Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 FLUIDA
Aliran fluida (cairan atau gas) di dalam sebuah saluran tertutup atau pipa
sangat penting di dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa komponen dasar yang
berkaitan dari suatu sistem perpipaan adalah meliputi pipa-pipa itu sendiri,
sambungan pipa (fitting) yang digunakan untuk menyambung masing-masing pipa
guna membentuk sistem yang diinginkan, peralatan pengatur laju aliran (katupkatup) dan pompa-pompa atau turbin-turbin yang menambah energi atau
mengambil energi dari fluida.
Pipa atau tabung adalah suatu saluran yang tertutup, umumnya mempunyai
penampang sirkular dan digunakan untuk mengalirkan fluida melalui tekanan
pompa atau kipas angin. Bila fluida mengalir dengan terisi penuh maka itu
disebabkan oleh adanya tekanan yang menyebabkannya mengalir.
Fluida yg mengalir dalam pipa akan mengalami hambatan berupa gesekan
dengan dinding pipa hal ini mengakibatkan berkurangnya laju aliran dan
penurunan tekanan. Walaupun dapat terjadi berbagai jenis kehilangan energi
gerak, umumnya hambatan yang paling utama adalah akibat gesekan yang sangat
tergantung dari kekasaran dinding pipa. Semakin kasar dinding pipa makin besar
terjadinya penurunan /kehilangan tekanan aliran.( White, Frank M. 1988. Hal. 5)
Pada aliran fluida di dalam pipa, lapisan fluida pada dinding mempunyai
kecepatan nol. Lapisan fluida pada jarak yang semakin jauh dari dinding pipa
mempunyai kecepatan yang semakin besar, dengan kecepatan maksimum terbesar
terjadi pada pusat pipa.[1]
Bahan bakar solar (High Speed Diesel) adalah bahan bakar minyak hasil
sulingan dari minyak bumi mentah bahan bakar ini berwarna kuning coklat yang
jernih (Pertamina: 2005). Penggunaan solar pada umumnya adalah untuk bahan
bakar pada semua jenis mesin Diesel dengan putaran tinggi (di atas 1000 rpm),
yang juga dapat digunakan sebagai bahan bakar pada pembakaran langsung dalam
dapur-dapur kecil yang terutama diinginkan pembakaran yang bersih. Minyak

solar ini biasa disebut juga Gas Oil, Automotive Diesel Oil, High Speed Diesel
(Pertamina: 2005).
Mesin-mesin dengan putaran yang cepat (>1000 rpm) membutuhkan bahan
bakar dengan karakteristik tertentu yang berbeda dengan minyak Diesel.
Karakteristik yang diperlukan berhubungan dengan auto ignition (kemampuan
menyala sendiri), kemudahan mengalir dalamsaluran bahan bakar, kemampuan
untuk teratomisasi, kemampuan lubrikasi, nilai kalor dan karakteristik lain.
Bahan bakar solar (HSD) mempuyai sifat sifat utama, yaitu :
a.Tidak mempunyai warna atau hanya sedikit kekuningan dan berbau
b.Encer dantidak mudah menguap pada suhu normal
c.Mempunyai titik nyala yang tinggi (40C sampai 100C)
d.Terbakar secara spontan pada suhu 350C
e.Mempunyai berat jenis sekitar 0.82 0.86
f.Mampu menimbulkan panas yang besar (10.500 kcal/kg)
g.Mempunyai kandungan sulfur yang lebih besar daripada bensin

2.2.

SEJARAH DAN LINGKUP MEKANIKA FLUIDA


Seperti kebanyakan disiplin ilmu, mekanika fluida mempunyai sejarah

pencapaian hasil yang dahulu terjadi secara acak, kemudian suatu masa
pertengahan yang diwarnai penemuan-penemuan pokok yang teratur dalam abad
XVIII dan XIX, menuju ke era kebiasaan kerja modern abad XX, istilah yang
secara egoistis dikenakan pada pengetahuan kita yang terbatas tetapi tidak usang.
Kebudayaan-kebudayaan kuno sudah memiliki pengetahuan yang cukup untuk
memecahkan soal-soal aliran tertentu. Perahu layar yang dilengkapi dengan
dayung dan sistem pengairan sudah dikenal pada masa prasejarah. Bangsa Yunani
menghasilkan informasi yang kuantitatif. Archimedes dan Hero dari Iskandariyah,
keduanya mempostulatkan hukum jajaran-genjang untuk penjumlahan vector
dalam abad ketiga SM. Archimedes (285-212 SM) merumuskan hukum apung dan
menerapkannya pada benda-benda terapung dan terbenam, dan sebenarnya
mengembangkan suatu bentuk kalkulus diferensial sebagai bagian dari
analisisnya.
7

Bangsa Romawi membangun sistem talang air yang meluas dalam abad IV
SM tetapi tidak meninggalkan catatan-catatan yang menunjukkan pengetahuan
kuantitatif tentang asas-asas perancangan.
Sejak permulaan tarikh Masehi sampai zaman Renaissance terus-menerus
terjadi perbaikan dalam rancangan sistem-sistem aliran seperti kapal, saluran, dan
talang air, namun tidak ada bukti-bukti adanya perbaikan yang mendasar dalam
analisis aliran. Kemudian Leonardo da Vinci (1452-1519) menjabarkan persamaan
kekekalan massa dalam aliran tunak satu dimensi. Leonardo adalah ahli
eksperimen yang ulung, dan catatan-catatannya berisi diskripsi yang seksama
tentang gelombang, jet atau semburan, loncatan hidraulik, pembentukan pusaran,
dan rancangan-rancangan seretan rendah (bergaris alir) serta seretan tinggi
(parasut). Seorang Perancis, Edme Mariotte (1642-1684) membangun terowongan
angin yang pertama dan menguji model- model didalamnya.
Soal-soal yang menyangkut momentum fluida akhirnya dapat dianalisis
setelah Isaac Newton (1642-1727) mempostulatkan hukum-hukum geraknya dan
hukum kekentalan untuk fluida linear yang sekarang dinamakan fluida newton.
Teori itu mula-mula didasarkan atas asumsi fluida sempurna atau takgesekkan,
dan para matematikawan abad kedelapan belas (Daniel Bernoulli, Leonhard Euler,
Jean dAlembert, Joseph-LouisLagrange, dan Pierre-Simon Laplace)banyak
menghasilkan penyelesaian-penyelesaian yang indah dari soal-soal aliran
takgesekkan.
Euler menggembangkan persamaan gerak diferensial dan bentuk integralnya,
yang sekarang disebut persamaan Bernoulli. D Alembert memakai persamaan ini
untuk menampilkan paradoksnya yang terkenal : bahwa suatu benda yang
terbenam didalam fluida takgesekkan mempunyai seretan nol. Hasil-hasil yang
bagus ini merupakan hal yang berlebihan, karena asumsi fluida sempurna dalam
praktek hanya mempunyai penerapan yang sangat terbatas dan kebanyakkan aliran
dibidang teknik sangat dipengaruhi oleh efek kekentalan.
Para ahli teknik mulai menolak apa yang mereka anggap sebagai teori yang
sama sekali tidak realistic, dan mengembangkan hidraulika yang bertumpu hampir
secara total pada eksperimen. Ahli-ahli eksperimen seperti Chizy, Pitot, Borda,
Weber, Francis, Hagen, Poiseuille, Darcy, Manning, Bazin, dan Wiesbach
8

menghasilkan data tentang beraneka ragam aliran seperti saluran terbuka,


hambatankapal, aliran melalui pipa, gelombang dan turbin. Sering sekali data ini
dipergunakan dalam bentuk mentahnya, tanpa memperhatikan dasar-dasar fisika
aliran.
Pada

akhir

abad

kesembilan

belas,

hidraulika

eksperimental

dan

hidrodinamika teoretis akhirnya mulai dipadukan. William Froude (1810-1879)


dan puteranya, Robert (1846-1924) mengembangkan hukum-hukum pengujian
model, Lord Rayleigh (1842-1919) mengusulkan metode analisis dimensional,
dan Osborne Reynolds (1842-1912) menerbitkan hasil eksperimen pipanya yang
klasik itu pada tahun 1883, yang memperlihatkan pentingnya bilangan Reynolds
takberdimensi yang namanya diambil dari Reynolds.
Sementara

itu,

sejak

Navier

(1785-1836)

dan

Stokes

(1819-1903)

menambahkan suku-suku kental newton pada persamaan gerak, teori aliran itu
sudah ada, tetapi belum dimanfaatkan. Persamaan Navier-Stokes yang dihasilkan
terlalu sulit diuraikan untuk aliran sembarang. Kemudian pada tahun 1904
seorang insinyur Jerman, Ludwig Prandtl, menerbitkan makalah yang barangkali
paling penting yang pernah ditulis orang dibidang mekanika fluida.
Prandtl menunjukkan bahwa aliran fluida yang kekentalannya rendah, seperti
aliran air atau aliran udara, dapat dipilah menjadi suatui lapisan kental atau lapisan
batas didekat permukaan zat padat dan antarmuka, dan lapisan luar yang hampir
encer yang memenuhi persamaan Euler dan Bernaulli. Teori lapisan batas ternyata
merupakan suatu alat tunggal yang paling penting dalam analisis aliran modern.
Landasan abad keduapuluh bagi hasil-hasil mutakhir sekarang ini di bidang
mekanika fluida diletakkan dalam serangkaian eksperimen dan teori oleh Prandtl
dan dua sainagnnya yang utama, yakni Theodore von Krmn (1881-1963) dan
Sir Geofrey I. Taylor (1886-1975).
Karena bumi ini 75% tertutup oleh air dan 100% tertutup oleh udara,
ruang lingkup mekanika fluida luas sekali dan menyentuh hampir segala segi
kehidupan manusia. Ilmu cuaca, oseanografi fisis, dan hidrologi bersangkutan
dengan aliran-aliran yang terjadi secara alami, seperti juga halnya dengan
penelaahan medis atas pernafasan dan peredaran darah. Segala masalah angkutan
terkait dengan gerak fluida, dengan cabang-cabang khusus yang telah maju dalam
9

aerodinamika pesawat udara dan roket dan dalam hidrodinamika bahari kapal dan
kapal selam.
Hampir seluruh energi elektrik kita dibangkitkan dengan aliran air atau
aliran uap yang memutar turbin. Semua masalah pembakaran melibatkan gerak
fluida, seperti juga masalah-masalah yang lebih sering diacu, seperti pengairan,
pengendalian banjir, penyediaan air, pembuangan limbah, gerak umban atau
propyektil, dan pembangunan jalur pipa minyak dan gas.[1]

2.3 KONSEP FLUIDA


Dari balik kacamata mekanika fluida, semua bahan tampak terdiri atas dua
keadaan saja, yakni fluida dan zat padat. Bagi orang awam pun, perbedaan antara
keduanya sangat nyata. Rasanya menarik jika meminta kepada seorang awam
untuk

menyebutkan perbedaan itu. Secara teknis perbedaannya terletak pada

reaksi kedua zat itu terhadap tegangan geser atau tegangan singgung yang
dialaminya. Zat padat dapat menahan tegangan geser dengan deformasi statik,
sedangkan fluida adalah sebaliknya. Setiap tegangan geser yang dikenakan kepada
fluida, betapapun kecilnya, akan menyebabkan fluida itu bergerak. Fluida itu
bergerak dan berubah bentuk secara terus-menerus selama tegangan tersebut
bekerja. Maka dapat kita katakan bahwa fluida yang diam berada dalam keadaan
tegangan geser nol. Dalam analisis struktur keadaan ini sering disebut kondisi
tegangan berubah menjadi titik, dan tidak ada tegangan geser pada sembarang
bidang irisan dari bagian yang mengalami tegangan tersebut.
Dengan definisi fluida tersebut seperti diatas, setiap orang awam tahu bahwa
ada dua macam fluida, yakni zat cair dan zat gas. Disini pun, perbedaan antara
keduanya bersifat teknis, yaitu berhubungan dengan akibat gaya kohesif. Karena
terdiri atas molekul-molekul tetap rapat dengan gaya kohesif yang relatif kuat, zat
cair cenderung akan mempertahankan volumenya dan akan membentuk
permukaan bebas dalam medan gravitasi, jika tidak tertutup dari atas. Aliran muka
bebas sangat dipengaruhi efek gravitasi, karena jarak antara molekul- molekulnya
besar dan gaya kohesifnya terabaikan, gas akan memuai dengan bebas sampai
tertahan oleh dinding yang mengungkungnya. Volume gas tidak tertentu, dan
10

tanpa wadah yang mengungkungnya gas itu akan membentuk atmosfer yang pada
hakekatnya bersifat hidrostatik. Gas tidak dapat membentuk permukaan bebas.
Karena itu, aliran gas jarang dikaitkan dengan efek gravitasi selain apungan.
Gambar 2.1 memperlihatkan sebuah balok pejal yang terletak diatas bidang
datar yang tegar. Balok itu tertekan oleh beratnya sendiri. Peregangannya ke
keadaan defleksi static, yang ditunjukkan secara berlebihan dengan garis putusputus, menahan geseran tanpa mengalir.
Diagram benda bebas untuk unsur A yang terletak disisi balok itu
menunjukkan adanya geseran tanpa mengalir. Diagram benda bebas untuk unsur
A yang terletak disisi balok itu menunjukkan adanya geseran dalam balok di
sepanjang bidang irisan yang memotongnya melalui A dengan sudut . Karena
balok itu bebas, unsur A tidak mengalami tegangan pada sisi dan sisi kanannya,
sedang sisi atas dan sisi bawahnya mendapat tegangan mampatan

- p.

Lingkaran Mohr tidak tereduksi menjadi titik, dan di dalam balok itu ada tegangan
geser yang tidak nol.
Sebaliknya zat cair dan gas dalam keadaan diam pada gambar 2.1
memerlukan dinding penopang untuk menghilangkan tegangan geser. Dindingdinding itu memberikan tegangan mampatan - p dan mereduksi lingkaran Mohr
menjadi sebuah titik dengan geseran nol dimana-mana, dengan kata lain terjadi
hidrostatik. Zat cair itu mempertahankan volumenya dan membentuk permukaan
bebas didalam bejananya.

11

Gambar 2.1 Zat padat diam dapat menahan geseran. (a) Defleksi statik zat padat;
(b) Keseimbangan dan lingkaran Mohr untuk unsur zat padat A; (c) Membutuhkan
dinding bejana; (d) Keseimbangan dan lingkaran Mohr untuk unsur fluida A.
(Sumber: White.p.3)
Jika dinding bejana itu diambil, timbul geseran dan zat cair itu akan
melampias. Jika bejana itu dimiringkan, timbul pula geseran, terjadilah
gelombang, dan permukaan bebas itu mencari kedudukan mendatar.l kalau perlu
zat cair itu akan meluah, tertuang dari bejana itu melalui bibirnya. Sementara itu,
gas tersebut memuai ke luar dari bejananya, mengisi seluruh ruang yang ada.
Unsur A dalam gas itu juga hidrostatik dan melakukan tegangan mampatan - p
pada dinding-dinding bejananya.
Dalam pembahasan diatas dapat dibedakan jelas mana yang zat padat, zat
cair, dan gas. Sebagian besar masalah mekanika fluida kerekayasaan menggarap
kasus-kasus jelas, yakni yang menyangkut zat-zat cair yang lazim, seperti air,
minyak, air-raksa, bensin, alkohol dan gas-gas yang biasa, seperti udara, helium,
hidrogen dan uap, pada jangkauan suhu dan tekanan yang lazim. Tetapi harus kita
sadari bahwa ada banyak keadaan yang terletak diantara zat padat, zat cair, dan
gas (kasus-kasus antara).

12

Beberapa bahan yang nampaknya padat seperti aspal dan timbal menahan
tegangan geser hanya sebentar, tetapi sebenarnya merenggang perlahan-lahan
serta menunjukkan perilaku zat cair dalam selang waktu yang lama. Dapat pula
zat cair dan gas berada bersama-sama dalam campuran dua fase, seperti campuran
air-uap atau air dengan gelembung-gelembung udara yang terperangkap di
dalamnya. Analisis aliran dua fase seperti itu disajikan dalam buku-buku teks
khusus. Akhirnya, ada situasi dimana perbedaan antara zat cair dan gas menjadi
kabur. Ini terjadi pada suhu dan tekanan diatas apa yang disebut titik kritis suatu
bahan.
Di sini hanya ada fase tunggal saja, yakni fase yang menyerupai gas. Pada
tekanan yang jauh lebih besar daripada tekanan pada titik kritis, bahan yang
menyerupai gas itu menjadi sedemikian rupa kerapatannya sehingga agak
menyerupai zat cair, dan pendekatan termodinamika yang biasa, seperti hukum
gas sempurna, misalnya, menjadi tidak seksama lagi. Suhu dan tekanan kritis air
adalah T c = 126 K dan c = 219 atm, sehingga soal soal yang khusus
menyangkut air dan kukus biasanya di bawah titik kritis. Udara, yang terdiri atas
campuran beberapa gas, tidak memiliki titik kritis tertentu, tetapi nitrogen yang
merupakan komponen utamanya T c = 126 K dan c = 34 atm. Maka soal soal
mengenai udara pada umumnya pada jangkauan suhu yang tinggi dan tekanan
yang rendah sehingga udara berwujud gas.[1]
2.4 KECEPATAN DAN KAPASITAS ALIRAN FLUIDA
Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampang memungkinkan
untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran sehingga
pengukuran kecepatan merupakan fase yang sangat penting dalam menganalisa
suatu aliran fluida. Kecepatan dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran
terhadap waktu yang dibutuhkan suatu partikel yang dikenali untuk bergerak
sepanjang jarak yang telah ditentukan.
Besarnya kecepatan aliran fluida pada suatu pipa mendekati nol pada dinding
pipa dan mencapai maksimum pada tengah-tengah pipa. Kecepatan biasanya
sudah cukup untuk menempatkan kekeliruan yang tidak serius dalam masalah
aliran fluida sehingga penggunaan kecepatan sesungguhnya adalah pada
13

penampang aliran. Bentuk kecepatan yang digunakan pada aliran fluida umumnya
menunjukkan kecepatan yang sebenarnya jika tidak ada keterangan lain yang
disebutkan.[2]

Gambar 2.2 Profil kecepatan pada saluran tertutup[10]

Gambar 2.3 Profil kecepatan pada saluran terbuka[10]

Besarnya kecepatan akan mempengaruhi besarnya fluida yang mengalir


dalam suatu pipa. Jumlah dari aliran fluida mungkin dinyatakan sebagai volume,
berat atau massa fluida dengan masing-masing laju aliran ditunjukkan sebagai laju
aliran volume (m3/s), laju aliran berat (N/s) dan laju aliran massa (kg/s).[2]
Kapasitas aliran (Q) untuk fluida yang incompressible, yaitu[2] :
Q=A.v
Dimana :

(2.1)
Q = laju aliran fluida (m3/s)
A = luas penampang aliran (m2)
v = kecepatan rata-rata aliran fluida (m/s)

14

Laju aliran berat fluida (W)[2] :


W=.A.v
Dimana :

(2.2)
W = laju aliran berat fluida (N/s)
= berat jenis fluida (N/m3)

Laju aliran fluida massa (M)[2] :


M=.A.v
Dimana :

(2.3)
M = laju aliran massa fluida (kg/s)
= massa jenis fluida (kg/m3)

2.5 ENERGI DAN HEAD


Energi pada umumnya didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan
kerja. Kerja merupakan hasil pemanfaatan dari sebuah gaya yang melewati suatu
jarak dan umumnya didefenisikan secara matematika sebagai hasil perkalian dari
gaya dan jarak yang dilewati pada arah gaya yang diterapkan tersebut. Energi dan
kerja dinyatakan dalam satuan N.m (Joule). Setiap fluida yang sedang bergerak
selalu mempunyai energi. Dalam menganalisa masalah aliran fluida yang harus
dipertimbangkan adalah mengenai energi potensial, energi kinetik dan energi
tekanan.[2]
Energi potensial menunjukkan energi yang dimiliki fluida dengan tempat
jatuhnya. Energi potensial (Ep)[2] :
Ep = W . z
Dimana :

(2.4)
W = berat fluida (N)
Z = beda ketinggian (m)

15

Energi kinetik menunjukkan energi yang dimiliki oleh fluida karena


pengaruh kecepatan yang dimilikinya. Energi kinetic[2] :
1
Ek= mv
2
(2.5)
Dimana :

m = massa fluida (kg)


v = kecepatan aliran fluida (m/s)

2.6 PERSAMAAN BERNOULLI


Hukum kekekalan energi menyatakan energi tidak dapat diciptakan dan tidak
dapat dimusnahkan namun dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk lain. Energi
yang ditunjukkan dari persamaan energi total di atas, atau dikenal sebagai head
pada suatu titik dalam aliran steady adalah sama dengan total energi pada titik lain
sepanjang aliran fluida tersebut. Hal ini berlaku selama tidak ada energi yang
ditambahkan ke fluida atau yang diambil dari fluida.[2]
Konsep ini dinyatakan ke dalam bentuk persamaan yang disebut dengan
persamaan Bernoulli[2] :
2

p1 v 1
p v
+ + z1 = 2 + 2 + z2
2g
2g
Dimana :

(2.6)

p1 dan p2 = tekanan pada titik 1 dan 2


v1 dan v2 = kecepatan aliran pada titik 1 dan 2
z1 dan z2 = perbedaan ketinggian antara titik 1 dan 2

= berat jenis fluida

= percepatan gravitasi

16

Persamaan di atas digunakan jika diasumsikan tidak ada kehilangan energi


antara dua titik yang terdapat dalam aliran fluida, namun biasanya beberapa head
losses terjadi diantara dua titik. Jika head losses tidak diperhitungkan maka akan
menjadi masalah dalam penerapannya di lapangan. Jika head losses dinotasikan
dengan hl maka persamaan Bernoulli di atas dapat ditulis menjadi persamaan
baru[2] :
p1 v 12
p2 v 22
+ + z = + + z +hl
2g 1 2g 2

(2.7)

Gambar 2.4 Ilustrasi persamaan Bernoulli


2.7 ALIRAN LAMINAR DAN TURBULEN
Aliran fluida yang mengalir di dalam pipa dapat diklasifikasikan ke dalam dua
tipe aliran yaitu laminar dan turbulen. Aliran dikatakan laminar jika partikelpartikel fluida yang bergerak mengikuti garis lurus yang sejajar pipa dan bergerak
dengan kecepatan sama. Aliran disebut turbulen jika tiap partikel fluida bergerak
mengikuti lintasan sembarang di sepanjang pipa dan hanya gerakan rata-ratanya
saja yang mengikuti sumbu pipa. Dari hasil eksperimen diperoleh bahwa koefisien
17

gesekan untuk pipa silindris merupakan fungsi dari bilangan Reynold (Re). Dalam
menganalisa aliran di dalam saluran tertutup, sangatlah penting untuk mengetahui
tipe aliran yang mengalir dalam pipa tersebut. Untuk itu harus dihitung besarnya
bilangan Reynold dengan mengetahui parameter-parameter yang diketahui
besarnya. Besarnya Reynold (Re), dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan[3] :
=
Dimana :

dv

(2.8)
= massa jenis fluida (kg/m3)
d = diameter dalam pipa (m)
v = kecepatan aliran rata-rata fluida (m/s)
= viskositas dinamik fluida (Pa.s)

Karena viskositas dinamik dibagi dengan massa jenis fluida merupakan


viskositas kinematik (v) maka bilangan Reynold dapat juga dinyatakan[3] :
=

sehingga

Re =

dV
v

(2.9)

Aliran akan laminar jika bilangan Reynold kurang dari 2000 dan akan
turbulen jika bilangan Reynold lebih besar dari 4000. Jika bilangan Reynold
terletak antara 2000 4000 maka disebut aliran transisi.[3]

2.8 DASAR DASAR TEKNIK ANALISIS ALIRAN


Ada tiga cara dasar untuk menggarap soal aliran fluida. Ketiga cara itu sama
pentingnya bagi mahasiswa yang sedang mempelajarinya, dan buku ini berusaha
menyajikan masing masing cara itu secara memadai :
1. Volume kendali atau analisa integral
2. Sistem kecil takhingga atau analisa diferensial
3. Telaah eksperimental atau analisa dimensional
18

Bagaimanapun, aliran itu harus memenuhi ketiga hukum kekekalan dasar


dalam mekanika ditambah hubungan keadaan termodinamika serta syarat-syarat
1.
2.
3.
4.

batas yang bersangkutan :


Kekekalan massa (kontinuitas)
Kekekalan momentum (linear) (hukum Newton kedua)
Kekekalan energi (hukum pertama termodinamika)
Suatu hubungan keadaan seperti = p (p, T)
5. Syarat-syarat batas yang sesuai pada permukaan zat padat, antarmuka, lubang
masuk dan lubang ke luar.
Dalam analisis integral dan analisis diferensial, kelima hubungan ini
modelnya dibuat secara matematika, lalu dipecahkan dengan metode-metode
perhitungan. Dalam penelaahan eksperimental, fluida itu sendiri yang melakukan
tugas ini, tanpa menggunakan matematika. Dengan kata lain, hukum-hukum ini
dianggap hukum dasar dalam fisika, dan tak ada fluida yang diketahui melanggar
hukum-hukum ini.
Volume kendali adalah suatu daerah terbatas yang dipilih dengan secara hatihati oleh penganalisis, dengan batas-batas terbuka dimana massa, momentum dan
energi dapat keluar masuk. Penganalisis membuat neraca perimbangan antara
fluida yang masuk ke dan ke luar dari volume kendali itu serta perubahan yang
diakibatkannya di dalamnya. Hasilnya merupakan alat analisis yang ampuh tetapi
kasar. Dalam analisis volume kendali bisaanya sifat-sifat rinci aliran itu tidak
tampak, atau diabaikan.
Bila hukum-hukum kekekalan ditulis untuk suatu sistem kecil takhingga dari
fluida bergerak, hukum-hukum itu menjadi persamaan diferensial dasar untuk
aliran fluida tersebut. Untuk menerapkan persamaan diferensial itu pada soal
khusus, persamaan diferensial tersebut harus dipecahkan, dan syarat-syarat batas
yang khusus berlaku bagi soal itu harus dipenuhi. Penyelesaian analitik yang
eksak sering hanya mungkin diperoleh untuk geometri dan syarat-syarat batas
yang sangat sederhana. Kalau pemecahan analitik itu tidak dapat diperoleh,
persamaan diferensial itu diselesaikan secara numerik dengan komputer, dengan
kata lain, diintegralkan dengan suatu prosedur penjumlahan untuk sistem ukuran
terhingga, dan hasilnya diharapkan akan mendekati yang sedianya diperoleh
19

dengan kalkulus integral yang eksak. Bahkan analisis komputerpun sering gagal
dalam memberikan simulasi yang tepat, sebab kapasitas memorinya kurang
memadai, atau sulit untuk membuat model struktur aliran yang sangat rumit, yang
merupakan karakteristik bentuk geometri yang tak teratur atau pola aliran
bergolak. Jadi analisis diferensial kadang-kadang kurang memenuhi harapan,
meskipun kita dapat dengan berhasil menelaah sejumlah penyelesaian yang klasik
dan berguna.
Eksperimen yang direncanakan dengan jitu sering sekali merupakan rencana
yang paling baik untuk mempelajari masalah teknik dalam praktek. Misalnya,
sekarang belum ada teori, baik diferensial ataupun integral, baik kalkulus atau
komputer, untuk menghitung dengan teliti gaya samping dan seretan aerodinamik
suatu mobil yang meluncur dijalan bebas-hambatan dengan menembus tiupan
angin. Soal ini harus dipecahkan dengan eksperimen.
Eksperimen dapat berskala penuh, orang dapat menguji mobil dijalan bebashambatan yang sesungguhnya dan dengan angin silang yang sesungguhnya pula.
Untuk itu ada terowongan angin yang cukup besar untuk menampung mobil
dengan ukuran yang sebenarnya, tanpa efek halang yang berarti. Tetapi pada tahap
awal biasanya diuji terlebih dahulu model mobil yang kecil dalam terowongan
angin yang kecil. Kalau tidak ditafsirkan dengan benar, hasil pengujian itu bisa
jelek serta menyesatkan si perancang. Misalnya, model itu mungkin tidak
memiliki beberapa hal kecil yang penting, seperti umpama permukaan atau
tonjolan-tonjolan dibagian bawah. Angin yang dibuat dengan baling-baling
terowongan itu mungkin tidak sekeras dan tidak bergolak seperti angin yang
sesungguhnya. Adalah tugas analisis aliran fluida untuk dan dengan memakai
cara-cara

seperti

analisis

dimensional-merencanakan

eksperimen

yeng

memberikan perkiraan yang teliti untuk hasil skala penuh atau prototipe yang
diharapkan dalam produk akhir.[1]
Meskipun aliran dapat diklasifikasikan, namun tidak ada kesepakan tentang
bagaimana cara melakukan pemilahan itu. Kebanyakan klasifikasi bersangkutan
dengan asumsi-asumsi yang mendasari analisis aliran yang direncanakan. Asumsi-

20

asumsi itu berpasangan, dan pada umumnya kita mengandaikan bahwa suatu
aliran adalah[1]:
Tunak

atau

taktunak

(2.10a)

Encer

atau

kental

(2.10b)

Taktermampatkan

atau

termampatkan

(2.10c)

Gas

atau

zat cair

(2.10d)

Seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.5[3], kita memilih satu asumsi dari
setiap pasangan. Kita bisa mempunyai aliran gas termampatkan yang kental dan
tunak, atau aliran zat cair yang taktermampatkan yang encer ( = 0) dan taktunak.
Walaupun fluida yang benar-benar encer itu tidak ada, pengandaian = 0
memberikan hasil yang memadai dalam banyak analisis. Seringkali asumsiasumsi itu tumpang-tindih: suatu aliran mungkin saja kental pada lapisan batas
yang dekat permukaan zat padat, tetapi secara efektif encer, jauh dari permukaan
tersebut. Bagian yang kental dari aliran itu bisa berlapis, bisa bergolak, atau
merupakan transisi antara aliran berlapis dan bergolak, atau berupa gabungan dari
ketiga jenis aliran kental itu.[3]

Gambar 2.5 Pilihan asumsi untuk melakukan analisa aliran


(Sumber: White, Frank M. 1988. Hal. 37)
Suatu aliran dapat terdiri atas gas dan zat cair dan permukaan bebas
antarmuka, diantara keduanya. Suatu aliran bias termampatkan disatu daerah, dan
mempunyai kerapatan yang hamper konstan didaerah lainnya. Namun, persamaan
(2.10) dan Gambar 2.5 memberikan asumsi-asumsi biner dasar untuk analisis
aliran.[3]

21

2.9 KERUGIAN HEAD (HEAD LOSSES)


A. KERUGIAN HEAD MAYOR
Aliran fluida yang melalui pipa akan selalu mengalami kerugian
head. Hal ini disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara fluida dengan
dinding pipa atau perubahan kecepatan yang dialami oleh aliran fluida.
Kerugian head akibat gesekan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Darcy-Waisbach, yaitu[2] :
L v2
(2.11)
H l=f
D 2g
Dimana :
Hl = kerugian head karena gesekan (m)
f = faktor gesekan
D = diameter dalam pipa (m)
L = panjang pipa (m)
v = kecepatan aliran rata-rata fluida dalam pipa (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/ s2)

Faktor gesekan ( f ) dapat dicari dengan menggunakan diagram


Moody

22

Gambar 2.6 Diagram Moody


Dimana nilai kekasaran untuk beberapa jenis pipa disajikan dalam
tabel 2.1
Tabel 2.1 Nilai kekerasan dinding untuk berbagai pipa komersil
KEKASARAN
BAHAN

Ft

Riveted Steel

0,003 0,03

Concrete

0,001 0,01
0,0006
0,003
0,00085
0,0005
0,0004
0,00015
0,000005
smooth

Wood Stave
Cast Iron
Galvanized Iron
Asphalted Cast Iron
Commercial Steel or Wrought Iron
Drawn Brass or Copper Tubing
Glass and Plastic

m
0,0009
0,009
0,0003
0,003
0,0002
0,009
0,00026
0,00015
0,0001
0,000046
0,0000015
smooth

(Sumber: Munson, Young & Okiishi. Mekanika Fluida, 2003, hal. 44)
Untuk menghitung kerugian head dalam pipa yang relatif sangat
panjang seperti jalur pipa penyalur air minum dapat pula menggunakan
persamaan Hazen Williams, yaitu[3]:
hf =

10,666 Q1,85
L
C1,85 d 4,85

(2.12)
23

Dimana :

hf = kerugian gesekan dalam pipa (m)

Q = laju aliran dalam pipa (m3/s)


L = panjang pipa (m)
C = koefisien kekasaran pipa Hazen Williams
d = diameter dalam pipa (m)
Tabel 2.2 Nilai koefisien kekasatan pipa Hazen-Williams
Extremely smooth and straight pipes

140

New steel or cast iron

130

Wood; concrete

120

New riveted steel; verified

110

Old cast iron

100

Very old and corroded cast iron

80

(Sumber: Sularso & Tahara, Pompa & Kompressor, Bandung, 1983. hal. 30.)
Diagram

Moody

telah

digunakan

untuk

menyelesaikan

permasalahan aliran fluida di dalam pipa dengan menggunakan faktor


gesekan pipa (f) dari rumus Darcy Weisbach. Untuk aliran laminar
dimana bilangan Reynold kurang dari 2000, faktor gesekan dihubungkan
dengan bilangan Reynold, dinyatakan dengan rumus[2]:
f=

64

(2.13)
Untuk aliran turbulen dimana bilangan Reynold lebih besar
dari 4000, maka hubungan antara bilangan Reynold, faktor gesekan dan
kekasaran relatif menjadi lebih kompleks. Faktor gesekan untuk aliran
turbulen dalam pipa didapatkan dari hasil eksperimen, antara lain :
24

1. Untuk daerah complete roughness, yaitu :


1
3,7
=2,0 log

f
d

( )

(2.14)
Dimana:

f = faktor gesekan
= kekasaran (m)

2. Untuk pipa sangat halus seperti glass dan plastik, hubungan


antara bilangan Reynold dan faktor gesekan[2]:

a. Blasius : f =

0,316
0,25

untuk, Re 3000-100000

(2.15)
b. Von Karman :

[ ]

f
1
=2,0 log
f
2,51

untuk Re 3.106

(2.16)
3. Untuk pipa antara kasar dan halus atau dikenal dengan daerah
transisi, yaitu[2] :

Von Karman :

1
d
=2,0 log +1,74
f

(2.17)

Dimana harga f tidak tergantung pada bilangan Reynold.


4. Untuk pipa antara kasar dan halus atau dikenal dengan daerah
transisi, yaitu[2] :

25

Corelbrook White :

1
d 2,51
=2,0 log
+
f
3,7 f

(2.18)

B. KERUGIAN HEAD MINOR


Selain kerugian yang disebabkan oleh gesekan, pada suatu jalur pipa juga
terjadi kerugian karena kelengkapan pipa seperti belokan, siku, sambungan,
katup dan sebagainya yang disebut dengan kerugian kecil (minor losses).
Besarnya kerugian minor akibat adanya kelengkapan pipa, dirumuskan
sebagai[2] :
h L= K

V2
2g

(2.19)
Dimana : K = koefisien kerugian
V = kecepatan aliran fluida dalam pipa.
Kerugian head pada bagian pipa yang panjang dan lurus dapat dihitung
dengan menggunakan faktor gesekan yang diperoleh dari diagram Moody.
Kebanyakan sistem perpipaan bukan hanya terdiri dari sekedar pipa-pipa
lurus saja.
Komponen-komponen tambahan ini (katup, belokan, sambungan T, dan
sejenisnya) memperbesar kerugian head keseluruhan dari sistem. Kerugiankerugian ini secara umum disebut kerugian minor (minor losses), untuk
membedakan bahwa yang disebut kerugian mayor (mayor losses) adalah
bagian besar kerugian sistem yang berkaitan dengan gesekan pada bagian
pipa yang lurus. Untuk kebanyakan kasus hal ini berlaku. Dalam kasus-kasus
lainnya kerugian minor lebih besar dari kerugian mayor[9].
Sistem perpipaan memiliki berbagai macam bagian transisi dimana
diameter pipa berubah dari satu ukuran ke ukuran lainnya. Perubahan serupa
itu dapat terjadi secara mendadak atau agak mulus melalui beberapa jenis
bagian perubahan luas. Yang paling ekstrim melibatkan aliran kedalam

26

sebuah pipa dari sebuah resevoir (sisi masuk) atau keluar dari sebuah pipa ke
dalam sebuah reservoir (sisi Keluar).

Gambar 2.7[1] Kondisi aliran sisi masuk dan koefisien kerugian. (a)Re-entrant,
KL=0,8; (b) Tepi tajam, KL=0,5; (c)Sedikit-dibulatkan, KL=0,2; (d)Dibulatkan
dengan baik, KL=0.04.
(Sumber: Munson. p. 482)
Suatu fluida dapat mengalir dari sebuah reservoir kedalam sebuah pipa
melalui bentuk-bentuk sisi masuk yang berbeda seperti diatas. Nilai-nilai khas
untuk koefisien kerugian pada sisi masuk dengan berbagai bentuk pemulusan
daerah tepian masuk. Dimana suatu pengurangan K L yang signifikan dapat
diperoleh hanya dengan pemulusan sedikit saja.
Suatu kerugian head (kerugian sisi keluar) juga dihasilkan apabila suatu
fluida mengalir dari sebuah pipa kedalam tangki seperti yang ada pada
gambar diatas. Seluruh energi kinetik dari fluida yang keluar (kecepatan V1)
akan hilang melalui efek viskos ketika arus fluida bercampur dengan fluida di
dalam tangki dan kemudian akhirnya diam (V 2=0). Kerugian sisi keluar dari
titik-titik (1) dan (2) oleh karenanya ekivalen dengan satu head kecepatan,
atau KL = 1.
27

Gambar 2.8[1] Kondisi aliran sisi keluar dan koefisien kerugian. (a)Re-entrant,
KL=0,1; (b) Tepi tajam, KL=1,0; (c)Sedikit-dibulatkan, KL=1,0; (d)Dibulatkan
dengan baik, KL=1,0.
(Sumber: Munson. p. 482)
Kerugian-kerugian juga terjadi karena suatu perubahan dari diameter pipa.
Kategori yang paling penting lainnya dari komponen-komponen sistem pipa
adalah fifting pipa yang tersedia secara komersial seperti sambungan siku,
sambungan T, reducer, katup-katup dan saringan.
Nilai KL dari komponen-komponen serupa itu sangat tergantung pada
bilangan Reynold untuk aliran-aliran dengan bilangan Reynold yang besar.
Koefisien kerugian untuk sambungan siku 900 tergantung pada apakah
sambungan-sambungan pipa berulir atau berflensa namun, dalam batas-batas
keakuratan data, tidak tergantung pada diameter pipa, laju aliran atau sifatsifat fluida (efek bilangan Reynolds). Komponen-komponen yang khas ini
dirancang lebih untuk kemudahan manufaktur dan biaya daripada untuk
mengurangi kerugian head yang ditimbulkan.[2]
2.10

PIPA YANG DIHUBUNGKAN SERI

28

Gambar 2.9 Pipa yang dihubungkan seri


(Sumber: White. p. 341)
Jika dua buah pipa atau lebih dihubungkan secara seri maka semua pipa akan
dialiri oleh aliran yang sama. Total kerugian head pada seluruh sistem adalah
jumlah kerugian pada setiap pipa dan perlengkapan pipa, dirumuskan sebagai[8] :
Q0 = Q1 = Q2 = Q3

(2.20a)

Q0 = A1V1 = A2V2 = A3V3

(2.20b)

hl = hl1 + hl2 + hl3

(2.20c)

Persoalan aliran yang menyangkut pipa seri sering dapat diselesaikan dengan
menggunakan pipa ekuivalen, yaitu dengan menggantikan pipa seri dengan
diameter yang berbeda-beda dengan satu pipa ekuivalen tunggal. Dalam hal ini,
pipa tunggal tersebut memiliki kerugian head yang sama dengan sistem yang
digantikannya untuk laju aliran yang spesifik.[4]

2.11

PIPA YANG DIHUBUNGKAN PARALEL


29

Gambar 2.10 Pipa yang dihubungkan paralel


(Sumber: Robert. p. 354)
Jika dua buah pipa atau lebih dihubungkan secara paralel, total laju aliran
sama dengan jumlah laju aliran yang melalui setiap cabang dan rugi head pada
sebuah cabang sama dengan pada yang lain, dirumuskan sebagai[4] :
Q0 = Q1 + Q2 + Q3

(2.21a)

Q0 = A1V1 + A2V2 + A3V3

(2.21b)

hl1 = hl2 = hl3

(2.21c)

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa persentase aliran yang melalui
setiap cabang adalah sama tanpa memperhitungkan kerugian head pada cabang
tersebut.Rugi head pada setiap cabang boleh dianggap sepenuhnya terjadi akibat
gesekan atau akibat katup dan perlengkapan pipa, diekspresikan menurut panjang
pipa atau koefisien losses kali head kecepatan dalam pipa.[2]

30

Anda mungkin juga menyukai