

5.989.720

6.074.794

6.292.275

7.365.988

6.811.479

7.016.344

3,01%

15,50%

3 Simpanan Berjangka

3.325.500

3.625.840

3.799.833

2.596.900

3.986.649

5.152.731

29,25%

42,11%

5.203.578

5.097.258

5.573.083

6.101.268

5.916.091

5.957.636

0,70%

16,88%

613.758

660.092

750.965

745.775

679.344

749.585

10,34%

13,56%

2 Tabungan

3.080.196

3.043.183

3.270.743

3.543.220

3.371.287

3.400.929

0,88%

11,76%

3 Simpanan Berjangka

1.509.624

1.393.983

1.551.375

1.812.272

1.865.460

1.807.122

-3,13%

29,64%

Bank Syariah

890.936

1.135.215

1.138.726

890.976

908.588

927.272

2,06%

-18,32%

1 Giro

172.681

238.744

276.842

137.808

53.510

48.589

-9,20%

-79,65%

422.185
296.070
6,49765133
18.376.298
3.753.003
9.492.101
5.131.194

528.165
368.306

507.246
354.638

520.567
232.601

4,62%
-11,45%

19.520.974
3.744.864
10.070.264
5.705.847

19.415.015
3.343.467
11.429.775
4.641.773

552.542
326.140
3.152.739
22.307.397
4.051.589
10.969.816
7.285.993

6,13%
-2,49%

19.154.658
4.120.387
9.646.142
5.388.129

520.620
334.458
1.693.139
20.069.436
3.179.483
10.703.386
6.186.567

11,15%
27,43%
2,49%
17,77%

16,46%
-1,67%
13,72%
35,22%

Bank Swasta Nasional


1 Giro

2 Tabungan
3 Simpanan Berjangka
Jumlah
1 Giro
2 Tabungan
3 Simpanan Berjangka

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

56

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II-2014

19,35%

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Berdasarkan kelompok bank, penghimpunan DPK mayoritas berasal dari


bank pemerintah dan mencapai Rp15,42 triliun (69,14%), diikuti oleh bank swasta
nasional Rp5,95 triliun (26,71%) dan bank syariah Rp927,27 miliar (4,16%) (Tabel
3.2). Bank pemerintah dan swasta nasional mengalami akselerasi pertumbuhan
penghimpunan DPK mencapai 19,35% (yoy) dan 16,88% (yoy), sedangkan bank
syariah melambat sebesar 18,32% (yoy).
Berdasarkan golongan pemilik, tumbuhnya DPK terutama berasal dari
penempatan oleh perseorangan dan Pemerintah Daerah. DPK perseorangan
meningkat Rp2,34 triliun dalam setahun ini menjadi Rp14,53 triliun (meningkat
19,27% (yoy)) (Tabel 3.3.). Meningkatnya suku bunga simpanan bank mengikuti
kenaikan BI-rate menjadi salah satu faktor tumbuhnya DPK perseorangan. Sementara
itu DPK milik Pemerintah Daerah, dengan pangsa terbesar kedua setelah
perseorangan, cenderung stabil meskipun mengalami sedikit penurunan sebesar
1,79% (yoy) menjadi Rp4,15 triliun.
Tabel 3.3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik
(dalam jutaan rupiah)

No.

Golongan Pemilik

Trw.IV-2012

Trw.I-2013

Trw.II-2013

Nominal

Nominal

Nominal

Trw.III-2013 Trw.IV-2013
Nominal

Nominal

Trw.I-2014
Nominal

Trw.II-2014
Nominal

Share

yoy

Penduduk/Residents
1

Pemerintah Pusat

Pemerintah Daerah (Pemda)

Badan Dan Lembaga Pemerintah

BUMN Atau Pemerintah Campuran

BUMD

Lembaga Keuangan Non Bank

Bukan Lembaga Keuangan

Sektor Swasta Lainnya

138.194

128.807

123.306

143.604

35.692

127.212

124.323

0,01

0,83%

2.087.516

3.821.755

4.227.594

3.950.762

1.701.695

2.967.960

4.151.802

18,61

-1,79%

0,11

-15,75%

26.433

30.978

30.149

31.195

32.249

24.238

25.400

527.207

352.535

407.528

379.712

553.401

997.696

1.239.891

5,56 204,25%

47.853

35.389

58.419

40.173

47.010

119.318

100.426

0,45

121.675

134.383

161.774

173.501

187.916

234.135

339.842

1,52 110,07%

71,91%

1.993.759

1.503.361

1.627.833

1.691.289

2.285.904

1.632.625

1.717.251

7,70

5,49%

69.194

80.742

329.109

375.263

113.914

110.337

74.787

0,34

-77,28%

Perseorangan

12.925.202

12.278.358

12.184.119

12.729.279

14.452.207

13.850.893

14.531.744

65,15

19,27%

Jumlah

17.937.033

18.366.310

19.149.832

19.514.780

19.409.987

20.064.415

22.305.466

100

Bukan Penduduk/Non-Residents

8.160

9.988

4.826

6.193

5.026

5.022

1.931

-59,99%

Penduduk dan bukan penduduk

17.945.194

18.376.298

19.154.658

19.520.972

19.415.013

20.069.436

22.307.397

16,46%

16,48%

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

Berdasarkan lokasi proyek, peningkatan DPK utamanya disebabkan oleh


meningkatnya penghimpunan DPK di hampir seluruh wilayah Jambi, kecuali di
Kabupaten Batanghari (Tabel 3.4.). Pertumbuhan penghimpunan DPK tahunan
terbesar terjadi di wilayah Kabupaten Merangin, Sarolangun dan Kabupaten Tebo

TRIWULAN II-2014 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

57

PERBANKAN DAN S ISTEM PEMBAYARAN

masing-masing sebesar Rp272,70 miliar (37,33% (yoy)), Rp95,19 miliar (25,25%(yoy))


dan Rp67,77 miliar (24,06% (yoy)).
Berdasarkan pangsanya, mayoritas penghimpunan DPK berlokasi di Kota Jambi
dan mencapai Rp15,16 triliun (68,00%) diikuti oleh Bungo sebesar Rp1,54 triliun
(6,91%).
Tabel 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek
(dalam jutaan rupiah)
No.

Kota/Kabupaten

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kota Jambi
Kab. Bungo
Tanjung Jabung Barat
Kab. Kerinci
Kab. Merangin
Kab. Batanghari
Kab. Sarolangun
Tanjung Jabung Timur
Kab. Tebo
JUMLAH

Trw. I-13
Nominal
12.224.040
1.357.670
1.268.320
1.108.471
715.083
785.137
307.734
319.517
290.326
18.376.298

Trw. II-13
Nominal
12.668.320
1.346.772
1.377.031
1.147.320
730.486
825.672
377.066
400.302
281.687
19.154.658

Trw. III-13
Nominal
13.175.628
1.372.958
1.357.655
1.203.577
767.783
660.154
357.268
362.735
263.216
19.520.974

Trw. IV-13
Nominal
13.666.724
1.416.378
1.159.956
1.112.837
761.310
532.202
325.766
196.183
243.659
19.415.015

Trw. I-14
Nominal
13.886.280
1.413.445
1.165.207
1.170.097
860.365
596.299
413.629
255.464
308.651
20.069.436

Trw. II-14
Nominal
Share
15.168.952 68,00
1.541.924
6,91
1.428.596
6,40
1.274.541
5,71
1.003.186
4,50
656.535
2,94
472.262
2,12
411.933
1,85
349.467
1,57
22.307.397
100

Pertumbuhan (yoy)
Nominal
Persen
2.500.633
19,74
195.152
14,49
51.565
3,74
127.221
11,09
272.700
37,33
(169.137)
(20,48)
95.196
25,25
11.631
2,91
67.779
24,06
1.693.139
9,21

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana


Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi meningkat Rp941,33
miliar (3,93% (qtq)) yaitu dari Rp23,93 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi
Rp24,86 triliun (Tabel 3.5.). Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (1,30% (qtq)).
Jika dibandingkan triwulan yang sama tahun 2013, pertumbuhan penyaluran
kredit pada triwulan II - 2014 hanya mencapai 11,90% (yoy), melambat dibandingkan
tahun 2013 yang dapat mencapai 31,95% (yoy), sejalan dengan melambatnya
pertumbuhan ekonomi daerah dan kenaikan BI Rate.

58

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II-2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi


(dalam jutaan rupiah)
URAIAN

2013
TW I

TW II

2014
TW III

TW IV

TW I

Pertumbuhan
TW II

q-t-q

y-o-y

Kelompok Bank
1 Bank Pemerintah
2 Bank Swasta*)
3 Bank Syariah

20.162.558
12.768.570
5.560.810
1.833.179

22.223.927
14.129.012
6.152.437
1.942.478

23.138.260
14.694.069
6.436.729
2.007.462

23.621.083
15.048.876
6.525.991
2.046.216

23.927.298
15.394.481
6.503.079
2.029.739

24.868.632
16.092.175
6.749.181
2.027.277

3,93%
4,53%
3,78%
-0,12%

11,90%
13,89%
9,70%
4,37%

Jenis Penggunaan
1 Modal Kerja
2 Investasi
3 Konsumsi

20.162.558
7.484.277
4.033.494
8.644.788

22.223.927
7.365.449
5.481.736
9.376.743

23.138.260
7.453.703
5.752.786
9.931.771

23.621.083
7.548.969
5.864.182
10.207.932

23.927.298
7.558.597
5.959.299
10.409.402

24.868.632
8.035.392
6.071.136
10.762.104

3,93%
6,31%
1,88%
3,39%

11,90%
9,10%
10,75%
14,77%

Sektor Ekonomi
1 Pertanian
2 Pertambangan dan Penggalian
3 Industri
4 LGA
5 Konstruksi
6 Perdagangan Hotel dan Restoran
7 Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan,Real estate dan Jasa
8 Perusahaan
9 Jasa-jasa
10 Bukan Lapangan Usaha
*) Termasuk bank asing dan campuran

20.162.558
3.236.828
155.226
587.518
3.537
651.557
4.959.617
303.945

22.223.927
3.760.313
109.958
771.262
6.622
830.433
5.575.797
301.212

23.138.260
3.995.028
99.822
832.608
6.197
847.873
5.602.869
329.769

23.621.083
4.031.009
96.338
859.670
5.610
804.912
5.775.325
326.683

23.927.298
4.231.411
114.741
787.946
4.126
746.132
5.778.262
310.465

24.868.632
3,93%
4.551.324
7,56%
136.051 18,57%
804.571
2,11%
3.177 -23,00%
876.089 17,42%
6.165.280
6,70%
333.691
7,48%

11,90%
21,04%
23,73%
4,32%
-52,03%
5,50%
10,57%
10,78%

986.614
632.928
8.644.788

1.137.928
353.660
9.376.743

1.134.966
357.355
9.931.771

1.132.014
381.591
10.207.932

1.135.751
409.063
10.409.402

704.085 -38,01%
403.233
-1,43%
10.891.132
4,63%

-38,13%
14,02%
16,15%

20.419.076

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dialami baik oleh


bank konvensional maupun bank syariah. Penyaluran kredit bank konvensional
membukukan pertumbuhan yang lebih tinggi (12,63% (yoy)) dibandingkan bank
syariah (4,37% (yoy)). Pangsa kredit bank konvensional mencapai 91,85% sementara
bank syariah sebesar 8,15%.
Berdasarkan Jenis Penggunaan, kredit terbesar adalah kredit konsumsi yang
mencapai 43,28%, diikuti dengan kredit investasi (32,31%) dan kredit modal kerja
(24,41%). Kredit konsumsi menunjukkan akselerasi pertumbuhan yang tinggi yaitu
14,77% (yoy), sedangkan kredit investasi dan kredit modal kerja mencapai sebesar
10,75% (yoy) dan 9,10% (yoy).
Namun jika dilihat secara triwulanan, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi
pada kredit modal kerja (6,31% (qtq)), diikuti kredit konsumsi (3,39% (qtq)) dan
kredit investasi (1,88% (qtq)). Kenaikan kredit konsumsi tersebut didominasi oleh
kredit multiguna dalam rangka tahun ajaran baru dan menjelang Hari Raya Idul Fitri
1435H. Kenaikan kredit modal kerja pada triwulan laporan disebabkan oleh kenaikan
kredit kepada sektor perdagangan, khususnya perdagangan eceran berbagai macam
barang yang didominasi makanan, minuman sejalan dengan persiapan pedagang
menjelang hari Idul Fitri 1435H. Sementara itu, masih sama dengan triwulan
TRIWULAN II-2014 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

59

PERBANKAN DAN S ISTEM PEMBAYARAN

sebelumnya, kredit investasi didominasi oleh kredit pada sektor pertanian khususnya
perkebunan kelapa sawit seiring dengan terjaganya harga komoditas dan insentif
positif dari terdepresiasinya nilai tukar rupiah.
Berdasarkan Sektor Ekonomi, pertumbuhan kredit terbesar terjadi pada
sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai 23,73% (yoy) dan diikuti oleh
sektor pertanian (21,04% (yoy)) serta sektor bukan lapangan usaha (16,15% (yoy)).
Sementara itu, pangsa penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit kepada bukan
lapangan usaha, yaitu sebesar 43,79%, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan
restoran (24,79%) dan sektor pertanian (18,30%). Dominasi penyaluran kredit pada
ketiga sektor tersebut mencapai 86,89% dari total outstanding kredit.
Berdasarkan lokasi Proyek, jumlah kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi
oleh perbankan sebesar Rp31,99 triliun, lebih tinggi dibandingkan kredit yang
disalurkan oleh perbankan Jambi (Rp24,86 triliun) dan menunjukkan bahwa terdapat
Rp7,12 triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di luar Provinsi Jambi.
Dibandingkan triwulan lalu, kredit tersebut cenderung stabil dengan peningkatan
sebesar 0,14% (qtq) dari sebelumnya Rp31,94 triliun. Sementara secara tahunan
meningkat 13,40% (yoy) dari sebelumnya Rp28,21 triliun (Tabel 3.6.). Kenaikan kredit
tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya kredit di industri pengolahan
sebesar Rp1,22triliun (75,81% (yoy)), sektor pertambangan dan penggalian sebesar
Rp245,65 miliar (27,92% (yoy)), dan sektor pertanian sebesar Rp844,99 miliar
(16,04% (yoy)). Selain itu, kenaikan kredit terbesar baik secara triwulanan dan
tahunan terjadi di Kabupaten Batanghari dan Kota Sungai Penuh.
Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Bank Umum Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Kabupaten/Kota
Batanghari
Sarolangun
Kerinci
Muaro Jambi
Tanjung Jabung Barat
Tanjung Jabung Timur
Tebo
Merangin
Bungo
Sungai Penuh
Jambi
TOTAL

60

2013
2014
Pertumbuhan
Tw I
Tw II
Tw III
TW IV
Tw I
Tw II*)
qtq
yoy
1.508.116
1.579.718
2.169.553
2.178.008
2.201.840
2.563.248 16,41 62,26
1.255.087
1.336.600
1.432.189
1.464.682
1.465.886
1.430.121 -2,44
7,00
1.192.469
1.302.065
1.356.805
1.388.026
1.409.393
1.430.706
1,51
9,88
2.676.342
2.574.578
2.558.954
2.587.306
2.327.113
2.447.812
5,19 -4,92
1.414.421
1.548.968
1.631.702
1.567.439
1.886.052
1.865.495 -1,09 20,43
479.297
557.052
596.913
624.633
646.870
669.254
3,46 20,14
1.206.085
1.320.692
1.386.283
1.533.388
1.567.330
1.672.048
6,68 26,60
2.074.462
2.225.806
2.348.526
2.552.180
2.543.205
2.583.874
1,60 16,09
2.890.655
3.193.794
3.324.256
3.153.216
3.173.820
3.212.891
1,23
0,60
7.241
8.722
11.584
13.428
14.897
16.510 10,83 89,29
11.767.331 12.563.303 13.108.469 14.341.352 14.710.048 14.099.001 -4,15 12,22
26.471.507 28.211.298 29.925.234 31.403.658 31.946.454 31.990.960 0,14 13,40

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II-2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Sumber: SEKDA Provinsi Jambi (diolah)


*) Data posisi Mei 2014

4. Undisbursed Loan
Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) sebesar Rp2,12 triliun
meningkat sebesar Rp45,73 miliar (2,20%) dari triwulan sebelumnya (Rp2,07 triliun)
(Tabel 3.7.). Kenaikan undisbursed loan tersebut disebabkan oleh meningkatnya
kelonggaran tarik kredit investasi sebesar Rp168,14 miliar (70,94%(qtq)) dan kredit
konsumsi sebesar Rp3,62 miliar (124,65% (qtq)) sedangkan kelonggaran tarik modal
kerja menurun sebesar Rp126,03 miliar (6,86% (qtq)). Kenaikan kelonggaran tarik
kredit investasi tersebut sejalan dengan meningkatnya persetujuan kredit investasi
yang digunakan pada sektor ekonomi pertambangan dan penggalian berupa
penyediaan peralatan pertambangan minyak bumi.
Tabel 3.7 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan
Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)

Kategori

2013

2014

Pertumbuhan (qtq)

TW I

TW II

TW III

TW IV

TW I

TW II

Nominal

1 Investasi

230.045

477.751

438.163

277.568

237.033

405.173

168.140

70,94

2 Konsumsi

14.883

2.543

2.099

2.009

2.908

6.533

3.625

124,65

1.527.558

1.541.494

1.767.269

1.862.807

1.837.862

1.711.830

(126.032)

(6,86)

1.772.485

2.021.788

2.207.531

2.142.384

2.077.803

2.123.535

45.732

2,20

Jenis Penggunaan

3 Modal kerja
Total

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL)


gross Bank Umum di Provinsi Jambi
Loan to Deposits Ratio (LDR)20 pada triwulan laporan mengalami penurunan
sebesar 774 BPS dikarenakan pertumbuhan DPK yang lebih tinggi (11,15% (qtq))
dibandingkan pertumbuhan kredit (3,93% (qtq)). LDR berdasarkan bank pelapor
mencapai 111,48% (Grafik 3.3.). Sejak triwulan III tahun 2012 lalu, LDR bank umum
sudah melebihi 100% yang menandakan lebih tingginya kredit yang disalurkan
dibandingkan dengan penghimpunan dananya atau dengan kata lain masuknya dana
dari luar perbankan Provinsi Jambi.
20

LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK)
yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan.

TRIWULAN II-2014 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

61

PERBANKAN DAN S ISTEM PEMBAYARAN

Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi
Rp triliun
30

116,02%
25
20

91,05%

95,64%

100,19%

107,48%

118,53%

140%

119,22%

121,66%

111,48% 120%

109,72%

100%
80%

15
60%
10

40%

20%

0%
Q1-12

Q2-12

Q3-12

Q4-12

Q1-13

Kredit Perbankan Jambi (Rp juta)

Q2-13

Q3-13

Q4-13

DPK Perbankan (Rp juta)

Q1-14

Q2-14

LDR Perbankan Jambi (persen)

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

Kualitas kredit yang diberikan tergolong baik, tercermin dari rasio Non
Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 2,46% (di bawah
ketentuan 5%), namun lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu (2,06%) (Tabel
3.8.).
Berdasarkan

sektor

ekonomi,

NPL

tertinggi

dialami

oleh

sektor

pertambangan dan penggalian sebesar 8,76% yang berada di atas ketentuan


5%. Peningkatan NPL tersebut disebabkan oleh belum membaiknya harga jual
sektor pertambangan, dalam hal ini batu bara, yang berdampak pada
menurunnya kemampuan bayar debitur di sektor ini. Selain itu, penerapan
Undang-Undang Mineral dan Batubara yang melarang ekspor bahan mentah
hasil tambang terhitung sejak tanggal 12 Januari 2014 serta adanya Perda yang
mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai
turut menjadi penyebab tingginya NPL sektor ini. Hal tersebut mengakibatkan
sebagian besar perusahaan pertambangan batubara menghentikan sementara
aktivitas kegiatan tambang sekaligus menunggu hasil pemilihan presiden tahun
2014.
Sementara itu sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan
mengalami

peningkatan

NPL

menjadi

4,94%

yang

disebabkan

oleh

meningkatnya suku bunga kredit perbankan sehingga mempengaruhi kinerja


penjualan perusahaan real estate.

62

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II-2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Tabel 3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

TW I-14

Sektor Ekonomi

TW II-14

Kredit
Nominal NPL NPL (%)
4.231.411
64.636
1,53
114.741
9.111
7,94
787.946
4.648
0,59
4.126
707
17,14
746.132
23.597
3,16
5.778.262
197.571
3,42

Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perikanan


Pertambangan dan Penggalian
Industri
LGA
Konstruksi
Perdagangan Hotel dan Restoran

7 Pengangkutan dan Komunikasi


8. Keuangan,Real estate dan Jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa
10. Bukan Lapangan Usaha
JUMLAH

310.465

2.331

1.135.751
409.063
10.409.402
23.927.298

40.186
9.868
139.586
492.240

Kredit
Nominal NPL NPL (%)
4.551.324
82.686
1,82
136.051
11.916
8,76
804.571
17.592
2,19
3.177
31
0,99
876.089
29.087
3,32
6.165.280
248.499
4,03

0,75

333.691

4.677

1,40

3,54
704.085
2,41
403.233
1,34
10.891.132
2,06 24.868.632

34.784
11.298
172.049
612.619

4,94
2,80
1,58
2,46

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

Dilihat dari spread bunga (grafik 3.4), terlihat bahwa margin keuntungan
(margin rata-rata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito)
perbankan di Provinsi Jambi kembali menurun dari 5,61% menjadi 5,12% seiring
dengan adanya trend peningkatan suku bunga pinjaman dalam beberapa bulan
terakhir mengikuti kenaikan BI Rate (Grafik 3.4.).
Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan
Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi
(dalam satuan %)

20
15

10,12

10

7,18 7,17 7,71 7,95 8,26 8,31 8,21 8,02 7,77 7,37 6,26 5,61 5,12

2011
Margin

2012
Deposito

2013
Kredit

Trw II

Trw I

Trw IV

Trw III

Trw II

Trw I

Trw IV

Trw III

Trw II

Trw I

Trw IV

Trw III

Trw II

Trw I

2014
BI-rate

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

6.

Perkembangan Kredit UMKM


Kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan sedikit meningkat (4,67% (qtq))

dibandingkan triwulan sebelumnya dan secara tahunan mengalami peningkatan


5,03% (yoy), meskipun masih jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total
kredit (11,90% (yoy)) (Grafik 3.5.). Membaiknya harga komoditas menyebabkan
TRIWULAN II-2014 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

63

PERBANKAN DAN S ISTEM PEMBAYARAN

meningkatnya

aktivitas

perdagangan

di masyarakat yang

berdampak

pada

meningkatnya penyaluran kredit UMKM.

Rp Triliun

Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi


10

35

31,95

28,34

30

28,90

7
6

25

22,47
18,67

18,64

20

18,97

16,63

15

12,95

11,90
9,93

10

5,03

1
-

0
TW I

TW II

TW III

TW IV

TW I

2013

TW II
2014

Menengah
Mikro
Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor yoy

Kecil
Pertumbuhan UMKM (%) yoy

Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Jambi juga menunjukkan sedikit
penurunan yaitu dari 36,76% di triwulan lalu menjadi 37,03% (Grafik 3.6.).
Berdasarkan distribusinya, kredit menengah memiliki pangsa terbesar yaitu 33,95%,
diikuti kredit mikro sebesar 33,74%, serta kredit kecil sebesar 32,31% dari total
kredit UMKM.
Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
100%
80%
60,31

60,55

62,14

62,63

63,24

62,97

13,92

14,18

12,98

12,51

11,99

12,57

13,89

13,84

13,63

13,76

13,67

11,96

11,89

11,43

11,25

11,10

11,11

12,49

TW I

TW II

TW III

TW IV

TW I

TW II

60%
40%
20%
0%

2013

Mikro

64

Kecil

2014

Menengah

Kredit Bukan UMKM

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II-2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

C.Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


Kinerja BPR pada triwulan laporan (cut off data per Mei 2014) mengalami
perlambatan dibanding triwulan sebelumnya, tercermin dari jumlah aset dan DPK
yang mengalami penurunan. Sementara dari sisi kredit yang diberikan mengalami
sedikit kenaikan. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi mengalami penurunan
sebesar Rp5,79 miliar (0,78% (qtq)) dari sebesar Rp742,64 miliar menjadi Rp736,85
miliar. Dana pihak ketiga (DPK) juga menurun sebesar Rp4,25 miliar (0,78% (qtq))
dari sebelumnya Rp541,82 miliar menjadi Rp537,57 miliar. Penurunan DPK tersebut
seiring dengan kebutuhan likuiditas deposan menjelang kenaikan sekolah, liburan
sekolah dan persiapan menjelang Idul Fitri 1435H. Penurunan DPK tersebut terjadi
pada deposito berjangka sebesar Rp7,68 miliar (1,67% (qtq)) yang pada triwulan
sebelumnya sebesar Rp459,28 miliar menjadi Rp451,59 miliar. Sementara tabungan
sedikit meningkat sebesar Rp3,43 miliar (4,17% (qtq) ) menjadi Rp85,98 miliar dari
sebelumnya Rp82,54 miliar.
Sebaliknya, jumlah penyaluran kredit sedikit meningkat sebesar Rp212,87 juta
(0,04% (qtq)) menjadi Rp545,06 miliar. Peningkatan penyaluran kredit tersebut
disebabkan oleh peningkatan kredit modal kerja dan kredit investasi. Kredit modal
kerja sedikit meningkat yaitu sebesar Rp3,36 miliar (2,05% (qtq)) menjadi Rp167,55
miliar dan kredit investasi sebesar Rp744,42 juta (0,71% (qtq)) menjadi Rp105,33
miliar. Sebaliknya kredit konsumsi menurun sebesar Rp3,89 miliar (1,41% (qtq))
menjadi Rp272,17 miliar.
Kualitas kredit BPR pada triwulan laporan menunjukkan penurunan yang
ditandai dengan meningkatnya persentase Non Performing Loan (NPL) dari 7,99%
menjadi 8,56% atau semakin jauh melampaui ketentuan maksimal NPL sebesar 5%,
sehingga memerlukan perhatian khusus. Kenaikan NPL tersebut terjadi di semua jenis
penggunaan kredit yang diberikan namun didominasi oleh kredit konsumsi lalu diikuti
kredit modal kerja dan kredit investasi. Sedangkan jika dilihat berdasarkan sektor
ekonomi, NPL didominasi oleh sektor bukan lapangan usaha lalu diikuti sektor
pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan dan sektor jasa-jasa. Kenaikan NPL
tersebut disebabkan oleh kenaikan suku bunga kredit seiring dengan kenaikan BIrate.
TRIWULAN II-2014 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

65

PERBANKAN DAN S ISTEM PEMBAYARAN

Meskipun secara umum kinerja BPR pada triwulan laporan menunjukkan


sedikit penurunan, BPR masih menjalankan fungsinya intermediasinya dengan baik
yang terlihat dari LDR yang tercatat sebesar 84,71% atau mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya (82,57%).
D. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai
Pada periode triwulan II-2014, kebutuhan pembayaran tunai mengalami
peningkatan yang tercermin dari meningkatnya kas keluar dan net kas keluar
dibandingkan periode yang sama triwulan lalu. Sejalan dengan pembayaran tunai,
pembayaran non tunai juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, dengan rincian sebagai berikut:
Nilai kliring naik sebesar 4,09% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya

menjadi Rp2,61 triliun. Sejalan dengan hal tersebut volume kliring juga
mengalami peningkatan 7,90% (qtq) (Tabel 3.9.).
Nilai RTGS dari, ke, serta dari dan ke Jambi mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya, masing-masing sebesar 37,13%, 79,69%,


dan 117,55%.

Tabel 3.9 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi
Uraian
Kliring
Nilai Kliring (juta Rp)
Volume Kliring (lembar warkat)
Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp)
Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp)
Net Inflows/Net Outflows (juta Rp)
RTGS dari Jambi (miliar Rp)
RTGS ke Jambi (miliar Rp)
RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp)
Cek dan BG Kosong
Lembar
Nominal (juta Rp)

2013
Tw I

Tw II

2014
Tw III

2.519.686
72.639
846.548
1.034.718
(188.170)
15.535
22.244
4.032

2.800.410
76.559
1.031.722
1.682.989
(651.267)
19.666
22.658
4.695

2.577.906
71.104
1.453.196
2.605.130
(1.151.935)
20.189
26.876
7.422

1.463
83.121

1.811
64.290

1.837
56.120

Tw IV

Tw I

Tw II

2.714.032 2.512.180 2.614.876


70.456
68.334
73.731
810.929
880.393
976.622
2.836.373 1.734.894 1.861.714
(2.025.444) (854.501) (885.091)
22.181
19.684
26.992
33.327
22.514
40.455
6.521
5.072
11.033
1.635
63.174

1.505
57.543

1.935
73.583

Pertumbuhan (qtq)
Nominal
Persen
102.696
5.397
96.230
126.820
(30.590)
7.309
17.941
5.962

4,09
7,90
10,93
7,31
3,58
37,13
79,69
117,55

430
16.040

28,57
27,87

D.1.Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi


Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan,
untuk aliran kas keluar (cash outflow) sebesar Rp1,86 triliun, naik 7,31% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya (grafik 3.7.). Sementara aliran kas masuk (cash

66

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II-2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

inflow) sebesar Rp976,62 miliar, meningkat 10,93% (qtq) . Meskipun pada triwulan
laporan aliran kas keluar dan aliran kas masuk mengalami peningkatan, Jambi tetap
mengalami net outflow sebesar Rp885,09 miliar meskipun mengalami penurunan
sebesar 3,58% (qtq) dibandingkan triwulan I-2014.

Grafik 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows


di Provinsi Jambi
Rp (juta)
3.000.000
2.500.000
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
(500.000)
(1.000.000)
(1.500.000)
(2.000.000)
(2.500.000)

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

2013

Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp)

Tw II

2014

Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp)

Net Inflows/Net Outflows (juta Rp)

D.2.Penyediaan Uang Layak Edar


Secara

berkala

Kantor

Perwakilan

Bank

Indonesia

Provinsi

Jambi

melaksanakan pemusnahan uang yang tidak layar edar (UTLE) melalui kegiatan
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga
kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, pemberian
tanda tidak berharga (PTTB) di Provinsi Jambi sebesar Rp323,86 miliar, atau mencapai
33,16% dari total inflow provinsi Jambi.

D.3.Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan


Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu yang beredar di wilayah
kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi. Dalam rangka mengantisipasi
peredaran uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

TRIWULAN II-2014 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

67

PERBANKAN DAN S ISTEM PEMBAYARAN

Jambi secara berkala terus mensosialisasikan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada
seluruh lapisan masyarakat.
D.4.Perkembangan Kliring Lokal
Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan
tercatat sebesar Rp2,61 triliun atau naik 4,09% (qtq) dibandingkan triwulan
sebelumnya (Rp 2,51 triliun) (Grafik 3.8.). Sejalan dengan nilainya, volume kliring juga
mengalami peningkatan sebesar 7,90% (qtq), yaitu dari 68.334 menjadi 73.731
lembar warkat. Kenaikan pembayaran non tunai melalui kliring tersebut baik nilai dan
volume disebabkan oleh meningkatnya aktivitas transaksi menjelang hari Raya Idul
Fitri 1435 H.

Perkembangan Transaksi Kliring


3.000.000

80.000

2.800.000
2.600.000
2.400.000
2.200.000

60.000
Tw I

Tw II

Tw III

2013

Nilai Kliring (juta Rp)

Tw IV

Tw I

Tw II

2014

Volume Kliring (lembar warkat)

Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring

Seiring dengan peningkatan pembayaran non tunai, jumlah lembar cek dan
BG kosong pada triwulan laporan juga mengalami peningkatan dibandingkan
triwulan sebelumnya yaitu dari Rp57,54 miliar (1.505 lembar) menjadi Rp73,58 miliar
(1.935 lembar).

68

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II-2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

D.5.Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)21


Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI RTGS) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi secara total
(keluar dan masuk/dari dan ke) naik sebesar Rp31,46 triliun (66,91%) dibandingkan
periode yang sama tahun lalu yaitu dari Rp47,01 triliun menjadi Rp78,48 triliun (Tabel
3.10.). Aliran transfer masuk ke Provinsi Jambi merupakan yang terbesar dan
mencapai Rp40,45 triliun, diikuti oleh transfer ke luar Jambi Rp26,99 triliun dan
transfer di dalam Provinsi Jambi Rp11,03 triliun. Aliran RTGS menunjukkan bahwa
uang masuk ke Jambi lebih tinggi daripada yang keluar.
Tabel 3.10 Perkembangan Transaksi RTGS
(dalam miliarrupiah)
Dari Provinsi Jambi
Periode

Nilai
(Miliar Rp)

Volume

Ke Provinsi Jambi
Nilai
(Miliar Rp)

Volume

Dari dan Ke Provinsi


Jambi
Nilai
Volume
(Miliar Rp)

TOTAL
Nilai

Volume

(Miliar Rp)

Tw 1 - 11

12.383

16.923

23.289

19.391

2.756

5.487

38.428

41.801

Tw 2 - 11

11.499

17.064

19.826

19.311

2.768

5.570

34.093

41.945

Tw 3 - 11

14.353

18.840

22.515

20.637

3.291

6.009

40.159

45.486

Tw 4 - 11

14.986

21.865

23.761

21.639

3.723

6.665

42.470

50.169

Tw 1 - 12

10.339

16.644

51.804

17.758

2.653

4.966

64.796

39.368

Tw 2 - 12

15.139

19.391

54.010

19.519

3.543

5.720

72.692

44.630

Tw 3 - 12

15.677

19.313

29.104

19.344

3.350

5.662

48.131

44.319

Tw 4 - 12

18.270

21.580

29.431

20.622

4.702

6.449

52.403

48.651

Tw 1 - 13

15.535

16.648

22.244

17.183

4.032

4.973

41.811

38.804

Tw 2 - 13

19.666

18.860

22.658

18.685

4.695

5.773

47.019

43.318

Tw 3 - 13

20.189

18.663

26.876

17.988

7.422

5.691

54.487

42.342

Tw 4 - 13

22.181

22.643

33.327

21.351

6.521

6.711

62.029

50.705

Tw 1 - 14

19.684

19.031

22.514

22.854

5.072

5.347

47.269

47.232

Tw 2 - 14

26.992

17.544

40.455

18.347

11.033

5.322

78.480

41.213

21

Sistem BI-RTGS adalahsuatu sistem transfer danaelektronikantarpesertadalammatauang Rupiah, yang


penyelesaiantransaksidilakukansecaraseketika(real time).

TRIWULAN II-2014 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

69

Halaman ini sengaja dikosongkan


This page is intentionally blank

BAB IV
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan Triwulan II


tahun 2014 mencapai Rp1,6 triliun (terealisasi sebesar 53,81% dari APBD 2014),
sementara itu realisasi belanja mencapai Rp0,92 triliun (baru terealisasi 28,20%).
Jika dibandingkan dengan tahun lalu, nilai realisasi pendapatan meningkat
sebesar 11,13%, sedangkan realisasi belanja mengalami sedikit penurunan
sebesar 1,31%.
A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan II Tahun 2014
Pada Triwulan II tahun 2014, realisasi pendapatan Provinsi Jambi sebesar
Rp1,6 triliun atau mencapai 53,81% dari APBD tahun 2014 (Rp2,98 triliun).
Berdasarkan jenisnya, pendapatan terbesar (66,61%) masih tergantung dari
transfer pemerintah pusat yang mencapai Rp1,07 triliun. Lebih lanjut,
pendapatan transfer dari APBN tersebut utamanya dalam bentuk Dana Alokasi
Umum (DAU) yang mencapai Rp553,20 miliar (34,48% dari total pendapatan
Jambi pada triwulan laporan) (Tabel 4.1.).
Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapatkan melalui
pajak, retribusi, serta pengelolaan kekayaan daerah mencapai Rp535,65 miliar
(33,38%). Angka pendapatan tersebut meningkat 12,72% dibanding triwulan
yang sama tahun 2013. Pajak daerah, yang merupakan sumber kemandirian
suatu provinsi, menyumbangkan 24,11% (Rp386,9 miliar) dari total pendapatan
Jambi pada triwulan laporan.

71

Keuangan Pemerintah Daerah

Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Triwulan II Tahun -2014
(dalam miliar rupiah)
S.D TRW II-2013
URAIAN

APBD 2013

Nominal
(Rp. Miliar)

PENDAPATAN
2.446,37 1.443,88
Pendapatan Asli Daerah
804,41
475,19
Pajak Daerah
672,44
402,82
Retribusi Daerah
12,51
7,07
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan 28,61
1,09
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
90,86
64,21

Pendapatan Transfer
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya
Dana Penyesuaian
Lain-lain Pendapatan yang Sah
Pendapatan Hibah

1.640,96
1.299,93
172,94
239,37
836,58
51,04
341,03
341,03
1,00
1,00

S.D TRW I-2014

Persen

968,04
806,60
108,77
194,51
488,00
15,31
161,44
161,44
0,65
0,65

APBD 2014

Nominal (Rp.
Miliar)

Persen

S.D TRW II-2014


Nominal (Rp.
Miliar)

Persen

59,02
59,07
59,91
56,51
3,80
70,67

2.981,99
973,07
808,44
16,38
40,00
108,25

343,97
21,50
0,00
1,28
0,23
20,00

11,53 1.604,62
2,21
535,65
0,00
386,90
7,81
5,56
0,56
30,36
18,48
112,84

53,81
55,05
47,86
33,91
75,89
104,24

#DIV/0!
58,99
62,05
62,89
81,26
58,33
30,00
47,34
47,34
64,70
64,70

2.007,92
1.631,45
239,09
394,66
948,34
49,36
376,47
376,47
1,00
1,00

322,45
237,08
0,00
0,00
237,08
0,00
85,36
85,36
0,02
0,02

#DIV/0!
16,06 1.068,89
14,53
802,21
0,00
80,14
0,00
154,07
25,00
553,20
0,00
14,81
22,67
266,68
22,67
266,68
1,85
0,08
1,85
0,08

#DIV/0!
53,23
49,17
33,52
39,04
58,33
30,00
70,84
70,84
8,28
8,28

Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)

B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan II Tahun 2014


Pada triwulan II tahun 2014, realisasi belanja Provinsi Jambi mencapai Rp
920,98 miliar atau mencapai 28,2% dari APBD 2014 (Rp3,27 triliun). Nilai
realisasi tersebut turun Rp12,2 miliar atau 1,31% dibanding triwulan yang sama
tahun 2013 (Rp933,18 miliar). Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja terbesar
(66,40%) masih ditujukan untuk belanja operasional yaitu sebesar Rp611,53
miliar, sementara nilai realisasi untuk belanja modal masih relatif kecil yaitu
sebesar Rp191,57 miliar atau sebesar 20,8% (Tabel 4.2.).
Komponen belanja operasional terbesar adalah untuk belanja pegawai
yang mencapai Rp223,29 miliar dan diikuti oleh belanja hibah Rp169,78 miliar.
Kedua jenis komponen belanja tersebut merupakan belanja rutin.
Sementara

itu,

realisasi

belanja

modal

yang

bertujuan

untuk

pembangunan baru terealisasi Rp191,57 miliar (22,03% dari APBD 2014). Masih
relatif kecilnya realisasi jenis belanja ini disebabkan oleh relatif lamanya proses
lelang pekerjaan dan belum diambilnya uang muka proyek oleh sebagian
pemenang lelang.
Nilai realisasi belanja modal terbesar (86,58%) berada pada belanja jalan,
irigasi dan jaringan yang merupakan belanja modal yang paling berdampak pada

72

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II-2014

Keuangan Pemerintah Dareah

kepentingan masyarakat, yaitu sebesar Rp165,85 miliar. Namun demikian, jika


dibandingkan dengan APBD 2014 (Rp533,13 miliar), realisasi belanja jalan, irigasi,
dan jaringan tersebut masih cukup kecil, yaitu baru mencapai 31,11%. Pada
triwulan selanjutnya, realisasi belanja jalan, irigasi, dan jaringan perlu ditingkatkan
agar memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Provinsi Jambi terutama
dalam efisiensi biaya distribusi barang dan jasa.
Tabel 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Triwulan II Tahun -2014
(dalam miliar rupiah)
S.D TRW II-2013
URAIAN

BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Modal
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Bangunan dan Gedung
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya
Belanja Tak Terduga
Belanja Tak Terduga
Transfer
Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa

APBD 2013

Nominal
(Rp. Miliar)

Persen

S.D TRW I-2014


APBD 2014

Nominal (Rp.
Miliar)

Persen

2.652,83
1.673,65
583,78
546,43
356,27
29,95
157,23
710,22
11,50
56,26
153,96
483,50
4,995

933,18
586,90
221,13
137,49
167,00
14,28
46,99
171,35
0,17
17,96
20,83
132,39
0,00

1,41
3,00
3,00
0,75

35,18
35,07
37,88
25,16
46,88
47,68
29,89
#DIV/0!
24,13
1,46
31,92
13,53
27,38
0,08
#DIV/0!
0,00

3.265,33
2.143,79
678,81
870,62
405,58
36,06
152,73
869,54
43,44
140,10
147,93
533,13
4,18
0,77

45,87
36,15
30,81
5,33
0,00
0,00
0,00
9,72
0,00
0,32
0,10
9,30
0,00
0,00

1,40
1,69
4,54
0,61
0,00
0,00
0,00
#DIV/0!
1,12
0,00
0,23
0,07
1,74
0,00

1,49
1,49
0,75

49,58
49,58
100,00

2,00
2,00

0,00
0,00

#DIV/0!
0,00
0,00
#DIV/0!

265,96
265,96

173,44
173,44

65,21
65,21

250,00
250,00

0,00
0,00

0,00
0,00

S.D TRW II-2014


Nominal (Rp.
Miliar)

Persen

920,98
611,53
223,29
163,26
169,78
55,20
191,57
0,01
16,16
8,73
165,85
0,54
0,27

28,20
28,53
32,89
18,75
41,86
0,00
36,14
#DIV/0!
22,03
0,02
11,54
5,90
31,11
12,96
35,17
#DIV/0!

0,18
0,18

9,00
9,00
#DIV/0!
47,08
47,08

117,70
117,70

Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)

C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah


Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi selama triwulan II - 2014
mencapai Rp740,1 miliar, meningkat 21,68% dibandingkan triwulan yang sama
tahun lalu (Rp608,23 miliar) (Tabel 4.3.). Peningkatan tersebut sejalan dengan
meningkatnya pendapatan pajak dalam negeri, terutama Pajak Penghasilan (PPh)
dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Sejalan dengan hal tersebut, pendapatan
pajak perdagangan internasional juga meningkat (63,95% (yoy)) seiring dengan
meningkatnya pendapatan bea keluar sebagai akibat dari peningkatan ekspor
Jambi. Sebaliknya, pendapatan PNBP mengalami penurunan sebesar 3,20% (yoy)
dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu.

TRIWULANII-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

73

Keuangan Pemerintah Daerah

Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi


(dalam satuan Rupiah)
KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH
REALISASI PENDAPATAN
I

II

Pajak Dalam Negeri


PPh
PPN
PBB
Lainnya
Pajak Perdagangan Int'l

Pendapatan Bea Masuk


Pendapatan Bea Keluar
III Penerimaan SDA
Pendapatan Pertambangan Umum
Pendapatan kehutanan
Pendapatan Perikanan
IV PNPB Lainnya
V Pendapatan Hibah
VI Pendapatan Bagian Laba BUMN
VII Pendapatan Badan Layanan Umum
Total Realisasi Pendapatan

Triwulan II 2013

Triwulan I 2014

Triwulan II 2014

549.208.910.854
316.456.732.449
216.087.854.420
6.163.734.985
10.500.589.000
7.871.512.700

450.071.354.214
218.576.655.876
220.681.964.495
1.235.726.649
9.577.007.194
7.050.156.000

670.818.775.939
351.680.479.294
306.386.010.009
2.257.319.365
10.494.967.271
12.905.673.720

Pertumbuhan (yoy)
Nominal
(%)
121.609.865.085
22,14
35.223.746.845
11,13
90.298.155.589
41,79
(3.906.415.620)
(63,38)
(5.621.729)
(0,05)
5.034.161.020
63,95

7.869.011.660
2.501.040
3.919.588.758
3.919.588.758
35.074.843.713
12.156.434.261
608.231.290.286

7.050.156.000
4.627.282.797
4.620.882.797
6.400.000
81.071.121.445
14.574.300
542.834.488.756

6.068.146.000
6.837.527.720
5.754.031.847
5.747.631.847
6.400.000
33.954.097.527
16.671.793.121
740.104.372.154

(1.800.865.660)
6.835.026.680
1.834.443.089
1.828.043.089
6.400.000
(1.120.746.186)
4.515.358.860
131.873.081.868

(22,89)
273.287,38
46,80
46,64
100,00
(3,20)
100,00
37,14
100,00
21,68

Berdasarkan komposisinya, penerimaan pajak terbesar adalah untuk


pendapatan pajak dalam negeri yang mencapai Rp670,82 miliar (90,64%) dan
diikuti oleh pendapatan PNPB lainnya sebesar Rp33,95 miliar (4,59%). Apabila
dirinci lebih lanjut, pendapatan pajak dalam negeri terbesar adalah untuk Pajak
Penghasilan (PPh) sebesar Rp351,68 miliar (52,43%) diikuti oleh Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) sebesar Rp306,39 miliar (45,67%) (Gambar 4.2.).
0.34% 1.56%

0.78% 4.59%
1.74%
45.67%

52.43%

90.64%

Pajak Dalam Negeri

Pajak Perdagangan Int'l

Penerimaan SDA

PNPB Lainnya

Gambar 4.1
Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat
di Provinsi Jambi (%)

PPh

PPN

PBB

Lainnya

Gambar 4.2
Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam
Negeri di Provinsi Jambi (%)

Sementara itu, belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi pada triwulan II


2014 terealisasi sebesar Rp1,17 triliun, meningkat Rp149,97 miliar (14,72% (yoy))
dibanding tahun lalu (Tabel 4.4.). Peningkatan belanja tersebut bersumber dari

74

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II-2014

Keuangan Pemerintah Dareah

peningkatan belanja barang sebesar Rp106,04 miliar (40,12% (yoy)) dan belanja
modal Rp79,56 miliar (31,31% (yoy)). Tingginya realisasi belanja modal
diharapkan dapat mendukung percepatan pembangunan di daerah.
Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
(dalam satuan Rupiah)
KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH
Triwulan II 2013

Triwulan I 2014

Triwulan II 2014

Belanja Pegawai
Belanja Gaji dan Tunjangan
Belanja Honorarium/Lembur/
Vakasi/Tunj Khusus
Belanja Kontribusi Sosial
Belanja Barang
Belanja Barang
Belanja Jasa
Belanja Perjalanan
Belanja Pemeliharaan
Belanja Layanan Umum
Belanja Denda dan Subsidi Perusahaan

364.055.709.999
357.074.895.098
7.526.047.169

324.484.525.063
316.447.070.620
8.037.454.443

341.650.459.002
327.939.851.257
13.710.607.745

Pertumbuhan (yoy)
Nominal
(%)
(22.405.250.997)
(6,15)
(29.135.043.841)
(8,16)
6.184.560.576
82,18

(545.232.268)
264.286.585.352
158.629.762.956
19.747.102.327
43.020.675.931
42.889.044.138
-

112.782.978.190
65.914.565.208
15.421.680.043
19.696.705.319
11.750.027.620
141.172.918

370.329.902.060
221.808.931.005
38.952.343.739
62.628.633.359
46.939.993.957
-

545.232.268
106.043.316.708
63.179.168.049
19.205.241.412
19.607.957.428
4.050.949.819
-

(100,00)
40,12
39,83
97,26
45,58
9,45
-

Belanja Denda
Belanja Subsidi Perusahaan Negara
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Sosial Lembaga
Pendidikan dan Peribadatan
Belanja Lembaga Sosial Lainnya
Belanja Lain-Lain
Belanja Modal
Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Gedung dan Bangunan

112.579.486.149
112.579.486.149

141.172.918
864.616.900
864.616.900

107.374.209.833
107.374.209.833

(5.205.276.316)
(5.205.276.316)

(4,62)
(4,62)

24.137.449.468
254.028.928.247
933.200.000
18.619.481.610
12.434.565.680

10.000.000
77.384.930.105
467.838.300
3.357.318.300
638.584.000

16.109.733.725
333.591.064.022
22.391.050
13.610.224.139
10.896.492.330

(8.027.715.743)
79.562.135.775
(910.808.950)
(5.009.257.471)
(1.538.073.350)

(33,26)
31,32
(97,60)
(26,90)
(12,37)

218.580.074.257

72.765.789.505

306.816.549.503

88.236.475.246

40,37

REALISASI BELANJA
I

II

III

III

IV
V

Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan


Jaringan
Belanja Pemeliharaan yang
dikapitalisasi
Belanja Modal Fisik Lainnya

3.461.606.700
155.400.000
2.245.407.000
(1.216.199.700)
Belanja Modal Badan Layanan Umum
Total Realisasi Belanja
1.019.088.159.215
515.668.223.176 1.169.055.368.642 149.967.209.427
Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah

#DIV/0!
(35,13)
#DIV/0!
14,72

Grafik 4.3. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi

28.54%

29.22%

9.18%
31.68%

Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Lain-Lain

Belanja Modal

TRIWULANII-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

75

Keuangan Pemerintah Daerah

Berdasarkan pangsanya, belanja tertinggi pemerintah pusat sebagian besar


untuk belanja barang Rp370,33 miliar (31,68%) dan diikuti oleh belanja pegawai
Rp341,65 miliar (29,22%), yang utamanya digunakan untuk belanja gaji dan
tunjangan sebesar Rp327,94 miliar. Adapun jumlah realisasi belanja modal juga
juga cukup besar yaitu Rp333,59 miliar (28,54%) dengan komponen terbesar untuk
belanja modal jalan, irigasi dan jembatan (Rp306,82 miliar) (Grafik 4.3.).
D. Keuangan Pemerintah Daerah
Jumlah simpanan Pemerintah Daerah di perbankan Jambi pada triwulan II
2014 meningkat sebesar 39,89% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi
Rp4,15 triliun seiring dengan lebih tingginya realisasi pendapatan Pemda pada
triwulan laporan dibandingkan realisasi belanjanya. Peningkatan simpanan
terbesar disebabkan oleh meningkatnya simpanan dalam bentuk giro dari 1,41
triliun pada triwulan sebelumnya menjadi 2,10 triliun pada triwulan laporan atau
meningkat signifikan sebesar 49,13% sejalan dengan mulai cairnya dana transfer
dari Pemerintah Pusat.

Grafik 4.4. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi
(Rp triliun)
5

3,57

3,56

3,82

3,67

4,23

4,15

3,95
2,97

2,09

1,70

0
Tw I-12 Tw II-12 Tw III-12 TW IV-12 Tw I-13 Tw II-13 Tw III-13 TW IV-13 Tw I-14 Tw II-14

Giro

76

Deposito

Tabungan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II-2014

BAB V
KETENAGAKERJAAN D AERAH DAN KESEJAHTERAAN

Pada Maret 2014, garis kemiskinan Provinsi Jambi mengalami kenaikan


3,37% menjadi Rp318.262 per kapita per bulan namun demikian persentase
penduduk miskin menurun menjadi 7,92% dari 8,41%. Nilai Tukar Petani (NTP)
pada triwulan laporan sebesar 97,29, mengalami sedikit penurunan dibandingkan
triwulan sebelumnya (98,17).
A. Kemiskinan
Garis kemiskinan1 Provinsi Jambi untuk wilayah kota dan desa pada bulan Maret
2014 meningkat 3,37% menjadi Rp318.262/kapita/bulan (tabel 5.2.). Menurut
wilayahnya, garis kemiskinan untuk masyarakat kota lebih tinggi yaitu mencapai
Rp379.183/kapita/bulan

sementara

untuk

masyarakat

desa

sebesar

Rp291.534/kapita/bulan. Garis kemiskinan kota dan desa tersebut sama-sama


mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013.
Tabel 5.1. Garis Kemiskinan Provinsi Jambi
Maret 2013
Wilayah

Makanan

Non
Makanan

Total

September 2013
Non
%GK Makanan
Makanan
Makanan

(dalam satuan Rp/kapita/bulan)

Kota
Perdesaan
Kota + Desa

246.632
204.441
217.384

91.298
53.967
65.419

337.930
258.408
282.803

Total

Maret 2014
%GK
Makanan

(dalam satuan Rp/kapita/bulan)

72,98
79,12
76,87

274.696
222.196
238.224

95.139
58.464
69.661

369.835
280.660
307.885

Makanan

Non
Makanan

Total

%GK
Makanan

(dalam satuan Rp/kapita/bulan)

74,28
79,17
77,37

280.327
230.895
245.969

98.856
60.638
72.293

379.183
291.534
318.262

73,93
79,20
77,29

Sumber : Susenas 20 14

Dari jenis komponennya, peranan komoditas makanan (77,29%) mendominasi


dibandingkan komoditas non makanan (22,71%) ( perumahan, sandang,
pendidikan dan kesehatan). Komoditi makanan yang memberikan sumbangan
1

Garis kemiskinan mempengaruhi besar kecilnya jumlah penduduk miskin, karena penduduk
miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan.

77

KETENAGAKERJAAN D AERAH DAN KESEJAHTERAAN

terbesar pada garis kemiskinan di perkotaan maupun di perdesaan pada


umumnya sama yaitu beras, rokok kretek filter, daging ayam ras dan cabe merah.
Sedangkan komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan pada garis
kemiskinan adalah perumahan, listrik, bensin dan pendidikan.
Jumlah penduduk miskin pada Maret 2014 adalah 263,8 ribu orang yang terdiri
dari penduduk miskin kota sebanyak 100,12 ribu orang dan penduduk miskin
desa sebanyak 163,68 ribu orang. Jumlah penduduk miskin tersebut mengalami
penurunan dibandingkan September 2013 dan hal tersebut sejalan dengan
penurunan persentase penduduk miskin dari 8,41% menjadi 7,92%. Persentase
penduduk miskin Provinsi Jambi tersebut lebih rendah dari angka nasional yang
pada Maret 2014 mencapai 11,36%.
Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Miskin
Wilayah

Persentase Penduduk Miskin


Jumlah Penduduk Miskin
Maret
September 2013 Maret 2014 Maret 2013 September 2013 Maret 2014
2013

Kota
Perdesaan
Kota + Desa

9,89
7,27
8,07

10,41
7,54
8,41

9,85
7,07
7,92

100,00
166,15
266,15

104,92
172,82
277,74

100,12
163,68
263,80

Sumber : Susenas 20 14

Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jambi (melalui Bulog
Divre

Jambi)

untuk

mensukseskan

program

pemerintah

dalam

hal

penanggulangan kemiskinan yaitu secara rutin membagikan beras miskin (raskin)


kepada masyarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran raskin
mencapai sebesar 9.816 ton, naik 20,51% (qtq) dibandingkan triwulan
sebelumnya (8.145 ton) (grafik 5.1). Peningkatan penyaluran raskin tersebut
sejalan dengan semakin banyaknya kelurahan yang menebus plafon raskin.

78

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN II-2014

KETENAGAKERJAAN D AERAH DAN KESEJAHTERAAN

Ribu ton

Grafik 5.1. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi

14

12,37

12

10,76

9,82

9,27

10
8

12,46

Pertumbuhan Raskin (%)


150,00

8,15

7,78

100,00
50,00

6,12

4,18

3,27

(50,00)

2
-

(100,00)
TW I

TW II

TW III

2012

TRW IV

TW I

TW II

TW III

2013

TRW IV

TW I

TW II

2014

Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah)

B. Kesejahteraan
Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara
lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi. Nilai Tukar
Petani (NTP) sedikit mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.
NTP Juni 2014 turun 88 bps menjadi 97,29 dari 98,17 pada Maret 2014.
Menurunnya NTP tersebut disebabkan oleh menurunnya nilai tukar petani petani
tanaman padi palawija, hortikultura dan perkebunan rakyat. Penurunan tersebut
menunjukkan bahwa kenaikan biaya yang dibayar petani lebih besar dibanding
kenaikan harga produk yang diterima petani.

TRIWULAN II-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

79

KETENAGAKERJAAN D AERAH DAN KESEJAHTERAAN

Tabel 5.3. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2012=100)
2013
KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK

Mar

Juni

2014
Sept

Des

Maret

Juni

PERUBAHAN (%)
( Maret 2014 ke
Juni 2014)

1 Tanaman Padi Palawija


a Indeks Diterima Petani

102,80

102,13

104,73

105,74

110,05

108,28

-1,77

b Indeks Dibayar Petani


Nilai Tukar Petani (NTP-P)

104,58
98,30

105,91
96,43

110,14
95,09

111,08
95,19

112,10
98,18

112,26
96,45

0,16
-1,73

2 Hortikultura
a Indeks Diterima Petani

102,97

103,24

104,70

105,74

105,28

103,89

-1,39

b Indeks Dibayar Petani


Nilai Tukar Petani (NTP-H)
3 Tanaman Perkebunan Rakyat

104,50
98,54

105,81
97,56

110,08
95,11

111,08
95,19

111,52
94,40

111,97
92,78

0,45
-1,62

a Indeks Diterima Petani

102,45

102,83

104,06

108,63

111,23

110,08

-1,15

b Indeks Dibayar Petani


Nilai Tukar Petani (NTP-Pr)
4 Peternakan
a Indeks Diterima Petani

103,50
99,00

104,72
98,21

109,74
94,93

110,58
98,24

111,87
99,43

112,08
98,22

0,21
-1,21

105,38

107,14

110,20

105,89

106,66

108,60

1,94

b Indeks Dibayar Petani


Nilai Tukar Petani (NTP-Pt)
5 Perikanan

96,10
109,67

97,13
110,31

100,22
109,96

108,64
97,47

109,47
97,43

109,84
98,87

0,37
1,44

a Indeks Diterima Petani

102,38

104,02

106,76

107,25

110,75

113,12

2,37

b Indeks Dibayar Petani


Nilai Tukar Petani (NTP-Pi)

103,36
99,07

104,39
99,67

108,35
98,53

109,49
97,95

108,59
100,10

111,10
101,82

2,51
1,72

109,42
111,46
98,17

108,70
111,73
97,29

-0,72
0,27
-0,88

PROVINSI JAMBI
a INDEKS YANG DITERIMA (It)
b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib)
c NILAI TUKAR PETANI (NTPp)

102,40
103,70
98,73

102,64
104,95
97,78

104,52
109,40
95,52

107,26
110,33
97,21

Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)

80

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN II-2014

BAB VI
PROSPEK PEREKONOMIAN

Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan III-2014


diperkirakan

melambat

dibandingkan

triwulan

II-2014.

Meningkatnya

pengeluaran konsumsi rumah tangga sejalan dengan momen Ramadahan dan


Idul Fitri 1435 H diperkirakan menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi
Jambi pada triwulan mendatang. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan
ekonomi Jambi masih

akan

didominasi sektor pertanian,

serta

sektor

perdagangan, hotel dan restoran.


Inflasi pada triwulan III-2014 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan
triwulan II-2014 yaitu berada pada kisaran 4,25%-4,75% (yoy) dari sebelumnya
6,47% (yoy) pada triwulan laporan. Penurunan laju inflasi ini utamanya
dipengaruhi oleh telah hilangnya base effect terkait kenaikan harga BBM
bersubsidi pada Juni 2013 lalu. Jika di-breakdown lebih lanjut berdasarkan
disagregasinya, laju inflasi pada triwulan III-2014 diperkirakan akan dipengaruhi
utamanya oleh kelompok administered price dan volatile food.
Dari sisi administered price, keputusan PLN untuk menaikkan tarif tenaga
listrik (TTL) golongan rumah tangga dan industri per 2 (dua) bulan terhitung sejak
tanggal 1 Juli 2014 akan berpotensi menjadi penyumbang utama meningkatnya
tekanan inflasi.
Sementara itu dari sisi volatile food, tingginya permintaan selama bulan
Ramadhan dan Idul Fitri 1435 H akan mendorong kenaikan harga jual. Selain itu,
anomali cuaca yang terjadi selama triwulan II-2014 yang diperkirakan akan
berlanjut pada triwulan III-2014 akan menyebabkan terganggunya kalender
tanam sehingga berpotensi mengganggu pasokan bahan makanan.
Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih tinggi
dari perkiraan antara lain: adanya rencana Pemerintah untuk menaikkan harga
jual elpiji 12 kg agar mencapai harga keekonomian, risiko gejolak nilai tukar

81

PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH

menjelang pengumuman resmi hasil Pemilu Presiden paska gugatan ke


Mahkamah Konsistusi (MK), serta potensi terjadinya kemarau panjang yang akan
memicu kebakaran hutan dan gangguan kabut asap yang pada akhirnya akan
menganggu jalur distribusi.

A. Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi
Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 2,3%-2,8%(qtq),
tumbuh lebih tinggi dari triwulan laporan (2,07%). Sementara itu, pertumbuhan
ekonomi tahunan Jambi pada triwulan III-2014 diperkirakan akan tumbuh pada
kisaran 7,0

7,5%(yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan laporan yang

tumbuh 7,48% (yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2014


diperkirakan berada pada kisaran 7,4%-7,9%.
Pengeluaran

konsumsi

rumah

tangga

menjadi

sumber

utama

perekonomian di triwulan mendatang. Adanya momen Pemilu Presiden, liburan


anak sekolah, tahun ajaran baru sekolah, serta datangnya bulan Ramadhan dan
Idul Fitri 1435 H diperkirakan akan berkontribusi meningkatkan konsumsi
masyarakat. Sejalan dengan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah
diperkirakan juga semakin meningkat seiring dengan bertambahnya angka
realisasi proyek pemerintah. Namun demikian, masih berlanjutnya tren
penurunan harga komoditas di pasar global, diperkirakan akan berimbas pada
menurunnya pendapatan masyarakat dan terbatasnya pertumbuhan ekonomi.
Sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang
yang diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari triwulan laporan, hasil SKDU triwulan
II-2014 juga menyatakan bahwa responden memandang bahwa perekonomian
triwulan mendatang akan cenderung meningkat dibandingkan triwulan laporan.
Hal ini tercermin dari nilai SBT perkiraan perkembangan dunia usaha pada
triwulan III

2014 sebesar 17,39, lebih tinggi dibandingkan realisasi SBT Tw II-

2014 (0,53).

82

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II-2014

PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH

Tabel 6.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha


Saldo Bersih Tertimbang
No

Sektor/Subsektor

Triwulan
I-2013

Triwulan
II-2013

Triwulan
III-2013

Triwulan
IV-2013

Triwulan
I-2014

Triwulan
II-2014

Triwulan
III-2014*)

Pertanian

0,73

(0,73)

1,46

(6,92)

10,85

Pertambangan dan Penggalian

(3,13)

(1,04)

(1,04)

(1,38)

1,38

1,38

Industri Pengolahan

Listrik dan Air Minum

Bangunan

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

Jasa-jasa
Total

1,11

(0,52)

(0,96)

(1,11)

0,32

0,13

(0,16)

0,47

0,47

0,67

(0,69)

(3,43)

(3,43)

(3,43)

(0,85)

(0,85)

0,85

(4,58)

(6,29)

0,55

1,95

1,30

(0,65)

7,12

6,08

6,08

1,37

1,37

1,37

1,82

1,17

1,83

1,83

(1,03)

(1,55)

(0,52)

1,16

1,44

0,56

(0,64)

1,05

0,05

1,11

(6,90)

0,53

17,39

Keterangan : *) Angka perkiraan

Tingginya

konsumsi

di

triwulan

mendatang

dan

meningkatnya

permintaan sejalan dengan momen Pemilu Presiden, liburan sekolah, tahun


ajaran baru sekolah, serta masuknya bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1435 H akan
diikuti juga dengan meningkatnya perdagangan

dan penggunaan jasa

transportasi sehingga mendorong pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan


Restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi.
Sejalan dengan sektor tersebut di atas, sektor bangunan diperkirakan
masih akan meningkat yang didukung oleh meningkatnya pembangunan
perumahan rakyat, pusat bisnis, hiburan, rekreasi, dan perhotelan oleh
perusahaan swasta berskala nasional/internasional dan investasi pemerintah
daerah.
Sementara itu, sektor pertanian diperkirakan tumbuh terbatas pada
triwulan mendatang terutama disebabkan oleh penurunan sub sektor tanaman
bahan makanan (tabama) karena potensi terjadinya anomali cuaca dan kemarau
panjang. Sejalan dengan hal tersebut, sub sektor tanaman perkebunan juga
diperkirakan tumbuh terbatas. Tren harga internasional pada 2 (dua) komoditas
unggulan Provinsi Jambi, yaitu kelapa sawit dan karet yang masih menunjukkan
penurunan akan berdampak pada produktivitas sub sektor perkebunan. Faktor
cuaca yang diprakirakan akan memasuki musim kemarau (data BMKG) juga akan
berdampak negatif pada tanaman kelapa sawit yang memiliki karakteristik
TRIWULAN II-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGANREGIONAL PROVINSI JAMBI

83

PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH

menyerap air dalam jumlah yang cukup besar. Masih berlanjutnya himbauan
Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) untuk menurunkan produksi
dan ekspor karet sebesar 10% sebagai salah satu upaya mendongkrak harga
karet juga berpotensi menjadi faktor penghambat peningkatan produksi karet di
triwulan mendatang. Namun demikian, cuaca kemarau yang diprakirakan akan
terjadi pada triwulan mendatang akan menjadi situasi yang kondusif bagi petani
karet untuk melakukan penyadapan sehingga berpotensi untuk mendorong
peningkatan produksi karet. Faktor nilai tukar rupiah juga dapat menjadi insentif
bagi petani untuk meningkatkan produksi.
Terbatasnya pertumbuhan pada sektor pertanian khususnya sub sektor
perkebunan akan berdampak pada terbatasnya pertumbuhan pada sektor
industri pengolahan.
Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan belum dapat kembali
mencapai tingkat produksi seperti sebelumnya karena terjadinya penurunan
produksi dari sumur-sumur minyak bumi eksisting (faktor usia) sehingga perlu
dilakukan pencarian sumur-sumur baru. Pertambangan non migas juga
berpotensi mengalami perlambatan seiring dengan relatif stagnannya harga
internasional, terjadinya kelebihan stok, serta rendahnya kadar kalori batubara
Jambi. Implementasi Undang-Undang Minerba dan Perda tentang pengaturan
jalur khusus pengangkutan batubara yang tidak segera diikuti dengan
pembangunan

jalur

khusus

juga

berpotensi

menurunkan

produktivitas

pertambangan non migas di Provinsi Jambi.

B. Proyeksi Inflasi
Inflasi pada triwulan III-2014 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan
triwulan II-2014 yaitu berada pada kisaran 4,25%-4,75% (yoy) dari sebelumnya
6,47% (yoy) pada triwulan laporan. Penurunan laju inflasi ini utamanya
dipengaruhi oleh telah hilangnya base effect terkait kenaikan harga BBM
bersubsidi pada Juni 2013 lalu. Jika di-breakdown lebih lanjut berdasarkan

84

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II-2014

PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH

disagregasinya, laju inflasi pada triwulan III-2014 diperkirakan akan dipengaruhi


oleh kelompok administered price dan volatile food.

Grafik 6.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi


Periode Tahun 2010 s.d. Juli 2014 serta Perkiraan Agustus s.d September 2014
m-t-m (%)
4
2010

2011

2012

2013

2014

2
1
0
1

10

11

12

-1
-2
-3

Catatan: Inflasi Agustus - September 2014 adalah angka perkiraan dengan


deviasi 1%

Grafik 6.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi


Periode Tahun 2010 s.d. Juli 2014 serta Perkiraan Agustus s.d September 2014
y-o-y (%)

12

2010

10

2011

2012

2013

2014

8
6
4
2
0
1

10

11

12

Catatan: Inflasi Agustus - September 2014 adalah angka perkiraan


dengan deviasi 1%

TRIWULAN II-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGANREGIONAL PROVINSI JAMBI

85

PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH

Grafik 6.3. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi


Periode Tahun 2010 s.d. Juli 2014 serta Perkiraan Agustus s.d September 2014
y-t-d (%)

12

2010

10

2011

2012
2013

2014

4
2
0
-2

10

11

12

-4

Catatan: Inflasi Agustus - September 2014 adalah angka perkiraan


dengan deviasi 1%

Dari sisi administered price, keputusan PLN untuk menaikkan tarif tenaga
listrik (TTL) golongan rumah tangga dan industri per 2 (dua) bulan terhitung sejak
tanggal 1 Juli 2014 akan berpotensi menjadi penyumbang utama meningkatnya
tekanan inflasi.
Sementara itu dari sisi volatile food, tingginya permintaan selama bulan
Ramadhan dan Idul Fitri 1435 H akan mendorong kenaikan harga jual. Selain itu,
anomali cuaca yang terjadi selama triwulan II-2014 dan diperkirakan akan
berlanjut pada triwulan III-2014 akan menyebabkan terganggunya kalender
tanam sehingga berpotensi mengganggu pasokan bahan makanan.
Beberapa komoditi yang berpeluang menjadi penyumbang utama inflasi di
triwulan mendatang adalah tarif listrik, tarif angkutan udara, serta beberapa
komoditas bahan makanan seperti cabe merah, bawang merah, daging sapi,
rokok kretek filter, dan emas perhiasan.
Faktor yang berpotensi memberikan tekanan inflasi selama triwulan
mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1)
adanya rencana Pemerintah untuk menaikkan harga jual elpiji 12 kg agar
mencapai harga keekonomian, 2) risiko gejolak nilai tukar menjelang
pengumuman resmi hasil Pemilu Presiden paska gugatan ke Mahkamah

86

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II-2014

PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH

Konsistusi (MK), 3) Potensi terjadinya kabut asap seiring mulai masuknya musim
kemarau yang berpotensi mengganggu jalur distribusi barang, serta 4.) Kondisi
infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala serta terhambatnya arus di
pelabuhan yang akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan
jasa. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan menjadi pemicu meningkatnya
angka inflasi pada triwulan III tahun 2014.
Sementara, masih tercukupinya stok beberapa kebutuhan pokok cukup
mampu meredam potensi gejolak harga. Stok beras di BULOG Divre Jambi juga
diprakirakan cukup untuk meredam gejolak harga beras.

C. Rekomendasi Kebijakan
Menyikapi kondisi perekonomian triwulan II
triwulan III

2014 serta proyeksi ekonomi

2014, beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah:

1. Menjaga pertumbuhan ekonomi pada level yang tinggi sekaligus menahan


laju inflasi pada level yang rendah dan stabil melalui:
a) Peningkatan

hasil

produksi

dengan

cara

meningkatkan

produktivitas/skala ekonomi melalui program:

Inklusi

keuangan,

yaitu

meningkatkan

permodalan

untuk

memperluas produksi/skala ekonomi. Contoh program: sosialisasi


produk perbankan, sosialisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR), Gerakan
Indonesia Menabung, dll.

Melakukan

pendampingan

meningkatkan

pelaku

usaha

produksi/produktivitas.

sehingga

Contoh

dapat

program:

peremajaan kelapa sawit dan karet, pembentukan dan penguatan


fungsi kelompok tani dan klaster.
b) Penurunan biaya produksi, melalui program atau kegiatan:

Pengendalian inflasi pada level yang rendah dan stabil (penguatan


fungsi TPID).
Inflasi Jambi pada Triwulan II-2014 masih tercatat pada level yang
cukup tinggi, yaitu sebesar 6,47%(yoy). Tingginya laju inflasi

TRIWULAN II-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGANREGIONAL PROVINSI JAMBI

87

PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH

tersebut memberikan dampak bagi meningkatnya angka garis


kemiskinan dan menurunkan daya beli masyarakat di Provinsi
Jambi. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya penguatan
peran TPID dalam menahan laju inflasi melalui tindakan yang
intens dan nyata.
Saat ini di Provinsi Jambi telah terbentuk 12 (dua belas) TPID, yaitu
TPID Provinsi Jambi dan TPID yang telah terbentuk di 11 (sebelas)
Kabupaten/Kota di seluruh Provinsi Jambi. Ke depan, selain
memiliki tugas untuk mengendalikan laju inflasi daerah, TPID
diharapkan dapat menjadi wadah/forum untuk melakukan evaluasi
program kerja dan pemantauan realisasi anggaran masing-masing
anggota TPID karena penumpukan realisasi anggaran di akhir
tahun anggaran menjadi salah satu penyebab tingginya laju inflasi
di akhir tahun.

Penyediaan bahan baku yang murah dan mudah didapat


Bahan baku yang murah dan mudah didapat dapat menurunkan
biaya produksi. Selain itu, bahan baku yang murah dan berkualitas
seperti bibit unggul, akan menghasilkan produk yang lebih baik
dari sisi kualitas maupun kuantitas yang pada akhirnya akan
memberikan nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi.

Penggunaan alat dan mesin produksi yang hemat energi


Program konversi energi atau penggunaan metode dan alat dan
mesin produksi yang hemat energi akan mengurangi biaya energi
yang harus dikeluarkan dan terhindar dari pemborosan energi dan
sumber daya.
Opsi ini dapat dilakukan dengan mengkolaborasikan bersama opsi
pendampingan pelaku usaha. Pemerintah bersama instansi/institusi
yang memiliki dana CSR dapat bekerjasama dalam memberikan
bantuan alat dan mesin produksi yang hemat energi bagi pelaku
usaha

88

sekaligus

memberikan

pelatihan

penggunaan

dan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II-2014

PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH

perawatannya1. Selain itu, program konversi energi ini perlu


mendapat perhatian mengingat bagi pelaku usaha konversi energi
tersebut

membutuhkan

investasi

yang

signifikan

sehingga

membutuhkan pihak perbankan dalam hal permodalan. Namun


dalam jangka panjang, program ini akan bermanfaat mengurangi
biaya

produksi

peningkatan

yang

pada

produktivitas

akhirnya
dan

akan

efisiensi

berefek

ekonomi

pada
secara

keseluruhan.

Sebagaimana pada opsi peningkatan produktivitas, pada opsi


penurunan biaya produksi ini juga dapat dilakukan perluasan akses
kredit oleh masyarakat terhadap pelaku usaha khususnya UMKM
untuk menghindarkan mereka dari rentenir atau pihak lainnya
yang memberikan pinjaman dengan bunga yang sangat tinggi.

c) Penurunan biaya distribusi melalui peningkatan konektivitas antar


daerah

Peningkatan kualitas infrastruktur dan pengurangan biaya tak


terduga.

Optimalisasi jalur pengangkutan sungai untuk mendukung jalur


distribusi via darat.

Pembukaan jalur penerbangan baru yang terhubung dengan kotakota di Pulau Sumatera untuk meningkatkan kerjasama antar
daerah dan memperlancar jalur distribusi barang/jasa.

Optimalisasi dan penguatan fungsi jembatan timbang di Provinsi


Jambi untuk menjaga kualitas jalan sekaligus memantau arus
barang yang masuk dan keluar Jambi sebagai modal untuk
penyusunan peta surplus/defisit Provinsi Jambi.

Penyediaan moda transportasi masal dan lebih murah.

Dari hasil liaison diperoleh informasi bahwa terjadi penghematan biaya energi yang signifikan
setelah perusahaan melakukan konversi energi dari listrik menjadi gas. Biaya investasi yang
dikeluarkan mampu ditutupi oleh penghematan biaya energi bulanan dalam jangka waktu kurang
dari 1 tahun. Suatu perusahaan mempunyai biaya energi yang nyaris nol dengan cara
memanfaatkan limbah produksi sebagai bahan bakar turbin.

TRIWULAN II-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGANREGIONAL PROVINSI JAMBI

89

PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH

Percepatan realisasi pembangunan pelabuhan Ujung Jabung untuk


memperlancar kegiatan ekspor dan impor barang.
Pelaku usaha Provinsi Jambi yang berorientasi ekspor dan
berbahan baku impor mengalami kendala dalam hal transportasi
melalui laut mengingat kondisi saat ini prosedur pengiriman dari
Jambi harus transit di Singapura yang menyebabkan biaya ekspor
dari Jambi menjadi lebih mahal dibandingkan ekspor dari
Palembang, Medan dan Surabaya yang mempunyai pelabuhan
langsung berbatasan dengan samudera. Pembangunan pelabuhan
Ujung

Jabung

sekaligus

kawasan

industri

diharapkan

menghasilkan pelabuhan yang dapat disinggahi kapal besar


sehingga menimbulkan efisiensi proses distribusi baik dari sisi
waktu maupun biaya.

Mengurangi kelangkaan bahan bakar


Kelangkaan bahan bakar menyebabkan terjadinya pembengkakan
biaya distribusi.

Terjadi pemborosan waktu, tenaga dan energi

dalam ekonomi.
2. Peningkatan kerjasama antar daerah untuk memenuhi pasokan
Penyusunan data/peta surplus defisit bahan makanan masing-masing
kabupaten/kota sebagai modal awal pelaksanaan kerjasama antar daerah.
Setelah data surplus defisit tersebut tersedia, perlu segera ditindaklanjuti
dengan Memorandum of Understanding (MoU) terkait kerjasama dengan
daerah lain (prioritas dalam satu provinsi) dalam mencukupi kebutuhan
bahan makanan.
3. Menjaga produktivitas karet sebagai salah satu komoditas utama Provinsi
Jambi melalui:
a) Rekomendasi GAPKINDO untuk menurunkan produksi dan ekspor
karet

sebagai

upaya

untuk

mendongkrak

harga

karet

perlu

mendapatkan dukungan.
b) Mempertahankan dan meningkatkan luas lahan karet di Provinsi Jambi
melalui penyusunan dan implementasi rencana tata ruang wilayah

90

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II-2014

PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH

(RTRW) yang jelas agar produktivitas dan kinerja sektor karet tetap
terjaga.
c) Menggiatkan sosialisasi kepada petani karet untuk memproduksi karet
yang bersih dan berkualitas tinggi agar menambah nilai jual produksi
karet sehingga memicu pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi yang
semakin baik.
d) Pelaksanaan program replanting tanaman karet menggunakan bibit
unggul untuk menggantikan tanaman karet yang sudah tua dan tidak
produktif lagi.
e) Membuka jalur perdagangan dengan negara-negara potensial baru
melalui Preferential Trade Agreement.
f) Menambah jumlah pasar lelang karet serta optimalisasi fungsinya
untuk mencegah dan membatasi ruang gerak tengkulak karet.
4. Percepatan realisasi APBD Pemerintah Daerah di seluruh wilayah Provinsi
Jambi untuk:
a) Mempercepat stimulus pembangunan ekonomi di Provinsi Jambi.
b) Mengendalikan laju inflasi Provinsi Jambi utamanya di triwulan akhir
tahun berjalan.
5. Program ketahanan pangan (khususnya komoditas penyumbang inflasi
terbesar)
Untuk menekan laju inflasi Jambi khususnya dari kelompok volatile food,
perlu dikembangkan sinergi yang baik antara Pemerintah melalui dinas
terkait dengan instansi-instansi lainnya untuk menggalakkan program
ekstensifikasi dan intensifikasi tanaman pangan di lahan-lahan yang
selama ini tidak produktif untuk mencukupi kebutuhan domestik Provinsi
Jambi. Tanaman pangan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di
Provinsi Jambi antara lain cabe merah, bawang merah, dan padi. Program
ketahanan pangan dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi program
kawasan pertanian terpadu dengan menggabungkan pertanian dan
peternakan. Selain mengendalikan laju inflasi, program tersebut juga

TRIWULAN II-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGANREGIONAL PROVINSI JAMBI

91

PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH

dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi serta peningkatan


kesejahteraan masyarakat.
6. Penurunan produksi migas
Penurunan produksi migas di Provinsi Jambi yang berdampak pada
turunnya PDRB salah satunya disebabkan oleh usia sumur minyak yang
sudah tua dan tidak optimal lagi. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu
dilakukan pencarian dan pengeboran sumur-sumur minyak yang baru agar
produksi migas kembali meningkat. Kegiatan pengeboran sumur-sumur
migas yang baru tersebut perlu mendapatkan dukungan dari Pemerintah
Daerah khususnya dalam hal kelancaran perizinan.
7. Peningkatan produksi dan nilai tambah Batu Bara dan Mineral Lainnya
Terkait

penerapan

kebijakan

ekspor

mineral,

perlu

diupayakan

pembangunan PLTU dan industri pengolahan yang menggunakan batu


bara sebagai bahan baku sehingga dapat memberikan nilai tambah
ekonomi baik secara domestik maupun ekspor sehingga mendorong
peningkatan kinerja ekonomi secara keseluruhan. Dari sisi distribusi dan
transportasi

batubara,

penerapan

Perda

tentang

jalur

khusus

pengangkutan batubara perlu segera diimbangi dengan ketersediaan jalur


khusus tersebut (darat maupun sungai) agar pertumbuhan ekonomi dari
sisi pertambangan dan penggalian dapat terus berkembang.

92

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II-2014

B OKS. 3 P ERSPEKTIF MASYARAKAT TERHADAP P EREKONOMIAN

Boks.3
PERSPEKTIF MASYARAKAT TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2014

Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan fisikal produksi barang dan


jasa di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi dihitung dari Produk Domestik Bruto (PDB)
wilayah tersebut pada saat ini dibandingkan dengan PDB pada periode sebelumnya.
Perhitungan PDB sendiri terbagi dalam 2 (dua) perhitungan yaitu:
1. Perhitungan sisi produksi lapangan usaha
PDB dihitung dari nilai total barang dan jasa yang diproduksi oleh sektor-sektor
perekonomian ( Pertanian, Pertambangan, Industri pengolahan, Listrik Air dan
Gas, Bangunan, Perdagangan dan Hotel, Angkutan dan Komunikasi, Keuangan
dan Jasa-jasa.
2. Perhitungan sisi penggunaan/pengeluaran
PDB dihitung dari nilai total barang dan jasa yang dikonsumsi pelaku-pelaku
ekonomi dalam perekonomian. Terdiri dari Pengeluaran Konsumsi rumah
tangga, Pengeluaran Pemerintah, Pembentukan Modal Tetap Bruto, Perubahan
Stok dan Net Ekspor.
Pertumbuhan ekonomi dapat dijadikan tolok ukur pembangunan ekonomi di
suatu wilayah. Apabila perekonomian bertumbuh dengan tinggi, akan meningkatkan
pendapatan per kapita masyarakat, membuka peluang investasi dan menyerap tenaga
kerja lebih banyak. Dalam kerangka kebijakan moneter Inflation Targeting Framework
(ITF)1 yang saat ini dipakai oleh Bank Indonesia, Bank Sentral dan Pemerintah melakukan
analisis proyeksi pertumbuhan ekonomi yang bersifat forward looking dengan
mempertimbangkan faktor ekspektasi pelaku ekonomi melalui

survei - survei dan

permodelan yang mencerminkan / mengindikasikan pola konsumsi dan investasi yang


akan dilakukan oleh para pelaku ekonomi di masa yang akan datang.

Inflation Targeting Framework (ITF) adalah sebuah kerangka kebijakan moneter yang ditandai
dengan pengumuman kepada publik mengenai target inflasi yang hendak dicapai dalam
beberapa periode ke depan. Tujuan utama dari kebijakan ITF adalah inflasi yang rendah dan
stabil. Untuk mencapai sasaran inflasi yang ditentukan, Bank Sentral menentukan kebijakan
moneter yang menjamin pergerakan ekonomi dan inflasi kedepan tetap pada jalur koridor
yang ditetapkan. Indikator utama dalam menentukan kebijakan moneter adalah inflasi dan
pertumbuhan ekonomi.
TRIWULAN II - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
93

B OKS. 3 P ERSPEKTIF MASYARAKAT TERHADAP P EREKONOMIAN

Proyeksi Perekonomian Jambi Triwulan III-2014


Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi
pada triwulan III-2014 diperkirakan pada kisaran 2,3%-2,8%(qtq), tumbuh lebih tinggi
dari triwulan II-2014 (2,07%). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi
pada triwulan III-2014 diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,0

7,5%(yoy), sedikit

lebih rendah dibandingkan triwulan II-2014 yang tumbuh 7,48% (yoy). Sementara
proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2014 diperkirakan berada pada kisaran 7,4%7,9%. Pertumbuhan ekonomi triwulan III provinsi Jambi diperkirakan masih
disumbangkan dari optimisme konsumsi swasta. Kuatnya konsumsi swasta antara lain
dipengaruhi oleh faktor bulan ramadhan, lebaran, libur anak sekolah, tahun ajaran baru
dan pemilu presiden. Faktor seasonal yang berasal dari kenaikan konsumsi pemerintah
terkait realisasi proyek pemerintah juga diharapkan dapat mendukung proyeksi
pertumbuhan ekonomi tersebut.
Selain menggunakan analisis kuantitatif, proyeksi pertumbuhan ekonomi terhadap
kondisi pelaku ekonomi yaitu produsen dan konsumen perlu didukung oleh survei-survei
yang menggali informasi mengenai ekspektasi pelaku ekonomi terhadap pertumbuhan
ekonomi. Hasil survei tersebut menjadi indikasi awal mengenai pola kegiatan produsen,
pola kegiatan konsumen, rencana-rencana konsumsi dan investasi serta persepsi pelaku
ekonomi di masa yang akan datang. Survei-survei yang dilakukan antara lain:
1. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
SKDU yang diselenggarakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jambi
merupakan survei triwulanan yang telah dilaksanakan sejak triwulan I-1993
dengan jumlah responden mencapai 150 perusahaan yang tersebar di wilayah
provinsi Jambi. Hasil survei SKDU memperlihatkan kondisi kegiatan usaha
yang dialami oleh produsen pada triwulan laporan dan persepsi produsen
terhadap kegiatan dunia usaha triwulan berikutnya. Informasi kondisi usaha
yang diperoleh dari SKDU meliputi harga jual, penggunaan tenaga kerja,
kapasitas produksi, keuangan dan akses keuangan, dan investasi. SKDU juga
melihat pandangan produsen terhadap pencapaian inflasi triwulan berjalan
dan persepsi inflasi pada triwulan selanjutnya.
Hasil SKDU triwulan II-2014 menunjukkan bahwa responden memperkirakan
kegiatan usaha pada triwulan III 2014 akan mengalami ekspansi yang
94

TRIWULAN II - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

B OKS. 3 P ERSPEKTIF MASYARAKAT TERHADAP P EREKONOMIAN

tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) yang positif sebesar 17,39%.
Sektor yang diperkirakan mengalami ekspansi terbesar adalah sektor
pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan (Saldo Bersih
10,85%), sektor pengangkutan dan komunikasi (SB 6,08%), sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan (SB 1,83%) dan sektor pertambangan (SB
1,38%).

2. Survei Konsumen
Survei Konsumen diselenggarakan Departemen Statistik Kantor Pusat Bank
Indonesia terhadap 4.600 sampel rumah tangga di 18 kota di Indonesia.
Berbeda dengan SKDU yang melihat dari sisi produsen, survei konsumen
melihat kondisi dan persepsi perekonomian dari sisi konsumen. Hasil dari
survei konsumen adalah Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Ekspektasi
Konsumen dan Indeks Ekspektasi Harga.
Berdasarkan hasil survei konsumen bulan Juli 2014 menunjukkan bahwa
optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan mendatang semakin
menguat. Hal ini dapat dilihat dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Juli 2014
sebesar 125,7 lebih tinggi dari bulan sebelumnya (121,4) dan menjadi level
tertinggi dalam 2 tahun terakhir. Peningkatan IEK didorong oleh kenaikan
semua indikator pembentuknya yaitu Indeks ekspektasi kegiatan usaha 6
bulan mendatang naik 7,0 poin, Indeks ekspektasi ketersediaan lapangan
kerja naik 3,9 poin dan Indeks ekspektasi penghasilan naik 2,1 poin.
3. Indeks Tendensi Konsumen (ITK)
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi
terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Survei Tendensi
Konsumen (STK) terhadap responden sub sampel dari Survei Angkatan Kerja
Nasional (SAKERNAS) di daerah perkotaan. ITK menggambarkan kondisi
ekonomi konsumen pada triwulan laporan yang dilihat melalui beberapa
variabel yaitu:

95

Pendapatan rumah tangga saat ini,

Pengaruh Inflasi terhadap tingkat konsumsi,

Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan. Nilai


TRIWULAN II - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

B OKS. 3 P ERSPEKTIF MASYARAKAT TERHADAP P EREKONOMIAN

Dan perkiraan pola konsumsi pada triwulan mendatang melalui variabel


sebagai berikut:
-

Perkiraan pola konsumsi pada triwulan mendatang,

Rencana pembelian barang tahan lama, rekreasi dan pesta

Nilai ITK provinsi Jambi pada triwulan III-2014 diperkirakan sebesar 112,31,
lebih

tinggi

dibandingkan

ITK

triwulan

II-2014

(112,17).

Hal

ini

mengindikasikan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi lebih baik


dibandingkan triwulan II-2014.
Faktor-Faktor Resiko yang Berpotensi menahan Laju Pertumbuhan Ekonomi
1. Upside risks inflasi
Faktor resiko yang perlu dipertimbangkan berupa upside risks inflasi yang
dapat menekan laju pertumbuhan ekonomi yaitu:
1. Perkiraan anomali cuaca, el nino dan potensi kemarau panjang yang
dapat mengganggu sisi suplai terkait produksi dan distribusi produkproduk pertanian yang terhambat.
2. Potensi kenaikan biaya produksi akibat rencana kenaikan berkala Tarif
Tenaga Listrik (TTL), kenaikan harga elpiji dan kebijakan pembatasan
penjualan BBM bersubsidi.
3. Hal-hal tersebut berpotensi membuat produsen untuk menaikkan harga
jual produk sehingga menurunkan daya beli masyarakat dan pada
akhirnya menurunkan konsumsi swasta dan tingkat pertumbuhan.
2. Downside risks pertumbuhan
Selain upside risks inflasi, perlu dicermati pula faktor downside risks
pertumbuhan yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi Jambi
terutama di sektor pertanian dan industri pengolahan diantaranya :
1. Anjloknya permintaan karet dan minyak kelapa sawit (CPO) yang
merupakan produk unggulan Jambi. Turunnya permintaan yang
diiringi dengan melimpahnya stok (inventory) CPO di malaysia
menyebabkan harga CPO di Bursa Malaysia anjlok mencapai US$
681 per ton, harga terendah sejak 29 Juli 2013. Sejalan dengan
96

TRIWULAN II - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

B OKS. 3 P ERSPEKTIF MASYARAKAT TERHADAP P EREKONOMIAN

hal tersebut, harga karet di pasar komoditas Malaysia dan Jepang


juga turun akibat lemahnya permintaan terhadap karet. Hal
tersebut dapat mengurangi / melemahkan pendapatan yang pada
akhirnya akan mempengaruhi konsumsi
2. Sektor pertambangan dan penggalian juga diperkirakan masih
tumbuh terbatas terkait penurunan produksi dari sumur-sumur
minyak bumi eksisting (faktor usia) dan permintaan batubara yang
masih stagnan.
Kebijakan dalam mendukung Pertumbuhan Ekonomi Jambi
1. Himbauan Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) untuk
menurunkan produksi dan ekspor karet sebesar 10% dianggap masih perlu
dilanjutkan untuk mengurangi stok karet dan mendongkrak harga karet. Perlu
diperhatikan juga perkiraan cuaca kemarau yang menjadi situasi kondusif bagi
petani karet untuk melakukan penyadapan yang mendorong melimpahnya
stok karet di pasar.
2. Mempercepat implementasi Perda pengaturan jalan khusus pengangkutan
batu bara. Perbaikan dan peningkatan kualitas infrastruktur jalan untuk
meningkatkan produktivitas pertambangan non-migas di provinsi Jambi.
3. Mengembangkan sektor sekunder industri pengolahan. Salah satu langkah
yang akan direalisasikan adalah proyek pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU) Tebo berkapasitas 2 x 200 Mega Watt oleh investor Korea
East Power (KOSEP) Co, Ltd. Pembangunan PLTU Tebo dengan nilai investasi
US$ 750juta (8 triliun rupiah) tersebut dapat memenuhi kebutuhan konsumsi
listrik di Jambi yang tumbuh 5,74% (year on year) dan meningkatkan
penyerapan hasil produksi batu bara di provinsi Jambi.

97

TRIWULAN II - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

Halaman ini sengaja dikosongkan


This page is intentionally blank

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi


Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
LAPANGAN USAHA

2012

1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN


2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
a. Industri Migas
b. Industri Tanpa Migas
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH
5. B A N G U N A N
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN
9. JASA-JASA
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
P D R B TANPA MIGAS
Jumlah Migas

2013

2014

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

5,016,585.12
2,935,154.71
1,805,130.75
161,500.72
1,643,630.03
157,350.08
758,442.88
2,603,995.21
1,067,045.08
872,106.31
1,536,501.56
16,752,312
14,258,749
2,493,563

5,298,376.79
3,034,593.08
1,923,125.81
169,733.29
1,753,392.53
161,960.15
827,389.16
2,751,169.47
1,113,783.59
914,231.16
1,586,501.82
17,611,131
15,032,370
2,578,761

5,565,256.28
3,245,437.92
2,039,002.81
178,000.68
1,861,002.13
169,859.09
917,311.62
2,972,192.36
1,197,357.40
958,069.53
1,638,020.93
18,702,508
15,900,325
2,802,182

5,683,086.48
3,411,489.41
2,156,261.53
187,314.17
1,968,947.36
182,347.73
1,079,268.04
3,132,381.05
1,243,347.42
1,004,025.23
1,675,915.91
19,568,123
16,626,337
2,941,786

5,971,772.56
3,068,263.29
2,172,087.06
183,327.55
1,988,759.51
194,379.77
1,129,112.93
3,314,540.62
1,252,501.63
1,044,375.39
1,718,010.24
19,865,043
17,259,304
2,605,739

6,217,875.04
3,231,945.66
2,261,908.33
188,330.74
2,073,577.59
202,297.99
1,194,460.17
3,517,359.19
1,319,243.93
1,100,958.73
1,782,578.22
20,828,627
18,086,221
2,742,407

6,522,244.93
3,593,267.19
2,291,839.68
208,463.51
2,083,376.17
208,004.86
1,246,655.98
3,737,606.36
1,399,242.22
1,151,165.14
1,852,455.96
22,002,482
18,916,250
3,086,232

6,686,797.43
3,776,936
2,410,652.36
220,697.16
2,189,955.20
216,046.33
1,303,343.74
3,955,679
1,428,029
1,171,046
1,913,630
22,862,160
19,584,218
3,277,943

Tw II
7

6,913,152.99
3,660,260.42
2,489,885.74
218,627.49
2,271,258.25
224,708.65
1,360,162.13
4,220,596.13
1,452,191.55
1,177,123.07
1,978,753.55
23,476,834
20,289,785
3,187,049

7,059,521.77
3,606,962.07
2,600,252.59
224,834.42
2,375,418.17
236,977.46
1,428,142.83
4,415,243.11
1,513,281.94
1,218,120.30
2,050,644.65
24,129,147
23,904,312
224,834

Sumber : BPS Provinsi Jambi


Keterangan: *angka sementara
** angka sangat sementara

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi


Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
LAPANGAN USAHA

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

2013
Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

2012
4

1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 1,451,186.57


2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
632,817.93
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
602,128.98
a. Industri Migas
33,678.54
b. Industri Tanpa Migas
568,450.44
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH
41,537.78
5. B A N G U N A N
232,285.95
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
879,489.33
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
352,177.09
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN
282,677.58
9. JASA-JASA
393,196.05
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
4,867,497
P D R B TANPA MIGAS
4,370,829
Jumlah Migas
496,668

Sumber : BPS Provinsi Jambi

Keterangan: *angka sementara


** angka sangat sementara

1,491,500.03
664,546.24
621,508.05
34,590.07
586,917.98
42,221.57
241,824.86
899,172.48
361,213.60
290,388.04
397,868.41
5,010,243
4,486,161
524,082

1,518,732.27
691,806.04
645,624.17
35,713.38
609,910.79
43,115.20
263,095.05
939,087.21
375,484.18
295,249.61
402,330.21
5,174,524
4,621,726
552,798

1,542,865.25
724,265.28
663,662.58
37,079.35
626,583.23
45,734.43
294,422.77
956,235.86
384,400.33
304,502.14
405,179.46
5,321,268
4,743,343
577,925

1,561,622.94
631,830.47
655,487.55
36,014.75
619,472.80
46,271.02
300,356.07
979,291.92
382,249.09
308,798.33
408,617.24
5,274,525
4,778,648
495,877

2014

1,600,976.02
673,057.36
671,714.98
36,241.09
635,473.89
46,979.14
307,979.73
1,008,493.90
392,716.44
315,069.03
416,034.56
5,433,021
4,900,517
532,504

1,637,790.29
722,804.98
664,067.51
39,495.13
624,572.37
47,410.20
314,195.58
1,043,019.15
409,808.35
321,115.57
421,417.92
5,581,630
5,002,375
579,255

1,648,803.26
728,062.59
685,824.41
40,385.34
645,439.07
47,953.26
322,978.16
1,092,863.60
414,048.08
320,267.90
429,300.38
5,690,102
5,105,273
584,829

1,672,749.95
702,298.99
699,134.30
39,418.25
659,716.05
49,208.23
330,093.84
1,121,586.29
413,894.63
314,356.92
434,796.15
5,738,119
5,179,040
559,079

Tw II
7

1,691,158.29
702,125.95
722,863.40
39,888.66
682,974.75
50,584.16
338,586.78
1,150,033.61
422,104.80
319,011.63
442,954.55
5,839,423
5,799,535
39,889

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi


Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
Komponen
1. Konsumsi Rumah Tangga & LNPRT
2. Konsumsi Pemerintah
3. Pembentukan Modal Tetap Bruto
4. Perubahan Stok
5. Ekspor Barang dan Jasa
6. Dikurangi Impor Barang dan Jasa
PDRB

I-2012

II-2012

III-2012

IV-2012

I-2013

II-2013

III-2013

IV-2013

I-2014

II-2014

10,099,020.32 10,362,943.85 10,859,687.34 11,275,612.68 11,376,089.42 11,758,053.75 12,448,741.04 12,705,806.96 13,039,192.82 13,320,733.83
3,055,002
3,172,848
3,303,815
3,352,018
3,195,439
3,308,439
3,473,798
4,412,263 3,685,972.00 3,895,999.49
2,967,706
3,115,877
3,336,579
3,564,142
3,697,774
3,841,367
4,041,221
4,259,987 4,142,149.73 4,445,063.14
455,403
475,637
473,567
505,644
531,668
559,834
540,113
583,985
650,765.19 718,322.75
7,860,365
8,825,751
8,941,641
9,368,967
8,377,767
9,588,588
10,098,444 9,587,223.86 10,469,842.81 8,968,964.68
7,685,184
8,341,925
8,212,781
8,498,261
7,313,694
8,227,655
8,599,835
8,687,106 8,511,088.33 7,219,937.19
16,752,312

17,611,131

18,702,508

19,568,123

19,865,043

20,828,627

22,002,482

22,862,160

23,476,834

24,129,147

Sumber : BPS Provinsi Jambi

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi


Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
Komponen
1. Konsumsi Rumah Tangga & LNPRT
2. Konsumsi Pemerintah
3. Pembentukan Modal Tetap Bruto
4. Perubahan Stok
5. Ekspor Barang dan Jasa
6. Dikurangi Impor Barang dan Jasa
PDRB

I-2012

II-2012

III-2012

IV-2012

I-2013

II-2013

III-2013

IV-2013

3,358,322.30
928,533
830,605
158,221
3,086,957
3,495,140

3,394,290.71
953,418
865,690
161,820
3,444,534
3,809,509

3,476,393.09
984,147
924,886
158,560
3,354,134
3,723,597

3,502,161.30
995,088.87
984,300.06
170,711.44
3,744,327.55
4,075,321.11

3,518,484.34
923,965
994,613
176,618
3,157,363
3,496,519

3,551,654.37
942,489.77
1,015,599.42
183,262.62
3,601,737.06
3,861,722.08

3,632,241.59
959,093
1,035,282
172,835
3,715,760.59
3,933,583.21

3,658,446.84
1,186,877.75
1,067,196.92
182,721.14
3,438,332.48
3,843,473.49

3,683,426.62
955,616.95
1,015,602.09
198,043.49
3,741,448.32
3,856,018.17

4,867,497.25

5,010,243.27

5,174,523.98

5,321,268.11

5,274,524.62

5,433,021.16

5,581,629.55

5,690,101.64

5,738,119.30 5,839,423.18

Sumber : BPS Provinsi Jambi

Keterangan: *angka sementara


** angka sangat sementara

I-2014

II-2014
3,721,875.77
999,572.70
1,079,215.33
215,372.29
3,061,552.71
3,238,165.64

Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Jambi dan Bungo


Tahun Dasar 2012=100

No

2013

URAIAN KOTA JAMBI


Jan-13

Feb-13

Mar-13

Apr-13

May-13

Jun-13

2014
Jul-13

Aug-13

Sep-13

Oct-13

Nov-13

Dec-13

Jan-14

Feb-14

Mar-14

Apr-14

May-14

Jun-14

UMUM / TOTAL

103.02

103.55

103.65

103.58

104.16

105.55

108.98

110.28

109.27

110.21

109.98

110.41

112.13

111.26

111.51

111.67

111.93

112.09

BAHAN MAKANAN

102.17

106.76

107.18

107.18

106.95

107.22

109.19

114.51

116.97

111.76

113.82

112.13

117.32

113.12

112.7

112.66

113.27

113.79

MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU

103.19

103.64

104.10

104.60

104.67

105.75

106.01

106.78

107.27

108.90

109.05

109.74

109.90

110.19

111.03

111.46

111.56

111.79

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR

101.85

101.88

102.59

102.70

102.87

104.42

104.45

104.80

105.54

106.76

108.24

108.74

110.14

109.66

110.09

110.41

110.69

110.92

SANDANG

103.12

103.39

103.02

102.51

101.65

100.59

100.79

100.52

101.38

102.82

102.36

102.15

102.78

103.13

102.85

102.67

102.87

102.82

KESEHATAN

101.16

101.15

101.60

101.61

101.68

102.00

102.03

102.18

102.18

102.48

102.51

103.13

103.56

103.71

103.73

104.16

104.26

104.39

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA

101.58

101.66

101.96

102.02

101.87

101.86

101.95

102.76

102.80

102.89

102.91

103.09

103.09

103.27

103.67

103.79

103.81

103.73

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN

101.21

101.29

102.37

102.42

102.43

102.58

107.50

118.31

120.17

119.25

119.43

119.51

119.90

120.73

121.37

121.42

121.47

121.20

Sumber : BPS Provinsi Jambi

NO

2014

URAIAN KOTA JAMBI

Apr-14

May-14

Jun-14

UMUM / TOTAL

110.45

111.01

110.62

110.31

109.75

110.63

BAHAN MAKANAN

113.33

113.46

111.63

109.34

106.39

107.13

MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU

109.75

111.04

110.94

111.09

111.15

113.16

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR

113.39

114.08

114.46

114.78

115.19

115.66

SANDANG

109.85

110.42

110.46

110.01

111.15

113.01

KESEHATAN

105.46

106.18

106.77

107.02

107.30

107.48

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA

106.44

106.44

106.54

107.58

107.84

107.96

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN

106.98

107.35

107.39

108.50

108.48

108.62

Sumber : BPS Provinsi Jambi

Jan-14

Feb-14

Mar-14

Halaman ini sengaja dikosongkan


This page is intentionally blank

TIM PENYUSUN
PENANGGUNG JAWAB
V. Carlusa, Poltak Sitanggang

KOORDINATOR PENYUSUN
Meily Ika Permata

TIM PENULIS
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan
Yuliuskhris Bintoro
Nurcahaya Elisabet Sitinjak

KONTRIBUTOR
Unit Statistik, Survei dan Liaison
Unit Operasional Kas
Unit Layanan Nasabah, Kliring, Perizinan & Pengawasan Sistem Pembayaran

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI


Tim Ekonomi dan Keuangan
Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura, Jambi 36122
No. Telp. (0741) 62245, Fax No.(0741) 62112
Softcopy dapat diunduh di http://bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Jambi
Email : meily@bi.go.id, yuliuskhris_b@bi.go.id, nurcahaya@bi.go.id

Anda mungkin juga menyukai