Anda di halaman 1dari 3

c.

Interpretasi hasil test


Hal yang paling mengandung kemungkinan penyalahgunaan tes adalah
penginterpretasian hasil tes secara salah. Karena itu maka interpretasi hasil tes harus diikuti
tanggung jawab profesional. Bila hasil tes diinterpretasi secara tidak patut, dalam jangka
panjang akan dapat membahayakan kehidupan peserta tes.
d. Penggunaan tes
Tes hasil belajar haruslah digunakan secara patut. Bila tes hasil belajar tertentu
merupakan tes baku, maka tes tersebut harus digunakan dibawah ketentuan yang berlaku bagi
pelaksanakan tes baku tersebut. Tak ada tes baku yang boleh digunakan di luar prosedur yang
ditetapkan oleh tes itu sendiri.
Di smaping beberapa butir seperti yang diuraikan di atas, ada beberapa petunjuk
praktis yang hendaknya ditaati dosen dalam tes:
a.

b.

c.
d.

e.

f.

g.
h.
i.
j.

14

Pelaksanakan tes hendaknya diberi tahu terlebih dahulu kepada peserta tes. Hanya karena
pertimbangan tertentu, yang sangat penting, yang dapat membenarkan dosen tidak
memberi tahu terlebih dahulu kepada peserta tes tentang yang akan dilaksanakan. Bahjan
kisi-kisi tes sebaiknya diberi tahu kepada peserta tes sebelum melakukan tes.
Sebaiknya dosen menjelaskan cara menjawab yang dituntut dalam suatu tes. Petunjuk
menjawab tes bukanlah sesuatu yang harus dirahasiakan. Petunjuk yang bersifat
menjebak harus dihindari.
Sebaiknya dosen justru memotivasi peserta tes mengerjakan tesnya secara baik. Jangan
sampai seorang dosen justru menakut-nakuti mahasiswa dengan tes.
Bila dosen menggunakan tes baku, maka hendaknya dosen tersebut bertanggung jawab
penuh terhadap keamanan tes tersebut. Tidak ada tes yang boleh digunakan dalam
latihan.
Seorang dosen dapat menggunakan hasil tes untuk mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan peserta tes, asalkan hal tersebut tetap menjadi rahasia peserta tes, asalkan hal
tersebut dan pendidik yang bersangkutan.
Dosen hendaknya menghindari diri dari keterlibatan dalam bimbingan tes yang dapat
diperkirakan akan mengganggu proses belajar mahasiswa. Hal ini menjadi penting bila
dosen yang bersangkutan justru terlibat dalam penyusunan butir tes yang digunakan.
Adalah tidak etis bila seorang dosen mengembangkan butir soal atau perangkat soal yang
paralel dengan suatu tes baku dengan maksud untuk digunakan dalam bimbingan tes.
Adalah tidak etis untuk mendiskriminasikan mahasiswa tertentu atau kelompok tertentu
yang boleh mengikuti suatu tes atau melarang mengikuti tes.
Adalah tidak etis untuk memperpanjang waktu atau menyingkat waktu dari yang
ditentukan oleh petunjuk tes.
Dosen tidak boleh meningkatkan ras cemas peserta tes dengan penjelasan yang tidak
perlu.

Secara lebih mendasar etika tes ini diatur dalam standar tes yang dikembangkan oleh
organisasi profesional seperti American Psychological Association (APA), American
Educational Research Association (AERA), dan National Council on Measurement in
Education (NCME). Terakhir ketiga organisasi profesional ini membentuk Panitia bersama
untuk menyusun standar dalam tes. Mereka menghasilkan buku yang dinamakan Standard
for Educational and Psychological Testing (1985).
Dalam ini dicantumkan berbagai tolok ukur, seperti:
1.
2.
3.
4.

Technical Standards for Test Construction and Evaluation;


Professional Standards for Test Use;
Standards for Particular Applications; and
Standards for Administrative Procedures.

Semua standar ini mencakup dua aspek utama, yaitu tes hasil belajar dan tes
psikologi. Pelanggaran terhadap standar ini merupakan pelanggaran kepada etika profesi,
yang dalam hal tertentu dapat merupakan pelanggaran atau kejahatan.

Rangkuman
Tes adalah suatu pernyataan atau tugas atau seperangkat tugas
yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait/atribut
pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas
tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Tes
dapat diklasifikasikan menurut bentuk, tipe dan ragamnya.
Pengukuran adalah pemberian angka kepada suatu atribut atau
karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal atau objek tertentu
menurut aturan atau formulasi yang jelas. Karakteristik dari
pengukuran adalah pengukuran angka atau skala tertentu dan
menggunakan suatu aturan atau formula tertentu.
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan
dengan menggunakan informasiyang diperoleh melalui pengukuran
hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non-tes.
Dengan kata lain, penilaian adalah pemberian nilai terhadap kualitas
sesuatu.
Keterkaitan antara tes, pengukuran, penilaian: Penilaian hasil
belajar baru dapat dilakukan dengan baik dan benar bila menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar yang
menggunkan tes sebagai alat ukurnya.
Kegunaan tes, pengukuran, dan penilaian dalam pendidikan
antara lain adalah untuk seleksi, penempatan, diagnosa dan remedial,
umpan balik, memotivasi dan membimbing, perbaikan kurikulum dan
program pendidikan serta pengembangan ilmu.

15

Di dalam melakukan tes harus di ingat mengenai etikanya. Etika


tes meliputi kerhasiaan hasil tes, keamanan tes, interpretasi hasil tes
dan pengunaan tes.

16

Anda mungkin juga menyukai