Anda di halaman 1dari 22

PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM

BIDANG PELAYANAN KESEHATAN DI NEGARA SWEDIA


Studi Kasus: Penerapan Resep Elektronik (E-Prescription) sebagai
Pendukung Pelayanan Publik di Swedia
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Electronic Government
yang dibina oleh

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Woro Dyah Nitasari

(125030500111035)

Ramadani Setyohesti

(125030500111036)

Uly Lathifatul Fajriyah

(1250305001110)

Muhammad Reza Saputra

(125030500111052)
Kelas B

PRODI ILMU ADMINISTRASI PEMERINTAHAN


JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FEBRUARI 2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Electronic government didefinisikan sebagai upaya pemanfaatan
dan pendayagunaan telematika untuk meningkatkan efisiensi dan costeffective pemerintahan, memberikan berbagai jasa pelayanan kepada
masyarakat secara lebih baik, menyediakan akses informasi kepada publik
secara lebih luas, dan menjadikan penyelenggaraan pemerintahan lebih
bertanggung jawab (accountable) serta transparan kepada masyarakat.
Spektrum implementasi e-gov sangatlah lebar mengingat sedemikian
banyaknya tugas dan tanggung jawab pemerintah sebuah negara yang
berfungsi untuk mengatur masyarakatnya melalui berbagai jenis interaksi
dan transaksi. Pengertian dan penerapan e- gov di sebuah negara tidak
dapat dipisahkan dengankondisi internal baik secara makro maupun mikro
dari negara yang bersangkutan,sehingga pemahamannya sangat ditentukan
oleh sejarah, budaya, pendidikan,pandangan politik, dan kondisi eko visi,
misi dan strategi pembangunan sebuah negara yang sangat unik
mengakibatkan terjadinya beragam pendekatan dan skenario dalam proses
pengembangan bangsa sehingga berpengaruh terhadap penyusunan
prioritas pengembangan bangsa. (Indrajit, 2006) Implementasi e-gov yang
tepat akan secara signifikan memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat
di suatu negara secara khusus, dan masyarakat dunia secara umum. Oleh
karena itu implementasinya di suatu negara tidak dapat ditunda-tunda dan
harus pula dilaksanakan secara serius di bawah suatukepemimpinan dan
kerangka pengembangan yang holistik, yang pada akhirnya akan
memberikan keunggulan kompetitif secara nasional. Terdapat 3 fase
perkembangan e-government, yakni : (1) publish; (2) interact; dan (3)
transact. Fase publish menggunakan ti untuk memperluas akses terhadap
informasi publik fase interact memperluas partisipasi publik dalam
pemerintahan. Fase transact memungkinkan pelayanan publik secara on
line pada fase ini, terjadi interaksi dua arah yang disertai transaksi

(perpindahan uang) dari satu pihak ke pihak lainnya. Melihat


perkembangan tersebut terdapat beberapa negara yang telah menerapkan
e-government secara baik, salah satunya adalah swedia dimana menempati
peringkat ketiga setelah Singapura dan Amerika Serikat. Salah satu EGovernment di Swedia yaitu adanya E-Health. Pelayanan kesehatan yang
berbasis teknologi informasi dan

komunikasi (TIK) membantu

mewujudkan pelayanan kesehatan maupun perawatan kesehatan yang


baik, aman, dan berkualitas. Pihak yang berwenang seperti para petugas
kesehatan akan lebih memiliki waktu yang banyak untuk memperhatikan
pengguna layanan secara lebih fokus dan maksimal serta menyesuaikan
dengan ketentuan-ketentuan di bidang perawatan secara lebih cepat.
Terkait biaya operasional yang dikeluarkan, Pemerintah juga dapat
meminimalisir pengeluaran karena teknologi yang tersedia sehinggan juga
dapat menghemat dana yang dihabiskan sehingga bisa efektif dan efisien.
Manfaat pelayanan kesehatan yang dilakukan dengan basis TIK antara
lain:
1. Masyarakat dapat mengakses dengan cepat pelayanan dan informasi
seputar kesehatan, baik informasi kesehatan yang bersifat umum
maupun pribadi.
2. Masyarakat yang telah berusia lanjut tetap bisa mengakses layanan
secara efisien, aman, dan tidak menyita waktu yang banyak dari
aktivitas sehari-hari.
3. Otoritas dan badan-badan lain yang bertanggung jawab di bidang
kesehatan dan perawatan bisa turut mengakses dan berpartisipasi
untuk

meningkatkan

kualitas

pelayanan

kesehatan

kepada

masyarakat.
Salah satu rencana strategis program dalam rencana strategis EHealth Swedia adalah penerapan resep elektronik (E-Prescriptions).
Program ini merupakan program yang mendapat respon positif dari
masyarakt Swedia karena memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam
mendapatkan resep dari layanan kesehatan. Layanan kesehatan berupa
resep elektronik ini juga mendukung pelayanan publik oleh pemerintah
terutama pada sektor kesehatan. Berdasarkan inilah, makalah ini akan

menjelaskan mengenai penerapan E-Prescriptions di Swedia dalam


mendukung kualitas pelayanan publik di bidang kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang kami
rumuskan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran secara umum tentang E-Prescriptions yang ada
di Swedia, sehingga mampu mendukung pelayanan publik?
2. Bagaimana pelayanan resep yang ada di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah,
1. Untuk mengetahui gambaran secara umum tentang E-Prescriptions
yang ada di Swedia, sehingga mampu mendukung pelayanan publik.
2. Untuk mengetahui tentang pelayanan resep yang ada di Indonesia.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah,
1. Dapat mengetahui gambaran secara umum tentang E-Prescriptions
yang ada di Swedia, sehingga mampu mendukung pelayanan publik.
2. Dapat mengetahui tentang pelayanan resep yang ada di Indonesia.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

BAB III
PEMBAHASAN
A. Penerapan E-Prescriptions di Swedia
Swedia merupakan salah satu negara yang memiliki sistem egovernment terbaik di dunia. Bahkan salah satu hasil survey dari The
United Nations E-government Survey 2008, Swedia menduduki ranking
satu di dunia.

Gambar 2.1. Top 6 Countries in The 2008 e-Government Readiness Index


(Sumber: Jurnal portal-portal e-government terbaik di dunia, oleh asharu sutrisno dan jazi eko
istiyanto. Seminar nasional informatika 2009, UPN veteran Yogyakarta)

Pemerintah Swedia meluncurkan program bernama National


Strategy for e-Health dalam memberikan pelayanan publik yang baik bagi
warga negaranya. E-Health merupakan salah satu agenda utama dalam
program reformasi Pemerintah Swedia sebagai peningkatan pelayanan
bagi masyarakat di bidang kesehatan. Program tersebut dikeluarkan oleh
Pemerintah Swedia pada tahun 2006 dengan melibatkan Dewan Negara
Swedia, Pemerintah Pusat dan Daerah, serta pihak-pihak swasta yang
mempunyai kepentingan. Aplikasi yang dibuat untuk mendukung program
tersebut diantaranya, Electronic Health Records (EHR), e-Prescriptions
(Resep Elektronik) dan National Patient Summary (NPO).
Dalam memberikan layanan e-Health bagi masyarakat Swedia,
Pemerintah Negara Swedia menjalin kerjasama dan koordinasi dengan
pihak-pihak yang bisa membantu dalam memberikan pelayanan. Pihakpihak tersebut antara lain:
1. Ministry of Health and Social Affairs (Kementerian Kesehatan dan
Sosial Swedia)
2. The Swedish Association of Local Authorities and Regions (Asosiasi
Otoritas Lokal dan Daerah Swedia)
3. National Board of Health and Welfare (Dewan Nasional Kesehatan
dan Kesejahteraan)
4. Medical Products Agency (Badan Produksi Medis)
5. National Pharmacy Corporation (Kerjasama Farmasi Nasional)
Adapun pihak lain yang juga turut menjalin kerjasama dan
koordinasi adalah,
1. National organizations for healthcare professionals (Organisasi
nasional untuk para profesional kesehatan)
2. ICT Industry, Pharmaceutical Industry (Industri TIK, Industri
Farmasi)

3. Government Agencies and Legal Inquiries (Instansi Pemerintah dan


Konsultasi Hukum)
4. Private Healthcare Providers (Penyedia Kesehatan Swasta)
5. Research Community (Penelitian Masyarakat)
6. Standardization Bodies (Badan Standardisasi)
Dalam penerapan layanan kesehatan secara elektronik atau digital
ini tentunya membutuhkan sumber daya yang memiliki kompetensi dan
kualitas yang menguasai TIK. Untuk itu, Pemerintah Swedia juga
mengadakan pelatihan dan pengembangan profesional di bidang kesehatan
dan perawatan medis, teknologi dan informatika medis, serta pelatihan
penerapan aplikasi teknologi informasi dalam bidang kesehatan. Pelatihan
difokuskan kepada petugas kesehatan terutama perawat, perawat lansia,
staf di bagian manajemen, pegawai di bagian spesifikasi produk,
pengadaan peralatan barang dan jasa, serta pengembangan dan instalasi
TIK di bidang kesehatan dan keperawatan.
Pelayanan kesehatan yang berbasis TIK tentunya harus selalu
dipantau dan dijaga kualitasnya. Terdapat enam hal yang harus selalu
diperhatikan dalam penerapan program e-Health, yaitu:
1. Penerapan yang sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku
2.
3.
4.
5.
6.

selama penerapan sistem TIK dalam pemberian pelayanan kesehatan;


Menyusun struktur informasi umum;
Menciptakan infrastruktur teknis umum;
Memfasilitasi dan mendukung sistem TIK;
Memfasilitasi akses informasi di seluruh organisasi;
Membuat informasi dan layanan yang mudah diakses oleh warga.
Keenam
poin tersebut telah ditentukan oleh Kementerian

Kesehatan

dan

Sosial

Swedia

berdasarkan

standarisasi

proses

insternasional dan standarisasi kebijakan dari Uni Eropa, sehingga harus


dipatuhi oleh semua badan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

Gambar 2.2. Point of e-Health Sweden


(Sumber: Ministry of Health and Social Affairs, www.ehi.co.uk)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa salah satu


aplikasi dari e-Health adalah e-Prescription. Dalam pandangan epSOS
(European Patients Smart Open Services) e-Prescription (Electronic
Prescription) dipahami sebagai proses transfer elektronik resep oleh
penyedia layanan kesehatan untuk pengambilan obat oleh pasien. EPrescription nasional telah menjadi rutinitas umum di Swedia dari
sebelum tahun 2000. Dimulai pada tahun 1981 dengan sebuah partai kerja
nasional, bekerjasama dengan rumah sakit daerah di Swedia.
Sekelompok

ahli

komputer,

dokter,

dan

apoteker

diberi

tugas

mengeksplorasi potensi yang dimiliki komputer di kantor dokter. Pada


tahun 1983 kolaborasi ini menghasilkan resep elektronik pertama di dunia
yang ditransfer untuk pasien rawat jalan antara sistem komputer di kantor
dokter di sebuah klinik medis dan apotek untuk rawat jalan didekatnya.
Hal ini terjadi pada tahun yang sama dengan email pertama yang ditransfer
ke Swedia, sebuah terobosan besar datang satu dekade kemudian ketika

email pertama yang dikirim antara kepala negara pada tahun 1994 dari
Carl Bildt di Swedia dan Bill Clinton di AS.
Pengembangan e-Prescription di Swedia telah meningkat pesat
sejak strategi baru diputuskan pada akhir 1990-an. Strategi ini adalah hasil
dari tindakan strategis yang menentukan dalam National Corporation of
Swedish Pharmacies (Apoteket AB) dalam bekerjasama dengan badanbadan kesehatan yang berbeda regional dan pemain nasional (sumber:
www.publicservice.co.uk, 2015).
Perkembangan sistem e-Prescribing didorong oleh strategi pada
akhir tahun 1990-an tersebut diprioritaskan implementasi dan penyebaran
jaringan serat-optik yang terpisah dari Internet dan dikembangkan untuk
tujuan e-Health. Hal ini memungkinkan pertukaran informasi yang aman
dan dapat diandalkan dari data rahasia, termasuk gambar. Healthcaredigital-network adalah sebuah jaringan broadband yang menghubungkan
semua rumah sakit Swedia, pusat perawatan primer dan banyak layanan
kesehatan lainnya. Dalam versi pertamanya, Healthcare-digital-network
didirikan sebagai jaringan virtual privat (VPN), di dalam bagian internet
Swedia,

dan

disampaikan

oleh

perusahaan

telekomunikasi

Telia

Swedia. Sejak tahun 2003 jaringan telah didasarkan pada VLAN teknologi
dari Song Networks (Song Networks menjadi anak perusahaan dari TMA
pada tahun 2004 dan sekarang disebut TDC Song dan yang mana
merupakan pemilik TDC Sverige) dengan tinggi built-in redundansi, dan
secara teknis terpisah dari Internet. Pemisahan dari Internet berarti
ketersediaan yang lebih baik berkaitan dengan bandwidth.

Gambar 3.2. e-Prescription Progress in Sweden


(Sumber : E-Health Strategies: Country Brief Sweden, 2010)

Proses penyebaran informasi untuk e-Prescription dalam dunia


kesehatan Swedia telah bergantung pada berbagai persyaratan, yaitu:
Diawali

dengan

berbagi

pengalaman

pembelajaran

dalam

organisasi yang berbeda;


Penetrasi yang tinggi dari catatan kesehatan elektronik pada
perawatan primer;
Penentuan oleh para pemangku kepentingan nasional/ regional
yang kuat dan bertahan lama, dinyatakan sebagai pembagian lokal/
regional tim pengimplementasi;
Kepercayaan dalam penanganan yang aman, dengan virtual
jaringan privat untuk berkomunikasi, dengan identifikasi keamanan
untuk integritas personal;
Pendaftaran nasional yang memungkinkan identifikasi keamanan
dari obat, pembuat resep, apoteker dan resep;
Standardisasi istilah, nomenklatur dan protokol komunikasi;
Rendahnya perincian peraturan, memberikan tanggung jawab yang
tinggi

bagi

stekholder,

bermanfaat

untuk

pengembangan

kewirausahaan teknologi baru;


Undang-undang baru memungkinkan database nasional independen
dari penggantian bentuk, tetapi dengan tingkat transparansi dan
persetujuan pasien yang tinggi;

Tingginya tingkat penetrasi publik untuk pinsel, komputer pribadi


dan internet;
Tingginya tingkat penerimaan publik dan professional
Resep berbasis sistem elektronik ini bersifat efisien dengan
dukungan sistem dan prosedur yang efektif pada kegiatan membuat resep,
memproduksi, hingga mendistribusikan obat-obatan. Hal ini memberikan
manfaat bagi masyarakat di Swedia, khususnya bagi masyarakat yang
ingin memperoleh layanan kesehatan serta memudahkan karyawan yang
juga bertugas di sektor kesehatan. Resep yang menggunakan basis
elektronik atau TIK secara tidak langsung akan meningkatkan kualitas
medis dan manajemen keuangan dalam pengelolaan resep. Resep
elektronik ini berisi rincian dari semua resep yang dikeluarkan oleh
layanan medis dan apotek di Swedia. Tujuannya adalah untuk memastikan
penggunaan obat yang lebih baik melalui perbaikan data pendukung
diagnosa untuk pasien, resep dan apoteker.
Pada proses pembuatan resep, Dokter atau Apoteker akan bekerja
dengan database resep itu sendiri. Resep akan langsung dicatat secara
permanen di database elektronik. Dokter dan Apoteker yang mengeluarkan
dan membuat resep harus melakukan pendaftaran dan membutuhkan
persetujuan pasien. Pasien yang dapat menggunakan resep elektronik
adalah pasien yang telah mendaftar, baik melalui internet maupun apotek.
Resep elektronik memungkinkan pasien untuk memiliki akses ke resep
yang valid pada setiap apotek dengan dengan penyajian identifikasi yang
valid. Pasien juga dapat menyimpan resep mereka dalam repository online
nasional, dengan tidak memerlukan resep yang ditulis diatas kertas dan
dengan pengenalan layanan baru, seperti obat resep mail order. Data
disimpan selama 15 bulan. Data ini berisi informasi tentang nama pasien
dan nomor jaminan sosial, tanggal koleksi obat, nama obat-obatan dan
penjelasannya, serta penjelasan mengenai dosis obat.
Berikut adalah kelebihan yang dihasilkan dari e-prescription
tersebut (sumber: http://www.publicservice.co.uk/, 2015):

Proses pembuatan dan pendistribusian resep menjadi lebih mudah


bagi semua pihak yang berkaitan dan memungkinkan mendapat
reaksi positif dari pengguna obat berupa komentar bagi pihak

farmasi.
Data lebih bersifat komprehensif untuk setiap proses pembuatan

resep.
Proses dapat diketahui oleh para pengguna yaitu dokter, pasien dan

pihak farmasi.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan melalui

pembuatan resep yang disempurnakan.


Resep medis dapat mengalami perubahan dari sistem yang bersifat

tradisional secara manual menuju sistem elektronik secara efisien.


Resep elektronik bisa meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
di Swedia, menjamin keselamatan pasien, meningkatkan efisiensi
dan efektivitas dalam segi biaya. menunjukkan bahwa e-resep
dapat meningkatkan keselamatan, kualitas, efisiensi dan efektivitas

biaya.
Sebanyak 92% dokter di Swedia merasakan bahwa resep elektronik
ini dapat menghemat waktu dibandingkan dengan resep tradisional
yang dikerjakan secara manual. Baik dokter dan apoteker
memperkirakan bahwa mereka bisa menghemat 30 menit sehari

dengan menggunakan e-Prescriptions.


Menghilangkan resiko kehilangan resep dan mengantri terlalu

lama.
Menghemat biaya produksi yang dikeluarkan oleh pihak farmasi
karena tidak mengeluarkan biaya cetak dan hanya melalui situs

web.
Resep elektronik memungkinkan untuk berbagi informasi dengan
mitra kesehatan lainnya.
Dalam rangka mencari informasi mengenai manfaat yang dirasakan

oleh masyarakat terhadap pelaksanaan resep elektronik ini, Pemerintah


Swedia telah melakukan penelitian pada interval waktu yang berbeda,
yaitu pada Januari-Juni 2003, Januari-Juni 2004 dan Januari-Juni 2005.
Hasil menunjukkan sekitar 70% telah merasakan manfaat dari adanya ePrescriptions.

Gambar 3.4 Tingkat Manfaat Oleh Masyarakat Terhadap Resep Elektronik


(Sumber: http://www.webbhotell.sll.se/, 2005)

Dibalik semua kelebihan yang dimiliki oleh pelaksanaan resep


elektronik ini, juga terdapat kekurangan, antara lain:
1. Standar instruksi yang berbeda antara daerah yang satu dengan yang
lain.
2. Membutuhkan jaringan yang kuat dan perangkat internet agar bisa
mengakses informasi.
3. Terjadi kesulitan akses pada jam-jam hari libur karena sebagian besar
masyarakat menggunakan layanan kesehatan pada saat bukan jam
kerja atau di hari libur.
4. Bergantung pada teknologi semata.
5. Kadang-kadang membutuhkan waktu yang lama untuk dapat
mengakses informasi, hal ini disebabkan karena lemahnya jaringan
infrastruktur teknologi dan internet yang tersedia.
6. Membutuhkan kemampuan yang tinggi dalam penggunaan teknologi.
Pelaksanaan resep eletronik ini memberikan banyak manfaat dan
keuntungan bagi pekerja di sektor kesehatan dan terutama bagi masyarakat
di Swedia. Hal ini terkait dengan kualitas dan pemanfaatan pelayanan
publik yang semakin meningkat. Analisis terkait pelayanan publik
dilakukan berdasarkan teori yang sudah dijelaskan sebelumnya menurut
Lovelock (1992).
1. Tangible (Terjangkau)
Pelayanan publik harus bisa dijangkau oleh semua lapisan
masyarakat. Hal ini terkait yang antara lain meliputi kemampuan fisik,
peralatan, personil dan komunikasi material. Adanya resep elektronik

ini bisa dikatakan dapat terjangkau bagi masyarakat Swedia. Sebelum


pelaksanaan, Pemerintah Swedia melakukan survey dan sosialisasi
kepada masyarakat pada tingkat Kecamatan Swedia sehingga
menunjukkan hasil yaitu lebih dari 70% masyarakat mengerti dan
memahami mengenai resep elektronik ini. Hal ini juga terbukti dengan
jumlah lebih dari 2 juta resep elektronik telah dikirim di Swedia.
Sekitar 95% dari pelanggan/pasien di Swedia telah mencoba resep
elektronik dengan mudah dan tetap menggunakannya sampai saat ini
(www.webbhotell.sll.se, 2005).
2. Realiable (Dapat dipercaya)
Hal ini meliputi kemampuan membentuk pelayanan yang
dijanjikan dengan tepat dan dapat dipercaya oleh masyarakat dengan
kualitas pelayanan tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
pada tahun 2005 menggunakan kategori positif, kurang positif, negatif
dan tidak tahu.

Dari segi perawat, sebanyak 88% menanggapi dengan mengatakan


bahwa mereka memberikan respon sangat positif ke layanan resep
elektronik sebelum pelaksanaan dan 93% setelah pelaksanaannya.

Dari staf Apoteker, sebanyak 96% menanggapi dengan reaksi


positif.

Petugas farmasi yang menanggapi kurang positif sebesar 52%.

3. Responsiveness (Dapat dipertanggungjawabkan)


Pemerintah sebagai penyedia pelayanan publik harus memiliki
pertanggungjawaban yang diberikan kepada masyarakat sebagai
wujud jaminan mutu pelayanan yang diberikan. Sebelum diterapkan
secara resmi di Swedia, pelaksanaan resep elektronik ini telah
diajukan uji coba yang melibatkan para pelaksananya sendiri, yaitu
dokter, petugas farmasi dan perawat. Sebesar 88% perawat di Swedia
memberikan respon positif terhadap pelaksanaan resep elektronik
sebelum pelaksanaan resmi, sedangkan reaksi positif pada saat telah
dilaksanakan secara resmi yaitu sebesar 93%. Hal serupa juga
mendapat reaksi positif dari apoteker sebesar 96% baik sebelum dan
sesudah implementasi (www.webbhotell.sll.se, 2005).

4. Assurance (Terjamin)
Hal ini meliputi pengetahuan, perilaku dan kemampuan pegawai
yang berperan sebagai pelaksana pelayanan. Resep elektronik ini
memberikan tiga manfaat utama yang sangat dirasakan oleh
masyarakat. Ketiga poin utama tersebut adalah hemat waktu,
fleksibilitas dan keamanan . Angka fleksibelitas berhasil dicapai
sebesar fleksibilitas telah, 80-85%. Hemat waktu

perlahan-lahan

meningkat dari 35% sampai 45%. Sedangkan dari segi keamanan


mencapai angka 30%. Seorang pasien tidak harus datang ke rumah
sakit atau puskesmas untuk bisa mendapatkan resep. Jika dilihat dari
segi kemampuan petugas pelaksana, Pemerintah Swedia telah
melakukan pelatihan untuk melakukan pembuatan resep secara
elektronik. Tujuan pelatihan ini agar pembuatan resep dapat lebih
efisien dan mendorong kerjasama dengan unit-unit kesehatan lokal,
untuk meningkatkan pemahaman penanganan e-resep.
Sedangkan untuk Analisis instruksi dosis, kualitas dari instruksi
dosis pada label belum pada tingkat yang dapat diterima. Oleh karena itu
telah dilakukan upaya pembuatan standar dosis dalam rangka melakukan
perbaikan dan meningkatkan kualitas. Analisis menunjukkan bahwa
pangsa resep yang disetorkan dengan standar dosis yang tepat sebesar
38%. Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas dari semua resep, salah
satu upaya yang dilakukan adalah mengadakan pertemuan dengan unitunit

kesehatan

dan

mendiskusikan

masalah

kualitas,

memenuhi

persyaratan dari Lkemedelsverket (the Medical Products Agency) untuk


pemahaman mengenai dosis, serta mendorong kesempatan kerjasama
antara unit-unit kesehatan lokal dan apotek. Pasien yang merasa kurang
jelas dengan penjelasan dosis yang diberikan, dapat menghubungi pihak
apoteker dengan mengirim laporan atau email ke alamat yang telah
ditentukan yaitu e-recept@sll.se (Ibid, 2005).
5. Empathy (Empati)
Masyarakat yang telah merasakan pelayanan resep elektronik
mendapat kemudahan atas mendapatkan obat, dan ingin tetap
menggunakan aplikasi ini. Hal ini merupakan empati dan sambutan

baik dari masyarakat yang diperoleh dari rasa puas terhadap pelayanan
yang diterima. Hal ini bisa mempengaruhi Pemerintah untuk terus
melakukan upaya yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan.
B. Pelayanan Resep di Indonesia
Layanan resep di Indonesia juga telah menggunakan resep
elektronik (e-Prescriptions). Sistem ini telah dimulai sejak September
2011 pada seluruh Puskesmas di Indonesia. E-Prescription atau resep
elektronik merupakan transmisi elektronik resep obat dari komputer
pembuat obat ke komputer bagian farmasi. Dengan berlakunya resep
elektronik tersebut, maka banyak keuntungan yang dirasakan petugas
kesehatan maupun pasien, antara lain (sumber: www.detikhealth.com,
2015):
Mempercepat pelayanan pasien atau mengurangi waktu tunggu

pasien (efisien),
Menghindari kesalahan menulis dan membaca nama obat dan dosis

obat,
Mencegah kemungkinan terjadinya alergi dan interaksi obat,
Memberikan peringatan terhadap obat-obat tertentu yang bisa

menimbulkan reaksi merugikan,


Mempermudah pemantauan ketersediaan (stok) dan kebutuhan

obat,
Mempromosikan pemakaian obat generik,
Menghemat tempat penyimpanan arsip,
Mempermudah analisis penyakit dan pemakaian obat.
Resep elektronik hanyalah bagian kecil dari SIKDA (Sistem

Informasi Kesehatan Daerah) elektronik, yaitu pusat data yang bisa diakses
oleh semua Puskesmas dan rumah sakit yang ada di tingkat kabupaten.
Dengan SIKDA elektronik, semua data administrasi dari seluruh
Puskesmas tidak lagi ditulis secara manual tetapi sudah terkomputerisasi
dan terhubung dengan satu jaringan wireless atau internet yang terpusat di
kabupaten atau dinas kesehatan setempat.
SIKDA sendiri mencakup berbagai pelayanan elektronik, tidak
hanya resep elektronik (e-Prescription), tetapi ada juga e-Archive, e-

Radiologi, e-Laboratorium dan lain-lain. SIKDA secara keseluruhan juga


memiliki manfaat, yaitu waktu tunggu pasien berkurang, mengurangi
medical error, pelayanan kesehatan lebih efektif dan efisien, mengurangi
beban administrasi petugas kesehatan sehingga lebih banyak waktu untuk
pasien, pembuat keputusan mempunyai informasi yang tepat dan cepat.
Penerapan resep elektronik dan Sistem Informasi Kesehatan
Daerah (SIKDA) akan sangat memudahkan para petugas di Puskesmas.
Namun penerapan di Indonesia masih sedikit tersendat oleh beberapa
kendala. Kendala yang sering terjadi adalah apabila wilayah sekitar
Puskesmas mengalami pemadaman listrik. Sistem pencatatan yang
seharusnya serba otomatis harus kembali dilakukan secara manual saat
mendadak terjadi pemadaman listrik. Bahkan bisa jadi malah lebih repot,
karena begitu listrik menyala data-data manual tadi harus dimasukkan lagi
ke komputer (sumber: www.detikhealth.com, 2015). Hal ini sangat
menganggu karena petugas Puskesmas harus melakukan entry data ulang
sehingga kembali memakan waktu dan menganggu pelayanan lain yang
ada di Puskesmas tersebut. Kendala lain yang juga masih menghambat
adalah keterbatasan dana untuk menambah komputer serta keterbatasan
SDM yang mampu mengoperasikan komputer dan internet. Bukan hanya
pada saat listrik padam, namun masalah kapasitas listrik yang kecil
sehingga tidak mampu mendukung proyek komputerisasi dan proses kerja
Puskesmas secara keseluruhan.
Resep elektronik di Indonesia ini dilengkapi sejumlah fitur
pendukung, antara lain fitur pembuatan kartu pasien, pencarian pasien,
rekam medis, pembuatan resep (baik racikan maupun non-racikan),
kalkulator dan tes interaksi obat. Kalkulator dalam sistem ini sebenarnya
hanya fitur penghitungan sederhana, khususnya untuk menghitung dosis
obat, terutama dosis untuk anak kecil. Sementara fitur tes interaksi obat
untuk menghindari obat-obatan yang kontradiktif dan memiliki efek
samping. Dengan adanya fitur tes interaksi obat, duplikasi obat yang
diresepkan dokter bisa terdeteksi sehingga kesalahan pemberian resep oleh
dokter bisa terdeteksi lebih awal sebelum dikonsumsi pasien. Jadi, fitur

deteksi reaksi obat ini semacam alert. Jika ada interaksi dari obat yang
diberikan, sistem secara otomatis akan memberikan pemberitahuan.
Munculnya alert terhadap obat yang diresepkan dokter dimungkinkan
karena sekarang dokter tidak lagi menuliskan resepnya pada secarik kertas,
tetapi langsung mengetikkan data pasien dan pengobatannya ke komputer.
Jadi, ketika dokter memasukkan resep (beberapa jenis obat yang mesti
diberikan kepada si pasien), sistem akan melakukan simulasi obat-obatnya,
apakah ada interaksi obat yang satu dengan yang lain. Jika terjadi interaksi
obat, akan keluar alert berwarna merah yang memberi tahu dokter bahwa
obat A dan obat B, jika diberikan pada waktu bersamaan, bisa
menimbulkan suatu efek kepada pasien.
Pada saat membuat resep, dokter tidak lagi mengetikkan jenis
obatnya, tetapi tinggal memilih jenis dari daftar obat yang tertera,
disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Sebab, selama ini obat untuk
puskesmas sudah relatif sama. Saat ini, ada 236 item obat yang ada di
database Resep Elektronik. Dokter tinggal memilih obat yang akan
diberikan ke pasien, misalnya Paracetamol. Ketika dokter memilih obat
itu, akan langsung keluar indikasinya untuk apa, kontraindikasinya, efek
samping, dan interaksi obat. Setelah obat dipilih, dokter tinggal klik
kirim. Namun sebelum dikirim, jika terjadi interaksi antar-obat yang
diresepkan, sistem akan membuat alert (peringatan), sehingga resep itu
tidak bisa langsung terkirim ke bagian farmasi. Jika terdapat alert dokter
harus mengganti obatnya. Alert ini tidak hanya untuk interaksi obat, tapi
juga bila terjadi duplikasi. Misalnya, pasien mengeluh sakit pusing dan
pegal-pegal, lalu dikasih parasetamol dan antalgin. Kedua obat tersebut
memiliki golongan yang sama: analgetik antipyretic. Jadi, sistem
memberitahukan bahwa terdapat duplikasi. Obat harus diganti sehingga
aman dan dapat segera dikirim ke bagian farmasi.
Aplikasi Resep Elektronik ini bukan hanya bermanfaat bagi
keperluan resep, tetapi juga dapat digunakan untuk membuat laporan.
Laporan di puskesmas cukup banyak dan membutuhkan waktu yang lama,
antara lain laporan keuangan, laporan jenis penyakit dan laporan obat.

Laporan itu dibuat untuk dikirim ke Dinas Kesehatan.. Dengan adanya


sistem ini, laporan keuangan, laporan obat dan laporan penyakit bisa
secara

otomatis

ter-generate. Agar

tidak

terjadi

penyalahgunaan

wewenang, tidak setiap orang dapat membuka sistem ini. Setiap bagian
memiliki kewenangan terbatas. Bagian pendaftaran hanya bisa membuka
halaman pendaftaran, dokter hanya bisa mengakses halaman rekomendasi
resep obat, bagian farmasi hanya dapat mengakses obat; dan seterusnya.
Dokter sekalipun tidak diberi kewenangan mengakses bagian farmasi,
karena farmasi berhubungan dengan persediaan dan pengeluaran obat. Jika
dokter

bisa

mengakses,

dikhawatirkan

dapat

mengurangi

atau

menambahkan stok obat tanpa sepengetahuan pengelola farmasi


(www.swa.co.id, 2015).

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelaksanaan eprescriptions di Swedia berjalan dengan baik dan
memberikan manfaat bagi masyarakat (pasien) dan petugas pelaksana di layanan
kesehatan. Hal ini terbukti dari data bahwa sebanyak 95% dari pasien pelanggan
telah memanfaatkan layanan dan ingin menggunakannya lagi. Keuntungan yang
dirasakan pelanggan yang terbesar dengan e- resep adalah fleksibilitas (80%),
hemat waktu (54%) dan keamanan (26%). Faktor keberhasilan lainnya ditekankan
meliputi kehandalan, keamanan dalam sistem dan komitmen dari layanan
kesehatan.
B. Saran
1. Pemerintah Indonesia dapat berupaya untuk terus meningkatkan
kualitas penerapan resep elektronik dengan mengintegrasikan antar
pihak yang terkait dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
baik pemerintah pusat maupun di tingkat daerah.
2. Adanya rencana strategis pengembangan E- Government yang menjadi
acuan bagi mewujudkan pemerintah dalam pemerintahan yang
berbasis elektronik.

3. Pemerintah bisa meningkatkan kapasitas infrastruktur jaringan


komputerisasi dan internet untuk menunjang pelaksanaan resep
elektronik
4. Pemerintah bisa menyediakan portal yang mengintegrasikan secara
nasional mengenai aplikasi resep elektronik agar dapat menyebarkan
standard dan informasi secara merata ke seluruh Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
Bhatnagar, Subhash. 2009. Unloking E-Government Potential: Concepts, Cases,
and Practical Insights. New Delhi: SAGE Publication Indi
Farnham, David dan Sylvia Horton. 1993. Managing the New Public Services.
London: Macmillan.
Lovelock, C and Lauren K Wright. 2005. Management Pemasaran Jasa
(Terjemahan). Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia
Yong, James SL. 2003. E-Governmet in Asia: Enabling Public Service Innovation
in the 21st Century. Singapore: Times Media Private Limited
http://www.webbhotell.sll.se/etjansterlakemedel/E-recept/In-English/

(Diakses

pada, 27 Februari 2015)


http://www.detikhealth.com/read/2011/07/01/170217/1672763/763/september2011-puskesmas-sudah-bisa-pakai-resep-elektronik (Diakes pada, 27 Februari
2015)
http://www.detikhealth.com/read/2011/10/20/121706/1748540/763/pelaksanaanresep-elektronik-di-puskesmas-vs-mati-listrik (Diakses pada, 28 Februari 2015)
http://www.who.int/goe/en/ (Diakses pada 28 Februari 2015)
http://www.batan.go.id/sjk/eII2006/Page05/P05k.pdf (Diakses pada, 28 Februari
2015)
http://beta.bappenas.go.id/files/2613/5022/6039/pentingnya-revitalisasi-egovernment-di-indonesia-oleh--eddy-satriya__20081123135217__34.pdf
(Diakses pada, 28 Februari 2015)

https://alfiblog.files.wordpress.com/2012/12/kumpulan-makalah1.pdf (Diakses
pada, 28 Februari 2015)

Anda mungkin juga menyukai