Anda di halaman 1dari 38

INTERPRETASI EKG

BEATRIKS LINDRA AYU PUSPA KAMI 201302059


GABRIEL WANDA SINAWANG
201302062
I GEDE ARI SUMARADHANA
201302065
KATARINA NOVITA SARI BAGUL
201302066
LENI MARLENA 201302067
MARTHA SASMITANINGRUM
201302070
YULITA MELANIA NETA 201302073

KONSEP DASAR
ELEKTROKARDIOGRAFI
SIFAT-SIFAT LISTRIK SEL JANTUNG
Ion yg terpenting: ion Na+ dan K+
K+ intraseluler 30x > ekstraseluler
Na + entraseluler 30x > intraseluler

SIFAT SIFAT SEL JANTUNG


KONDUKSI

Potensial aksi dari satu sel otot jantung akan


diteruskan ke arah disekitarnya Eksitasikontraksi-rileksasi
OTOMATISASI
dapat menimbulkan potensial
aksi sendiri tanpa adanya stimulus dari luar
RITMIS
Berirama

SISTEM KONDUKSI JANTUNG


1. Sino Atrial Node (SA node)
- Terletak pada batas antara vena cava suprior dan atrium kanan
- Memiliki sifat otomatisitas yang tertinggi
Pacemaker
2. Jalur konduksi intra atrial
terdiri dari :
- 3 jalur internodal yang menghubungkan SA node dan AV node
- Jalur Bachman yang menghubungkan atrium kanan dan kiri
3. Atrio Ventrikular Node (AV node)
Terletak di bagian bawah atrium kanan, antara sinus koronarius dan
daun katup trikuspidalis bagian

Cont...
4. Bundle Branch
- Merupakan cabang dari berkas his
- Terdiri dari right bundle branch dan left bundle branch
5. Fesikel
- Merupakan cabang dari left bundle branch
- Terdiri dari left fesikel anterior (LAF) dan left fesikel
posterior (LPF)
6. Serabut Purkinye
- Memiliki sifat otomatisitas dan ritmisitas terendah

SISTEM KONDUKSI

SIKLUS IRAMA JANTUNG


Impuls listrik dimulai di SA Node (sinus)
diteruskan (konduksi) ke atria terjadi depolarisasi
atria. Bersamaan dengan depolarisasi atria, impuls
diteruskan melalui internodal tracks AV Node,
disini impuls mengalami perlambatan berkas His
RBB/ LBB

serabut purkinye miocard,

bersamaan dengan ini terjadi depolarisasi ventrikel

Depolarisasi atria: gelombang P


Depolarisasi ventrikel : gelombang QRS kompleks
Repolarisasi ventrikel : gelombang T

Gel P
I. GEL P
Depolarisasi atrium
Nilai normal:

- Lebar: < 0,11


- Tinggi: < 2,5 mm
Di ikuti oleh QRS
Positif di Lead II
Negatif di lead aVR
Berubah bila:- ada pembesaran atrium kanan/ kiri
- gangguan irama di atrium

Atrial Depolarization

II. INTERVAL PR
Menunjukkan waktu penghantaran dari atrium ke

ventrikel
Diukur dari permulaan gel. P permulaan gel. Q
Harga normal: 0,12- 0,20
Tidak normal bila:
1. < 0.12 : PR memendek
contoh: PD WPW, LGL Syndrome
2. > 0.20 : PR memanjang
contoh: AV blok

III. KOMPLEKS QRS


Depolarisasi ventrikel
Nilai normal: lebar: 0.06- 0.10
Di hitung dari awal Q hingga akir S
Timbul setelah gel P
Terdiri dari gelombang Q, R dan S

GELOMBANG Q
Nilai normal: lebar <0.04

dalam <1/4 tingginya R


Defleksi negatif pertama
Gelombang Q abnomal = Q patologis bila dalamnya
> 1/3 R
Dalamnya > 4 mm
Lebarnya > 0.04

GELOMBANG R
Defleksi positif pertama pada kompleks QRS
Normal: - positif di LI,II, V5 dan V6

- konfigurasi R dari V1 V6 makin lama


makin tinggi
Patologis:
R tinggi: menunjukkan penebalan otot
R rendah: voltase rendah
Tidak ada R: seluruh tebal miocard nekrosis

GELOMBANG S
Defleksi negatif setelah R
Normal: dalamnya < 25 mm, lebar 0.04

bisa berupa titik (tidak ada)


konfigurasi S dari V1 V6: semakin dangkal
Patologis : bila dalamnya > 25 mm
bila lebarnya > 0.04 (wide s)

Ventricle
Depolarization

0.12 second

QT INTERRVAL
Nilai normal tergantung heart rate

Untuk praktisnya diberi 3 nilai:


HR 60 QT<0.43
HR 80 QT <0.38
HR 100 QT < 0.35
Patologis bila :
Memendek: misal bila HR cepat
bisa R on T fibrilasi ventrikel
Memanjang : resiko VT

ST SEGMEN
Diukur dari akhir S akhir T
Merupakan garis lurus = isoelektris
Pemulaan fase repolarisasi
Normal : 0.1 mv boleh 1 mm diatas/ dibawah grs

isoelektris
Abnormal : ST elevasi
ST depresi

GELOMBANG T
Merupakan repolarisasi dari ventrikel
Normal :

Positif di: L I, II, AVL, AVF, V3 V6


Negatif di: V1 (V2: pada org tua)
di L III : bisa positif/ negatif/ bifasik
Tinggi gel T: sedikitnya > 1/7 tinggi R
max < 2/3 tinggi R
Abnormal :

T tinggi: > 2/3 R di V3 V6 Hiperkalemi


T datar, isoelektris, negatif insufisiensi koroner

KRITERIA EKG NORMAL


1. Gel. P : bentuknya/ besarnya, sumbu: normal
vektornya, konfigurasi P tetap
2. PR interval tetap dan normal
3. QRS kompleks besarnya dan sumbunya normal
Konfigurasi dari V1 V6 : R makin tinggi
S makin dangkal
Q kecil di V5 V6
4. Setiap gel. P diikuti QRS kompleks yg normal
5. PP interval/ RR interval tetap ( boleh bervariasi <0,16
6. Rate 60-100x/menit
7. ST normal, gel. T positif dan normal
QT normal

VEKTOR JANTUNG
TERDIRI DARI 3 RURANG
HORISON TAL
FRONTAL
SAGITAL

Yang sering dipakai

SISTEM SUMBU PADA BIDANG FRONTAL


aVR

aVL

300
60 0

300
600

I : 00

0 : pusat jantung
aVR: -1500
I : grs mendatar O0
aVL: -300
II : membuat sudut 60 0 dgn I (+600 ) aVF: +900
III: +1200

SISTEM SUMBU PADA BIDANG HORISONTAL

ka
post

ki

V6: 00

V5: 220

V1: 1150 V2: 940

V3: 580

V4: 470

MENENTUKAN VEKTOR BIDANG FRONTAL

Pilih 2 sadapan yg paling tegak lurus (lead I dan


II).
2. Tentukan jumlah aljabar dari defleksi pada
masing-masing sadapan
3. Dari kedua vektor dibuat resultantenya yg
menggambarkan sumbu QRS
1.

II
+7
I
M
II +5

I:

II:
R= +12 mm
S= - 5 mm
jml = + 7mm

R= +9 mm
S= -4 mm
jml = +5 mm

Bila lebar defleksi tidak sama maka dipakai perhitungan


luas
I

II
I

V II
I

II

R: +4mm, Lebar: 1mm. Luas: (1/2)x4x1= +4


R: +7mm, lebar: 1mm. Luas: (1/2)x7x1=+7
S: -4mm, Lebar: 2mm. Luas:
(1/2)x4x2= -8 S: -3mm, lebar 1 mm. Luas:(1/2)x3x1= -3
Jumlah -4
jumlah +4

Kelainan Sumbu QRS Pada Bidang Frontal


Sumbu QRS pada bidang frontal yg dianggap normal bervariasi antara -30 0
hingga +90 0
Sumbu QRS antara -30 0 hingga -90 0 : deviasi sumbu ke kiri LAD
Sumbu QRS antara +90 0 hingga -180 0 : deviasi sumbu ke kanan RAD
Sumbu QRS antara +180 0 hingga -90 0 : sumbu superior SAD

sumbu superior (SAD)

deviasi sumbu ke
kanan(RAD)

deviasi sumbu ke kiri (LAD)

sumbu normal

Rumus Singkat Sumbu QRS Pada Bidang Frontal


Bila I (+), II (+) Normal
Bila I (+), Ii (-) Lad
Bila I (-), Ii (+) Rad
Bila I (-), Ii (-) Superior (SAD)

KELAINAN SUMBU QRS PADA BIDANG


HORISONTAL
Normal: Transisi pada V3 atau V4
TRANSISI

v6

v3=T

v1

V1

V2

V3

V4

V5

V6

Bila daerah transisi berpindah ke V5 atau V6 QRS

mengalami rotasi searah jarum jam (clockwise rotation)


dilihat dari arah tungkai
Bila daerah transisi berpindah ke V1 atau V2 QRS

mengalami rotasi berlawanan arah jarum jam (counter


clockwise rotation)
Sumbu QRS pada bidang horisontal tidak dinyatakan

dengan derajat, cukup ditentukan sadapan mana yg tegak


lurus pada sumbu itu

Kalibrasi standard : defleksi 10mm= 1mV


kecepatan kertas 25 mm/detik.
1mm= 0.04 detk
5 mm=0.20 detik
10 mm = 0.40 detik
Frekuensi jantung dapat dihitung berdasarkan
kecepatan kertas. karena kecepatan kertas ialah 25
mm/detik, maka kertas menempuh 60 x 25 mm =
1500 mm dalam 1 menit. Jadi frekuensi jantung dapat
dihitung dengan :
HR=
1500
Interval R-R/ P-P

Menghitung Heart Rate


1. Menggunakan kotak sedang/besar
Cara ini khusus untuk gambaran EKG dengan irama regular
ambil RR interval dari lead mana saja.
Dari RR interval hitung berapa jumlah kotak sedang/besarnya.
300 dibagi jumlah kotak sedang yang anda dapatkan dari RR
interval tersebut.
Rumusnya 300 dibagi jumlah kotak sedang antara RR interval.

2. Mengunakan Kotak Kecil


Khusus untuk irama EKG yang regular
Cara ini sangat akurat atau tepat, tapi membutuhkan
waktu yang agak lama
Hitung jumlah kotak kecil antara RR interval
Setelah itu, 1500 dibagi jumlah kotak kecil diantara
RR interval .
Jadi rumusnya, 1500 dibagi jumlah kotak kecil
diantara RR interval.

Cara Membaca EKG


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tentukan iramanya: Sinus / bukan


Tentukan frekuensi/kecepatan: Normal /
takikardia / bradikardia
Tentukan axis: Normal / RAD / LAD
Nilai gelombang P: Normal / tidak
Hitung PR interval:
Normal/memanjang/memendek
Nilai gelombang Q: Normal / patologis
Hitung QRS komplek: Normal / melebar

8. Nilai ST segmen: Isoelektrik / elevasi / depresi


9. Nilai gelombang T: Normal / Inverted / tinggi
10.Perhatikan tanda-tanda: Hipertropi / iskemia /
infark
11.Kesimpulan/Diagnosa

Anda mungkin juga menyukai