Anda di halaman 1dari 8

TUGAS GIZI KEBUGARAN DAN PRODUKTIVITAS

ENERGY SOURCES FOR MUSCULAR ACTIVITY

OLEH:
SULASYI SETYANINGSIH

(I151140421)

MAGISTER ILMU GIZI


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015ENERGY SOURCES FOR MUSCULAR ACTIVITY

Sumber Energi Untuk Aktifitas Otot


1.1 Adenosine Triphosphate (ATP)

Gambar 1. Adenosine triphosphate (ATP)


ATP terdiri dari adenine yang melekat pada gula (ribose) dimana
terdapat 3 molekul fosfat. Ikatan fosfat berenergi tinggi akan menyediakan
energi ketika dilepaskan.
ATP ADP + Pi + Energi (7,3 kkal atau 30,5 kJ)
Proses tersebut bersifat reversible, yang berarti ATP dapat terbentuk kembali
dari adenosine diphospate (ADP) selama ada energi yang cukup untuk
mengembalikan molekul fosfat yang hilang ke ADP. Selanjutnya, ATP dapat
terbentuk dari phosphocreatine (PCr) atau dengan proses anaerobik
glikolisis, dan proses aerob.
Simpanan ATP pada jaringan otot agak terbatas, sehingga secara
constant membutuhkan untuk resintesis. Jumlah ATP pada otot adalah 25
mM/kg otot kering atau sekitar 40-50 g total, yang cukup digunakan untuk
aktifitas

intens

tinggi

selama

2-4

detik,

jika

hanya

digunakan

sumber energi yang tersedia.

1.2 Energy Continuum


Sumber energi utama untuk exercise tergantung pada intensitas dan
durasi dari aktivitas. Pada Gambar 2 menunjukkan terdapat 3 sumber energi,
yaitu PCr, Glikolisis, dan aerob. Proses menghasilkan energi dominan pada
exercise dari 1-10 detik, 10-60 detik dan seterusnya setiap 60 detik.

Gambar 2. Energy Continuum


Pada Gambar 3. menunjukkan energy continuum yaitu sumber energi
utama pada lari dengan berbagai jarak. Pada jarak yang pendek dengan
intensitas tinggi antara 1-10 detik menggunakan dominan PCr, sedangkan
pada lari 400 meter menggunakan glikolisis anaerob dan selanjutnya
dominan metabolisme aerobic.

Gambar 3. Sumber Energi Utama pada Lari

1.3 Pasokan Energi untuk Kontraksi Otot


Phosphocreatine (PCr)

ADP + PCr

ATP + Cr

PhosphocreatineCKmengkonversi ADP menjadi ATP dengan memberikan

gugus fosfat dan dibantu dengan enzim creatine kinase (CK). Kreatinin (Cr)
akan terbentuk dari proses dephosphorylated PCr. Reaksi pembentukan ATP
dengan PCr sangat cepat, tetapi cepat habis karena sel tidak menyimpan tinggi
PCr (konsentrasi otot PCr adalah sekitar 80 mM / kg otot kering atau 120 g
total). Proses ini sangat penting dalam olahraga yang membutuhkan ledakan
kecepatan atau kekuatan, seperti sprint dari 1-10 detik.

Gambar 4. Proses Pembentukan ATP dari PCr


Kreatinin yang terbentuk dari proses dephosphorylated PCr akan
terfosforilasi menjadi PCr oleh ATP yang diproduksi di mitokondria selama
pemulihan aerobic. Oksigen diperlukan untuk pemulihan PCr.

Gambar 5. Resintesis PCr


Gambar 5. menunjukkan recover latihan yang menghabiskan PCr hanya
terjadi ketika pasokan darah ke otot latihan tidak tersumbat. Ada suplai darah
untuk membawa oksigen ke sel. Jika suplai darah tersumbat (misalnya melalui
tourniquet), maka resintesis PCr gagal.
Selama latihan intens akan cepat kehilangan PCr dan dapat cepat pulih.
Hampir 75% dari PCR di resintesis dalam menit pertama dan sisanya selama

3-5 menit berikutnya. Gambar 5 adalah grafik bifase, yaitu pemulihan cepat
pada awalnya, selanjutnya yang kedua adalah fase lambat.
Anaerobic Glycolysis
Saat kontraksi otot dimulai, proses glikolisis anaerobik juga dimulai.
Glikolisis anaerob tidak memberikan kontribusi lebih besar pada produksi
energi seperti PCr dalam jangka pendek, namun kontribusinya mendominasi
selama10-60 detik.

Glikogen Glukosa-1-P Asam laktat + ATP


Glikolisis terjadi di sitoplasma dan tidak memerlukan oksigen sehingga
proses ini disebut anaerobik. Substrat utama untuk glikolisis anaerob adalah
glikogen. Pada proses ini asam laktat dibentuk sebagai produk akhir.
Aerobic
Exercise lebih dari 60 detik membutuhkan sumber energi terutama aerobik,
seperti pada oksidasi glukosa atau lemak menjadi karbondioksida dan air.
Proses ini memerlukan oksigen dan berlangsung di mitokondria sel. Aktivitas
aerobik terjadi pada latihan intensitas rendah (berlangsung lebih dari 1 menit).
Glukosa + O2 CO2 + H2O +ATP
Asam Lemak + O2 CO2 + H2O +ATP
1.4 Sistem Energi dan Kecepatan Lari
Berdasarkan catatan waktu rekor dunia, manusia dapat mempertahankan
kecepatan berlari maksimum sekitar 200 m. Kecepatan rata-rata untuk 100 m
dan 200 m rekor dunia, masing-masing di 22,4 mph dan 21,6 mph. Namun,
dengan meningkatnya jarak, kecepatan rata-rata menurun. Kecepatan rata-rata
untuk rekor dunia maraton adalah 12,1 mph, yang merupakan 55% dari rekor
lari sprint dunia. Jarak marathon lebih dari 200 kali panjang dari 200m.
Kecepatan maksimum dipertahankan berkurang sekitar 7mph karena jarak
berlari meningkat dari 200 m hingga 1500 m. Namun, dengan peningkatan

jarak dari 1500m menjadi 42,2 km, kecepatan maksimum hanya


dipertahankan turun dengan tambahan 3,5 mph. Rata-rata seorang atlet yang
sehat, fit, non-elit, dapat diharapkan untuk berlari dengan kecepatan rata-rata
16-18 mph untuk 100-200 m dan sekitar 6-8 mph untuk maraton (lihat
Gambar 1.7).

Gambar 6. Kecepatan dan Jarak Lari

1.5 Mengapa tidak dapat marathon menjadi sprint?

Sistem PCr adalah yang sistem paling cepat memproduksi ATP.


Kecepatannya sebesar 9 mM /kg otot kering/detik yaitu lebih cepat dua kali
dari glikolisis anaerobik yang juga dua kali lebih cepat dibandingkan oksidasi
aerobik karbohidrat. Oksidasi aerobik karbohidrat menghasilkan ATP dua kali
lebih cepat dibandingkan oksidasi lemak. Dengan demikian bahwa proses
produksi ATP dalam sitoplasma menghasilkan lebih cepat daripada proses

oksidasi pada mitokondria, dan karbohidrat menghasilkan ATP lebih cepat


daripada lemak.
Karena simpanan otot PCr terbatas, dan produk akhir dari glikolisis
anaerob menghasilkan asam laktat, sehingga bagi seorang atlet untuk tetap lari
dengan kecepatan sprint saat melakukan maraton akan menyebabkan
kehabisan PCr, atau pH otot mereka akan turun secara signifikan karena
terdapat asam laktat. Selain itu, terbatasnya simpanan karbohidrat (glikogen)
di otot dan hati yang akan bermasalah sebagai sumber energi untuk maraton
secara penuh, sehingga menggunakan asam lemak untuk produksi energi.
Asam lemak menghasilkan paling lambat sintesis ATP.
1.6 Sumber Energi dan Otot

1.7 Dapatkah otot menggunakan protein sebagai energi?


Otot terutama terbuat dari protein, dan dapat memberikan protein otot
untuk energi sampai batas tertentu. Perbedaan utamanya antara karbohidrat
dan lemak adalah bahwa karbohidrat dan lemak dasarnya terdiri dari karbon,
hidrogen dan oksigen saja, sedangkan protein juga mengandung gugus amino,
(yaitu nitrogen). Hasil akhir dari oksidasi karbohidrat dan lemak adalah
karbon dioksida dan air, sedangkan oksidasi protein membutuhkan
penghapusan nitrogen.

Asam amino (komponen dasar struktural protein) setelah dihapus nitrogenny


(yang berakhir sebagai urea), diubah menjadi karbohidrat, yang kemudian

dapat dioksidasi. Selama latihan berkepanjangan, asam amino alanine dan


glutamin dapat diubah menjadi glukosa di hati, dan glukosa ini kemudian
dioksidasi oleh otot. Otot memiliki kapasitas yang terbatas untuk
mengoksidasi asam amino leusin. Secara total, asam amino biasanya
menyumbang 5% dari energi yang dibutuhkan oleh otot.

Anda mungkin juga menyukai