Oleh:
1. MARIA FITRIANA
21060111130065
2. NICO KURNIAWAN
21060111140149
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara hanya dapat dikemudikan secara terarah dan efisien apabila
ada gambaran yang jelas tentang hakikat, tujuan dan susunannya. Dalam
proses
penyusunan
Undang-undang
Dasar
negara
harus
senantiasa
berlandaskan pada suatu konsepsi dasar yang jelas tentang negara dan
tujuannya.
pembentukan
negara beserta
manusia
adalah
sebagai pendukung
kemanusiaan itu terkandung dalam sila kedua: Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab.
Dalam sila ke-dua mengandung nilai yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia sehari-hari. Hal itu karena seorang manusia dalam
melakukan aktifitas sehari-hari tidak lepas dari manusia lain. Sehingga sila kedua tersebut mampu memberikan dasar kepada kita sebagai manusia agar
senantiasa memanusiakan orang lain dalam kehidupan. Selain itu, dalam sila
ke-dua juga terdapat nilai keadilan di mana menuntut kita sebagai manusia
yang tidak dapat lepas dari manusia lainnya harus menghormati, menghargai
dan menjunjung tinggi keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
BAB II
PERMASALAHAN
A. Pelanggaran terhadap Pancasila Sila Ke-dua dalam Era Global
Sila ke-dua Pancasila ini mengandung makna warga Negara Indonesia
mengakui adanya manusia yang bermartabat (bermartabat adalah manusia
yang memiliki kedudukan, dan derajat yang lebih tinggi dan harus
dipertahankan dengan kehidupan yang layak), memperlakukan manusia
secara adil dan beradab di mana manusia memiliki daya cipta, rasa, karsa, niat
dan keinginan sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan.
Namun masih banyak pelanggaran terhadap Sila ke-dua Pancasila ini.
Sebagai salah satu contoh nyata dari pelanggaran yang terjadi di Indonesia
adalah banyaknya kasus korupsi oleh para pejabat tinggi negara. Korupsi
sudah menjadi masalah yang sangat kompleks di negara kita. Dihampir
seluruh lembaga baik itu pemerintahan maupun swasta korupsi sudah sering
terdengar adanya praktek korupsi. Bahkan praktek korupsi baik secara
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan ini dilaksanakan oleh berbagai
kalangan mulai dari atasan bahkan sampai bawahan.
Berbagai media sering menyiarkan masalah korupsi baik media cetak
maupun elektroni. Upaya-upaya untuk pemberantasan korupsi pun sudah
sering dilakukan baik melalui penegakkan aturan, pemberian sanksi bahkan
penerbitan aturan-aturan baru yang kesemuanya dalam rangka memberatas
korupsi namun, sampai saat ini masalah korupsi tetap menjadi hal yang paling
sulit diberantas.
Pendirian lembaga baru seperti halnya KPK (komisi pemberantasan
korupsi) malah sepertinya justru membuka peluang atau wadah bagi
terjadinya korupsi lagi di lembaga tersebut. maka dari itu masalah korupsi
benar-benar menjadi persoalan pelik di negara kita saat ini dan salah satu
upaya yaitu melalui penegakkan hukum secara tegas dan tidak memilih dalam
arti siapapun dia jika melakukan korupsi harus di hukum karena perilaku
tersebut sangat bertentangan dengan apa yang telah di gariskan dalam
pancasila yaitu sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Sebab-sebab Korupsi
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan
jabatan yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi
dengan mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman.
Seorang pejabat dikatakan melakukan tindakan korupsi bila ia menerima
hadiah dari seseorang yang bertujuan mempengaruhinya agar ia mengambil
keputusan yang menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah. Kadangkadang orang yang menawarkan hadiah dalam bentuk alas jasa juga termasuk
dalam korupsi.
Selanjutnya, balas jasa dari pihak ketiga yang diterima atau diminta
oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepada keluarganya atau partainya/
kelompoknya atau orang-orang yang mempunyai hubungan pribadi
dengannya, juga dapat dianggap sebagai korupsi. Dalam keadaan yang
demikian, jelas bahwa ciri yang paling menonjol di dalam korupsi adalah
tingkah laku pejabat yang melanggar azas pemisahan antara kepentingan
pribadi dengan kepentingan masyarakat, pemisaham keuangan pribadi dengan
masyarakat.
Ada beberapa sebab terjadinya praktek korupsi. Singh (1974)
menemukan dalam penelitiannya bahwa penyebab terjadinya korupsi di India
adalah kelemahan moral (41,3%), tekanan ekonomi (23,8%), hambatan
struktur administrasi (17,2%), hambatan struktur sosial (7,08 %).
Sementara itu Merican (1971) menyatakan sebab-sebab terjadinya
korupsi adalah sebagai berikut:
a. Peninggalan pemerintahan kolonial.
b. Kemiskinan dan ketidaksamaan.
c. Gaji yang rendah.
d. Persepsi yang populer.
e. Pengaturan yang bertele-tele.
f. Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.
kultural
dan
struktural,
memberantas
korupsi
adalah
pengadilan sebagai saksi pelapor, saksi, atau saksi ahli, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
asas-asas atau ketentuan yang diatur dalam peraturan perundangundangan yang berlaku dan dengan menaati norma agama dan norma
sosial lainnya;
5. Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan peran serta masyarakat
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi adalah penyalahgunaan wewenang yang ada pada pejabat atau
pegawai demi keuntungan pribadi, keluarga dan teman atau kelompoknya.
Pancasila sesungguhnya merupakan sumber nilai anti korupsi.
Persoalannya arah idiologi kita sekarang seperti di persimpangan jalan. Nilainilai lain yang kita anut menjadikan tindak korupsi merebak kemana-mana.
Korupsi itu terjadi ketika ada pertemuan saat dan kesempatan. Akan tetapi,
karena nilai-nilai kearifan local semakin ditinggalkan, yang ada nilai-nilai
kapitalis, sehingga terdoronglah seseorang untuk bertindak korupsi. Saatnya
pancasila kembali direvitalisasi sebagai dasar filsafat Negara dan menjadi
Prinsip prima bersama-sama norma agama. Sebagai prinsipa prima, maka
nilai-nilai pancasila dan norma-norma agama merupakan dasar untuk seluruh
masyarakat Indonesia berbuat baik.
B. Saran
Upaya peberantasan korupsi tetap harus menjadi nomor wajib sebab
korupsi merupakan akar dari segala masalah yang menyebabkan nama baik
negeri ini terus terpuruk di dunia Internasional. Dan sudah saatnya kita sebagai
warga kembali pada nilai-nilai luhur pancasila dan tidak sebatas pada istilah
saja. Untuk itu Pancasila harus menjadi ruh para penegak hukum dalam upaya
penegakan korupsi.
DAFTAR PUSTAKA
Revida, E. (2003). Korupsi di Indonesia: masalah dan solusinya.
Kaelan (1999). Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan.Yogyakarta: Penerbit
Paradigma
Lubis, Mochtar. 1977. Bunga Rampai Etika Pegawai Negeri. Jakarta. Bhratara.
Karya Aksara.
Saleh, Wantjik. 1978. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia. Jakarta. Penerbit
Ghalia Indonesia.