PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Bulan atau nama alternatifnya, yaitu Lunac/Selenic merupakan satu-satunya satelit
alami bumi dan juga bulan terbesar kelima dalam Tata Surya bersama Ganymede
(Jupiter), Titan (Saturnus), Callisto (Jupiter), Io (Jupiter). Berdasarkan ukuran planet,
Bulan juga merupakan satelit alami terbesar di Tata Surya.
Bulan berada pada rotasi sinkron dengan Bumi, yaitu Penguncian pasang surut
terjadi ketika gradien gravitasi membuat salah satu sisi benda langit selalu menghadap
benda langit yang lain, sehingga bulan selalu memperlihatkan sisi yang sama pada
Bumi, dengan sisi dekat ditandai oleh mare vulkanik gelap yang terdapat di antara
dataran tinggi kerak yang terang dan kawah tubrukan yang menonjol.
Meskipun Bulan tampak sangat putih dan terang, permukaan Bulan sebenarnya
gelap, dengan tingkat kecerahan yang sedikit lebih tinggi dari aspal cair.
Sisi jauh bulan atau kadang disebut sisi gelap Bulan adalah bagian dari Bulan
yang secara permanen membelakangi dan tidak terlihat dari Bumi. Sisi jauh bulan
memiliki permukaan yang tidak rata dengan banyak kawah tabrakan, dan memiliki
sedikit mare. Sampai saat ini, belum ada penjelajahan darat dilakukan di sisi jauh
bulan.
Jika kita lihat dari jauh Bulan tampak indah, sebenarnya, jika kita lihat dari dekat,
ternyata Bulan berlubang-lubang atau yang biasa kita sebut sebagai gunung berbentuk
cincin. Lubang-lubang ini terbentuk akibat hasil tabrakan meteor yang sangat besar.
Karena di Bulan tidak ada air dan udara, maka lubang-lubang tersebut tetap berada
dalam kondisi seperti ini.
Mengapa Bulan Seperti Gurun Pasir?
Bulan seperti gurun pasir karena perbedaan siang dan malam di Bulan yang
terlalu ekstrem, maka proses perubahan batu-batuan dalam sekejap menjadi panas, di
satu sisi dalam sekejap menjadi dingin berlangsung berulang-ulang. Pada akhirnya, itu
berimplikasi pada terbentuknya retakan di dalam batu tersebut yang akhirnya
menyebabkan batu terpecah-belah. Proses ini disebut proses pelapukan batu. Akibat
proses pelapukan inilah akhirnya Bulan berubah menjadi gurun pasir
dibandingkan dengan Bumi (25% dari radiusnya, dibandingkan Bumi yang 50% dari
radiusnya).
e. Hipotesis Ledakan Georeaktor
Hipotesis ini mengatakan bahwa Bumi dan Bulan terbentuk dalam waktu yang
sama sebagai sistem ganda piringan akresi purba pada Tata Surya. Masalah pada
hipotesis ini adalah, ketidakmampuannya menjelaskan momentum sudut dalam sistem
Bumi-Bulan, atau mengapa bulan memiliki inti besi yang relatif kecil dibandingkan
dengan Bumi (25% dari radiusnya, dibandingkan Bumi yang 50% dari radiusnya).
Hipotesis ini mengatakan bahwa Bumi dan Bulan terbentuk dalam waktu yang
sama sebagai sistem ganda piringan akresi purba pada Tata Surya. Masalah pada
hipotesis ini adalah, ketidak mampuannya menjelaskan momentum sudut dalam
sistem Bumi-Bulan, atau mengapa bulan memiliki inti besi yang relatif kecil
dibandingkan dengan Bumi (25% dari radiusnya, dibandingkan Bumi yang 50% dari
radiusnya).
kerak Bulan bersifat anortosit, dan pengujian yang dilakukan terhadap sampel batuan
Bulan yang berasal dari banjir lava di permukaan juga menjelaskan bahwa komposisi
mantel mafik Bulan lebih kaya akan besi jika dibandingkan dengan Bumi. Teknik
geofisika menjelaskan bahwa ketebalan rata-rata kerak Bulan adalah sekitar 50 km.
Bulan adalah satelit terpadat kedua di Tata Surya setelah Io. Aan tetapi, ini dalam
Bulan tergolong kecil, dengan radius sekitar 350 km atau kurang, ukuran ini hanya
sekitar 20% dari ukuran Bulan secara keseluruhan, berbeda dengan benda langi
kebumian lainnya, yang ukuran inti dalamnya hampir 50% dari ukuran keseluruhan.
Komposisi Bulan belum diketahui secara pasti, namun diduga perpaduan dari besi
metalik dengan sejumlah kecil sulfur dan nikel, analisis mengenai waktu rotasi
variabel Bulan menunjukkan bahwa sebagian ini Bulan berbentuk cair.
2. Geologi Permukaan
Topografi Bulan telah diukur dengan menggunakan metode altimetri laser dan
analisis gambar stereo. Bentuk topografi yang paling jelas terlihat adalan basin Kutib
Selatan Aitken di sisi jauh, dengan diameter sekitar 2.240 km, yang merupakan kawah
terbesar di Bulan serta kawah terbesar yang pernah ditemukan di Tata Surya. Titik
terendah pada permukaan Bulan berada pada kedalaman 13 km. Sedangkan titik
tertinggi terdapat di bagian timur laut yang diduga mengalami penebalan akibat
pembentukan basin Kutub Selatan Aitken. Basin raksasa lainnya, seperti Imbrium,
Serenitatis, Crisium, Smythii, dan Orientale, memiliki lebar dan ketinggian yang lebih
rendah. Ketinggian rata-rata sisi jauh Bulan kira-kira 1,9 km lebih tinggi jika
dibandingkan dengan sisi dekat.
3. Fitur Vulkanis
Dataran Bulan yang berwarna gelap dan bisa diamati dengan mata telanjang
disebut dngan maria (bahasa Latin untuk laut atau mare dalam bentuk tunggal),
karena dahulu kala para astronom mengira bahwa dataran ini dipenuhi oleh air.
Dataran ini berupa kolam besar yang terbentuk dari lava basal. Meskipun serupa
dengan basal kebumian, basal mare memiliki kandungan besi yang lebih tinggi dan
kandungan mineral yang kurang.
Sebagian besar lava ini meletus atau mengalir melalui proses yang bersamaan
dengan pembentukan kawah tubrukan. Beberapa bentuk geologi permukaan Bulan
7
seperti gunung berapi perisai dan kubah vulkanis bisa ditemukan di maria sisi dekat
Bulan. Maria bisa ditemukan hampir di keseluruhan sisi dekat Bulan, mencakup 31%
dari total permukaan di sisi dekat, jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan maria
pada sisi jauh yang persentasenya hanya 2%.
Hal ini diperkirakan terjadi karena tingginya konsentrasi unsur penghasil panas di
bawah kerak di sisi dekat, sebagaimana yang terlihat pada peta geokimia yang
diperoleh dari spektrometer sinar gamma Lunar Prospector, yang menyebabkan
mantel mengalami pemanasan meleleh kemudian naik ke permukaan dan meletus.
Sebagian besar basal mare Bulan meletus pada periode Imbrian sekitar 3,0-3,5 miliat
tahun yang lalu, meskipun hasil penanggalan radiometri menjelaskan waktunya lebuh
tua 4,2 miliar tahun yang lalu, dan letusan terakhir berdasarkan penanggalan hitungan
kawah terjadi sekitar 1,2 miliar tahun yang lalu.
Wilayah yang berwarna lebih terang pada Bulan disebut terrae atau dataran
tinggi secara umum, karena wilayah ini lebih tinggi dari kebanyakan maria.
Berdasarkan penanggalan radiometri, dataran tinngi Bulan terbentuk sekitar 4,4 miliar
tahun yang lalu, dan diduga merupakan kumulasi plagioklas dari lautan magma
Bulan. Berbeda dengan Bumi, tak ada gunung di bulan yang diyakini terbentuk akibat
peristiwa tektonik.
4. Kawah Tubrukan
Proses geologi lainnya yang memengaruhi bentuk permukaan Bulan adalah
kawah tubrukan, yaitu ketika kawah-kawah terbentuk akibat tubrukan antara asteroid
dan komet dengan permukaan Bulan. diperkirakan terdapat sekitar 300.000 kawah
dengan luas lebih dari 1 km di sisi dekat Bukan.
Beberapa kawah ini dinamakan menurut nama para pakar, ilmuwan, seniman, dan
penjelajah. Skala waktu geologi Bulan didasrkan pada peristiwa tubrrukan yang
paling hebat, termasuk Nectaris, Imbrium, dan Orientale, dengan struktur yang
dicirikan oleh lingkaran yang terbentuk dari materi yang menguap, biasanya
berdiameter ratusan hinggan ribuan kilometer.
Kurangnya aktivitas atmosfer, cuaca, dan proses geologi terkini membuktikan
bahwa kawah-kawah ini masih dalam kondisi baik. Meskipun hanya sedikit kawah
yang diketahui asal usul pembentukannya, kawah-kawah ini tetap berguna untuk
menentukan usia relatif Bulan. Karena kawah tubrukan menumpuk pada tingkat yang
8
hampir konstan , menghitung jumlah kawah per satuan luas dapat digunakan untuk
memperkirakan usia permukaan Bulan. Usia radiometrik batuan kawah yang dibawa
oleh misi Apollo berkisar dari 3,8 sampai 4,1 miliar tahun, ini dilakukan untuk
menjelaskan waktu terjadinya tubrukan Penegeboman Berat Akhir.
Dataran yang menyelimuti bagian atas kerak Bulan adalah permukaan yang
sangat terkominusi (terpecah menjadi partikel yang lebih kecil) dan lapisan
permukaan kebun kawah bernama regolith, yang terbentuk akibat proses tubrukan.
Regolith yang paling halus, yakni tanah Bulan dari kaca silikon dioksida, memiliki
tekstur seperti salju dan berbau seperti mesiu. Regolith di permukaan yang lebih tua
umumnya lebih tebal daripada permukaan yang lebih muda; ketebalannya bervariasi,
dari 10-20 m di dataran tinggi dan 3-5 m di maria. Di bawah lapisan regolith terdapat
megaregolith, lapisan batuan fraktur dengan ketebalan berkilo-kilometer.
5. Ketersediaan Air
Air cair tidak bisa bertahan di permukaan Bulan. Saat terkena radiasi Matahari,
air dengan cepat akan terurai melalui proses yang dikenal dengan fotodisosiasi dan
lenyap ke luar angkasa. Namun, sejak tahun 1960-an, para ilmuwan memperkirakan
bahwa air es yang diangkut oleh komet saat terjadinya tubrukan atau yang dihasilkan
oleh reaksi batuan Bulan yang kaya oksigen, dan hidrogen dari angin surya,
meninggalkan jejak air yang mungkin bisa bertahan di kawah kutub selatan Bulan
yang dingin dan gelap secara permanen.
Simulasi komputer menunjukkan bahwa hampir 14.000 km2 permukaan Bulan
berada pada bagian kutub yang gelap permanen. Ketersediaan air di Bulan dalam
jumlah yang cukup adalah faktor penting dalam merencanakan proses kolonisasi
Bulan karena akan menghemat biaya; rencana altenatif untuk mengangkut air dari
Bumi akan menghabiskan biaya yang sangat besar.
Bertahun-tahun yang lalu, jejak air telah ditemukan di permukaan Bulan. Pada
tahun 1994, eksperimen radar bistatik di wahana Clementine menunjukkan adanya
kantong air beku di sekitar permukaan Bulan. Namun, pengamatan radar setelahnya
oleh Arecibo menunjukkan bahwa penemuan tersebut mungkin adalah batuan yang
terlontar dari kawah tubrukan muda. Pada 1998, spektrometer neutron di wahana
9
6. Medan Gravitasi
Medan gravitasi Bulan telah diukur dengan menggunakan pelacakan pergeseran
Doppler pada sinyal radio yang dipancarkan oleh pesawat ruang angkasa yang
mengorbit Bulan. Bentuk gravitasi Bulan yang utama adalah konmas, anomali
gravitasi positif yang terkait dengan beberapa basin tubrukan besar, sebagian
disebabkan oleh aliran lava basaltik mare padat yang memenuhi basin tersebut.
Anomali ini sangat memengaruhi orbit pesawat luar angkasa di sekitar Bulan.
Terdapat beberapa perdebatan mengenai gravitasi Bulan: lava yang mengalir
dengan sendirinya tidak bisa menjelaskan bentuk gravitasi Bulan, dan beberapa
konmas yang ada sama sekali tidak terkait dengan vulkanisme mare.
10
7. Medan Magnet
Bulan memiliki medan magnet eksternal sekitar 1100 nanotesla, kurang dari
seperseratus medan magnet Bumi. Bulan tidak memiliki medan magnet dipolar
global, melainkan dihasilkan oleh geodinamo inti logam cair, dan hanya memiliki
magnetisasi kerak, yang mungkin sudah ada pada awal sejarah Bulan ketika
geodinamo masih beroperasi. Selain itu, beberapa sisa magnetisasi berasal dari medan
magnet sementara yang dihasilkan ketika terjadinya peristiwa tubrukan hebat, dengan
melalui perluasan plasma yang dihasilkan oleh tubrukan. Hipotesis ini didukung oleh
magnetisasi kerak yang berlokasi di dekat antipode basin tubrukan besar.
8. Atmosfer
Bulan memiliki atmosfer yang sangat renggang, bahkan hampir hampa, dengan
massa total kurang dari 10 ton metrik. Tekanan permukaannya adalah sekitar
3 1015 atm (0,3 nPa); ukurannya bervariasi menurut hari Bulan.
Sumber atmosfer Bulan meliputi pelepasan gas dan pelepasan atom akibat
bombardemen tanah Bulan oleh ion angin surya. Unsur-unsur yang terkandung pada
atmosfer Bulan adalah sodium dan potasium, yang dihasilkan oleh pelepasan atom;
unsur ini juga ditemukan pada atmosfer Merkurius dan Io. Unsur lainnya termasuk
helium-4 yang dihasilkan dari angin surya; serta argon-40, radon-222, dan polonium210, yang dilepaskan ke angkasa setelah dihasilkan melalui proses peluruhan
radioaktif di dalam kerak dan mantel.
Tidak adanya keberadaan spesies netral (atom atau molekul) di atmosfer seperti
oksigen, nitrogen, karbon, hidrogen dan magnesium, yang terdapat pada regolith,
masih belum terjelaskan. Uap air terdeteksi oleh Chandrayaan-1 dan kandungannya
bervariasi menurut garis lintang, dengan titik maksimum ~6070 derajat; uap air ini
diduga dihasilkan melalui proses sublimasi air es di regolith. Gas-gas ini bisa kembali
11
ke regolith akibat gravitasi Bulan atau lenyap ke luar angkasa, baik melalui tekanan
radiasi surya atau, jika terionisasi, tersapu oleh medan magnet angin surya.
9. Musim
Kemiringan sumbu Bulan terhadap ekliptika hanya 1,5424, jauh lebih kecil dari
Bumi (23,44). Karena hal ini, variasi iluminasi surya pada Bulan memiliki musim
yang jauh lebih sedikit, dan detail topografi memiliki peran penting dalam efek
perubahan musim.
Berdasarkan foto yang diambil oleh wahana Clementine pada tahun 1994,
terdapat empat wilayah pegunungan di pinggiran kawah Peary di kutub utara Bulan,
yang diduga tetap disinari oleh Matahari di sepanjang hari Bulan, menciptakan
puncak cahaya abadi. Tidak ada wilayah seperti itu yang terdapat di kutub selatan
Bulan. Selain itu, juga terdapat wilayah yang tidak menerima cahaya secara permanen
di bagian bawah kawah kutub, dan kawah-kawah gelap ini suhunya sangat dingin;
Lunar Reconnaissance Orbiter mencatat suhu musim panas terendah di kawah kutub
selatan mencapai 35 K (238 C) dan hampir 26 K saat terjadinya titik balik matahari
musim dingin di kawah Hermite di kutub utara. Ini adalah suhu terdingin di Tata
Surya yang pernah diukur oleh wahana antariksa, bahkan lebih dingin dari suhu
permukaan Pluto.
Jari-jari rata-rata
Jari-jari Khatulistiwa
Jari-jari Kutub
Kepepatan
0,00125
12
Keliling Khatulistiwa
10.921 km (khatulistiwa)
Luas Permukaan
Volume
Massa
Kecepatan Lepas
2,38 km/s
Hari Sideris
27,321582 d (sinkron
Kecepatan Rotasi
4,627 m/s
Kemiringan Sumbu
Albedo
Min
-173 C
-203C
rata-rata
-53 C
-143 C
Maks
116 C
-43 C
Magnitudo Tampak
13
1. Orbit
Bulan menyelesaikan orbit lengkap mengelilingi Bumi setiap 27,3 hari sekali
(periode sideris). Akan tetapi, karena Bumi bergerak pada orbitnya mengelilingi
Matahari pada waktu yang bersamaan, dibutuhkan waktu yang sedikit lebih lama bagi
Bulan untuk memperlihatkan fase yang sama ke Bumi, yaitu sekitar 29,5 hari (periode
sinodik). Tidak seperti kebanyakan satelit planet lainnya, orbit Bulan lebih dekat
ke bidang ekliptika daripada ke bidang khatulistiwaplanet.
Orbit Bulan diperturbasi oleh Matahari dan Bumi dalam cara yang halus dan
kompleks. Misalnya, bidang pergerakan orbit Bulan secara bertahap mengalami
pergeseran, yang memengaruhi aspek pergerakan Bulan lainnya. Fenomena ini secara
matematis dijelaskan oleh Hukum Cassini.
Perigee
363.295 km
(0,0024 SA
Apogee
405.503 km
(0,0027 SA)
Sumbu Semi-Mayor
384.399 km
14
(0,00257 SA)
Eksentrisitas
0,0549
Periode Orbit
Periode Sinodis
1,022 km/s
Inklinasi
Argumen Perigee
2. Ukuran Relatif
Ukuran Bulan relatif besar jika dibandingkan dengan ukuran Bumi, yakni
seperempat dari diameter dan 1/81 dari massa Bumi. Bulan adalah satelit
alami terbesar di Tata Surya menurut ukuran relatif planet yang diorbitnya,
meskipun Charon lebih besar untuk ukuran planet katai Pluto, yakni sekitar 1/9 dari
massa Pluto.
Meskipun demikian, Bumi dan Bulan masih dianggap sebagai sistem planetsatelit, bukannya sistem planet ganda, karena barisentrum kedua benda langit ini
berlokasi 1.700 km (sekitar seperempat radius Bumi) di bawah permukaan Bumi.
15
berubah menjadi raksasa merah dan memusnahkan Bumi jauh sebelum hal tersebut
terjadi.
Permukaan Bulan juga mengalami pasang surut dengan amplitudo ~10 cm, yang
berlangsung selama 27 hari lebih. Fenomena ini disebabkan oleh dua hal, yakni
karena Bulan dan Bumi berada pada rotasi sinkron, dan berbagai hal yang disebabkan
oleh Matahari.
Komponen Bumi yang diinduksi terbentuk karena librasi, yang diakibatkan oleh
eksentrisitas orbit Bulan; jika orbit Bulan bulat sempurna, maka yang akan muncul
hanyalah pasang surut surya. Librasi juga mengubah sudut penampakan Bulan, yang
menyebabkan sekitar 59% permukaan Bulan terlihat dari Bumi.
Efek kumulatif dari fenomena pasang surut memicu terjadinya gempa bulan.
Gempa bulan ini lebih jarang terjadi dan lebih lemah kekuatannya daripada gempa
bumi, meskipun gempa ini dapat bertahan hingga satu jam karena ketiadaan air yang
berfungsi sebagai peredam getaran seismik. Fenomena gempa bulan ini merupakan
penemuan tak terduga dari seismometer yang diletakkan di Bulan
oleh astronot Apollo dari tahun 1969 hingga 1972.
17
b. Revolusi Bulan
Bulan tidak memiliki cahaya sendiri. Cahaya Bulan sebenarnya adalah cahaya
pantulan dari Matahari. Bagian Bulan yang tampak dari Bumi adalah bagian
permukaan Bulan yang terkena sinar Matahari. Saat berevolusi, luas bagian Bulan
yang terkena Matahari berubah-ubah. Oleh karena itu, bentuk Bulan dilihat dari Bumi
juga berubah-ubah. Perubahan bentuk Bulan itu disebut fase-fase Bulan. Dalam
Konjugasi
Kedudukan bulan searah dengan matahari. Pada saat itu bagian bulan yang
menghadap ke bumi gelap atau tidak tampak.Pada aspek ini dapt terjadi
gerhana matahari, karena cahaya matahari yang menuju bumi terhalang
bulan. Hingga kita tidak akan melihat bulan bercahaya.
Oposisi
Kedudukan bulan berlawanan arah dengan matahari dilihat dari bumi. Pada
saat itu bulan tampak sebagai bulan purnama. Pada kedudukan ini bulan
terbit pada saat matahari terbenam dan terbenam pada saat matahari terbit.
18
Kuarter
Kedudukan bulan tegak lurus terhadap garis penghubungg bumi matahari.
Pada aspek kuarter, bulan memperlihatkan fase perbani (setengah bulan yang
terang). Dalam sebulan terjadi dua kali kuarter yaitu kuarter pertama ketika
bulan tampak bertambah besar dan kuarter kedua ketika bulan tampak kecil.
Apabila diperhatikan, setiap fase Bulan selama kurang lebih 3-4 hari.
a. Hari Pertama
Bulan berada pada posisi 0. Bagian Bulan yang tidak terkena sinar Matahari
menghadap ke Bumi. Akibatnya, Bulan tidak tampak dari Bumi. Fase ini disebut
Bulan baru.
b. Hari Keempat
Bulan berada pada posisi 45. Dilihat dari Bumi, Bulan tampak melengkung
seperti sabit. Fase ini disebut Bulan sabit.
c. Hari Kedelapan
Bulan berada pada posisi 90. Bulan tampak berbentuk setengah lingkaran. Fase
ini disebut Bulan paruh.
d. Hari Kesebelas
Bulan berada pada posisi 135. Dilihat dari Bumi, Bulan tampak seperti cakram.
Fase ini disebut Bulan cembung.
e. Hari Keempat Belas
19
Bulan berada pada posisi 180. Pada posisi ini, Bulan tampak seperti lingkaran
penuh. Fase ini disebut Bulan purnama atau Bulan penuh.
f. Hari Ketujuh belas
Bulan berada pada posisi 225. Dilihat dari Bumi, penampakan Bulan kembali
seperti cakram.
g. Hari Kedua Puluh Satu
Bulan berada pada posisi 270. Penampakan Bulan sama dengan Bulan pada
posisi 90. Bulan tampak berbentuk setengah lingkaran.
h. Hari Kedua Puluh Lima
Bulan berada pada posisi 315. Penampakan Bulan pada posisi ini sama dengan
posisi Bulan pada 45. Bulan tampak berbentuk seperti sabit. Selanjutnya, Bulan
akan kembali ke kedudukan semula, yaitu Bulan mati. Posisi Bulan mati sama
dengan posisi Bulan baru. Bedanya, Bulan baru menunjukkan fase awal,
sedangkan Bulan mati menunjukkan fase akhir.
F. GERHANA BULAN
Gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup
oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada
satu garis lurus yang sama, sehingga sinar Matahari tidak dapat mencapai bulan
karena terhalangi oleh bumi.
Dengan penjelasan lain, gerhana bulan muncul bila bulan sedang beroposisi
dengan matahari. Tetapi karena kemiringan bidang orbit bulan terhadap bidang
ekliptika sebesar 5, maka tidak setiap oposisi bulan dengan Matahari akan
mengakibatkan terjadinya gerhana bulan. Perpotongan bidang orbit bulan dengan
bidang ekliptika akan memunculkan 2 buah titik potong yang disebut node, yaitu titik
di mana bulan memotong bidang ekliptika. Gerhana bulan ini akan terjadi saat bulan
beroposisi pada node tersebut. Bulan membutuhkan waktu 29,53 hari untuk bergerak
dari satu titik oposisi ke titik oposisi lainnya. Maka seharusnya, jika terjadi gerhana
20
bulan, akan diikuti dengan gerhana Matahari karena kedua node tersebut terletak pada
garis yang menghubungkan antara Matahari dengan bumi.
Sebenarnya, pada peristiwa gerhana bulan, seringkali bulan masih dapat terlihat.
Ini dikarenakan masih adanya sinar Matahari yang dibelokkan ke arah bulan oleh
atmosfer bumi. Dan kebanyakan sinar yang dibelokkan ini memiliki spektrum cahaya
merah. Itulah sebabnya pada saat gerhana bulan, bulan akan tampak berwarna gelap,
bisa berwarna merah tembaga, jingga, ataupun coklat.
21
Saat gerhana terjadi, Matahari, Bumi, dan Bulan terletak pada satu garis lurus.
Posisi itu membuat Bumi menutupi cahaya Matahari yang seharusnya sampai ke
Bulan. Pada saat itu Bulan seharusnya tak akan tampak, tetapi ternyata saat totalitas
gerhana terjadi, Bulan justru berwarna merah sehingga biasa disebut blood moon.
Hal ini terjadi, karena cahaya matahari yang mengenai bulan memang tertutup
oleh Bumi, tetapi atmosfer Bumi masih membiaskan cahaya merah dari matahari itu
sehingga bulan tidak gelap total. Gerhana Bulan Blood Moon telah terjadi 2 kali, yaitu
pada tanggal 15 April 2014 dan 8 Oktober 2014. Diperkirakan gerhana ini akan terjadi
lagi pada tanggal 4 April 2015 dan 28 September 2015.
22
Misi Uni-Soviet
Perang Dingin mendorong terjadinya Perlombaan Angkasa antara Uni Soviet
25
di permukaan Bulan sejak Luna 24 pada tahun 1976, dan juga misi pertama yang
meluncurkan penjelajah sejak Lunokhod 2 pada 1973. Tiongkok berencana untuk
meluncurkan misi penjelajah lainnya (Chang'e 4) pada tahun 2015, serta misi
pengambilan sampel (Chang'e 5) pada tahun 2017.
Antara tanggal 4 Oktober 2007 dan 10 Juni 2009, Badan Penjelajahan Antariksa
Jepang meluncurkan misi Kaguya (Selene), pengorbit Bulan yang dilengkapi dengan
kamera video berdefinisi tinggi dan dua satelit pemancar radio kecil. Misi ini berhasil
memperoleh data geofisika Bulan dan mengambil video berdefinisi tinggi dari luar
orbit Bumi untuk pertama kalinya. Misi penjelajahan Bulan pertama India,
Chandrayaan I, mengorbit Bulan dari tanggal 8 November 2008 sampai kehilangan
kontak pada 27 Agustus 2009, yang melakukan pemetaan fotogeologi dan mineralogi
permukaan Bulan dalam resolusi tinggi. Misi ini juga menemukan keberadaan
molekul-molekul air di dalam tanah Bulan. Indian Space Research Organisation
berencana untuk meluncurkan Chandrayaan II pada tahun 2013, yang juga disertai
dengan sebuah robot penjelajah Bulan milik Rusia. Akan tetapi, kegagalan misi
Fobos-Grunt Rusia menyebabkan proyek ini mengalami penundaan.
Misi Bulan masa depan lainnya adalah Luna-Glob Rusia; yang meliputi sebuah
pendarat tak berawak, rangkaian seismometer, dan pengorbit yang serupa dengan misi
Fobos-Grunt Mars yang gagal. Penjelajahan Bulan yang didanai swasta
dikembangkan oleh Google Lunar X Prize, diumumkan pada 13 September 2007,
yang menawarkan uang senilai US$20 juta bagi siapa saja yang bisa mendaratkan
sebuah robot penjelajah di Bulan dan yang memenuhi kriteria tertentu lainnya.
Shackleton Energy Company sedang mengembangkan sebuah program untuk
melakukan operasi di kutub selatan Bulan dalam rangka mengumpulkan air untuk
memasok Propellant Depot milik mereka.
NASA berencana untuk melanjutkan misi berawak setelah adanya seruan dari
Presiden AS George W. Bush pada tanggal 14 Januari 2004 untuk meluncurkan misi
berawak ke Bulan pada tahun 2019, serta membangun sebuah pangkalan di Bulan
pada tahun 2024. Akan tetapi, program tersebut dibatalkan demi rencana pendaratan
berawak di sebuah asteroid pada tahun 2025 dan misi pengorbit Mars berawak yang
27
rencananya akan diluncurkan pada tahun 2035. India juga menyatakan niatnya untuk
mengirimkan misi berawak ke Bulan pada tahun 2020.
d. Status Hukum
Meskipun panji-panji Luna Uni Soviet tersebar di Bulan, dan bendera Amerika
Serikat secara simbolis ditancapkan di lokasi pendaratan oleh astronot Apollo, tidak
satupun negara yang mengklaim kepemilikan atas bagian permukaan Bulan hingga
saat ini. Rusia dan Amerika Serikat merupakan dua negara yang menandatangani
Perjanjian Luar Angkasa pada tahun 1967, yang menyatakan bahwa Bulan dan
keseluruhan luar angkasa adalah "provinsi bagi seluruh umat manusia". Perjanjian ini
juga membatasi pemanfaatan Bulan untuk tujuan damai, secara eksplisit melarang
instalasi sarana militer dan senjata pemusnah massal di Bulan. Perjanjian Bulan 1979
bertujuan untuk membatasi eksploitasi sumber daya Bulan oleh satu negara, tetapi
perjanjian ini belum ditandatangani oleh satupun negara penjelajah luar angkasa.
Meskipun beberapa individu telah menyatakan klaimnya atas keseluruhan atau
sebagian permukaan Bulan, tidak satupun yang dianggap kredibel.
28