NIM
: 1250
MATA KULIAH
1.a..
Menurut Saya, SKPD sebagai kuasa pengguna anggaran tidak dibenarkan untuk
melakukan belanja yang melebihi jumlah anggaran yang ditetapkan. Hal ini tidak
dibenarkan karena RKA-SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan kerangka
pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran
berdasarkan prestasi kerja. Pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah
dilaksanakan dengan menyusun prakiraan maju. Prakiraan maju tersebut berisi perkiraan
kebutuhan anggaran untuk program dan kegiatan yang direncanakan dalam tahun
anggaran berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan. Pendekatan penganggaran
terpadu dilakukan dengan memadukan seluruh proses perencanaan dan penganggaran
pendapatan, belanja, dan pembiayaan di lingkungan SKPD untuk menghasilkan dokumen
rencana kerja dan anggaran. Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja
dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran yang
diharapkan dari kegiatan dan hasil serta manfaat yang diharapkan termasuk efisiensi
dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Untuk terlaksananya penyusunan RKASKPD berdasarkan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah,
penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasi kerja, dan terciptanya
kesinambungan RKA-SKPD, kepala SKPD mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan
kegiatan 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya sampai dengan semester pertama tahun
anggaran berjalan. Evaluasi tersebut bertujuan menilai program dan kegiatan yang belum
dapat dilaksanakan dan/atau belum diselesaikan tahun-tahun sebelumnya untuk
dilaksanakan dan/atau diselesaikan pada tahun yang direncanakan atau 1 (satu) tahun
berikutnya dari tahun yang direncanakan. Dalam hal suatu program dan kegiatan
merupakan tahun terakhir untuk pencapaian prestasi kerja yang ditetapkan, kebutuhan
dananya harus dianggarkan pada tahun yang direncanakan. Jadi tidak seharusnya
pemerintah melakukan belanja dan melebihi jumlah anggaran yang ditetapkan.
b.
Tertib, bahwa program/kegiatan dan anggarannya dikelola secara tepat waktu dan
tepat guna.
Taat pada peraturan perundang-undangan, bahwa pengelola program/kegiatan dan
anggarannya harus selalu berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Efektif, bahwa setiap pengelola program/kegiatan, selalu mengupayakan pencapaian
hasil program dan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan
seseorang
untuk
c.
Proses pengadaan barang dan jasa daerah, menurut Perpres No.70 tahun 2012
kepada penyedia barang / pekerjaan konstruksi / Jasa lainnya. Dengan penekanan bahwa
PA/KPA dilarang menggunakan metode pengadaan langsung sebagai alasan untuk
memecah paket pengadaan menjadi beberapa paket dengan maksud untuk menghindari
pelelangan.
Pada pasal 55, tanda bukti perjanjian terdiri dari :
1. Bukti Pembelian ; digunakan untuk pengadaan barang/jasa yang nilainya sampai
dengan Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah);
2. Kuitansi ; digunakan untuk pengadaan barang/jasa yang nilainya sampai dengan
Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah);
3.
4.
rupiah);
Surat Perjanjian ; untuk pengadaan Barang/jasa dengan metode Pelelangan dan
Seleksi.
Sehingga tanda bukti perjanjian (a), (b) dan (c) diperuntukkan untuk pengadaan
langsung sedangkan (d) untuk Pelelangan dan Seleksi. Pengadaan langsung tanpa melalui
proses Prakualifikasi (kecuali Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi), tetapi diawali
dengan proses pengamatan untuk memperoleh keyakinan bahwa calon Penyedia
Barang/Jasa memiliki kemampuan usaha dan kompetensi teknis, dan dilanjutkan dengan
survey harga kepada dan paling sedikit 2 (dua) sumber.
Pemilihan penyedia Barang/ pekerjaan konstruksi/Jasa lainnya dengan metode
pengadaan langsung dilakukan dengan cara :
HPS pengadaan langsung hanya untuk yang menggunakan Kuitansi dan SPK,
Pembelian/Pembayaran langsung tanpa penetapan HPS oleh PPK.Penunjukan dan
Penetapan Pejabat Pengadaan tidak dibatasi oleh tahun anggaran, sehingga Pejabat
pengadaan dapat melaksanakan proses pengadaan tahun berikutnya, sampai ditetapkan
pejabat pengadaan yang baru.
Meskipun proses pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan oleh pejabat
pengadaan sebagaimana diatur dalam Perpres 70 tahun 2012 sangat sederhana tetapi
tanggungjawab Pejabat pengadaan demikian besar dan beresiko, sehingga integritas dan
profesionalisme pejabat pengadaan patut mendapat perhatian serius, khususnya upaya
peningkatan kompetensi teknis dan kemampuan profesi, karena bila akumulasi
pengadaan Barang/Jasa melalui pengadaan langsung secara nasional dihitung boleh jadi
lebih tinggi dan lebih banyak daripada yang dilakukan oleh Pokja ULP.
2.a.
Tujuan pengawasan DPRD terhadap APBD adalah Dalam rangka pelaksanaan pekarjaan
dan untuk mencapai tujuan dari pemerintah yang telah direncanakan maka perlu ada
pengawasan, karena dengan pengawasan tersebut, maka tujuan yang akan dicapai dapat
dilihat dengan berpedoman rencana yang telah ditetapkan terlebih dahulu oleh
pemerintah.
Dengan demikian pengawasan itu sangat penting dalam melaksanakan pekerjaan dan
tugas pemerintahan, sehingga pengawasan diadakan dengan maksud untuk:
Macam-macam pengawasan
Dalam hal pengawasan dapat diklasifikasikan macam-macam pengawasan
berdasarkan berbagai hal, yaitu:
a. Pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung
3.
Keuangan
informasi dari Pemerintah Daerah selaku entitas pelaporan keuangan daerah diwajibkan
menyampaikan laporan pertanggungjawab berupa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD). LKPD terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan
Catatan atas Laporan Keuangan. LKPD disusun oleh Kepala SKPKD selaku PPKD pada
setiap
tahun
untuk
disampaikan
kepada
Kepala
Daerah
dalam
rangka
dari proses audit BPK memberikan pendapat/opini kewajaran informasi keuangan yang
disajikan dalam Laporan Keuangan Daerah. Opini merupakan pernyataan profesional
sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria:
Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP);
Kecukupan pengungkapan;
Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan; dan
Efektivitas Sistem Pengendalian Intern (SPI).
Pemeriksaan Laporan Keuangan yang dilaksanakan oleh BPK berpedoman pada
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan dalam Peraturan BPK
Nomor 1 Tahun 2007. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas laporan keuangan
mengungkapkan bahwa pemeriksaan telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material
terhadap penyajian laporan keuangan. Sedangkan laporan atas pengendalian intern
mengungkapkan kelemahan dalam pengendalian atas pelaporan keuangan yang dianggap
sebagai kondisi yang dapat dilaporkan. BPK dalam melakukan pemeriksaan keuangan
memberikan pendapat/opini atas kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam
laporan keuangan, disertai dengan LHP atas SPI, dan LHP atas kepatuhan terhadap
ketentuan perundang-undangan.
4. PENDAPATAN ASLI DAERAH
Sedangkan pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari sumbersumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintahan daerah. Pada uraian
terdahulu berdasarkan UU nomor 22 tahun 1999 pasal 79 disebutkan bahwa pendapatan
asli daerah terdiri dari :
a. Hasil pajak daerah
b. Hasil retribusi daerah
c. Hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan milik daerah yang
dipisahkan dan
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
A. Pajak Daerah
Menurut Kaho pajak daerah adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada
kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk Public
Investment. Pajak daerah adalah punguttan daerah menurut peraturan yang ditetapakan
sebagai badan hukum publik dalam rangka membeiayai rumah tangganya. Denga kata
lain pajak daerah adalah : pajak yang wewenang pungutannya ada pada daerah dan
pembangunan daerah hal ini dikemukakan oleh Yasin. Selain itu Davey mengemukakan
pendapatnya tentang pajak daerah yaitu
1. Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah sendiri
2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional tapi pendapatan tarifnya
dilakukan oleh Pemda.
3. Pajak yang dipungut atau ditetapkan oleh Pemda.
4. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat tetapi
pungutannya kepada, dibagi hasilkan dengan atau dibebani pungutan tambahan
(opsen) oleh Pemda.Menurut Undang-Undang nomor 18 tahun 1997 disebutkan
bahwa pajak daerah adalah, yang selanjutnya disebut pajak, yaitu iuran wajib
yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku,
yang
digunakan
untuk
membiayai
kenderaan bermotor 10 %, Pajak bahan bakar kenderaan bermotor 5 %, Pajak hotel dan
restoran 10 %, Pajak hiburan 35 %, Pajak reklame 25 %, Pajak penerangan jalan 10 %,
Pajak pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C, Pajak pemanfaatan air
bawah tanah dan air permukaan 20 %
Tarif pajak untuk daerah Tingkat I diatur dengan peraturan pemerintah dan
penetepannya seragam diseluruh Indonesia. Sedang untuk daerah Tingkat II, selanjutnya
ditetapkan oleh peraturan daerah masing-masing dan peraturan daerah tentang pajak tidak
dapat berlaku surut. Memperhatikan sumber pendapatan asli daerah sebagaimana tersebut
diatas, terlihat sangat bervariasi.
B. Retribusi Daerah
Rochmat Sumitra mengatakan bahwa retribusi adalah pembayaran kepada negara
yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa negara, artinya retribusi
daerah sebagai pembayaran atas pemakain jasa atau kerena mendapat pekerjaan usaha
atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu setiap pungutan yang dilakukan
oleh pemerintah daerah senantiasa berdasarkan prestasi dan jasa yang diberikan kepada
masyarakat, sehingga keluasaan retribusi daerah terletak pada yang dapat dinikmati oleh
masyarakat. Jadi retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa layanan yang diberikan
pemerintah kepada yang membutuhkan. Pembayaran retribusi oleh masyarakat menurut
Davey adalah :
1. Dasar untuk mengenakan retribusi biasanya harus didasarkan pada total cost dari pada
pelayanan-pelayanan yang disediakan
2. Dalam beberapa hal retribusi biasanya harus didasarkan pada kesinambungan harga jasa
suatu pelayanan, yaitu atas dasar mencari keuntungan.
Disamping itu menurut Kaho, ada beberapa ciri-ciri retribusi yaitu:
1.
2.
3.
4.
Retribusi yang dikenakan kepada setiap orang / badan yang menggunakan / mengenyam
jasa-jasa yang disediakan oleh negara.
Sedangkan jenis-jenis retribusi yang diserahkan kepada daerah Tingkat II menurut
Kaho berikut inI Uang leges, Biaya jalan / jembatan / tol, Biaya pangkalan, Biaya
penambangan, Biaya potong hewan, Uang muka sewa tanah / bangunan, Uang sempadan
dan izin bangunan, Uang pemakaian tanah milik daerah, Biaya penguburan, Biaya
pengerukan wc, Retribusi pelelangan uang, Izin perusahaan industri kecil, Retribusi
pengujian kenderaan bermotor, Retribusi jembatan timbang, Retribusi stasiun dan taksi,
Balai pengobatan, Retribusi reklame, Sewa pesanggrahan, Pengeluaran hasil pertanian,
hutan dan laut, Biaya pemeriksaan susu dan lainnya, Retribusi tempat rekreasi
Dari uraian diatas dapat kita lihat pengelompokan retribusi yang meliputi :
1.
Retribusi jasa umum, yaitu : retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan
oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan umum serta dapat dinikmati
2.
khususnya
dan
pembangunan
kebutuhan
rakyat
dengan
2004, Dana Bagi Hasil yang berasal dari sumber daya alam terdiri dari 1)
kehutanan, 2) pertambangan umum, 3) perikanan, 4) pertambangan minyak
bumi, 5) pertambangan gas bumi, 6) pertambangan panas bumi .
2. Dana Alokasi Umum
Menurut Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah (2005:108) Dana Alokasi
Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasiDana
Alokasi Umum merupakan komponen terbesar dalam dana perimbangan dan
peranannya sangat strategis dalam menciptakan pemerataan dan keadilan antar
daerah. Sony Yuwono, Dwi Cahyono Utomo, Suheiry Zein, dan Azrafiany
A.R (2008) Dana Alokasi Umum digunakan untuk mengurangi ketimpangan
dalam kebutuhan pembiayaan dan penguasaan pajak antara pusat dan daerah,
proporsi yang diberikan kepada daerah minimal sebesar 26% (dua puluh enam
persen) dari penerimaan dalam negeri neto. Sedangkan H.A.W Wijaya (2007)
mengungkapkan bahwa dana alokasi umum menekankan aspek pemerataan
dan keadilan dimana formula dan perhitungannya ditentukan oleh undangundang.
3. Dana Alokasi Khusus
Menurut Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah (2005:107) Dana Alokasi
Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional. Sesuai dengan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
kegiatan khusus yang dimaksud adalah
Kegiatan dengan kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan
rumus alokasi umum, dalam pengertian kebutuhan suatu daerah tidak
sama dengan kebutuhan daerah lain, misalnya kebutuhan di kawasan
transmigrasi, kebutuhan beberapa jenis investasi / prasarana baru,