2.2.6 Alveoli
Merupakan tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida. Terdapat sekitar 300
juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2.
Terdiri atas 3 tipe:
Sel-sel alveolar tipe I : sel epitel yang membentuk dinding alveoli
Sel-sel alveolar tipe II: sel yang aktif secara metabolik dan nensekresikan
surfaktan ( suatu fosfolifid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah
alveolar agar tidak kolaps)ahanan
Sel-sel alveolar tipe III: makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan.
2.2.7 Paru paru
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut. Terletak dalam rongga dada
atau toraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung
dan beberapa pembuluh dareah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis,
paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus dan fisura interlobaris. Paru
kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus. Lobus-lobus tersebut terbagi menjadi
beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya.
2.2.8 pleura
Merupakan lapisan tipisyang mengandung kolagen dan jaringan elastis. Terbagi
menjadi 2:
Pleura perietalis yaitu yang melapisi rongga dada
Pleura viseralis yaitu yang menyelubungi setiap paru-paru.
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang
berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernafsan.
Juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru. Tekanan dalam
rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap
paru-paru.
PADA SAAT INSPIRASI UDARA MASUK MELALUI SALURAN NAPAS,DAN UDARA KELUAR PARU
PADA SAAT EKSPIRASI
PADA DEWASA NORMAL SETIAP MENITNYA TERJADI 12-18KALI NSPIRASI DAN EKSPIRASI
SETIAP KALI INSPIRASI AKAN MASUK UDARA 400-500 ml
SELAMA SATU MENIT BESARNYA VENTILASI 5000-8000 ml
PRINSIPNYA SELURUH BAGIAN PERNAPASAN TETAP TERBUKA
AGAR UDARA DAPAT KELUAR MASUK ALVEOLI
MEKANIKA VENTILASI
HAL-HAL YANG MENIMBULKAN PENGEMBANGAN DAN PENGEMPISAN PARU:
OTOT-OTOT:- DIAFRAGMA:BERGERAK TURUN NAIK UNTUK
MEMPERBESAR ATAU
MEMPERKECL RONGGA DADA (INSPIRASI ------KONTRAKSI DIAFRAGMA MENARIK
PERMUKAAN BAWAH PARU KE BAWAH; EKSPIRASI-DIAFRAGMA RELAKSASI)
- * M.INTERKOSTALIS EKSTERNA DAN DIBANTU
OLEH M.STERNOCLEIDOMASTOIDEUS,M.SERRATUSANTERIOR,M.SKALENUS ----MENGANGKAT RANGKA IGA SEHINGGA DIAMETER ANTERO POSTERIOR MEMBESAR SAAT
INSPIRASI.
* M.REKTUS ABDOMINIS DAN M.INTERKOSTALIS INTERNUS MENARIK IGA KE BAWAH SELAMA
EKSPIRASI.
2. PERGERAKAN UDARA KE DALAM DAN KE LUAR PARU-PARU DAN TEKANAN YANG
MENYEBABKAN HAL TERSEBUT
TEKANAN PLEURA: NORMAL SAAT DIMULAI INSPIRASI MINUS 5cmH2O, SELAMA INSPIRASI
TURUN SEKITAR 7,5 cmH2O KARENA RONGGA DADA MENGEMBANG MENDORONG
PERMUKAAN PARU DENGAN KEKUATAN LEBIH BESAR--PENINGKATAN VOLUME PARU 0,5
L , PADA SAAT EKSPIRASI SEBALIKNYA
KAPILER JARINGAN-----BERDIFUSI KELUAR DARI KAPILER KE RUANG INTERTITIAL--SELPROSES METABOLISME DI DALAM SEL/JARINGAN---DITRANSPORT KEMBALI KE
PARU----EKSPIRASI (N2 74,5%;O2 15,7%;CO2 3,6%;H2O 6,2%)
DIFUSI PADA MEMBRAN PERNAPASAN
TERDAPAT LEBIH KURANG 300 JUTA ALVEOLI DI KEDUA PARU,
1 ALVEOLUS BERDIAMETER 0,2mm DAN DALAM DINDING ALVEOLUS YANG SANGAT TIPIS
TERDAPAT ANYAMAN2 KAPILER--------MEMBENTUK MEMBRAN PERNAPASAN :
1. LAPISAN CAIRAN YANG MELAPISI ALVEOLUS(SURFAKTAN)
2. EPITEL ALVEOLUS
3. MEMBRAN BASALIS EPITEL
4. RUANG INTERTITIAL TIPIS ANTARA EPITEL DAN MEMBRAN
KAPILER
5. MEMBRAN BASALIS KAPILER--PADA BEBERAPA TEMPAT
BERSATU DENGAN MEMBRAN BASALIS EPITEL
6. MEMBRAN ENDOTEL KAPILER
TEBAL MEMBRAN PERNAPASAN O,2 0,6 mikrometer
LUAS PERMUKAAN KESELURUHAN 70 m2 (DEWASA NORMAL)
JUMLAH DARAH DALAM KAPILER SESAAT 60-140 cc
FAKTOR2 YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN DIFUSI:
1.KETEBALAN MEMBRAN YANG DAPAT MENINGKAT OK:
- EDEMA DALAM RUANG INTERSTITIAL DAN DALAM ALVEOLI
- FIBROSIS PARU
2.LUAS PERMUKAAN MEMBRAN YANG DAPAT MENURUN OK:
- PENGANGKATAN BAGIAN PARU
- EMISEMA,BEBERAPA ALVEOLI BERSATU KARNA
HANCUR SEBAGIAN DINDING ALVEOLUS
3.KOEFISIEN DIFUSI (O2 1,0 ; CO2 20,3 ; CO 0,81 ; N2 0,53 )
----TINGKAT KELARUTAN DALAM MEMBRAN
4.PERBEDAAN TEKANAN ANTARA KEDUA SISI MEMBRAN
PERNAPASAN (PERBEDAAN ANTARA TEKANAN GAS DALAM
ALVEOLI DAN DALAM DARAH )
TRANSPOR O2 DAN CO2 DALAM DARAH
TRANSPOR O2:
TERGANTUNG PADA:
- JUMLAH O2 YANG MASUK DALAM PARU
- ADANYA PERTUKARAN GAS DALAM PARU YANG
ADEKUAT
- ALIRAN DARAH MENUJU JARINGAN (DERAJAT
KONTRIKSI VASKULER DALAM JARINGAN DAN
CURAH JANTUNG )
- KAPASITAS DARAH MENGANGKUT O2 (JUMLAH
O2 YANG LARUT,JUMLAH Hb DALAM DARAH,
AFINITAS Hb TERHADAP O2
DARAH ORANG NORMAL MENGANDUNG 15 gr Hb
Sistem respirasi berperan untuk penyediaan oksigen untuk darah dan membuang
CO2. Sistem respirasi dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu bagian konduksi dan bagian
respirasi.
Bagian konduksi meliputi rongga hidung, nasopharynx, larynx, trakea, bronkus dan
bronkiolus.
mengalir ke dan dari paru-paru, (2) memelihara udara yang diinspirasi (dibersihkan, dibasahi
dan dihangatkan). Untuk melaksanakan fungsi tersebut, maka pada saluran respirasi terdapat
tulang-tulang rawan,
berarti
Pada pemeliharaan udara, pembersihan dilakukan oleh epitel bersilia yang berfungsi
membuang partikel-partikel debu dan zat-zat lain.
diperlukan peranan dari kelenjar-kelenjar mukus (sel-selnya terdiri sel mukosa dengan granul
sekresi yang besar dan jernih) dan seromukus (gabungan sel serosa dan mukosa, dimana sel
serosa mempunyai granul sekresi yang mudah diwarnai). Untuk menghangatkan diperlukan
peranan dari pembuluh darah.
EPITEL RESPIRASI
Terdapat 6 macam epitel respirasi antara lain :
1. Sel-sel epitel yang meliputi beberapa bentuk antara lain :epitel silindris
berlapis semu dan bersilia, epitel kubus dan bersilia, epitel kubus dan
epitel gepeng
2. sel goblet
3. sel brush dengan banyak mikrovilli (reseptor sensoris).
4. sel basal (merupakan sel-sel generatif)
5. sel granula
6. sel serosa dan mukosa pada kelenjar mukus dan seromukus
HISTOLOGI
RONGGA
HIDUNG,
SINUS PARANASALIS
DAN NASOPHARYNX
Rongga hidung
Rongga hidung terdiri atas 2 struktur yang berbeda :
di luar adalah vestibulum dan di dalam fossa nasalis.
Vestibulum adalah bagian rongga hidung paling anterior yang melebar, kira-kira 1,5
cm dari lubang hidung.
keratinisasi, terdapat rambut-rambut pendek dan tebal atau vibrissae dan terdapat banyak
kelenjar minyak (sebasea) dan kelenjar keringat.
Fossa nasalis dibagi menjadi 2 ruang oleh tulang septum nasalis. Dari masingmasing dinding lateral terdapat 3 penonjolan tulang yang dikenal sebagai concha, yaitu
concha superior, concha tengah dan concha inferior.
Dinding fossa nasalis terdiri dari sel epitel silindris berlapis semu bersilia, sel-sel
goblet yang menghasilkan mucus. Pada lamina propria terdapat jaringan ikat dan kelenjar
serous dan mukus yang
Sel olfaktori
merupakan neuron bipolar/ sel neuroepitel, yang mempunyai akson pada lamina propria dan
silia pada permukaan epitel. Silianya mengandung reseptor olfaktori yang merespon bahan
yang menghasilkan bau. Pada laminar proprianya terdapat kelenjar Bowman, alveoli dan
salurannya dilapisi oleh sel epitel kubus. Kelenjar ini menghasilkan sekresi serous yang
berwarna kekuningan.
HISTOLOGI PHARYNX
Pharynx
oropharynx. Nasopharynx dilapisi oleh epitel respirasi sedang oropharynx dilapisi oleh
epitel berlapis pipih. Limfosit banyak dijumpai di bawah epitel dari pharynx. Jaringan ikat
adalah fibroelastik yang dikelilingi oleh otot lurik.
HISTOLOGI LARYNX
Larynx menghubungkan pharynx dengan trakea. Larynx mempunyai 4 komponen
yaitu lapisan mukosa dengan epitel respirasi, otot ektrinsik dan intrinsic, tulang rawan.
Tulang rawannya meliputi tulang rawan
rawan hialin). Otot intrinsik menentukan posisi, bentuk dan ketegangan dari pita suara, otot
ekstrinsik menghubungan tulang rawan dengan struktur lain dari leher.
Pita suara terdiri dari epitel berlapis pipih yang tidak kornifikasi, lamina propria
dengan jaringan ikat padat yang tipis, jaringan limfatik dan pembuluh darah.
HISTOLOGI TRAKEA
Trakea adalah saluran pendek (10-12 cm panjangnya) dengan diameter
sekir 2 cm. Trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Sejumlah sel-sel goblet terdapat
di antara sel-sel epitelnya, dan jumlah tergantung ada tidaknya iritasi kimia atau
fisika dari epitelium ( yang dapat meningkatkan jumlah sel goblet). Iritasi yang
berlangsung dalam waktu yang lama dapat mengubah tipe sel dari tipe sel epitel
berlapis pipih menjadi metaplasia.
endokrin (sel granul kecil ), sel klara (sel penghasil surfaktan) dan sel serous.
Lapisan-lapisan pada trakea meliputi lapisan mukosa, lapisan submukosa
dan lapisan tulang rawan trakeal dan lapisan adventitia.
Lapisan mukosa
meliputi lapisan sel-sel epitel respirasi dan lamina propria. Lamina proprianya
banyak mengandung jaringan ikat longgar dengan banyak serabut elastik, yang
selanjutnya membentuk membran elastik yang menghubungkan lapisan mukosa
dan submukosa.
Tulang rawan pada trakea berbentuk huruf C yang terdiri dari tulang rawan hialin.
Ujung-ujung dorsal dari huruf C dihubungkan oleh otot polos dan ligamentum fibroelastin.
Ligamentum mencegah peregangan lumen berlebihan, dan
menyebabkan tulang rawan saling berdekatan. Hal ini digunakan untuk respon batuk. Tulang
rawan trakea dapat mengalami osifikasi dengan bertambahnya umur.
Lapisan adventitia terdiri dari jaringan ikat fibrous. Trakea bercabang dua
yaitu dua bronkus utama
lamina propria yang tipis (dengan banyak serabut elastin), limfosit yang tersebar dan berkas
otot polos yang silang menyilang tersusun seperti spiral. Limfosit dapat berupa nodulus
limfatikus terutama pada percabangan bronkus. Lapisan submukosa terdiri dari alveoli dari
kelenjar mukosa dan seromukosa. Pada lapisan adventitia terdapat tulang rawan berupa
lempeng-lempeng tulang rawan dan jaringan ikat longgar dengan serabut elastin.
Histologi bronkiolus meliputi lapisan mukosa, submukosa dan adventitia. Lapisan
mukosa seperti pada bronkus,
epitelnya kubus bersila dan mempunyai sel-sel Clara (dengan permukaan apical berbentuk
kubah yang menonjol ke dalam lumen). Pada lamina propria terdapat jaringan ikat (terutama
serabut elastin) dan otot polos. Pada bronkiolus tidak ada tulang rawan dan kelenjar.
Lapisan adventitia juga terdiri dari jaringan ikat elastin. Lapisan otot pada bronkiolus lebih
berkembang dibandingkan pada bronkus.
respiratorius, pada lapisan epitel kubus tidak ada silianya. Terdapat otot polos dan jaringan
ikat elastin.
Dalam
lamina propria terdapat jala-jala sel-sel otot polos yang saling menjalin. Jaringan ikatnya
berupa serabut elastin dan kolagen. Serabut elastin memungkinkan alveoli mengembang
waktu inspirasi dan sebut kolagen berperan sebagai penyokong yang mencegah peregangan
berlebihan dan kerusakan kapiler-kapiler halus dan septa alveoli yang tipis.
Saluran
alveolaris bermuara pada atria (suatu ruang yang terdiri dari dua atau lebih sakus alveolaris).
Alveolus merupakan suatu kantung kecil yang terbuka pada salah satu sisinya pada
sakus alveolaris. Pada kantung kecil ini O2 dan CO2 mengadakan pertukaran antara udara
dan darah. Alveolus dibatasi oleh sel epitel gepeng yang tipis dengan lamina propria yang
berisi kapiler dan jaringan ikat elastin.
(JUNQUEIRA, LC
DAN CARNEIRO J.
DITERJEMAHKAN OLEH ADJI
DHARMA.
KEDOKTERAN. JAKARTA.
)
1980.
HISTOLOGI DASAR.
EDISI 3. PENERBIT BUKU