Anda di halaman 1dari 9

1.

RABIES

Adalah Rabies adalah penyakit virus yang menyebabkan neuroinvasive ensefalitis akut (radang
otak) dalam hewan berdarah panas. Hal ini zoonosis (yaitu, ditularkan oleh hewan), paling sering
oleh gigitan dari hewan terinfeksi tetapi kadang-kadang oleh bentuk-bentuk lain kontak. Rabies
hampir selalu fatal jika profilaksis pasca pajanan tidak diberikan sebelum timbulnya gejala parah.
Ini adalah pembunuh yang signifikan ternak di beberapa negara.
Virus rabies perjalanan ke otak dengan mengikuti saraf perifer. Masa inkubasi dari penyakit ini
tergantung pada seberapa jauh virus harus perjalanan untuk mencapai sistem saraf pusat,
biasanya mengambil beberapa bulan. Setelah infeksi mencapai sistem saraf pusat dan gejala mulai
menunjukkan, infeksi praktis diobati dan biasanya fatal dalam hitungan hari.

Gejala Penyakit Rabies


Gejala rabies mungkin sangat mirip dengan flu dan bisa berlangsung selama berhari-hari. Ciri ciri rabies
atau gejala rabies pada manusia mungkin termasuk:

Demam
Sakit kepala

Mual

Muntah

Agitasi

Kegelisahan

Kebingungan

Hiperaktif

Kesulitan menelan

Air liur berlebihan

Takut air (hydrophobia) karena kesulitan dalam menelan

Halusinasi

Insomnia

Kelumpuhan parsial

Carilah perawatan medis segera jika Anda digigit oleh binatang apapun. Berdasarkan cedera dan situasi di
mana gigitan terjadi, Dokter dapat memutuskan apakah Anda harus menerima pengobatan untuk
pencegahan rabies.
Bahkan jika Anda tidak yakin apakah Anda telah digigit, cobalah periksa ke dokter. Misalnya, kelelawar
yang terbang ke dalam kamar Anda saat Anda sedang tidur mungkin menggigit Anda tanpa
membangunkan Anda. Jika Anda bangun dan melihat ada kelelawar di kamar Anda, anggap Anda telah
digigit. Juga, jika Anda melihat kelelawar di dekat seseorang yang tidak dapat melaporkan gigitan, seperti
anak kecil atau orang cacat, anggap orang tersebut telah digigit.
Rabies pada hewan
Penyakit ini dapat menyerang semua hewan berdarah panas, tetapi di alam yang terserang pada umumnya adalah
bangsa Carnivora (pemakan daging) dan Chiroptera (bangsa kelelawar). Rodentia tidak berperan dalam pemeliharaan
mekanisme infeksi di alam.
Gejala-gejala penyakit Rabies pada anjing dikenal dalam 3 stadium :
1. Stadium Pertama : pada stadium ini sifat anjing sudah berubah sifat dari kebiasaanya (lincah menjadi pendiam,
tenang menjadi gelisah), menjadi penakut, pendiam, gelisah, sering menyendiri,bersifat dingin tetapi agresif. Kadangkadang terlihat malas, nafsu makan berkurang, temperature tubuh agak naik, senang bersembunyi di tempat gelap
dan teduh, tidak menurut perintah atau panggilan pemiliknya kadangkala terlihat geram (pipi mengkerut-kerut seperti
mau menangkap sesuatu di depannya), kadangkala bertingkah seperti mau menangkap sesuatu, kadang lari kian
kemari bila terkejut dan berusaha untuk menggigit (hypersensitive
2. Stadium Kedua : pada stadium ini anjing menjadi lebih agresif, takut sinar dan air, senang bersembunyi di bawah
kolong, senang memakan atau menggigit benda-benda asing seperti besi, batu, kayu, dll. Bila dirantai akan berusaha
berontak menggigiti rantai agar bisa lepas, menggonggong dan suaranya berubah menjadi lebih parau, kadangkadang suaranya seperti lolongan serigala, dan karena terjadi kelumpuhan ototnya maka anjing akan sulit untuk
menelan. Bila anjing itu lepas, maka ia akan melarikan diri dan berjalan terus sepanjang hari dan akan menyerang
apa saja yang terlihat bergerak bila ia merasa terganggu, berakhir dengan kelelahan dan sempoyongan. Kejangkejang, telinga lebih kaku, ekor lebih kaku dan menjulur ke bawah selangkangan.
3. Stadium Ketiga (akhir) : Dalam stadium ini kelumpuhan mulai menjalar pada otot bagian kepala sehingga terlihat
mulut sulit untuk menutup, lidah terjulur terus sehingga air liurnya selalu menetes, menggantung dan berbusa, mata
menjadi agak juling atau malah menjadi tambah melotot, kelumpuhan berlanjut pada otot-otot tubuh sehingga terlihat
sempoyongan, kejang-kejang, melanjut kelumpuhan pada kaki, koma dan antara 2 sampai 4 hari kemudian mati,
karena kelumpuhan pada otot pernafasannya.
Kepentingan dari rabies dalam kepentingan masyarakat bukanlah ditentukan oleh banykanya kasus positif per tahun,
dimana sangat kecil bila dibandingkan dengan penyakit-penyakit lain, tetapi yang perlu diingat adalah anjing selalu
dekat dengan manusia atau sudah dianggap sebagai (mans best friend). Angka kematian yang sangat tinggi juga
dipertimbangkan karena mencapai 100% yang menyebabkan penyakit ini sangat ditakuti, sehingga menimbulkan
akibat mental dan emosional berupa penderitaan dan kegelisahan dari orang yang digigit anjing karena takut
mendapatkan penyakit fatal ini. Selain itu waktu, biaya dan bahaya enchepalitis (radang otak) akibat pengobatan
antirabies setelah penggigitan (pengobatan post-exposure)
Rabies telah diisolasikan dari tikus dan rodentia lainnya tetapi potensial penularannya ke manusia sangatlah kecil.
Sedangkan rabies di kelelawar merupakan problem tersendiri yang lepas dari dari siklus infeksi di mamalia lainnya dan
kepentingannya hanya terungkap di Benua Amerika. Kepentingan infeksinya juga berbeda antara kelelawar penghisap
darah dan golongan bukan pemangsa darah. Rabies pada kelelawar bukan penghisap darah dilaporkan terjadi di
Amerika Utara dan Amerika Selatan dan telah dibuktikan adanya di beberapa species, baik pemakan buah-buahan,
insektivora maupun pemakan ikan. Rabies pada kelelawar jenis vampire merupakan problema yang hanya melibatkan
Amerika Latin, Trinidad dan Tobago. Fungsi vampire sebagai carrier penyakit ini masih diragukan. Hewan ini akan lebih
sering sembuh sendiri daripada hewan lain, tetapi belumlah jelas apakah ia menyebarkan virus setelah sembuh dari
rabies.

Penyebab Rabies

Gejala penyakit rabies disebabkan oleh virus rabies. Virus penyebab rabies ini menyebar melalui air liur
hewan yang terinfeksi. Gejala rabies pada hewan yang terinfeksi dapat menyebarkan virus dengan
menggigit hewan lain atau seseorang. Dalam kasus yang jarang terjadi, rabies dapat menyebar ketika air
liur yang terinfeksi masuk ke luka terbuka atau selaput lendir, seperti mulut atau mata. Ini bisa terjadi jika
hewan yang telah terinfeksi menjilat luka terbuka pada kulit Anda.
Penularan penyakit rabies pada hewan
Setiap mamalia (binatang menyusui) dapat menularkan virus rabies. Hewan-hewan paling mungkin untuk
menularkan virus rabies kepada orang-orang dari hewan peliharaan dan hewan ternak meliputi:

Kucing
Sapi

Anjing

Musang

Kambing

Kuda

Faktor-faktor penyebab penyakit rabies yang dapat meningkatkan risiko meliputi:

Bepergian atau tinggal di negara-negara berkembang di mana rabies lebih umum terjadi.
Kegiatan yang menempatkan Anda dekat dengan binatang liar yang mungkin terinfeksi rabies,
seperti menjelajahi gua di mana kelelawar hidup atau berkemah tanpa mengambil tindakan
pencegahan untuk mengusir binatang liar jauh dari perkemahan Anda.

Bekerja di laboratorium dengan virus rabies

Luka pada kepala, leher atau tangan, yang dapat membantu perjalanan virus rabies ke otak Anda
lebih cepat.

Memiliki banyak hewan peliharaan, misalnya anjing atau kucing.

Pada saat hewan yang terinfeksi virus rabies menggigit Anda, tidak ada cara untuk mengetahui apakah
hewan yang mengigit Anda tersebut telah menularkan virus rabies kepada Anda. Untuk alasan ini,
pengobatan untuk mencegah virus rabies menginfeksi tubuh Anda dianjurkan jika dokter berpikir ada
kemungkinan Anda telah terkena virus.
Tidak ada obat rabies khusus untuk infeksi penyakit rabies. Meskipun sejumlah kecil orang telah sembuh
dari penyakit rabies, penyakit ini biasanya berakibat fatal. Oleh karena itu, jika Anda berpikir Anda telah
terkena rabies, Anda harus mendapatkan serangkaian perawatan untuk mencegah infeksi bertambah
parah.
METODE PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara :
- Melakukan program vaksinasi penyakit Rabies secara teratur setahun sekali ke Dinas Peternakan setempat atau ke
Dokter Hewan terdekat.
- Pemeliharaan anjing sebaik mungkin, pengamatan sifat kebiasaan sehari-hari, bila terlihat perubahan-perubahan
secara mendadak dalam sifat-sifat diluar kebiasaannya, segera periksakan pada dokter hewan praktek terdekat.
- Sebaiknya anjing tidak selalu dibiarkan berkeliaran di luar rumah tanpa dapat dikendalikan.
- Anjing yang dicurigai atau agak berubah perangainya sebaiknya diisolir dan tidak dicampur dengan anjing lainnya.
- Karena ganas dan berbahayanya penyakit Rabies, maka pencegahan dan pemberantasannya harus dilakukan secara
intensif dan sedini mungkin.
Dalam pengendalian penyakit ini yang paling utama untuk dilakukan adalah pencegahan penyakit pada manusia dan
pengendalian atau eradikasi penyakit pada hewan. Untuk mencapai tujuan tersebut dipakai 3 prinsip program yaitu :
1. Pencegahan keterpaparan (exposure) ke hewan rabies.

2. Pengobatan setelah terpapar.


3. Imunisasi pada individu-individu yang beresiko tinggi terhadap penyakit Rabies seperti dokter hewan, pemegang
hewan, teknisi laboratorium dan lainnya.

Pengobatan untuk orang yang digigit hewan yang terinfeksi rabies


Jika Anda telah digigit oleh hewan yang diketahui memiliki rabies, Anda akan menerima serangkaian
pengobatan untuk mencegah virus rabies menginfeksi Anda. Jika hewan yang menggigit Anda tidak dapat
ditemukan, mungkin lebih baik jika Anda mengasumsikan bahwa hewan tersebut memiliki virus rabies. Tapi
ini akan tergantung pada beberapa faktor, seperti jenis hewan dan situasi di mana gigitan terjadi.
Vaksin rabies untuk membantu tubuh mengidentifikasi dan memerangi virus rabies pada manusia. Vaksin
rabies diberikan dengan suntikan di lengan Anda. Anda menerima beberapa suntikan selama lebih dari 2
minggu.
Menentukan apakah hewan yang menggigit Anda terinfeksi virus rabies
Dalam beberapa kasus, infeksi dapat untuk ditentukan apakah hewan yang menggigit Anda memiliki infeksi
rabies sebelum memulai serangkaian pengobatan rabies. Dengan begitu, jika ditentukan bahwa binatang
itu sehat, Anda tidak memerlukan pengobatan. Prosedur untuk menentukan apakah hewan memiliki rabies
dapat bervariasi tergantung situasi. Sebagai contoh:

Hewan peliharaan dan hewan ternak. Kucing, anjing dan musang yang menggigit dapat diamati
selama 10 hari untuk melihat apakah mereka menunjukkan tanda-tanda dan gejala rabies. Jika
hewan yang menggigit Anda itu sehat selama periode pengamatan, kemudian tidak memiliki
rabies dan Anda tidak perlu pengobatan rabies. Jika hewan peliharaan lainnya dan hewan ternak
yang menunjukan tanda dan gejala rabies. Bicaralah dengan dokter atau layanan kesehatan
masyarakat setempat untuk menentukan apakah Anda harus menerima suntikan vaksin anti
rabies.

Hewan liar yang bisa ditangkap. Hewan liar yang dapat ditemukan dan ditangkap, seperti
kelelawar yang datang ke rumah Anda, bisa dibunuh dan diuji untuk rabies. Pengujian pada otak
binatang itu mungkin dapat mengungkapkan virus rabies. Jika binatang itu tidak memiliki rabies,
Anda tidak perlu pengobatan.

Hewan yang tidak dapat ditemukan. Jika hewan yang menggigit Anda tidak dapat ditemukan,
diskusikan situasi dengan dokter atau departemen kesehatan setempat. Dalam kasus-kasus
tertentu, mungkin paling aman menganggap bahwa hewan itu memiliki rabies dan dilanjutkan
dengan pengobatan rabies. Dalam kasus lain, mungkin tidak mungkin bahwa hewan yang
menggigit Anda memiliki rabies dan dapat ditentukan bahwa pencegahan penyakit rabies
diperlukan atau tidak

2.DISTEMPER
CANINE DISTEMPER

Distemper anjing atau canine distemper merupakan penyakit virus yang sangat menular dan bersifat sistemik.
Distemper mempunyai tingkat kematian yang sangat tinggi terutama pada anak anjing (puppy). Penyakit ini disebabkan
oleh infeksi virus Distemper (Canine Distemper Virus = CVD). Virus ini lebih suka menyerang dan mengakibatkan
kematian pada hewan muda dibandingkan hewan dewasa. Virus ini merupakan airborne disease yang menyerang
organ respirasi, urogenital, gastrointestinal, nervus opticus, dan sistem saraf pusat. Canine Distemper Virus sangat

resisten terhadap keadaan dingin dan sebagian besar pada negara empat musim, virus ini menyerang pada musim
gugur dan dingin. Semua bangsa dan umur anjing secara universal dapat terserang virus distemper ini. Anak
anjing berumur 3-6 bulan lebih rentan terkena infeksi dan mengalami gangguan yang lebih serius seperti peradangan
pada paru-paru (pneumonia), dan peradangan akut pada otak (encephalitis) jika dibandingkan dengan anjing dewasa.
Anak anjing yang masih menyusui memiliki kemungkinan yang kecil terkena infeksi CDV karena masih memiliki
kekebalan yang didapatkan dari susu kolostrum selama 8-24 jam pertama setelah kelahiran. Anjing dewasa memiliki
kemungkinan yang kecil untuk dapat terinfeksi CDV karena kekebalan sudah terbangun, namun infeksi dapat tetap
terjadi dan biasanya pada anjing usia 7-8 tahun. Masih tingginya kasus distemper pada anjing-anjing di seluruh dunia
kemungkinan disebabkan oleh perlakuan vaksinasi yang tidak cukup atau tidak mengikuti prosedur yang
direkomendasikan.

Penyebaran

Penularan dari virus ini dapat melalui udara, kontak langsung, dan dimungkinkan juga melalui kontak dengan bendabenda yang sudah terkontaminasi. Anak anjing dan anjing dewasa dapat terinfeksi virus distemper melalui paparan
udara yang mengandung virus distemper dari hewan lain yang terinfeksi. Saat ini masih belum pasti adanya carrier dari
virus ini. Virus bereplikasi di dalam feses dan urin dari individu yang terinfeksi dan pernah dibuktikan adanya
penularanmelalui plasenta dari induk ke anak. Kasus distemper menyebar sangat luas dikarenakan oleh karena
distemper anjing dapat menginfeksi populasi anjing-anjing liar sehingga kontak antara anjing liar dan anjing peliharaan
pun dapat memfasilitasi penyebaran virus ini.

Perjalanan Penyakit

Rute infeksi yang paling umum adalah melalui saluran pernafasan bagian atas karena menghirup udara yang sudah
terkontaminasi virus distemper. Infeksi juga dapat terjadi dari menelan materi yang sudah terinfeksi virus. Jika jalan
masuk virus melalui saluran pernafasan bagian atas, virus akan masuk dan menginfeksi kelenjar pertahanan sistem
pernafasan dan disana akan terjadi replikasi virus. Virus kemudian memasuki aliran darah dan ditransportasikan ke selsel epitel di seluruh tubuh, termasuk epitel pernapasan dan pencernaan. Dalam 3-6 hari setelah hewan terinfeksi virus
distemper suhu badan akan meninggi dan virus mulai masuk ke dalam peredaran darah. Dalam minggu kedua dan
ketiga setelah infeksi, anjing mulai membentuk zat kebal untuk merespon infeksi dan jika mampu mengatasi virus
distemper anjing tersebut akan sembuh tanpa menunjukkan gejala klinis. Apabila anjing tidak mampu mengatasi virus
tersebut maka anjing tersebut akan memperlihatkan penyakit baik dalam bentuk akut atau subakut. Derajat viremia
dankemampuan penyebaran virus dipengaruhi oleh tingkat kekebalan yang terdapat pada tubuh anjing.

Gejala Penyakit

Penyakit distemper sering dikatakan sebagai "Pembohong Besar" karena gejala yang muncul sering menyerupai gejala
pada penyakit lain seperti radang tenggorokan atau radang usus. Penyakit distemper sering menyebabkan terjadinya
imunosupresi (penurunan daya tahan tubuh) yang menyebabkan anjing rentan terserang infeksi sekunder oleh bakteri
terutama pneumonia. Ada empat tipe penyakit distemper pada anjing, yaitu tipe pernafasan, pencernaan, kulit, saraf
maupun kombinasi dari beberapa tipe tersebut. Gejala umum pada kejadian penyakit ini adalah demam yang bersifat
transien, biasanya terjadi pada 3-6 hari setelah infeksi. Kenaikan suhu terjdi pada hari 1-3, diikuti penurunan selama
beberapa hari kemudian naik lagi selama 1 minggu atau lebih. Saat awal kejadian segera akan diikuti dengan
leukopenia dan limfopenia. Selanjutnya terjadi netrofilia selama beberapa minggu. Pada tipe pernafasan, adanya
demam biasanya disertai gangguan pada saluran pernafasan berupa keluarnya leleran hidung yang bersifat encer
maupun kental, leleran mata, dan batuk.

Distemper yang memiliki tipe kulit ialah terjadi hiperkeratosis (penebalan kulit) dari telapak kaki ("Hardpad
Disease") dan epitelium dari cuping hidung. Anjing yang terserang menunjukkan bau yang khas. Distemper yang
memiliki tipe pencernaan memiliki gejala diantaranya muntah, diare dan hilangnya nafsu makan (anoreksia). Gejala
syaraf sering terlihat bersamaan dengan terjadinya hiperkeratosis (penebalan kulit). Gangguan sistem saraf pusat yang
muncul antara lain: kejang tak terkendali yang bersifat lokal dari otot atau grup otot seperti di bagian kaki atau otot
wajah. Gejala syaraf lain yang terjadi ialah kekakuan leher, kelumpuhan serta kejang yang dicirikan dengan adanya
salivasi (pengeluaran liur tak terkendali) dan gerakan mengunyah oleh rahang ("chewing-gum fits"). Kejang akan
menjadi lebih sering dan semakin parah, kemudian anjing dapat terjatuh pada salah satu sisinya. Pengeluaran urin dan
feses yang tak terkendali sering terjadi. Seekor anjing dapat menunjukkan beberapa atau semua dari gejala syaraf ini.
Infeksi yag terjadi dapat bersifat ringan dan tidak tampak atau bahkan parah yang dimanifestasikan oleh sebagian
besar gejala syaraf di atas. Kejadian penyakit yang bersifat sistemik dapat berlangsung selama 10 hari, namun onset
dari gejala syaraf yang muncul dapat tertunda selama beberapa minggu atau bulan. Distemper merupakan penyakit
yang fatal karena walaupun seekor anjing tidak mati, virus distemper akan menyebabkan kerusakan menetap pada
sistem syaraf anjing.

Diagnosa

Seorang dokter hewan dapat mendiagnosa kasus distemper berdasarkan gejala klinis yang tampak pada anjing dan
hasil pemeriksaan laboratorium (cek darah dan test kit distemper).

Pengobatan

Tidak ada obat spesifik yang dapat digunakan untuk membunuh virus distemper yang sudah menginfeksi seekor anjing.

Tindakan yang dapat dilakukan ialah untuk mencegah infeksi sekunder, mengendalikan muntah, diare dan gejala syaraf
yang muncul, menangani kondis dehidrasi dengan memberikan cairan infus. Anjing yang terinfeksi distemper harus
dijaga supaya tetap hangat, mendapatkan nutrisi yang cukup serta dipisahkan dari anjing-anjing lainnya.

Pencegahan

Vaksinasi dan menghindari kontak dengan hewan terinfeksi distemper adalah satu-satunya cara untuk mencegah
tertularnya seekor anjing terhadap virus ini. Vaksinasi sangat penting. Anak-anak anjing sangat rentan terinfeksi virus
distemper, terutama jika kekebalan alami yang diperolehnya dari induk sudah menghilang sebelum anak anjing tersebut
mampu membentuk kekebalan tubuhnya sendiri. Untuk melindungi anjing dewasa, pemilik hewan harus memberikan
vaksin secara berkala sehingga anjing tersebut mempunyai titer antibodi yg cukup untuk melawan virus tersebut.

3.feline panleukopenia

Apa yang dimaksud dengan feline panleucopenia ?


Penyakit ini disebut juga Feline Parvovirus, Feline Infectous Enteritis/FIE (radang usus menular). Panleucopenia adalah
penyakit serius yang cukup berbahaya pada kucing. Penyakit ini diakibatkan oleh virus. Angka kematian berkisar 25 85 % pada kucing yang belum divaksinasi. Penyakit mudah menular ke kucing lain, tetapi tidak menular pada manusia
dan anjing.
Bagaimana penyakit ini menular ?
Penyakit ini menular kontak langsung atau tidak langsung melalui air liur, air kencing,muntah dan melalui kotoran
kucing yang terinfeksi. Selain itu anak kucing juga dapat tertular virus dari induknya, bila sang induk terserang virus
ini pada saat bunting.
Virus panleucopenia dapat bertahan cukup lama di luar tubuh kucing. Sebagian besar desinfektan tidak mampu
membunuh virus ini. Oleh karena itu penularan terbesar terjadi melalui kontak dengan kandang, lantai atau peralatan
makan dan minum kucing yang tercemar virus dan tidak dibersihkan dengan desinfektan yang sesuai.
Virus masuk ke tubuh kucing biasanya melalui mulut, berkembang di kelenjar pertahanan di bagian mulut, lalu
menyebar ke seluruh tubuh. Kemudian virus akan berkembang di beberapa organ seperti kelenjar pertahanan seluruh
tubuh, sumsum tulang dan selaput lendir usus yang menyebabkan hancurnya usus.
Bagaimana tanda-tanda kucing terkena penyakit ini ?
Penyakit ini dapat menyebabkan anemia, muntah-muntah dan diare yang parah pada kucing. Kadang-kadang
perkembangan penyakit sedemikian cepat sehingga anak kucing mati tiba-tiba sebelum pemiliknya sempat melihat
tanda-tanda sakit. Setelah diare dan muntah, biasanya diikuti dengan hilangnya nafsu makan yang mengakibatkan
dehidrasi dan kematian.
Apakah penyakit ini dapat diobati ?
Hingga saat ini belum ada obat yang dapat membunuh virus di dalam tubuh kucing. Kesembuhan kucing sangat
tergantung kekebalan tubuh kucing tersebut. Obat yang diberikan hanya bertujuan mencegah infeksi lain yang
disebabkan bakteri dan meningkatkan kondisi tubuh kucing. Perawatan intensif diperlukan agar kucing tetap makan
dan memperoleh nutrisi yang cukup untuk melawan virus.
Bagaimana mencegah penyakit ini ?
Penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi yang teratur. Anak kucing dapat divaksinasi pada umur 8-10 minggu.
Agar kekebalan yang terbentuk lebih terjamin sebaiknya vaksinasi diulang 1 bulan kemudian. Setelah itu vaksinasi
dianjurkan diulang setiap tahun. Untuk kucing dewasa atau berumur lebih dari 6 bulan yang belum pernah divaksinasi,
vaksinasi bisa dilakukan tiap tahun.
Bagaimana akibat jangka panjang penyakit ini ?
Pada beberapa kasus, penyakit menyebabkan kerusakan usus yang sangat parah, sehingga kucing yang sembuh
mengalami kesulitan untuk menyerap nutrisi makanan. Pada beberapa kasus lain kucing yang sembuh mengalami
diare terus-menerus.

Kapan sebaiknya membawa kucing baru ke rumah ?


Anda baru saja kehilangan kucing yang mati akibat penyakit ini. Akan tiba saatnya anda menginginkan penggantinya.
Virus panleucopenia dapat bertahan hingga 1 tahun di lingkungan. Akan lebih baik bila anda menunggu setidaknya 1
tahun sebelum membawa kucing baru ke rumah. Bila ingin lebih cepat, tunggulah setidaknya 1 bulan sambil
membersihkan kandang, peralatan makan, daerah yang diduga tercemar virus, dll dengan desinfektan yang tepat.
Lebih baik lagi membawa kucing dewasa yang sudah di vaksinasi.
Desinfektan jenis apa yang dapat membunuh virus ini ?
Sebagian besar desinfektan rumahan yang dijual bebas di supermarket tidak dapat membunuh virus ini. Carilah
desinfektan khusus hewan di petshop-petshop atau tempat lain yang mengandung bahan aktif golongan formaldehida
atau Chlorin.

4.feline calicivirus
Penyakit ini biasa menyerang kucing, menyebabkan gangguan pernafasan, luka sekitar bibir dan mulut seperti
sariawan (ulkus oral), kadang disertai sakit persendian. Penyakit ini menyebabkan flu yang agak berat tetapi jarang
menyebabkan komplikasi serius.
Apa yang dimaksud dengan Calicivirus ?
Calicivirus termasuk salah satu penyebab gangguan pernafasan pada kucing. Penyakit saluran pernafasan bisa
disebabkan sekelompok virus dan bakteri seperti Virus Feline Rhinotracheitis dan bakteri Chlamydia (sekarang
Chlamydophila). Penyakit-penyakit ini dapat menyebabkan pilek dan mata berair. Calicivirus dan rhinotracheitis
menyebabkan sekitar 85-90% dari seluruh penyakit pernafasan pada kucing.
Calicivirus tersebar di seluruh dunia dan dapat menyerang semua ras kucing. Vaksinasi telah mengurangi kejadian dan
keparahan gejala klinis penyakit ini.
Calicivirus mempunyai beberapa strain, strain tertentu menyebabkan gejala yang berbeda seperti luka (ulkus) pada
telapak kaki dan mulut. Sebagian besar gejala yang muncul biasanya suara menjadi serak, dan hilangnya nafsu
makan.
Penyebaran virus
Penyebaran virus ini biasanya dengan kontak melalui air liur, cairan yang keluar dari hidung dan mata dan kadang
kadang melalui kotoran kucing yang terinfeksi.
Virus ini tahan terhadap berbagai desinfektan dan dapat bertahan di luar tubuh kucing hingga 8-10 hari. Banyak
kucing yang telah sembuh tetap dapat menularkan penyakit ini meskipun tidak menunjukkan gejala sakit.
Virus ini sering menyerang kucing muda (kitten), rumah/tempat dengan jumlah kucing banyak dan tempat
penampungan hewan. Wabah biasanya terjadi pada kandang/populasi kucing yang padat, ventilasi kurang baik,
kandang yang kurang bersih, nutrisi kurang dan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin.
Tanda-Tanda kucing terserang calicivirus
Penyakit ini berkembang secara cepat dan tiba-tiba. Kucing yang tadinya terlihat sehat bisa saja besoknya terlihat lesu
dan sakit.
Tanda-tanda kucing sakit yang umum berupa bersin (tidak sebanyak Feline Rhinotracheitis), batuk, pilek, cairan
berlebih dari mata dan hidung. Luka (ulkus) seperti sariawan pada hidung, mulut, lidah atau bibir yang menyebabkan
kucing tidak mau makan karena kesakitan saat mengunyah makanan. Kadang-kadang ulkus juga terjadi di sela-sela
cakar. Demam tinggi, sulit bernafas akibat radang paru-paru (pneumonia)
Penanganan kucing sakit
Konsultasikan penanganan dan obat yang tepat dengan dokter hewan anda. Isolasi kucing yang sakit, jauhkan dari
kucing lain, sebaiknya ditempatkan di ruangan yang terpisah aliran udaranya dari kucing lain yang sehat. Beri
makanan yang lunak, suapi bila kucing tidak mau makan. Beri nutrisi yang baik, bersihkan kotoran pada mata dan
hidung. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri. Pada kasus penyakit
yang berat diperlukan rawat inap dan infus.
Pencegahan

Satu-satunya cara pencegahan adalah vaksinasi kucing secara teratur setiap tahun. Meskipun tidak 100 % melindungi
kucing dari penyakit, kucing yang sudah divaksinasi mempunyai kemungkinan sembuh yang lebih tinggi dan cepat.
5.feline viral rhinotracheitis

Feline Viral Rhinotracheitis ( FVR ) Merupakan penyakit infectious yang disebabkan oleh virus yang dapat
bersifat akut/kronis dan menyerang pada saluran pernafasan atau konjungtiva pada kucing domestic dan
eksotik. Bersama dengan Feline Calicivirus (FCV) dapat menyebabkan Feline Respiratory Disease
Complex.
Virus penyebab penyakit ini adalah Feline Herpesvirus 1 (FHV-1) yang peka terhadap panas, asam dan
desinfektan. Konsentrasi virus yang tinggi pada kucing sakit berada pada pharynx dan rongga hidung.
Virus ini sangat lemah jika berada diluar tubuh kucing, dia hanya dapat bertahan dalam hitungan jam saja.
Kejadian dan prevalensi penyakit ini cukup tinggi, penyebaranya pun sangat luas bahkan hampir di seluruh
dunia. Pada anak kucing angka kematian dapat mencapai 30 % dan angka kesakitan 100%. Anak kucing
dapat terinfeksi pada umur 2-8 minggu, bahkan kadang pada saat akan dilahirkan. Semua family felideae
dapat menjadi induk semang pertumbuhan FHV 1 ini. Kucing dapat tertular melalui saluran pernafasan,
saluran pencernakan atau membrane mukosa mata, hidung, dan mulut. Kucing yang sakit akan
mengeluarkan partikel virus bersama sekresi hidung selama kurang lebih 3 minggu sejak terjadinya
penyakit. Kucing yang sembuh karena infeksi lapang akan bersifat carier dan tidak akan mendapatkan
kekebalan yang permanen tetapi apabila terkena infeksi lagi hanya menunjukkan gejala-gejala klinis yang
ringan, dan jumlah virus yang dikeluarkan bersama sekresi hidung akan lebih sedikit. Keadaan stress
sangat berperan dalam stimulasi pengeluaran FHV 1 dari kucing carier. Anak kucing dapat tertular penyakit
dari induk yang carier melalui placenta dalam kandungan.
Kucing yang sakit akan menunjukkan gejala sebagai berikut : depresi, bersin-bersin, keluar discharge/
kotoran dari mata, ingusan, nafsu makan menurun, suhu tubuh meningkat. Pada keadaan yang lebih berat
hewan yang sakit menunjukkan adanya radang pada konjungtiva mata, batuk dan dahak yang kental.
Gejala ini akan hilang setelah 20 hari atau lebih lama.
Apabila kucing anda terdapat gejala-gejala seperti diatas, segera bawa ke dokter hewan agar secepat
mungkin mendapat pertolongan. Walaupun belum ada obat yang secara efektif membunuh FHV 1 ini
namun pemberian roboransia dan antibiotic dapat memperbaiki kondisi tubuh kucing dan kejadian fatal
dapat dihindari. Satu-satunya langkah terbaik adalah tindakan pengebalan Kucing dengan melakukan
vaksinasi secara teratur

Anda mungkin juga menyukai