Anda di halaman 1dari 20

Pernafasan ( respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang

mengandung (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang


banyak mengandung CO2(karbondioksida) sebagai sisab dari oksidasi keluar dari
tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menhembuskan disebut
ekspirasi.
Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara dan oksigen ditarik dari
udara masuk ke dalam darah dan CO2 akan dikeluarkan dari darah secara
osmose. Seterusnya CO2 akan dikeluarkan melalui tractus respiratorius(jalan
pernafasan) dan masuk ke dalam tubuh melalui kapiler kapiler vena pulmonalis
kemudian masuk ken serambi kiri jantung (atrium sinistra) kemudian ke aorta
keseluruh tubuh disini terjadi oksidasi sebagai ampas dari pembakaran adalah
CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung, ke
bilik kanan,dan dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan-jaringan
paru-paru akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses
pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme sedangkan sisa dari
metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis, dan kulit.
2.2 Anatomi Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan
paru- paru beserta pembungkusnya ( pleura) dan rongga dada yang
melindunginya. Di dalamrongga dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga
dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma.
2.2.1 Hidung = Naso = Nasal
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang( cavum
nasi), dipisahkan oleh sekat hidung ( septum nasi). Didalam terdapat bulu-bulu
yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran-kotoran yang masuk
kedalam lubang hidung.
1. Bagian luar dinding terdiri dari kulit
2. Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan.
3. Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan
karang hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah:
a) konka nasalis inferior ( karang hidup bagian bawah)
b) konka nasalis media(karang hidung bagian tengah)
c) konka nasalis superior(karang hidung bagian atas).
Diantara konka-konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu meatus superior
(lekukan bagian atas), meatus medialis(lekukan bagian tengah dan meatus
inferior (lekukan bagian bawah). Meatus-meatus inilah yang dilewati oleh udara
pernafasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak,
lubang ini disebut koana.
Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, keatas rongga
hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus paranasalis,
yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada rongga
tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus etmodialis pada
rongga tulang tapis.
Pada sinus etmodialis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke
konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman, sel tersebut
terutama terdapat di bagianb atas. Pada hidung di bagian mukosa terdapat

serabut-serabut syaraf atau respektor dari saraf penciuman disebut nervus


olfaktorius.
Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit
terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan
rongga pendengaran tengah, saluran ini disebut tuba auditiva eustaki, yang
menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga
berhubungan dengan saluran air mata disebut tuba lakminaris.
Fungsi hidung, terdiri dari
1. bekerja sebagai saluran udara pernafasan
2. sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung
3. dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
4. membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara pernafasan oleh
leukosit yang terdapat dalam selaput lendir (mukosa) atau hidung.
2.2.2 Tekak=Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan.
Terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah
depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain keatas
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama
koana. Ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini
bernama istmus fausium. Ke bawah terdapat dua lubang, ke depan lubang laring,
ke belakang lubang esofagus.
Dibawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa tempat terdapat
folikel getah bening. Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid.
Disebelahnya terdapat 2 buah tonsilkiri dan kanan dari tekak. Di sebelah
belakang terdapat epiglotis( empang tenggorok) yang berfungsi menutup laring
pada waktu menelan makanan.
Rongga tekak dibagi dalam 3 bagian:
1. bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut
nasofaring.
2. Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring
3. Bagian bawah sekali dinamakan laringgofaring.
2.2.3 Pangkal Tenggorokan(Laring)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di
depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam
trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang
tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.
Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain:
1. Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun sangat jelas terlihat pada pria.
2. Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker
3. Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin
4. Kartilago epiglotis (1 buah).
Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang
dilapisi oleh sel epiteliumnberlapis. Proses pembentukan suara merupakan hasil
kerjasama antara rongga mulut, rongga hidung, laring, lidah dan bibir. Perbedaan
suara seseorang tergsantung pada tebal dan panjangnya pita suara. Pita suara
pria jauh lebih tebal daripada pita suara wanita.

2.2.4 Batang Tenggorokan ( Trakea)


Merupakan lanjutan dari laring yang terbentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari
tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda. Sebelah dalam diliputi
oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia,hanya bergerak
kearah luar.
Panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi
oleh otot polos. Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing
yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea
menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.
2.2.5 Cabang Tenggorokan ( Bronkus)
Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, bronkus lobaris kanan ( 3 lobus)
dan bronkus lobaris kiri ( 2 bronkus).bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10
bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental.
Bronkus segmentalisini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental
yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki: arteri, limfatik dan saraf.
Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus
mengandung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk
selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan nafas.
Bronkiolus terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis( yang
mempunyai kelenjar lendir dan silia)
Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respirstori. Bronkiolus
respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara lain jalan nafas konduksi
dan jalan udara pertukaran gas.
Duktus alveolar dan sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus
alveolar. Dan kemudian menjadi alvioli.

2.2.6 Alveoli
Merupakan tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida. Terdapat sekitar 300
juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2.
Terdiri atas 3 tipe:
Sel-sel alveolar tipe I : sel epitel yang membentuk dinding alveoli
Sel-sel alveolar tipe II: sel yang aktif secara metabolik dan nensekresikan
surfaktan ( suatu fosfolifid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah
alveolar agar tidak kolaps)ahanan
Sel-sel alveolar tipe III: makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan.
2.2.7 Paru paru

Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut. Terletak dalam rongga dada
atau toraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung
dan beberapa pembuluh dareah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis,

paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus dan fisura interlobaris. Paru
kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus. Lobus-lobus tersebut terbagi menjadi
beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya.
2.2.8 pleura
Merupakan lapisan tipisyang mengandung kolagen dan jaringan elastis. Terbagi
menjadi 2:
Pleura perietalis yaitu yang melapisi rongga dada
Pleura viseralis yaitu yang menyelubungi setiap paru-paru.
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang
berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernafsan.
Juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru. Tekanan dalam
rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap
paru-paru.

Fisiologi Sistem Pernafasan


SEL-SEL HIDUP MEMERLUKAN DAN MEMPERROLEH OKSIGEN SERTA MELEPASKAN KARBON
DIOKSIDA PADA CAIRAN SEKITARNYA
(FUNGSI SUPPLY OKSIGEN)
PERNAPASAN EKSTERNAL: PERTUKARAN GAS-GAS PERNAPASAN ANTARA TUBUH DAN
LINGKUNGAN SEKITARNYA
PERNAPASAN INTERNAL:PERTUKARAN GAS-GAS ANTARA SEL-SEL JARIGAN DAN LINGKUNGAN
CAIRAN SEKITARNYA
SALURAN PERNAPASAN
FUNGSI PERNAPASAN HIDUNG :
1.UDARA DIHANGATKAN OLEH PERMUKAAN KONKA DAN SEPTUM (LUAS AREA SEKITAR 160 cm2.
2.UDARA DILEMBABKAN .
3.UDARA DISARING OLEH:- BULU2 PADA PINTU MASUK
- TURBNATES: KONKA,SEPTUM,
DINDING FARING
MUKUS PELAPIS
DISAPU OLEH SILIA
KE FARING
DITELAN
UKURAN PARTIKEL > 6 MIKRO METER
FUNGSI PERNAPASAN TRAKEA,BRONKUS,BRONKIOLUS
DISEMUA BAGIAN TRAKEA,BRONKUS,BRONKIOLUS TERUTAMA TERBENTUK OLEH OTOT POLOS
DAN CINCIN2 KARTILAGO
MUKUS DISEKRESIKAN SEBAGIAN OLEH SEL GOBLET DALAM EPITEL SALURAN NAPAS DAN
SEBAGIAN OLEH KELENJAR SUBMUKOSA YANG KECIL
FUNGSI MUKUS:- MEMPERTAHANKAN KELEMBABAN UDARA
- MENANGKAP PARTIKEL2 KECIL DARI
UDARA INSPIRASI
EPITEL BERSILIA PADA PERMUKAAN MASING2 SALURAN NAPAS BERJUMLAH SEKITAR 200 SILIA
YANG TERUS MENERUS MENYAPU DENGAN KECEPATAN 10-20 X /DETIK
ARAH MENYAPU KE FARING (KE ATAS),KECEPATAN ALIRAN MUKUS SEKITAR 1 cm /MENIT
VENTILASI PARU
ADALAH PROSES KELUAR MASUKNYA UDARA KEDALAM PARU

PADA SAAT INSPIRASI UDARA MASUK MELALUI SALURAN NAPAS,DAN UDARA KELUAR PARU
PADA SAAT EKSPIRASI
PADA DEWASA NORMAL SETIAP MENITNYA TERJADI 12-18KALI NSPIRASI DAN EKSPIRASI
SETIAP KALI INSPIRASI AKAN MASUK UDARA 400-500 ml
SELAMA SATU MENIT BESARNYA VENTILASI 5000-8000 ml
PRINSIPNYA SELURUH BAGIAN PERNAPASAN TETAP TERBUKA
AGAR UDARA DAPAT KELUAR MASUK ALVEOLI
MEKANIKA VENTILASI
HAL-HAL YANG MENIMBULKAN PENGEMBANGAN DAN PENGEMPISAN PARU:
OTOT-OTOT:- DIAFRAGMA:BERGERAK TURUN NAIK UNTUK
MEMPERBESAR ATAU
MEMPERKECL RONGGA DADA (INSPIRASI ------KONTRAKSI DIAFRAGMA MENARIK
PERMUKAAN BAWAH PARU KE BAWAH; EKSPIRASI-DIAFRAGMA RELAKSASI)
- * M.INTERKOSTALIS EKSTERNA DAN DIBANTU
OLEH M.STERNOCLEIDOMASTOIDEUS,M.SERRATUSANTERIOR,M.SKALENUS ----MENGANGKAT RANGKA IGA SEHINGGA DIAMETER ANTERO POSTERIOR MEMBESAR SAAT
INSPIRASI.
* M.REKTUS ABDOMINIS DAN M.INTERKOSTALIS INTERNUS MENARIK IGA KE BAWAH SELAMA
EKSPIRASI.
2. PERGERAKAN UDARA KE DALAM DAN KE LUAR PARU-PARU DAN TEKANAN YANG
MENYEBABKAN HAL TERSEBUT
TEKANAN PLEURA: NORMAL SAAT DIMULAI INSPIRASI MINUS 5cmH2O, SELAMA INSPIRASI
TURUN SEKITAR 7,5 cmH2O KARENA RONGGA DADA MENGEMBANG MENDORONG
PERMUKAAN PARU DENGAN KEKUATAN LEBIH BESAR--PENINGKATAN VOLUME PARU 0,5
L , PADA SAAT EKSPIRASI SEBALIKNYA

TEKANAN ALVEOLUS: UNTUK MENYEBABKAN ALIRAN UDARA KE DALAM SELAMA


INSPIRASI,TEKANAN ALVEOLI HARUS TURUN SAMPAI NILAINYA SEDIKIT DIBAWAH TEKANAN
ATMOSFIR ATAU SEKITAR 1 cm H2O (SAAT TIDAK ADA UDARA KELUAR MASUK PARU
TEKANAN PADA SEMUA BAGIAN JALAN NAPAS = TEKANAN ATMOSFIR =0 cmH2O)
----SELAMA INSPIRASI NORMAL MENGALIRKAN UDARA SEKITAR 0,5 L KE PARU DALAM WAKTU
2 DETIK.
SELAMA EKSPIRASI TEKANAN ALVEOLUS MENINGKAT SEKITAR +1 cmH2O -------MENDORONG
0,5 L UDARA INSPIRASI KE LUAR PARU SELAMA 2 3 DETIK
TEKANAN TRANSPULMONAL: PERBEDAAN ANTARA TEKANAN ALVEOLI DAN TEKANAN PLEURA
---NILAI DAYA ELASTISITAS PARU (COMPLIANCE PARU)
COMPLIANCE PARU ADALAH NILAI DIMANA PENGEMBANGAN PARU UNTUK SETIAP UNIT DAPAT
MENINGKATKAN TEKANAN TRANSPULMONER: 200 ml/cm H2O, ARTINYA SETIAP
PENINGKATAN TEKANAN TRASPULMONER 1 cmH2O TERJADI PENGEMBANGAN PARU 200 ml
COMPLAIN PARU DAN TORAKS BERSAMA-SAMA : 110 ml/cm H2O
TEGANGAN PERMUKAAN ALVEOLAR
CAIRAN YANG MELAPISI ALVEOLAR MENGADUNG :
SURFAKTAN: SUATU LIPID YANG MERENDAHKAN TEGANGAN PERMUKAAN PADA SAAT
ALVEOLUS KECIL
DIFUSI GAS-GAS PERNAPASAN
UDARA LUAR (ATMOSFIR) HAMPIR SELURUHNYA N2(78,62%) & O2(20,84%),SEDIKIT CO2((0,04%)
& H2O(0,50%) --INSPIRASI---SALURAN NAPAS ATAS (N2 74,09%;O2
19,67%;CO2 O,O4%;H2O 6,20%-- ALVEOLUS (N2 74,9%;O2 13,6%;CO2 5,3%;H2O 6,2%) ----BERDIFUSI KE DALAM DARAH PARU-PARU)- ------DITRANSPORT KE JARINGAN----

KAPILER JARINGAN-----BERDIFUSI KELUAR DARI KAPILER KE RUANG INTERTITIAL--SELPROSES METABOLISME DI DALAM SEL/JARINGAN---DITRANSPORT KEMBALI KE
PARU----EKSPIRASI (N2 74,5%;O2 15,7%;CO2 3,6%;H2O 6,2%)
DIFUSI PADA MEMBRAN PERNAPASAN
TERDAPAT LEBIH KURANG 300 JUTA ALVEOLI DI KEDUA PARU,
1 ALVEOLUS BERDIAMETER 0,2mm DAN DALAM DINDING ALVEOLUS YANG SANGAT TIPIS
TERDAPAT ANYAMAN2 KAPILER--------MEMBENTUK MEMBRAN PERNAPASAN :
1. LAPISAN CAIRAN YANG MELAPISI ALVEOLUS(SURFAKTAN)
2. EPITEL ALVEOLUS
3. MEMBRAN BASALIS EPITEL
4. RUANG INTERTITIAL TIPIS ANTARA EPITEL DAN MEMBRAN
KAPILER
5. MEMBRAN BASALIS KAPILER--PADA BEBERAPA TEMPAT
BERSATU DENGAN MEMBRAN BASALIS EPITEL
6. MEMBRAN ENDOTEL KAPILER
TEBAL MEMBRAN PERNAPASAN O,2 0,6 mikrometer
LUAS PERMUKAAN KESELURUHAN 70 m2 (DEWASA NORMAL)
JUMLAH DARAH DALAM KAPILER SESAAT 60-140 cc
FAKTOR2 YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN DIFUSI:
1.KETEBALAN MEMBRAN YANG DAPAT MENINGKAT OK:
- EDEMA DALAM RUANG INTERSTITIAL DAN DALAM ALVEOLI
- FIBROSIS PARU
2.LUAS PERMUKAAN MEMBRAN YANG DAPAT MENURUN OK:
- PENGANGKATAN BAGIAN PARU
- EMISEMA,BEBERAPA ALVEOLI BERSATU KARNA
HANCUR SEBAGIAN DINDING ALVEOLUS
3.KOEFISIEN DIFUSI (O2 1,0 ; CO2 20,3 ; CO 0,81 ; N2 0,53 )
----TINGKAT KELARUTAN DALAM MEMBRAN
4.PERBEDAAN TEKANAN ANTARA KEDUA SISI MEMBRAN
PERNAPASAN (PERBEDAAN ANTARA TEKANAN GAS DALAM
ALVEOLI DAN DALAM DARAH )
TRANSPOR O2 DAN CO2 DALAM DARAH
TRANSPOR O2:
TERGANTUNG PADA:
- JUMLAH O2 YANG MASUK DALAM PARU
- ADANYA PERTUKARAN GAS DALAM PARU YANG
ADEKUAT
- ALIRAN DARAH MENUJU JARINGAN (DERAJAT
KONTRIKSI VASKULER DALAM JARINGAN DAN
CURAH JANTUNG )
- KAPASITAS DARAH MENGANGKUT O2 (JUMLAH
O2 YANG LARUT,JUMLAH Hb DALAM DARAH,
AFINITAS Hb TERHADAP O2
DARAH ORANG NORMAL MENGANDUNG 15 gr Hb

SETIAP 100 ml DARAH ( 15 gr% )


O2 YANG DI TRANSPOR :- 97% DALAM IKATAN
KIMIA DENGAN Hb
( HbO2 )
- 3% TERLARUT DALAM
AIR DARI PLASMA DAN
SEL
JUMLAH TOTAL O2 YANG TERIKAT DENGAN Hb PADA DARAH ARTERI NORMAL (PO2 95mmHg)
19,4ml/100ml DARAH
SEWAKTU MELEWATI KAPILER JARINGAN (PO2 40mmHg) JUM
LAH O2 YANG TERIKAT Hb MENJADI 14,4ml/100ml DARAH---------- 5 ml O2 DITRANSPOR KE
JARINGAN SETIAP 100 ml DARAH
TRANSPOR CO2:
RATA2 4ml CO2 DITRANSPOR DARI JARINGAN KE
PARU-PARU DLM SETIA DESLITER DARAH
BENTUK KIMIA CO2 SAAT DITRANSPOR:
1.CO2 TERLARUT DALAM DARAH (7%)
PCO2 DARAH VENA 45mmHg,DARAH ARTERI
40mHg
2.DALAM BENTUK ION BIKARBONAT (70%)
3.DALAM GABUNGAN DGN Hb DAN PROTEIN
LASMA MEMBENTUK SENYAWA KARBAMINO
HEMOGLOBIN(CO2Hgb)----23%

ANATOMI DAN FUNGSIONAL SISTEM RESPIRASI

Sistem respirasi berperan untuk penyediaan oksigen untuk darah dan membuang
CO2. Sistem respirasi dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu bagian konduksi dan bagian
respirasi.
Bagian konduksi meliputi rongga hidung, nasopharynx, larynx, trakea, bronkus dan
bronkiolus.

Bagian ini berperan untuk (1)

menyediakan saluran di mana udara dapat

mengalir ke dan dari paru-paru, (2) memelihara udara yang diinspirasi (dibersihkan, dibasahi
dan dihangatkan). Untuk melaksanakan fungsi tersebut, maka pada saluran respirasi terdapat
tulang-tulang rawan,

serabut elastin dan otot polos.

Tulang rawan berperan sebagai

penyokong dinding bagian konduksi. Serabut-serabut elastin dapat menjamin fleksibilitas


struktur dan memungkinkan kembali ke bentuk semula setelah meregang. Berkas otot polos
terdapat pada lamina propria dan berperan untuk mengurangi diameter saluran
mengatur aliran udara selama inspirasi dan ekspirasi.

berarti

Pada pemeliharaan udara, pembersihan dilakukan oleh epitel bersilia yang berfungsi
membuang partikel-partikel debu dan zat-zat lain.

Untuk membasahi saluran respirasi

diperlukan peranan dari kelenjar-kelenjar mukus (sel-selnya terdiri sel mukosa dengan granul
sekresi yang besar dan jernih) dan seromukus (gabungan sel serosa dan mukosa, dimana sel
serosa mempunyai granul sekresi yang mudah diwarnai). Untuk menghangatkan diperlukan
peranan dari pembuluh darah.

EPITEL RESPIRASI
Terdapat 6 macam epitel respirasi antara lain :
1. Sel-sel epitel yang meliputi beberapa bentuk antara lain :epitel silindris
berlapis semu dan bersilia, epitel kubus dan bersilia, epitel kubus dan
epitel gepeng
2. sel goblet
3. sel brush dengan banyak mikrovilli (reseptor sensoris).
4. sel basal (merupakan sel-sel generatif)
5. sel granula
6. sel serosa dan mukosa pada kelenjar mukus dan seromukus

HISTOLOGI

RONGGA

HIDUNG,

SINUS PARANASALIS

DAN NASOPHARYNX
Rongga hidung
Rongga hidung terdiri atas 2 struktur yang berbeda :
di luar adalah vestibulum dan di dalam fossa nasalis.

Vestibulum adalah bagian rongga hidung paling anterior yang melebar, kira-kira 1,5
cm dari lubang hidung.

Bagian ini dilapisi oleh epitel berlapis pipih yang mengalami

keratinisasi, terdapat rambut-rambut pendek dan tebal atau vibrissae dan terdapat banyak
kelenjar minyak (sebasea) dan kelenjar keringat.
Fossa nasalis dibagi menjadi 2 ruang oleh tulang septum nasalis. Dari masingmasing dinding lateral terdapat 3 penonjolan tulang yang dikenal sebagai concha, yaitu
concha superior, concha tengah dan concha inferior.
Dinding fossa nasalis terdiri dari sel epitel silindris berlapis semu bersilia, sel-sel
goblet yang menghasilkan mucus. Pada lamina propria terdapat jaringan ikat dan kelenjar
serous dan mukus yang

mendukung sekresi sel goblet,

dan juga terdapat vena yang

membentuk dinding tipis yang disebut cavernous bodies.


Pada concha superior dan septum nasal membentuk daerah olfaktori dengan sel-sel
khusus yang meliputi sel-sel olfaktori,

sel pendukung dan sel sel basal.

Sel olfaktori

merupakan neuron bipolar/ sel neuroepitel, yang mempunyai akson pada lamina propria dan
silia pada permukaan epitel. Silianya mengandung reseptor olfaktori yang merespon bahan
yang menghasilkan bau. Pada laminar proprianya terdapat kelenjar Bowman, alveoli dan
salurannya dilapisi oleh sel epitel kubus. Kelenjar ini menghasilkan sekresi serous yang
berwarna kekuningan.

HISTOLOGI PHARYNX
Pharynx

dibatasi oleh epitel respirasi.

Pharynx terdiri dari nasopharynx dan

oropharynx. Nasopharynx dilapisi oleh epitel respirasi sedang oropharynx dilapisi oleh
epitel berlapis pipih. Limfosit banyak dijumpai di bawah epitel dari pharynx. Jaringan ikat
adalah fibroelastik yang dikelilingi oleh otot lurik.

HISTOLOGI LARYNX
Larynx menghubungkan pharynx dengan trakea. Larynx mempunyai 4 komponen
yaitu lapisan mukosa dengan epitel respirasi, otot ektrinsik dan intrinsic, tulang rawan.
Tulang rawannya meliputi tulang rawan

tiroid, krikoid dan arytenoids (merupakan tulang

rawan hialin). Otot intrinsik menentukan posisi, bentuk dan ketegangan dari pita suara, otot
ekstrinsik menghubungan tulang rawan dengan struktur lain dari leher.
Pita suara terdiri dari epitel berlapis pipih yang tidak kornifikasi, lamina propria
dengan jaringan ikat padat yang tipis, jaringan limfatik dan pembuluh darah.

HISTOLOGI TRAKEA
Trakea adalah saluran pendek (10-12 cm panjangnya) dengan diameter
sekir 2 cm. Trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Sejumlah sel-sel goblet terdapat
di antara sel-sel epitelnya, dan jumlah tergantung ada tidaknya iritasi kimia atau
fisika dari epitelium ( yang dapat meningkatkan jumlah sel goblet). Iritasi yang
berlangsung dalam waktu yang lama dapat mengubah tipe sel dari tipe sel epitel
berlapis pipih menjadi metaplasia.

Pada lapisan epitel terdapat sel brush, sel

endokrin (sel granul kecil ), sel klara (sel penghasil surfaktan) dan sel serous.
Lapisan-lapisan pada trakea meliputi lapisan mukosa, lapisan submukosa
dan lapisan tulang rawan trakeal dan lapisan adventitia.

Lapisan mukosa

meliputi lapisan sel-sel epitel respirasi dan lamina propria. Lamina proprianya
banyak mengandung jaringan ikat longgar dengan banyak serabut elastik, yang
selanjutnya membentuk membran elastik yang menghubungkan lapisan mukosa
dan submukosa.

Pada submukosa terdapat kelenjar muko-serous yang

mensekresikan sekretnya menuju sel-sel epitel.

Tulang rawan pada trakea berbentuk huruf C yang terdiri dari tulang rawan hialin.
Ujung-ujung dorsal dari huruf C dihubungkan oleh otot polos dan ligamentum fibroelastin.
Ligamentum mencegah peregangan lumen berlebihan, dan

kontraksi otot polos

menyebabkan tulang rawan saling berdekatan. Hal ini digunakan untuk respon batuk. Tulang
rawan trakea dapat mengalami osifikasi dengan bertambahnya umur.
Lapisan adventitia terdiri dari jaringan ikat fibrous. Trakea bercabang dua
yaitu dua bronkus utama

HISTOLOGI BRONKUS dan BRONKIOLUS


Bronkus primer kiri dan kanan bercabang membentuk 3 bronkus pada paru-paru
kanan dan 2 bronkus pada paru-paru kiri. Bronkus-bronkus ini bercabang berulang-ulang
membentuk bronkus-bronkus yang lebih kecil, dan cabang-cabang terminalnya dinamakan
bronkiolus. Masing-masing bronkiolus bercabang-cabang lagi membentuk 5 7 bronkiolus
terminalis. Tiap-tiap bronkiolus terminalis bercabang menjadi 2 bronkiolus respiratorius atau
lebih.
Histologi bronkus terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, dan lapisan adventitia.
Lapisan mukosa terdiri dari lapisan sel-sel epitel silindris berlapis semu bersilia dengan

lamina propria yang tipis (dengan banyak serabut elastin), limfosit yang tersebar dan berkas
otot polos yang silang menyilang tersusun seperti spiral. Limfosit dapat berupa nodulus
limfatikus terutama pada percabangan bronkus. Lapisan submukosa terdiri dari alveoli dari
kelenjar mukosa dan seromukosa. Pada lapisan adventitia terdapat tulang rawan berupa
lempeng-lempeng tulang rawan dan jaringan ikat longgar dengan serabut elastin.
Histologi bronkiolus meliputi lapisan mukosa, submukosa dan adventitia. Lapisan
mukosa seperti pada bronkus,

dengan sedikit sel goblet. Pada bronkiolus terminalis,

epitelnya kubus bersila dan mempunyai sel-sel Clara (dengan permukaan apical berbentuk
kubah yang menonjol ke dalam lumen). Pada lamina propria terdapat jaringan ikat (terutama
serabut elastin) dan otot polos. Pada bronkiolus tidak ada tulang rawan dan kelenjar.
Lapisan adventitia juga terdiri dari jaringan ikat elastin. Lapisan otot pada bronkiolus lebih
berkembang dibandingkan pada bronkus.

Pada orang asma diduga resistensi jalan udara

karena kontraksi otot bronkiolus.


Bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kubus bersilia, dan pada tepinya terdapat
lubang-lubang yang berhubungan dengan alveoli.

Pada bagian distal dari brionkiolus

respiratorius, pada lapisan epitel kubus tidak ada silianya. Terdapat otot polos dan jaringan
ikat elastin.

HISTOLOGI SALURAN ALVEOLARIS DAN ALVEOLUS


Saluran alveolaris dibatasi oleh lapisan epitel gepeng yang sangat tipis.

Dalam

lamina propria terdapat jala-jala sel-sel otot polos yang saling menjalin. Jaringan ikatnya
berupa serabut elastin dan kolagen. Serabut elastin memungkinkan alveoli mengembang
waktu inspirasi dan sebut kolagen berperan sebagai penyokong yang mencegah peregangan
berlebihan dan kerusakan kapiler-kapiler halus dan septa alveoli yang tipis.

Saluran

alveolaris bermuara pada atria (suatu ruang yang terdiri dari dua atau lebih sakus alveolaris).
Alveolus merupakan suatu kantung kecil yang terbuka pada salah satu sisinya pada
sakus alveolaris. Pada kantung kecil ini O2 dan CO2 mengadakan pertukaran antara udara
dan darah. Alveolus dibatasi oleh sel epitel gepeng yang tipis dengan lamina propria yang
berisi kapiler dan jaringan ikat elastin.
(JUNQUEIRA, LC
DAN CARNEIRO J.
DITERJEMAHKAN OLEH ADJI
DHARMA.
KEDOKTERAN. JAKARTA.
)

1980.
HISTOLOGI DASAR.
EDISI 3. PENERBIT BUKU

Anda mungkin juga menyukai