Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
Mahalnya harga bahan bakar minyak yang terjadi belakangan ini telah
memberikan dampak yang sangat luas. Selain mahal, bahan bakar minyak
akan terus berkurang karena bahan bakar minyak merupakan minyak bumi
yang tidak bisa diperbaharui, yang mana minyak bumi ini digunakan oleh
masyarakat di dunia setiap harinya. (SUfriani 2006)
Indonesia merupakan negara dengan konsumsi energi yang cukup
tinggi di dunia. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan
dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, dalam beberapa tahun terakhir
pertumbuhan konsumsi energi Indonesia mencapai 7% per tahun. Angka
tersebut berada di atas pertumbuhan konsumsi energi dunia yaitu 2,6% per
tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut terbagi untuk sektor industri
(50%), transportasi (34%), rumah tangga (12%) dan komersial (4%).
Konsumsi energi Indonesia yang cukup tinggi tersebut hampir 95% dipenuhi
dari bahan bakar fosil. Dari total tersebut, hampir 50%-nya merupakan
Bahan Bakar Minyak (BBM). Konsumsi BBM yang cukup tinggi ini menjadi
masalah bagi Indonesia. (Dirjen Migas, 2012)
Menghadapi keterbatasan sumber energi berupa minyak, menghemat
energi merupakan langkah cerdas. Namun demikian, tidak dapat pula
dipungkiri bahwa konsumsi energi tetap harus ditingkatkan seiring dengan
meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Indonesia memerlukan
pengembangan

sumber

energi

terbarukan

sebagai

energi

alternatif

campuran bahan bakar untuk menghemat penggunaan minyak. Salah satu


energi yang dapat dijadikan energi alternatif adalah biodiesel.
Biodiesel merupakan alternatif yang paling dekat untuk menggantikan
bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena ia
merupakan bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol
di mesin sekarang ini dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan
infrastruktur sekarang ini. Biodiesel merupakan alkil ester rantai panjang atau Fatty Acid

Methyl Ester (FAME) yang didapatkan dari minyak nabati atau hewani. serta memiliki beberapa
kelebihan dibanding bahan bakar fosil, yaitu bersifat biodegradable, dapat diperbarui, dan tidak
menghasilkan emisi dalam bentuk oksida nitrogen, timbal, dan sulfur. (Georgianni, 2009)
Secara konsep, proses pembuatan biodiesel tidaklah rumit. Biodiesel
dihasilkan melalui proses yeng disebut reaksi esterifikasi asam lemak bebas
atau reaksi transesterifikasi trigliserida dengan metanol dan bantuan katalis
sehingga dapat menghasilkan metil ester / etil ester asam lemak dengan
gliserol.
Salah satu sumber bahan biodiesel adalah minyak bunga matahari bekas
penggorengan (waste sunflower oil). Bunga matahari (Helianthus annus)
merupakan tumbuhan yang ditanam dengan tujuan utama adalah sebagai
minyak yang digunakan untuk konsumsi manusia. (Hubera et al., 2007).
Banyaknya sisa minyak bekas penggorengan yang dihasilkan oleh industri
makanan dan restoran dapat menyebabkan kontaminasi pada lingkungan,
terutama pada air. Oleh karena itu, dibuatlah sebuah solusi berupa
pemanfaatan waste sunflower oil sebagai bahan biodiesel, yang ramah
lingkungan. (Aranda et al., 2007).
Berdasarkan hasil studi, diketahui bahwa biodiesel didapatkan dari lemak
nabati dan hewani yang dilakukan transesterifikasi. Reaksi transesterifikasi
adalah reaksi antara minyak atau lemak dengan alkohol untuk membentuk
ester dan gliserol. Dalam reaksi transesterifikasi, dibutuhkan katalis untuk
meningkatkan laju reaksi dan jumlah alkil ester yang dihasilkan (Zelwani,
2009). Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa kulit telur merupakan
sumber katalis basa heterogen yang ekonomis, membuat waktu reaksi
menjadi lebih cepat, dan kondisi reaksi yang aman.(L wang, 2007)

Hasil

penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa katalis dari hasil kalsinasi kulit


telur memiliki kandungan Ca paling tinggi (99,2%) sehingga biodiesel yang
dihasilkan memiliki FAME paling tinggi dari reaksi transesterifikasi yang
dilakukan. (Viriya 2009).

Tersedianya dua bahan energi alternatif yang

mudah didapat tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan menjadi energi


alternatif pengganti bahan bakar minyak yang efisien dan ramah lingkungan.

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana mekanisme pembuatan biodiesel berbahan dasar waste sunflower oil
1.2.2

berkatalis basa heterogen dari limbah cangkang telur ayam?


Bagaimana efektivitas biodiesel berbahan dasar waste sunflower oil berkatalis basa
heterogen dari limbah cangkan telur ayam sebagai sumber energi alternatif pengganti
bahan bakar minyak ?

1.2 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui mekanisme pembuatan biodiesel berbahan dasar waste sunflower oil
1.3.2

berkatalis basa heterogen dari limbah cangkang telur ayam


Untuk mengetahui efektivitas biodiesel berbahan dasar waste sunflower oil berkatalis
basa heterogen dari limbah cangkan telur ayam sebagai sumber energi alternatif
pengganti bahan bakar minyak

1.3 Manfaat
1.4.1

Meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca mengenai biodiesel berbahan

dasar waste sunflower oil berkatalis basa heterogen dari limbah cangkang telur ayam.
1.4.2 Sebagai referensi bagi akademisi dan pengamat kesehatan dalam mengembangkan
wawasan mengenai biodiesel sebagai sumber energi aternatif pengganti bahan bakar
minyak.
1.4.3 Membantu sumbangsih ide bagi pemerintah dalam memberikan solusi energi
alternatif yang efisien dan ramah lingkungan melalui pemanfaatan waste sunflower oil

berkatalis basa heterogen dari limbah cangkan telur ayam sebagai sumber energi
alternatif pengganti bahan bakar minyak.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sufriani, T. Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Jarak Pagar (Jatropha
Curcas Oil) dengan Proses Transesterifikasi. Institute Teknologi Sepuluh
November; 2006.
2. Direktorat Jenderal Migas, Statistik Minyak Bumi. Jakarta : Direktoran
Jenderal Migas; 2012.
3. K.G. Georgianni, A.P. Katsoulidis, P.J. Pomonis, dan M.G. Kontominas,
Transesterification

of

soybean

frying

oil

to

biodiesel

using

heterogeneous catalysts, Fuel Processing Technology, 90, 2009; 671676.


4. Hubera, G. W., P. Oconnorb and A. Corma. Processing biomass in
conventional oil refineries: Production of high quality diesel by hydro
treating vegetable oils in heavy vacuum oil mixtures. Applied Catalysis
A: General, 2007; 329: 120-129.
5. Aranda D. A. G., Santos R. T. P., Tapanes N. C. O., Ramos A. L. D. and O.
C. Antunes, Acid-Catalyzed homogeneous esterification reaction for
biodiesel production from palm fatty acids. Catalysis Letters, 2007;
122: 20-25.
6. Z. Helwani, M.R. Othman, N. Aziz, J. Kim, dan W.J.N. Fernando, Solid
heterogeneous catalysts for transesterification of triglycerides with
methanol: A review, Applied Catalysis A: General 363, 2009; 1-10.
7. L. Wang dan J.Yang, Transesterification of soybean oil with nano-MgO
or not in supercritical and subcritical methanol, Fuel 86, 2007; 328333.

8. N. Viriya-empikul, P. Krasae, B. Puttasawat, B. Yoosuk, N. Chollacoop,


dan K. Faungnawakij, Waste shells of mollusk and egg as biodiesel
production catalysts, Bioresource Technology 101, 2009; 3765-3767.

BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Pendekatan Penulisan
Metode yang digunakan adalah pendekatan konseptual, menggali masalah kesehatan aktual
dengan meninjau berbagai jurnal penelitian dan literatur yang berkaitan serta menganalisis datadata hasil penelitian untuk mendapatkan gambaran dari suatu permasalahan. Selanjutnya dikaji
dan dibahas secara analitis dan ilmiah untuk menawarkan suatu upaya solusi secara
berkesinambungan.
3.2 Metode Pengumpulan Informasi
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa hasil penelitian,
menelaah berbagai sumber pustaka dengan validitas tinggi, dan merujuk berbagai database
dengan memanfaatkan teknologi internet yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisis yang
digunakan adalah analisis deskriptif argumentatif guna menarik kesimpulan secara logis.

3.3 Analisis Sintesis


Masalah yang didapat dari data/informasi dianalisis secara objektif sesuai dengan fakta
yang terjadi. Selanjutnya, dihubungkan dengan gagasan yang diajukan untuk menemukan titik
temu yang akan dijadikan benang merah penulisan. Pokok permasalahan yang didapat kemudian
dilanjutkan dengan tinjauan pustaka yakni berupa penelitian/telaah aktual yang sebelumnya
dilakukan sebagai dasar informasi pendukung ide/gagasan.
Gagasan yang dibuat disesuaikan dengan pokok permasalahan di mana dalam hal ini
diharapkan terbentuk gagasan yang benar-benar menjadi solusi nyata dari permasalahan yang
terjadi. Kemudian dilakukan pre-evaluasi pada gagasan yang didapat sebagai bentuk konfirmasi
ilmiah baik dari segi validitas sumber, alur penulisan dan kesimpulan yang paling representatif.

Anda mungkin juga menyukai