Anda di halaman 1dari 11

PERPAJAKAN

Pengertian SPT, Fungsi & Jenis SPT, Batas Waktu & Sanksi,
dan ISPT tahunan dengan ISPT masa.

Deby Ayu Lestari (0113U478)

AKUNTANSI S1
UNIVERSITAS WIDYATAMA

DAFTAR ISI

PENGERTIAN SPT........................................................................................................ 1
FUNGSI SPT................................................................................................................ 1
JENIS - JENIS SPT......................................................................................................... 2
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK.....................................3
SANKSI SPT................................................................................................................. 4
HAK WP BERKAITAN DENGAN PENYAMPAIAN SPT.......................................................7
TATA CARA PELAPORAN ( SPT )...................................................................................7

Surat Pemberitahuan Pajak (SPT)


PENGERTIAN SPT
Surat Pemberitahuan pajak adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak,
objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang Perpajakan, Surat
Pemberitahuan (SPT) mempunyai fungsi sebagai suatu sarana bagi Wajib
Pajak di dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan
jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu Surat Pemberitahuan
berfungsi untuk melaporkan pembayaan atau pelunasan pajak baik yang
dilakukan Wajib Pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan
pemungutan yang dilakukan oleh pihak ke-3, melaporkan harta dan
kewajiban,

dan

pembayaran

dari

pemotong

atau

pemungut

tentang

pemotongan dan pemungutan pajak yang telah dilakukan. Sehingga Surat


Pemberitahuan mempunyai makna yang cukup penting baik bagi Wajib Pajak
maupun aparatur pajak.

FUNGSI SPT
Fungsi

SPT

adalah

sarana

yang

digunakan

WP(Wajib

Pajak)

atau

PKP(Pengusaha kena pajak) untuk pelaporan dan pertanggungjawaban.


Fungsi pelaporan pada SPT dapat dibedakan menurut yang melaporkannya,
pada WP dan pada PKP. a. Bagi WP fungsi pelaporan SPT terkait dengan
beberapa kegiatan berikut :
Wajib Pajak PPh
Sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan
penghitungan

jumlah

pajak

yang

sebenarnya

terutang

dan

untuk

melaporkan tentang :

Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau


melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak
atau Bagian Tahun Pajak;

Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak;

Harta dan kewajiban;

Pemotongan/ pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1 (satu)


Masa Pajak.

Pengusaha Kena Pajak


Sebagai

sarana

untuk

melaporkan

dan

mempertanggungjawabkan

penghitungan jumlah PPN dan PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk
melaporkan tentang :

Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;

Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan


sendiri oleh PKP dan atau melalui pihak lain dalam satu masa
pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan yang berlaku.

Pemotong/ Pemungut Pajak

Sebagai

sarana

untuk

melaporkan

dan

mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan


disetorkan.

JENIS - JENIS SPT

SPT Masa, yaitu SPT untuk suatu Masa Pajak yang meliputi :

SPT Masa Pajak Penghasilan;


SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai; dan
SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
SPT Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar pajak untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang tertuang dalam suatu
jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam UU (pasal 1 huruf 7
UU.KUP). Surat pemberitahuan masa adalah surat pemberitahuan untuk
4

suatu masa pajak UU (pasal 1 huruf 12 UU.KUP) masa pajak yang berlaku
adalah 1 kalender atau paling lama 3 nulan kalender, jenis pajak yang
dilaporkan melalui SPT masa adalah : PPH pasal 21/26, PPh pasal 23/26, PPh
pasal 25, PPh pasal 4, PPh pasal 15, PPn, dan PPN.BM. Batas waktu
penyampaian SPT paling lambat 20 hari setelah berakhirnya masa pajak SPT
masa wajib pajak criteria tertentu SPT masa WP criteria tertentu seperti WP
usaha kecil dapat dilakukan menggunakan 1 SPT untuk beberapa masa-masa
pajak, dengan syarat pembayaran pajak dilakukan untuk :

SPT masa PPh pasal 25 dibayar semuanya pada saat SPT dilakukan

sampai dengan masa pajak yang digabung pada SPT.


SPT lainnya pembayaran pajaknya tidak melebihi batas waktu setiap
masanya.

SPT Tahunan Pajak Penghasilan, yaitu SPT untuk suatu Tahun Pajak
atau Bagian Tahun Pajak.

Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib
Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak
(pasal 1 huruf 13 UU.KUP). Jenis pajak yang harus dilaporkan melalui SPT
Tahunan adalah : ppH badan Rp, PPh Badan US, PPh Orang Pribadi, dan PPh
Orang Pribadi Karyawan. Batas waktu SPT tahunan WP Orang Pribadi / WP
Badan paling lama 3 sampai 4 bulan stelah akhir tahun pajak.
Contoh : Pada awal Januari 2010, ada perusahaan melakukan perubahan
tahun buku dari Januari Desember berubah menjadi April Maret.
Kemudian disetujui oleh Direktorat Jenderal Pajak, mulai tahun pajak April
2010 Maret 2011. Dalam hal ini ada bagian dari tahun 2010 yaitu Januari
2010 Maret 2010 yang disebut bagian tahun pajak.
SPT tersebut di atas dapat berbentuk :
Formulir kertas (hardcopy) ; atau
Elektronik (e-SPT atau e-Filing)

BATAS

WAKTU

PENYAMPAIAN

SURAT

PEMBERITAHUAN

PAJAK
No

Jenis SPT

Masa
1 PPh
2 PPh
3 PPh
4 PPh
5

Pasal 21/26
Pasal 23/26
Pasal 25
Pasal 22, PPN & PPn BM

oleh Bea Cukai


PPh
Pasal

22

Batas Waktu

Batas Waktu

Pembayaran

Pelaporan

Tgl.
Tgl.
Tgl.
1

10 bulan
10 bulan
15 bulan
hari

berikut
berikut
berikut
setelah

Tgl. 20 bulan berikut


Tgl. 20 bulan berikut
Tgl. 20 bulan berikut
7
hari
setelah

dipungut
pembayaran
- Pada hari yang sama Tgl. 14 bulan berikujt

Bendaharawan Pemerintah

saat

PPh Pasal 22 Pertamina

barang
Sebelum

Order dibayar
PPh Pasal 22 - Pemungut Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut

tertentu
8 PPh Pasal 4 ayat (2)
9 PPN dan PPn BM PKP
10 PPN
dan
PPn
BM

penyerahan
Delivery

Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut


Tgl. 15 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut
Tgl. 17 bulan berikut Tgl. 14 bulan berikut

Bendaharawan
11 PPN & PPn BM - Pemungut Tgl. 15 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut
Non Bendaharawan
Tahunan
1 PPh OP

sebelum

Surat 3 (tiga) bulan setelah

Pemberitahuan

akhir Tahun Pajak

Pajak
Penghasilandisampa
ikan
6

PPh Badan

sebelum

Surat 4

(empat)

bulan

Pemberitahuan

setelah akhir Tahun

Pajak

Pajak

Penghasilandisampa
3

ikan
6
(enam)

PBB

sejak
4

bulan ---tanggal

diterimanya SPPT
Dilunasi pada saat ----

BPHTB

terjadinya perolehan
hak atas tanah dan
bangunan

SANKSI SPT
Sanksi bagi WP yang tidak menyampaikan SPT, dapat berupa sanksi
administrasi ataupun sanksi pidana. Sanksi administrasi dapat berupa denda
sebagaimana

diatur

dalam

Pasal

UU

KUP

atau

berupa

kenaikan

sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat 3 UU KUP. Sanksi pidana dapat


berupa kurungan atas tindak pidana kealpaan sebagaimana diatur dalam
Pasal 38 UU KUP ataupun penjara atas tindak pidana kesengajaan
sebagaimana diatur dalam Pasal 39 UU KUP.
A. Surat Teguran atas SPT yang tidak disampaikan.
Apabila SPT tidak disampaikan sesuai batas waktu yang ditentukan
atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT Tahunan, dapat
diterbitkan Surat Teguran (Pasal 3 ayat 5a UU KUP). Penerbitan Surat
Teguran, disamping merupakan bentuk pembinaan terhadap WP, juga
merupakan syarat bagi dikenainya WP yang bersangkutan dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 1
huruf b dan Pasal 13 ayat 3 UU KUP.
7

Sanksi administrasi berupa denda.


Pasal 7 ayat (1) UU KUP menyatakan apabila SPT tidak disampaikan
dalam jangka waktunya atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT,
dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar:
Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk SPT Masa PPN,
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT Masa lainnya,
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk SPT Tahunan PPh WP Badan
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT Tahunan PPh WP Orang
Pribadi.
Ayat (2) menyatakan bahwa sanksi administrasi berupa denda diatas
tidak dilakukan terhadap:
a. WP Orang Pribadi yang telah meninggal dunia;
b. WP Orang Pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas;
c. WP Orang Pribadi yg berstatus sebagai W N A yg tidak tinggal lagi di
Indonesia;
d. BUT yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia;
e. WP Badan yg tidak melakukan usaha lagi tetapi belum bubar sesuai dgn
ketentuannya
f. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;
g. WP yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan Per. Menkeu;
atau
h. WP lain yg diatur dengan atau berdasarkan PMK.
Yg dimaksud dgn WP lain tersebut pada huruf h berdasarkan PMK No.
186/PMK.03/2007 adalah WP yg tidak dapat menyampaikan SPT dalam
jangka waktu yg telah ditentukan karena keadaan antara lain : a. kerusuhan
massal; b. kebakaran; c. ledakan bom atau aksi terorisme; d. perang antar
suku; atau e. kegagalan sistem komputer administrasi penerimaan negara
8

atau perpajakan. Penetapan WP tersebut dilakukan dengan Keputusan Dirjen


Pajak.
C.

Sanksi administrasi berupa kenaikan.


Sanksi

administrasi

berupa

kenaikan

dapat

dikenakan

melaui

penerbitan SKP KB apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktunya


dan setelah ditegur secara tertulis, tetap tidak disampaikan pada waktunya
sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran (Pasal 13 ayat 1 huruf b UU
KUP). Dari Jumlah pajak dalam SKP KB yang diterbitkan ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan sesuai dengan Pasal 13 ayat 3 UU KUP.
D.

Sanksi pidana kurungan.


Pidana kurungan dalam Pasal 38 UU KUP dikenakan terhadap setiap

orang yang karena kealpaannya tidak menyampaian SPT. Pasal 38 UU KUP


tersebut berbunyi: Setiap orang yang karena kealpaannya:
a. tidak menyampaikan SPT; atau
b. menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yg isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan
perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13A, didenda paling sedikit 1 kali jumlah pajak terutang yg
tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 kali jumlah pajak terutang yg
tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 bulan
atau paling lama 1 tahun.
Yang dimaksud dengan perbuatan yang pertama kali sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13A adalah WP yang karena kealpaannya tidak
menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau
tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar
9

sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak


dikenai sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh
WP dan WP tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak
yang terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200 %
dari jumlah pajak yg kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan SKP
KB.
E.

Sanksi pidana penjara.

Pasal 39 ayat 1 huruf c dan d UU KUP menyatakan Setiap orang yang


dengan sengaja:
c. tidak menyampaikan SPT;
d. menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau
tidak lengkap, terkena sanksi pidana antara 6 bulan s/d 6 tahun dan denda
antara 2 s/d 4 kali.

HAK WP BERKAITAN DENGAN PENYAMPAIAN SPT


Berkaitan

dengan

kewajiban

melaporkan

penghitungan

dan/atau

pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta
dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan melalui SPT, WP mempunyai hak-hak sbb :
1. Memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan
2. Membetulkan SPT
3. Mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT

10

TATA CARA PELAPORAN ( SPT )


Pelaporan

SPT

dapat

dilakukan

Secara

Langsung

atau

secara

elektronik.
Pelaporan SPT secara Langsung Dilakukan WP dengan mengirim SPT
dalam bentuk formulir langsung dalam bentuk KPP atau KP2KP (Melalui Pos
atau Lainnya). Tata caranya yaitu Pengambilan formulir SPT, Pengisian SPT,
Penandatanganaan SPT, dan Penyampaian SPT.
Pelaporan SPT secara Elektronik Pelaporan SPT dapat dilakukan ssecara
elektronik atau melalui system e-filling, pelaporan SPT lewat e-filling tetap
harus melaporkan induk SPT-nya langsung pada KPP atau KP2KP dan akan
diberikan tanda terima print out komputer. 4. Pengelolaan SPT Tata cara
penerimaan dan pengelolaan SPT yang dilakukan oleh Dirjen pajak meliputi :
Penelitian kelengkapan, pemberian tanda Terima, pengelompokan SPT,
Perekaman data SPT, dan tindak lanjut Pengelolaannya.
http://www.slideshare.net/azizasw/tugas-1-spt-azizwindamega
http://pelayanan-pajak.blogspot.com/2009/04/surat-pemberitahuan-spt.html
http://id.wikipedia.org/wiki/SPT
http://xpajak.blogspot.com/2013/04/kup-pengertian-dan-jenis-spt.html

11

Anda mungkin juga menyukai