Disusun Oleh:
Kelompok 4
Woro Dyah Nitasari
(125030500111035)
Ramadani Setyohesti
(125030500111036)
(1250305001110)
(125030500111052)
Kelas B
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Electronic government didefinisikan sebagai upaya pemanfaatan
dan pendayagunaan telematika untuk meningkatkan efisiensi dan costeffective pemerintahan, memberikan berbagai jasa pelayanan kepada
masyarakat secara lebih baik, menyediakan akses informasi kepada publik
secara lebih luas, dan menjadikan penyelenggaraan pemerintahan lebih
bertanggung jawab (accountable) serta transparan kepada masyarakat.
Spektrum implementasi e-gov sangatlah lebar mengingat sedemikian
banyaknya tugas dan tanggung jawab pemerintah sebuah negara yang
berfungsi untuk mengatur masyarakatnya melalui berbagai jenis interaksi
dan transaksi. Pengertian dan penerapan e- gov di sebuah negara tidak
dapat dipisahkan dengankondisi internal baik secara makro maupun mikro
dari negara yang bersangkutan,sehingga pemahamannya sangat ditentukan
oleh sejarah, budaya, pendidikan,pandangan politik, dan kondisi eko visi,
misi dan strategi pembangunan sebuah negara yang sangat unik
mengakibatkan terjadinya beragam pendekatan dan skenario dalam proses
pengembangan bangsa sehingga berpengaruh terhadap penyusunan
prioritas pengembangan bangsa. (Indrajit, 2006) Implementasi e-gov yang
tepat akan secara signifikan memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat
di suatu negara secara khusus, dan masyarakat dunia secara umum. Oleh
karena itu implementasinya di suatu negara tidak dapat ditunda-tunda dan
harus pula dilaksanakan secara serius di bawah suatukepemimpinan dan
kerangka pengembangan yang holistik, yang pada akhirnya akan
memberikan keunggulan kompetitif secara nasional. Terdapat 3 fase
perkembangan e-government, yakni : (1) publish; (2) interact; dan (3)
transact. Fase publish menggunakan ti untuk memperluas akses terhadap
informasi publik fase interact memperluas partisipasi publik dalam
pemerintahan. Fase transact memungkinkan pelayanan publik secara on
line pada fase ini, terjadi interaksi dua arah yang disertai transaksi
meningkatkan
kualitas
pelayanan
kesehatan
kepada
masyarakat.
Salah satu rencana strategis program dalam rencana strategis EHealth Swedia adalah penerapan resep elektronik (E-Prescriptions).
Program ini merupakan program yang mendapat respon positif dari
masyarakt Swedia karena memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam
mendapatkan resep dari layanan kesehatan. Layanan kesehatan berupa
resep elektronik ini juga mendukung pelayanan publik oleh pemerintah
terutama pada sektor kesehatan. Berdasarkan inilah, makalah ini akan
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah,
1. Dapat mengetahui gambaran secara umum tentang E-Prescriptions
yang ada di Swedia, sehingga mampu mendukung pelayanan publik.
2. Dapat mengetahui tentang pelayanan resep yang ada di Indonesia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
BAB III
PEMBAHASAN
A. Penerapan E-Prescriptions di Swedia
Swedia merupakan salah satu negara yang memiliki sistem egovernment terbaik di dunia. Bahkan salah satu hasil survey dari The
United Nations E-government Survey 2008, Swedia menduduki ranking
satu di dunia.
Kesehatan
dan
Sosial
Swedia
berdasarkan
standarisasi
proses
ahli
komputer,
dokter,
dan
apoteker
diberi
tugas
email pertama yang dikirim antara kepala negara pada tahun 1994 dari
Carl Bildt di Swedia dan Bill Clinton di AS.
Pengembangan e-Prescription di Swedia telah meningkat pesat
sejak strategi baru diputuskan pada akhir 1990-an. Strategi ini adalah hasil
dari tindakan strategis yang menentukan dalam National Corporation of
Swedish Pharmacies (Apoteket AB) dalam bekerjasama dengan badanbadan kesehatan yang berbeda regional dan pemain nasional (sumber:
www.publicservice.co.uk, 2015).
Perkembangan sistem e-Prescribing didorong oleh strategi pada
akhir tahun 1990-an tersebut diprioritaskan implementasi dan penyebaran
jaringan serat-optik yang terpisah dari Internet dan dikembangkan untuk
tujuan e-Health. Hal ini memungkinkan pertukaran informasi yang aman
dan dapat diandalkan dari data rahasia, termasuk gambar. Healthcaredigital-network adalah sebuah jaringan broadband yang menghubungkan
semua rumah sakit Swedia, pusat perawatan primer dan banyak layanan
kesehatan lainnya. Dalam versi pertamanya, Healthcare-digital-network
didirikan sebagai jaringan virtual privat (VPN), di dalam bagian internet
Swedia,
dan
disampaikan
oleh
perusahaan
telekomunikasi
Telia
Swedia. Sejak tahun 2003 jaringan telah didasarkan pada VLAN teknologi
dari Song Networks (Song Networks menjadi anak perusahaan dari TMA
pada tahun 2004 dan sekarang disebut TDC Song dan yang mana
merupakan pemilik TDC Sverige) dengan tinggi built-in redundansi, dan
secara teknis terpisah dari Internet. Pemisahan dari Internet berarti
ketersediaan yang lebih baik berkaitan dengan bandwidth.
dengan
berbagi
pengalaman
pembelajaran
dalam
bagi
stekholder,
bermanfaat
untuk
pengembangan
farmasi.
Data lebih bersifat komprehensif untuk setiap proses pembuatan
resep.
Proses dapat diketahui oleh para pengguna yaitu dokter, pasien dan
pihak farmasi.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan melalui
biaya.
Sebanyak 92% dokter di Swedia merasakan bahwa resep elektronik
ini dapat menghemat waktu dibandingkan dengan resep tradisional
yang dikerjakan secara manual. Baik dokter dan apoteker
memperkirakan bahwa mereka bisa menghemat 30 menit sehari
lama.
Menghemat biaya produksi yang dikeluarkan oleh pihak farmasi
karena tidak mengeluarkan biaya cetak dan hanya melalui situs
web.
Resep elektronik memungkinkan untuk berbagi informasi dengan
mitra kesehatan lainnya.
Dalam rangka mencari informasi mengenai manfaat yang dirasakan
4. Assurance (Terjamin)
Hal ini meliputi pengetahuan, perilaku dan kemampuan pegawai
yang berperan sebagai pelaksana pelayanan. Resep elektronik ini
memberikan tiga manfaat utama yang sangat dirasakan oleh
masyarakat. Ketiga poin utama tersebut adalah hemat waktu,
fleksibilitas dan keamanan . Angka fleksibelitas berhasil dicapai
sebesar fleksibilitas telah, 80-85%. Hemat waktu
perlahan-lahan
kesehatan
dan
mendiskusikan
masalah
kualitas,
memenuhi
baik dari masyarakat yang diperoleh dari rasa puas terhadap pelayanan
yang diterima. Hal ini bisa mempengaruhi Pemerintah untuk terus
melakukan upaya yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan.
B. Pelayanan Resep di Indonesia
Layanan resep di Indonesia juga telah menggunakan resep
elektronik (e-Prescriptions). Sistem ini telah dimulai sejak September
2011 pada seluruh Puskesmas di Indonesia. E-Prescription atau resep
elektronik merupakan transmisi elektronik resep obat dari komputer
pembuat obat ke komputer bagian farmasi. Dengan berlakunya resep
elektronik tersebut, maka banyak keuntungan yang dirasakan petugas
kesehatan maupun pasien, antara lain (sumber: www.detikhealth.com,
2015):
Mempercepat pelayanan pasien atau mengurangi waktu tunggu
pasien (efisien),
Menghindari kesalahan menulis dan membaca nama obat dan dosis
obat,
Mencegah kemungkinan terjadinya alergi dan interaksi obat,
Memberikan peringatan terhadap obat-obat tertentu yang bisa
obat,
Mempromosikan pemakaian obat generik,
Menghemat tempat penyimpanan arsip,
Mempermudah analisis penyakit dan pemakaian obat.
Resep elektronik hanyalah bagian kecil dari SIKDA (Sistem
Informasi Kesehatan Daerah) elektronik, yaitu pusat data yang bisa diakses
oleh semua Puskesmas dan rumah sakit yang ada di tingkat kabupaten.
Dengan SIKDA elektronik, semua data administrasi dari seluruh
Puskesmas tidak lagi ditulis secara manual tetapi sudah terkomputerisasi
dan terhubung dengan satu jaringan wireless atau internet yang terpusat di
kabupaten atau dinas kesehatan setempat.
SIKDA sendiri mencakup berbagai pelayanan elektronik, tidak
hanya resep elektronik (e-Prescription), tetapi ada juga e-Archive, e-
deteksi reaksi obat ini semacam alert. Jika ada interaksi dari obat yang
diberikan, sistem secara otomatis akan memberikan pemberitahuan.
Munculnya alert terhadap obat yang diresepkan dokter dimungkinkan
karena sekarang dokter tidak lagi menuliskan resepnya pada secarik kertas,
tetapi langsung mengetikkan data pasien dan pengobatannya ke komputer.
Jadi, ketika dokter memasukkan resep (beberapa jenis obat yang mesti
diberikan kepada si pasien), sistem akan melakukan simulasi obat-obatnya,
apakah ada interaksi obat yang satu dengan yang lain. Jika terjadi interaksi
obat, akan keluar alert berwarna merah yang memberi tahu dokter bahwa
obat A dan obat B, jika diberikan pada waktu bersamaan, bisa
menimbulkan suatu efek kepada pasien.
Pada saat membuat resep, dokter tidak lagi mengetikkan jenis
obatnya, tetapi tinggal memilih jenis dari daftar obat yang tertera,
disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Sebab, selama ini obat untuk
puskesmas sudah relatif sama. Saat ini, ada 236 item obat yang ada di
database Resep Elektronik. Dokter tinggal memilih obat yang akan
diberikan ke pasien, misalnya Paracetamol. Ketika dokter memilih obat
itu, akan langsung keluar indikasinya untuk apa, kontraindikasinya, efek
samping, dan interaksi obat. Setelah obat dipilih, dokter tinggal klik
kirim. Namun sebelum dikirim, jika terjadi interaksi antar-obat yang
diresepkan, sistem akan membuat alert (peringatan), sehingga resep itu
tidak bisa langsung terkirim ke bagian farmasi. Jika terdapat alert dokter
harus mengganti obatnya. Alert ini tidak hanya untuk interaksi obat, tapi
juga bila terjadi duplikasi. Misalnya, pasien mengeluh sakit pusing dan
pegal-pegal, lalu dikasih parasetamol dan antalgin. Kedua obat tersebut
memiliki golongan yang sama: analgetik antipyretic. Jadi, sistem
memberitahukan bahwa terdapat duplikasi. Obat harus diganti sehingga
aman dan dapat segera dikirim ke bagian farmasi.
Aplikasi Resep Elektronik ini bukan hanya bermanfaat bagi
keperluan resep, tetapi juga dapat digunakan untuk membuat laporan.
Laporan di puskesmas cukup banyak dan membutuhkan waktu yang lama,
antara lain laporan keuangan, laporan jenis penyakit dan laporan obat.
otomatis
ter-generate. Agar
tidak
terjadi
penyalahgunaan
wewenang, tidak setiap orang dapat membuka sistem ini. Setiap bagian
memiliki kewenangan terbatas. Bagian pendaftaran hanya bisa membuka
halaman pendaftaran, dokter hanya bisa mengakses halaman rekomendasi
resep obat, bagian farmasi hanya dapat mengakses obat; dan seterusnya.
Dokter sekalipun tidak diberi kewenangan mengakses bagian farmasi,
karena farmasi berhubungan dengan persediaan dan pengeluaran obat. Jika
dokter
bisa
mengakses,
dikhawatirkan
dapat
mengurangi
atau
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelaksanaan eprescriptions di Swedia berjalan dengan baik dan
memberikan manfaat bagi masyarakat (pasien) dan petugas pelaksana di layanan
kesehatan. Hal ini terbukti dari data bahwa sebanyak 95% dari pasien pelanggan
telah memanfaatkan layanan dan ingin menggunakannya lagi. Keuntungan yang
dirasakan pelanggan yang terbesar dengan e- resep adalah fleksibilitas (80%),
hemat waktu (54%) dan keamanan (26%). Faktor keberhasilan lainnya ditekankan
meliputi kehandalan, keamanan dalam sistem dan komitmen dari layanan
kesehatan.
B. Saran
1. Pemerintah Indonesia dapat berupaya untuk terus meningkatkan
kualitas penerapan resep elektronik dengan mengintegrasikan antar
pihak yang terkait dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
baik pemerintah pusat maupun di tingkat daerah.
2. Adanya rencana strategis pengembangan E- Government yang menjadi
acuan bagi mewujudkan pemerintah dalam pemerintahan yang
berbasis elektronik.
DAFTAR PUSTAKA
Bhatnagar, Subhash. 2009. Unloking E-Government Potential: Concepts, Cases,
and Practical Insights. New Delhi: SAGE Publication Indi
Farnham, David dan Sylvia Horton. 1993. Managing the New Public Services.
London: Macmillan.
Lovelock, C and Lauren K Wright. 2005. Management Pemasaran Jasa
(Terjemahan). Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia
Yong, James SL. 2003. E-Governmet in Asia: Enabling Public Service Innovation
in the 21st Century. Singapore: Times Media Private Limited
http://www.webbhotell.sll.se/etjansterlakemedel/E-recept/In-English/
(Diakses
https://alfiblog.files.wordpress.com/2012/12/kumpulan-makalah1.pdf (Diakses
pada, 28 Februari 2015)