Anda di halaman 1dari 23

UJIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

Disusun Untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

Diajukan kepada :
dr. Vista Nurasti Pradanita, Sp.KJ., M.Kes

Diajukan oleh:
Laila Azizah, S.Ked
20090310199

SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA


RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

HALAMAN PENGESAHAN
UJIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
Disusun oleh:
Laila Azizah
20090310199
Telah dipresentasikan pada:

Bantul, Januari 2015


Menyetujui dan mengesahkan,
Pembimbing

dr. Vista Nurasti Pradanita, Sp.KJ., M.Kes

STATUS PSIKIATRI
1. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn.S

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 34 tahun

Agama

: Islam

Pendidikan Terakhir

: SMP

Pekerjaan

: Tukang Becak

Bangsa/suku

: Indonesia/Jawa

Alamat

: Pandak, Bantul

Tanggal diperiksa

: 13-01-2015

Nomor RM

: 371***

2. ALLOANAMNESIS
Nama

: Ny. R

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 65 tahun

Agama

: Islam

Pendidikan

:-

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Bangsa/suku

: Indonesia/Jawa

Alamat

: Pandak, Bantul

Hubungan

: Ibu

Lama kenal

: Sejak lahir (34 tahun)

Sifat perkenalan

: Dekat

Tempat wawancara

: Rumah Keluarga

2.1. Keluhan Utama


Pasien datang ke rumah sakit karena obat habis dan ingin meminta obat.

2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)


Autoanamnesis
Pada tahun 2008, yaitu setelah meninggalnya bapak pasien, disebabkan patah
tulang belakang. Sebelum bapaknya meninggal, pasien sudah berusaha mencari
pengobatan untuk bapaknya namun pengobatan tersebut tidak berhasil dan akhirnya
bapak pasien meninggal dunia. Semenjak meninggal bapaknya, pasien sering duduk
termenung dengan pandangan kosong, apabila diajak bicara pasien tidak
menghiraukan. Sebelum acara 40 hari setelah meninggal bapaknya, pasien menarinari tidak jelas dan memberi uang maupun sembako pada setiap orang yang lewat
rumahnya. Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara yang berasal dari
telinganya, suara itu tidak dikenali pasien, yang mengatakan daerah-daerah angker,
disepanjang jalan kerumahnya ada hantunya. Disaat pasien sedang berada didekat
orang lain, selalu mendengar bisikan bahwa orang itu adalah musuhnya, sehingga
pasien berlari dan mencari perlindungan menyebur ke dalam kali dan bersembunyi
menenggelamkan diri di dalam kali tersebut. Pasien bertanya-tanya kenapa tidak
mati-mati juga meskipun sudah sering menenggelamkan diri di dalam kali yang
dalam. Pasien juga pernah merasakan takut jika bertemu orang lain termasuk
keluarga sendiri, ketakutannya tersebut tidak beralasan, rasa takut tersebut kadangkadang hilang namun kadang muncul lagi.
Pasien permah mondok di rumah sakit sebanyak 8 kali karena sakit jiwanya
tersebut. Pertama masuk pada tahun 2008 di RSUP Dr. Sardjito karena sikapnya
yang menari-nari dan hanya diam saja, sempat sekitar 2 minggu dirawat dan
dipulangkan dengan obat rutin. Setelah beberapa lama mengonsumsi obat rutinnya,
ada teman yang mengatakan kalau minum obat kelamaan nanti rusak ginjalnya,
karena takut hal tersebut pasien berhenti meminum obatnya. Namun setelah berhenti
minum obat rutinnya, 3 bulan kemudian pasien masuk RSUP Dr.Sardjito lagi karena
kambuh lagi seperti orang bingung dan mengamuk.
Setiap tahunnya pasien pasti mondok rumah sakit karena kambuh lagi sebab
pasien tidak minum obat. Pasien pernah mondok di RSUP Dr. Sardjito sebanyak 5
kali, RSJ Grhasia 2 kali dan terakhir 1 kali di RSUP Dr. Sardjito. Terakhir mondok

sekitar 1 tahun yang lalu dengan gejala serupa akibat obat tidak diminum rutin.
Pasien beralasan bosan jika tiap hari harus minum obat.
Sekarang pasien menyadari akan pentingnya rutin minum obat, pasien tidak
ingin mondok di RS lagi karena penyakitnya kambuh akibat ia tidak patuh
meminum obat rutinnya. Pasien merasa sekarang sudah jauh lebih baik dari
sebelumnya. Ia tidak pernah lagi melamun ataupun seperti orang bingung, tidak
pernah lagi mendengar bisikan-bisikan yang mengatakan daerah-daerah angker, saat
di dekat orang lain tidak pernah lagi mendengar bisikan bahwa orang itu adalah
musuhnya, pasien tidak pernah lagi melakukan hal-hal seperti menari-nari dan
berlari menenggelamkan diri di kali.
Rutinitas pasien sudah kembali seperti sebelum sakitnya, ia sudah bisa bekerja
kembali mencari nafkah sebagai tulang punggung keluarganya.
Alloanamnesis
Pada tahun 2008 ibu pasien melihat perilaku yang aneh dari pasien, sering
murung dan diam saja, setiap ditanya tidak menghiraukan dan tidak nyambung
diajak ngobrol. Perilaku tersebut terjadi setelah meninggalnya bapak pasien yang
sebelumnya didahului dengan meninggalnya kakek pasien berselang tidak sampai
100 hari. Sebelum acara 40 hari meinggal bapak pasien, ia menari-nari seperti orang
gila sewaktu hujan dan membagi-bagikan sembako serta uang ke setiap orang yang
lewat. Pada saat tersebut pasien pernah mengamuk-ngamuk tanpa sebab.
Namun ibu pasien tidak tau bahwa pasien mendengar bisikan-bisikan, pasien
tidak pernah bercerita kepada ibunya. Ibu pasien mengetahui bahwa pasien sering
berlari menenggelamkan diri di kali namun ibu pasien tidak mengetahui bahwa
tingkah laku anaknya karena ada bisikkan yang menyuruhnya berlari. Ibu pasien
mengatakan pasien 8 kali mondok di rumah sakit karena perilakunya seperti orang
gila kambuh. Semenjak minum obat teratur, ibu pasien mengatakan pasien tidak
pernah kambuh lagi kira-kira setahun terakhir ini dan tidak pernah mondok di
rumah sakit lagi. Ibu pasien merasa perilaku anaknya sekarang sudah kembali
normal seperti dulu sebelum sakit.
.

2.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan
Kemandirian) autoanamnesis
Sistem Saraf

: demam (-)

Sistem Kardiovaskular : edem kaki (-)


Sistem Respirasi

: terlihat sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-)

Sistem Digestiva

: BAB normal, muntah (-), diare (-), sulit makan (-)

Sistem Urogenital

: BAK normal

Sistem Integumentum : warna biru pada kuku (-)


Sistem Muskuloskeletal : edema (-), bengkak sendi (-), kelemahan otot (-).
Secara organik dari autoanamnesis dan alloanamnesis dengan ibu pasien,
pasien tidak terdapat kelainan pada sistem-sistem organ.
2.4. Grafik Perjalanan Penyakit
Gejala Klinis

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014 2015

Mental
Health Line

Fungsi peran
2.5. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu
2.5.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit
Faktor Organik
Panas, kejang, dan trauma fisik satu tahun sebelum mengalami gangguan
disangkal oleh pasien maupun ibu pasien.
Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)
Tidak ada

Faktor Predisposisi
Penyakit herediter disangkal oleh narasumber.
Faktor Presipitasi
Dari penuturan autoanamnesis dan alloanamnesis pada pasien, setelah
bapaknya meninggal, pasien sering murung seperti ngelamun. Sejak saat
itu pasien mulai mendengar bisikan-bisikan.

2.5.2. Riwayat Penyakit Dahulu alloanamnesis


Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya
Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.
Riwayat Sakit Berat/Opname
Pernah dirawat di RSUP Dr. Sardjito dan RSJ Grhasia.
2.6. Riwayat Keluarga
2.6.1. Pola Asuh Keluarga
Alloanamnesis
Pasien merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Keluarga memiliki pola
asuh yang baik. Orangtuanya memberikan kebebasan kepada anak-anaknya
namun tetap mengawasinya.
2.6.2. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari hasil alloanamnesis dengan ibu pasien, tidak ada keluarga pasien yang
memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan gangguan kejiwaan
(seperti percaya indera keenam, bisa melihat sesuatu hal yang gaib, atau bisa
membaca pikiran orang lain)

2.6.3. Silsilah Keluarga

Keterangan:
: Perempuan
: laki-laki
: Pasien
: tinggal serumah
2.7. Riwayat Pribadi
2.7.1. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir normal di rumah dibantu oleh dukun bayi, dengan berat lahir 3,6
kg, lahir sesuai hari perkiraan lahir. Selama hamil tidak ada penyakit tertentu
selama kehamilan.
2.7.2. Latar Belakang Perkembangan Mental
Menurut pengakuan dari ibu pasien, perkembangan mental pasien sejak kecil
sama dengan teman-teman sebayanya yang berada di sekitar tempat tinggal
mereka. Sifat pasien sejak kecil adalah orang yang agak tertutup, jarang mau
bercerita tentang masalah pribadinya.

2.7.3.

Perkembangan Awal
Ibu pasien mengatakan perkembangan pasien sesuai dengan teman-teman
usia sebanyanya.

2.7.4. Riwayat Pendidikan


SD

: lulus dengan baik.

SMP

: lulus dengan baik

SMA

: tidak melanjutkan ke jenjang SMA karena tidak punya biaya.

2.7.5. Riwayat Pekerjaan


Pasien pernah bekerja sebagai buruh.
2.7.6. Riwayat Perkembangan Psikoseksual
Tidak terkaji
2.7.7. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual
Agama Islam
Shalat 5 waktu bolong-bolong
2.7.8. Riwayat Perkawinan
Pasien belum pernah menikah.
2.7.9. Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian Premorbid)
Pendiam
Cenderung tertutup
2.7.10. Hubungan Sosial
Hubungan dengan tetangga di dekat tempat tinggal pasien baik. Pasien sering
ikut kegiatan-kegiatan perkumpulan.

2.7.11. Kebiasaan

Pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan yang spesifik seperti merokok,


mengkonsumsi alkohol maupun obat-obatan.

2.7.12. Status Sosial Ekonomi


Keluarga pasien bisa dikatakan merupakan keluarga yang kurang mampu.
Sumber penghidupannya didapat dari uang hasil kerja pasien. Penghasilan
pasien diperkirakan kurang dari Upah Minimum Kabupaten (UMK) Bantul.
Pasien mengatakan penghasilannya tidak pasti. Rumah pasien terdiri dari 3
kamar tidur, satu kamar mandi, satu ruang tamu, dan satu dapur serta ruang
makan. Dinding terbuat dari tembok, lantai dari semen, atap rumah dari
genteng. Rumah tampak bersih tetapi kurang rapi.
2.7.13. Riwayat Khusus
Pengalaman militer (-)
Urusan dengan polisi (-)
2.8. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis
Alloanamnesis : dapat dipercaya
2.9. Kesimpulan Autoanamnesis Alloanamnesis

Laki-laki 34 tahun, pada tahun 2008 mulai memperlihatkan gejala-gejala seperti


pasien sering murung dan melamun dan jarang mau bersosialisasi dengan orangorang sekitarnya. Pasien mulai mendengar suara bisikan-bisikan yang
mengatakan daerah-daerah angker, setiap berada di dekat orang mendengar
bisikan bahwa orang itu musuhnya, sehingga pasien berlari ke kali
menenggelamkan diri sebagai perlindungan diri. Pasien pernah mengamuk tanpa
alasan yang jelas.

Pada tahun 2008 pasien 2 kali rawat inap di RSUP Dr. Sardjito karena masalah
kejiwaannya.

Setiap tahun pasien pasti rawat inap di rumah sakit dengan masalah yang serupa.

Tahun 2008-2014, 8 kali rawat inap dengan gejala serupa. 5 kali di RSUP Dr.
Sardjito, 2 kali di RSJ Grhasia, 1 kali di RSUP Dr. Sardjito.

Pasien mulai berobat rutin sejak pertama rawat inap tahun 2008, namun tingkat
kepatuhan minum obat masih kurang.

Pasien tidak terdapat kelainan pada sistem-sistem organ.

Pasien saat ini tinggal bersama ibu dan adiknya.

Pasien bisa dikatakan memiliki ekonomi yang kurang.

Pasien memiliki pola asuh keluarga yang demokratis.

Pasien mempunyai pekerjaan.

Pasien belum menikah.

Pasien menjalankan kegiatan moral spiritual namun masih sering bolong.

3. PEMERIKSAAN FISIK
3.1. Status Pemeriksaan Fisik
3.1.1. Status Internus
Tanggal Pemeriksaan: 13 Januari 2015
Keadaan Umum : Compos Mentis
Bentuk Badan

: tidak ditemukan kelainan

Berat Badan

: tidak dilakukan pengukuran

Tinggi Badan

: tidak dilakukan pengukuran

Tanda Vital
- Tekanan Darah : tidak dilakukan pengukuran
- Nadi

: tidak dilakukan pengukuran

- Respirasi

: tidak dilakukan pengukuran

- Suhu

: tidak dilakukan pengukuran

Kepala
- Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan
- Mata : conjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Leher
- Inspeksi

: leher tampak bersih

- JVP

: tidak dilakukan pemeriksaan

Thorax
- Sistem Kardiovaskuler : tidak dilakukan pemeriksaan
- Sistem Respirasi

: tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen
- Sistem Gastrointestinal : tidak dilakukan pemeriksaan
-

Sistem Urogenital

tidak

dilakukan

pemeriksaan
Ekstremitas
- Sistem Muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan
Sistem Integumentum : tidak ditemukan kelainan
Kesan Status Internus

: Dalam batas normal, meskipun ada beberapa


pemeriksaan tidak dilakukan karena tidak
tersedianya

tempat

dan

alat

untuk

pemeriksaan.
3.1.2. Status Neurologis
Kepala dan Leher

: Dalam batas normal

Tanda Meningeal

: tidak dilakukan

Kekuatan Motorik

: Dalam batas normal

Sensibilitas

: tidak dilakukan

Refleks Fisiologis

: tidak dilakukan

Refleks Patologis

: tidak dilakukan

Gerakan Abnormal

: tidak ada

Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: tidak ada


Kesan Status Neurologis

: pemeriksaan yang dilakukan dalam batas

normal.
3.1.3. Hasil Pemeriksaan Penunjang
EKG

: tidak dilakukan pemeriksaan.

EEG

: tidak dilakukan pemeriksaan.

CT Scan

: tidak dilakukan pemeriksaan.

Foto Rontgen : tidak dilakukan pemeriksaan.


LAB darah

: tidak dilakukan pemeriksaan.

3.2. Status Psikiatri


Tanggal Pemeriksaan: 13 Januari 2015
3.2.1. Kesan Umum
Laki-laki 34 tahun sesuai umur, kooperatif, rawat diri baik, berbicara baik
dan tak tampak gangguan jiwa.
No Status Psikiatri
1.
Mood
2.
3.

Afek
Pembicaraan

Eutimik

Hasil

Keterangan
Kisaran mood normal, menyiratkan

Appropriate

tidak ada depresi atau elevasi mood.


Ekspresi wajah pasien sesuai

Kuantitas : cukup

dengan apa yang diungkapkannya.


Pasien berbicara cukup, dapat

Kualitas : koheren dan

dimengerti dan menjawab sesuai

relevan
4.

5.

Persepsi

Pikiran

dengan

yang

ditanyakan

saat

Halusinasi auditorik (+)

wawancara
Pasien membenarkan adanya suara-

Halusinasi visual (-)

suara asing yang terdengar tanpa

Ilusi (-)
Bentuk pikir: Realistik

ada sumber yang jelas.


Apa yang disampaikan oleh pasien
sesuai dengan kenyataan.

Proses pikir: normal

Pembicaraan pasien langsung dapat


ditangkap pewawancara.

Isi pikir: Waham (-)


Ide bunuh diri (-)

6.

Orientasi

Orang: baik

Pasien

dapat

mengenali

yang

mewawancarainya.
Waktu: baik

Pasien dapat mengetahui waktu


pemeriksaan (bada ashar).

Tempat: baik

Pasien tahu dirinya ada di rumah.

Situasi : baik

Pasien

mengerti

situasi

saat

pemeriksaan sedang hujan.


Memori segera (immediate)
Memori

Pasien dapat mengingat nama


pemeriksa yg baru dikenalnya.

Memori

jangka

pendek Pasien

dapat

aktivitas

(recent)

apa

menceritakan
yang

tadi

pagi

dilakukan.
Memori jangka menengah Pasien ingat kejadian beberapa
(recent past)
Memori

jangka

Sikap/tingkah

5.

laku
Perilaku

7.

aktivitas
Penampilan/rawat Baik

8.

diri
Perhatian

Mudah

9.

Insight

dicantum
Derajat 6

panjang Pasien

ingat

berapa

kali

dia

dirawat di RS.

(remote)
4.

bulan yang lalu.

Kooperatif

Pasien dapat diajak berbicara ketika

dan Normoaktif

diwawancarai
Perilaku dan aktivitas normal
Pasien terlihat rapi dan cukup

ditarik,

bersih.
mudah Pasien memperhatikan pemeriksa
saat ditanya dan tetap fokus
Pasien sadar sepenuhnya tentang
situasi dirinya disertai motivasi
untuk mencapai perbaikan.

3.2.2. Gangguan Intelegensi Sesuai Umur / Pendidikan


Tidak ada
3.3. Hasil Pemeriksaan Psikologis
3.3.1. Kepribadian
Ekstrovert
3.3.2. IQ
Tidak dilakukan tes
3.3.3. Lain-Lain

Tidak ada

4. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA


4.1. Tanda-Tanda (Sign)
a. Penampilan
Sikap baik, rawat diri baik, tak tampak gangguan jiwa.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Cara berjalan biasa, gerakan tubuh biasa, semua dalam batas normal
c. Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas)
Dalam batas normal.
4.2. Gejala
a.

Halusinasi Auditorik (-), halusinasi visual (-)

b.

Bentuk pikir realistis, isi pikir waham (-) ide (-)

c.

Perhatian mudah ditarik, dapat dicantum.

d.

Orientasi orang, waktu, tempat dan situasi baik

e.

Mood eutimik.

f.

Afek appropriate.

4.3. Kumpulan Gejala (Sindrom)


Pada saat anamnesis, pasien terlihat tenang dan bercerita tentang dirinya, berikut
ini kumpulan gejala yang diperoleh dari autoanamnesis dan alloanamnesis :
a.

Arus pikiran yang terputus yang berakibat inkoherensi (pembicaraan kacau)


atau pembicaraan yang tidak relevan.

b.

Riwayat adanya gejala-gejala negative seperti sikap sangat apatis, bicara


yang jarang bahkan tidak mau berbicara, respon emosional yang menumpul
yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial.

c.

Riwayat suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu


keseluruhan dari berbagai aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri dan penarikan
diri dari sosial.

Kumpulan gejala ini merupakan syarat seseorang menderita skizofrenia menurut


PPDGJ III.

5. DIAGNOSIS BANDING
-

F20.0.5 Skizofrenia paranoid remisi sempurna

F20.0.4 Skizofrenia paranoid remisi tak sempurna

6. PEMBAHASAN
Pedoman menurut DSM IV
DSM-IV mempunyai kriteria diagnosis resmi dari American Psychiatric Association
untuk skizofrenia. Kriteria diagnosis skizofrenia menurut DSM-IV adalah:
a) Gejala karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian
waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan
berhasil):
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara terdisorganisasi (misalnya, sering menyimpang atau inkoheren)
4. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5. Gejala negatif, yaitu, pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan
(avolition)
Catatan: hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau
halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengkomentari perilaku atau pikiran
pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap satu sama lainnya.
b) Disfungsi sosial atau pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset
gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal,
atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau
jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat
pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).
c) Durasi: tanda gangguan menetap terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan.
Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau kurang jika
diobati dengan berhasil) yang memenuhi kriteria A (yaitu, gejala fase aktif) dan
mungkin termasuk periode gejala prodormal atau residual. Selama periode prodormal
atau residual, tanda gangguan mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negatif
atau dua atau lebih gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang
diperlemah (misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim).

d) Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood: Gangguan skizoafektif dan


gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena:
1. Tidak ada episode depresif berat, manik, atau campuran yang telah terjadi
bersama-sama dengan gejala fase aktif; atau
2. Jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya adalah
relatif singkat dibanhdingkan durasi periode aktif dan residual.
e) Penyingkiran zat/kondisi medis umum: Gangguan tidak disebabkan oleh efek
fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang salah digunakan, suatu
medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
f) Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif: jika terdapat riwayat adanya
gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasif lainnya, diagnosis tambahan
skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi yang menonjol juga ditemukan
untuk sekurangnya 1 bulan (atau kurang jika diobati secara berhasil).
Pedoman menurut PPDGJ III
Dalam PPDGJ III dijelaskan bahwa untuk menegakkan diagnosis skizofrenia harus ada
sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila
gejala-gejala itu kurang tajam atau jelas).
1.

Salah satu dari:


- thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda; atau
- thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya (withdrawal); dan
- thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau

2.

umum mengetahuinya;
Salah satu dari:
- delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
- delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
- delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya : secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);
- delusional perception : pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

3.

Halusinasi auditorik:

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
atau
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara
yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasala dari salah satu bagian tubuh
4. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala ini yang harus selalu ada secara jelas:
5. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang
jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terusmenerus;
6. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
7. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
8. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua
hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall

quality)

dari

beberapa

aspek

perilaku

pribadi

(personal

behaviour),

bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatau, sikap
larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Pedoman menurut PPDGJ III
Dalam PPDGJ III dijelaskan bahwa untuk menegakkan diagnosis skizofrenia paranoid :
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol ;

a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau member perintah atau


halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain-lain
perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam,
-

adalah yang paling khas.


Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan , serta gejala katatonik secara
relative tidak nyata tidak menonjol.
Menurut saya pasien ini menderita skizofrenia paranoid remisi sempurna (F20.0.5),

karena :
- Pasien pernah mengalami gejala psikotik pada masa lampau yang memenuhi kriteria
untuk diagnosis skizofrenia.
- Pasien memiliki gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol pada masa lampau
seperti aktivitas pasien yang menurun, afek yang menumpul, sikap pasif, kemiskinan
dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk (ekspresi
muka), dan kinerja sosial yang buruk. Namun sudah mengalami perbaikan dan tidak
ada lagi gejala negative.
- Bersifat paranoid di masa lampau.
- Arus pikiran yang terputus yang berakibat inkoherensi (pembicaraan kacau) atau
pembicaraan yang tidak relevan pada masa lampau.
- Riwayat suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari
berbagai aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak
bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri dan penarikan diri dari sosial.
- Tidak terdapat penyakit atau gangguan organic lain.
Diagnosa skizofrenia paranoid remisi sempurna (F20.0.5) digunakan pada pasien yang
pernah mengalami gejala-gejala skizofrenia paranoid di masa lampau namun sudah
sembuh dari gejala-gejala tersebut.
Skizofrenia paranoid remisi tak sempurna (F20.0.4)
Diagnosa skizofrenia paranoid remisi tak sempurna (F20.0.4) digunakan pada pasien
yang pernah mengalami gejala-gejala skizofrenia paranoid di masa lampau namun sudah
mengalami perbaikan dari perjalanan penyakitnya tetapi gejala negatif dari skizofrenia
seperti aktivitas pasien yang menurun, afek yang menumpul, sikap pasif, kemiskinan

dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk (ekspresi
muka), dan kinerja sosial yang buruk masih ada.
Pada pasien ini memenuhi kriteria skizofrenia paranoid remisi sempurna, adanya
gejala-gejala skizofrenia paranoid di masa lampau, pasien telah mengalami perbaikan,
tidak ditemukan gejala-gejala skizofrenia paranoid sehingga lebih memenuhi kriteria
skizofrenia paranoid remisi sempurna.

7. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, EKG, EEG, CT Scan)


Tidak perlu dilakukan karena pasien tidak menunjukkan gejala-gejala patologik pada
organ.
8. DIAGNOSIS
AKSIS I (Gangguan jiwa, kondisi yang menjadi fokus perhatian)
F20.0.5 Skizofrenia paranoid remisi sempurna
AKSIS II (Gangguan kepribadian, retardasi mental)
Tidak ada diagnosis untuk aksis ini
AKSIS III (Kondisi Medik Umum)
Tidak ada diagnosis untuk aksis ini

AKSIS IV (Stressor Psikososial)


Masalah meninggalnya bapak.

AKSIS V (Fungsi Sosial)


GAF 100-91 gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tak
tertanggulangi.
9. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi

Risperidone 2 x 2 mg

Clozapine 1 x 12,5 mg

Psikoterapi
o Terapi Interpersonal
Peran terapi ini untuk menekankan pada apa penyebab gangguan depresifnya
kemudian dijadikan sebagai metode penyembuhannya. Pasien diajari untuk menilai
secara realistik interaksi mereka dengan orang lain

dan menjadi menyadari

bagaimana mereka mengisolasi diri mereka sendiri, yang menyebabkan atau


memperberat depresi yang mereka keluhkan sehingga dengan ini pasien dapat
menemukan

penyebab

dari

depresinya

dan

dapat

mencari

solusi

dari

permasalahannya tersebut.
o Terapi keluarga
Peran keluarga dalam perawatan pasien skizoafektif, memberikan pendidikan dan
informasi tentang skizoafektif pada keluarga pasien (misalkan tanda-tanda awal dari
kekambuhan, peran pengobatan, dan efek samping obat yang diberikan).

o Terapi kelompok
Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam
kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial dan
meningkatkan rasa persatuan. Pasien dengan gejala negative, meskipun mereka
tampak tidak berpartisipasi aktif tapi biasanya mereka tetap mendengarkan.

10. PROGNOSIS
Indikator

Pada Pasien

Prognosis

FAKTOR PREMORBID

1.

Introvert

Jelek

Faktor kepribadian

Tidak ada

Baik

2.

Demokratis

Baik

Faktor genetik

Tidak ada

Baik

3.

Ada

Baik

Pola asuh

Ekonomi kurang

Jelek

4.

Ada

Baik

Faktor organik

Belum menikah

Jelek

5.

Buruk

Jelek

Dukungan keluarga
6.
Sosioekonomi
7.
Faktor pencetus
8.
Status perkawinan
9.
Kegiatan spiritual

FAKTOR MORBID

10.

Dewasa

Baik

Onset usia

Kronik

Jelek

11.

Skizofrenia

Jelek

Perjalanan penyakit

Baik

Baik

12.

Baik

Baik

13.

Baik

Baik

Respon terhadap terapi

Tidak

Baik

Baik

Baik

Jenis penyakit

14.
Riwayat disiplin minum
obat
15.
Riwayat disiplin kontrol
16.
Riwayat peningkatan gejala
17.
Beraktivitas
Kesimpulan prognosis: Dubia ad bonam

11. RENCANA FOLLOW UP


Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas obat,
dan kemungkinan munculnya efek samping dari terapi yang diberikan.
Memastikan pasien mendapat psikoterapi interpersonal, keluarga dan kelompok.

Anda mungkin juga menyukai