Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

MENINGOENSEFALITIS

Disusun Oleh :
Aditya Yanuarani
02-079

Pembimbing:
dr. Tumpal Siagian. SpS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


PERIODE 22/9/08 01/11/08
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
0

2008

MENINGITIS
Meningitis adalah radang umum pada araknoid dan piamater, disebabkan
oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan
kronis.

Manifestasi Klinis
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke
tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh
mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu
tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap
hiperekstensi. Kesadaran menurun. Tanda Kernig dan Brudzinsky positif.

Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi
pada cairan otak, yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Meningitis serosa adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai
cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah mycobacterium tuberculosa.
Penyebab lain seperti lues, virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.
Meningitis purulenta adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi
otak dan medulla spinalis. Penyebabnya antara lain: Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitides (meningokok), Streptococcus haemolyticus,
Staphylococcus

aureus,

Haemophilus

influenzae,

Escherichia

coli,

Klebsiella

pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa.


Meningitis Tuberkulosis Generalisata
Manifestasi Klinis
Penyakit ini dimulai akut, subakut, atau kronis dengan gejala demam, mudah
kesal, marah-marah, obstipasi, muntah-muntah.
Dapat ditemukan tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk. Pada
pemeriksaan terdapat kaku kuduk dan tanda-tanda perangsangan meningen
lainnya. Suhu badan naik turun, kadang-kadang suhu malah merendah. Nadi sangat
labil, lebih sering dijumpai nada yang lambat. Selain itu terdapat hiperestesi umum.
Abdomen tampak mencekung. Gangguan saraf otak yang terjadi disebabkan
tekanan eksudat pada saraf-saraf ini. Yang sering terkena nervus III dan VII. Terjadi
afasia motoris atau sensoris, kejang fokal, monoparesis, hemiparesis, gangguan

sensibilitas. Tanda-tanda khas penyakit ini adalah apatis, refleks pupil yang lambat
dan refleks-refleks tendo yang lemah.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah:
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit,
laju endap darah (LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit.
Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Di samping itu
pada meningitis tuberculosis didapatkan juga peningkatan LED.
2. Cairan otak: periksa lengkap termasuk pemeriksaan mikrobiologis.
Pada meningitis serosa diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal
yang jernih meskipun mengandung sel dan jumlah protein yang meninggi.
3. Pemeriksaan radiologis:

Foto dada

Foto kepala, bila mungkin CT scan.

Penatalaksanaan
1. Rejimen terapi: 2 HRZE 7 RH
a. 2 bulan pertama

INH

: 1 x 400 mg/hari, oral

Rifampisin

: 1 x 600 mg/hari, oral

Pirazinamid : 15 - 30 mg/kg/hari, oral

Streptomisin : 15 mg/kg/hari, oral


Atau

Etambutol

: 15 20 mg/kg/hari, oral

b. 7 12 bulan berikutnya

INH

: 1 x 400 mg/hari, oral

Rifampisin

: 1 x 600 mg/hari, oral

2. Steroid
Diberikan untuk:

Menghambat reaksi inflamasi


Mencegah komplikasi infeksi
Menurunkan edema serebri
Mencegah perlekatan
Mencegah arteritis/infark otak
Indikasi:
Kesadaran menurun
Defisit neurologist fokal
Dosis:
Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 kali 5 mg intravena selama 2
minggu selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.
Di samping tuberkulostatik dapat diberikan rangkaian pengobatan dengan
deksametason untuk menghambat edema serebri dan timbulnya perlekatanperlekatan antara araknoid dan otak.
Meningitis Purulenta
Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda penting adalah demam tinggi, nyeri kepala, kaku kuduk,
kesadaran menurun.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah:
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit,
laju endap darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, kultur.
Pada meningitis purulenta didapatkan peningkatan leukosit dengan pergerakan
ke kiri pada hitung jenis.
2. Cairan serebrospinalis: lengkap dan kultur
Pada meningitis purulenta, diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal
yang keruh karena mengandung pus, nanah yang merupakan campuran leukosit
yang hidup dan mati, jaringan yang mati dan bakteri.
3. Pemeriksaan radiologis:

Foto kepala: periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi

Foto dada

Penatalaksanaan
Terapi bertujuan memberantas penyebab infeksi disertai perawatan intensif
suportif untuk membantu pasien melalui masa kritis. Sementara menunggu hasil
pemeriksaan terhadap kausa diberikan obat sebagai berikut:
1. Meningitis yang disebabkan pneumokok, meningokok.
Ampisilin 12-18 gram intravena adlam dosis terbagi per hari, selama minimal
10 hari atau hingga sembuh.
2. Meningitis yang disebabkan Haemophylus influenzae.
Kombinasi

ampisilin

dan

kloramfenikol

seperti

di

atas,

kloramfenikol

disuntikkan intravena 30 menit setelah ampisilin. Lama pengobatan minimal 10


hari. Bila pasien alergis terhadap penisilin, berikan kloramfenikol saja.
3. Meningitis yagn disebabkan enterobacteriaceae.
Sefotaksim 1-2 gram intravena tiap 8 jam. Bila resisten terhadap sefotaksim,
berikan: campuran trimetoprim 80 gram dan sulfametoksazol 400 mg per infuse
2 kali 1 ampul per hari, selama minimal 10 hari.
4. Meningitis yang disebabkan Staphylococcus aureus yang resisiten terhadap
penisilin.
Berikan sefotaksim atau seftriakson 6-12 gram intravena. Bila pasien alergi
terhadap penisilin: Vankomisin 2 gram intravena per hari dalam dosis terbagi.
5. Bila etiologi tidak diketahui.
Pada orang dewasa berikan ampisilin 12-18 gram intravena dalam dosis
terbagi dikombinasi dengan kloramfenikol 4 gram per hari intravena. Pada anak
ampisilin 400 mg/kgBB ditambah kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari intravena.
Pada neonatus ampisilin 100-200 mg/kgBB disertai gentamisin 5 mg/kgBB
perhari.
Bila setelah diberi terapi yang tepat selama 10 hari pasien masih demam, cari
sebabnya di antaranya:
1. Efusi subdural
2. Abses

3. Hidrosefalus
4. Empiema subdural
5. Trombosis
6. Sekresi hormone antidiuretik yang berkurang
7. Pada anak-anak: ventrikulitis
Differential diagnosis of
meningitis
Type of
meningitis

Bacterical
Viral
Tuberculous,
fungal

Cells
>500
polymorphonuc
lear
leukocytes/mm
3
<500
mononuclear
cells/mm3
<500
mononuclear
cells/mm3

Glucose

Protein

<1/2 blood
glucose

>45 mg/dL

Normal
Moderate or
marked
decrease

Mild increase
Marked
increase

Smear

Organis
ms
No
organism
s
+,-

CSF
lactic
acid

>35
mg/dL
<35
mg/dL
>35
mg/dL

ENSEFALITIS
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri,
cacing, protozoa, jamur, ricketsia, atau virus.
Ensefalitis Supuratif Akut
Etiologi
Bakteri penyebab ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E.
coli, M. tuberculosa dan T. pallidum. Tiga bakteri yang pertama merupakan
penyebab ensefalitis bakterial akut yang menimbulkan pernanahan pada korteks
serebri sehingga terbentuk abses serebri. Ensefalitis bakterial akut sering disebut
ensefalitis supuratif akut.
Patogenesis
Pada ensefalitis supuratif akut, peradangan dapat berasal dari radang, abses
di dalam paru, bronkiektasis, empiema, osteomielitis tengkorak, fraktur terbuka,
trauma tembus otak atau penjalaran langsung ke dalam otak dari otitis media,
mastoiditis, sinusitis.
Akibat proses ensefalitis supuratif akut ini akan terbentuk abses serebri yang
biasanya terjadi di substansia alba karena perdarahan di sini kurang intensif
dibandingkan dengan substansia grisea. Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman
yang bersarang adalah edema dan kongesti yang disusul dengan pelunakan dan
pembentukan nanah. Fibroblas sekitar pembuluh darah bereaksi dengan proliferasi.
Astroglia ikut juga dan membentuk kapsul. Bila kapsul pecah, nanah masuk ke
ventrikel dan menimbulkan kematian.

Manifestasi Klinis
Secara umum, gejala berupa trias ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang
dan kesadaran menurun. Pada ensefalitis supuratif akut yang berkembang menjadi
abses serebri , akan timbul gejala-gejala sesuai dengan proses patologik yang
terjadi di otak. Gejala-gejala tersebut ialah gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda
meningkatnya tekanan intrakranial yaitu nyeri kepala yang kronik progresif,
muntah, penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun. Pada pemeriksaan
mungkin terdapat edema papil. Tanda-tanda defisit neurologis tergantung pada
lokasi dan luas abses.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus ensefalitis supuratif akut
adalah pemeriksaan yang biasa dilakukan pada kasus-kasus infeksi lainnya. Di
samping itu dapat juga dilakukan pemeriksaan elektroensefalogram (EEG), foto
Rontgen kepala, bila mungkin CT-Scan otak, atau arteriografi. Pungsi lumbal tidak
dilakukan

bila

terdapat

edema

papil.

Bila

dilakukan

pemeriksaan

cairan

serebrospinal maka dapat diperoleh hasil berupa peningkatan tekanan intracranial,


pleiositosis polinuklearis, jumlah protein yang lebih besar daripada normal, dan
kadar klorida dan glukosa dalam batas-batas normal.
Diagnosis Banding
Pada

kasus

ensefalitis

supuratif

akut

diagnosis

bandingnya

adalah

neoplasma, hematoma subdural kronik, tuberkuloma, hematoma intraserebri.


Penatalaksanaan
Pada ensefalitis supuratif akut diberikan ampisilin 4 x 3-4 g dan kloramfenikol
4 x 1 g per 24 jam intravena, selama 10 hari. Steroid dapat diberikan untuk
mengurangi edema otak. Bila abses tunggal dan dapat dicapai dengan cara operasi
sebaiknya dibuka dan dibersihkan tetapi bila multiple, yang dioperasi ialah yang
terbesar dan mudah dicapai.
Prognosis
Prognosis ensefalitis supuratif akut buruk karena angka kematian mencapai
50%.

Ensefalitis Sifilis
Patogenesis
Pada sifilis, yang disebabkan kuman Treponema pallidum, infeksi terjadi
melalui permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi
melalui epithelium yang terluka, kuman tiba di sistem limfatik. Melalui kelenjar
limfe, kuman diserap darah sehingga terjadi spiroketemia. Hal ini berlangsung
beberapa waktu hingga menginvasi susunan saraf pusat. Treponema pallidum akan
tersebar di seluruh korteks serebri dan bagian-bagian lain susunan saraf pusat.
Manifestasi Klinis
Gejala ensefalitis sifilis terdiri dari dua bagian yaitu gejala-gejala neurologis
dan gejala-gejala mental. Gejala-gejala neurologis itu diantaranya adalah kejangkejang yang dating dalam serangan-serangan, afasia, apraksia, hemianopsia,
kesadaran mungkin menurun, sering dijumpai pupil Argyl-Robertson. Nervus optikus
dapat mengalami atrofi. Pada stadium akhir timbul gangguan-gangguan motorik
yang profresif.
Gejala-gejala mental yang dijumpai ialah timbulnya proses demensia yang
progresif. Intelegensia mundur perlahan-lahan yang pada awalnya tampak pada
kurang efektifnya kerja, daya konsentrasi mundur, daya ingat berkurang, daya
pengkajian

terganggu,

pasien

kemudian

tak

acuh

terhadap

pakaian

dan

penampilannya, tak acuh terhadap uang. Pada sebagian timbul waham-waham


kebesaran, sebagian menjadi depresif, lainnya maniakal.
Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus-kasus ensefalitis sifilis, perlu dilakukan pemeriksaan tes serologik
darah (VDRL, TPHA) dan cairan otak. Cairan otak menunjukkan limfositosis, kadar
protein meningkat, IgG, IgM meninggi, tes serologic positif. Sken otak dapat
dilakukan bila dicurigai ada komplikasi hidrosefalus
Penatalaksanaan
Terapi dengan medikamentosa yaitu:
1. Penisilin parenteral dosis tinggi

Penisilin G dalam air: 12 24 juta unit/hari intravena dibagi 6 dosis selama 14


hari, atau

Penisilin prokain G: 2,4 juta unit/hari intramuskular + Probenesid 4 x 500 mg


oral selama 14 hari

Dapat ditambahkan Benzatin penisilin G: 2,4 juta unit, intramuscklar, selama


3 minggu

2. Bila alergi penisilin:

Tetrasiklin: 4 x 500 mg per oral selama 30 hari, atau

Eritromisin: 4 x 500 mg per oral selama 30 hari, atau

Kloramfenikol: 4 x 1 gram intravena selama 6 minggu, atau

Seftriakson: 2 gram intravena/muskular selama 14 hari

Ensefalitis Virus
Etiologi
Virus yang menimbulkan ensefalitis virus adalah virus RNA (virus parotitis,
virus morbili, virus rabies, virus rubella, virus ensefalitis Jepang B, virus dengue,
virus polio, Cocksakie A, Cocksakie B, echovirus, dan virus koriomeningitis
limfositaria) dan virus DNA (virus

Herpes zoster-varisela, Herpes simpleks,

Cytomegalovirus, variola, vaksinia dan AIDS).

10

Manifestasi Klinis
Proses radang pada ensefalitis virus selain terjadi jaringan otak saja, juga
sering mengenai jaringan selaput otak. Oleh karena itu ensefalitis virus lebih tepat
bila disebut sebagai meningo-ensefalitis. Manifestasi utama meningo-ensefalitis
adalah konvulsi, gangguan kesadaran (acute organic brain syndrome), hemiparesis,
paralisis bulbaris (meningo-encephalomyelitis), gejala-gejala serebelar, nyeri, dan
kaku kuduk.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin, titer antibodi
terhadap virus, pemeriksaan cairan otak: limfosit, monosit meningkat, kadar protein
meninggi ringan, kadar glukosa normal, kultur virus bila mungkin, EEG dan CT-Scan
bila mungkin. Pada ensefalitis yang disebabkan oleh Herpes simpleks tipe I,
gambaran EEG khas berupa aktivitas gelombang tajam periodic di temporal dengan
latar belakang fokal/difus.
Penatalaksanaan
Pengobatan simtomatik diberikan untuk menurunkan demam dan mencegah
kejang. Kortison diberikan untuk mengurangi edema otak. Pengobatan antivirus
diberikan pada ensefaltis virus yang disebabkan herpes simpleks atau varisela
zoster yaitu dengan memberikan asiklovir 10 mg/kgBB intravena, 3 kali sehari
selama 10 hari, atau 200 mg tiap 4 jam per oral. Bila kadar hemoglobin (Hb) turun
hingga 9 d/dl, turunkan dosis hingga 200 mg tiap 8 jam. Bila Hb kurang dari 7 g/dl,
hentikan pengobatan dan baru diberikan lagi setelah Hb normal kembali dengan
dosis 200 mg per 8 jam.

11

IDENTITAS
Nama

: Tn S

Umur

: 35 Tahun

Alamat

: Komplek BPPT Blok I 11B. Meruya utara. Jakarta Barat

Pekerjaan

: Kuli bangunan

Agama

: Islam

Tanggal masuk

: 22-09-08

ANAMNESIS
(Alloanamnesis dengan Istri pasien)
Keluhan Utama

: Kejang

Keluhan Tambahan

: Demam

Riwayat Penyakit Sekarang

12

7 hari SMRS pasien batuk, pilek, demam. Demam tidak terlalu tinggi. Lalu pasien
meminum obat flu. (oskadon) selama 2 hari. 2 hari kemudian batuk pilek sembih,
tetapi masih demam. Tidak ada perbedaan panas siang dan malam.
3 hari SMRS demam pasien mendadak tinggi. Menggigil -. Lalu pasien meminum
obat penurun panas (dumin). Pasien tidak ke dokter. Panas turun sesaat dan pasien
tampak berkeringat. Tetapi kemudian pasien panas kembali.
2 hari SMRS pasien masih demam tinggi. Demam disertai kejang. Keang di
seluruh tubuh. Badan tampak kaku dan mata melotot. Kejang belangsung 10 menit.
Setelah kejang pasien tidak sadarkan diri. Mual +, muntah + 2 x. Lalu pasien di
bawa ke RS Siloam, lalu di scan kepala, EKG dan rontgen dada. Di RS siloam pasien
kembali kejang. Lalu oleh dokter diberi valium dan dilantin. Karena alasan financial,
pasien dirujuk ke RSUFKUKI.
Riwayat penyakit dahulu

Riwayat jatuh disangkal, Riwayat minum obat-obatan disangkal. Riwayat. Riwayat


penyakit jantung disangkal, darah tinggi disangkal, kencing manis disangkal,
riwayat batuk lama disangkal, kontak dengan penderita batuk lama atau minum
obat dalam jangka waktu lama disangkal.

Makan, minum , kebiasaan :


Pasien mempunyai kebiasaan merokok kadang sampai 1 bungkus sehari. Dan
minum kopi. Sehari mencapai 3-4 gelas.
Kedudukan dalam keluarga :
Suami
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum

: tampak sakit berat

Kesadaran

: Sopor

GCS

: E1V1M5

Tekanan darah

: 130/100 mmhg

Nadi

: 80 X/menit

Suhu

: 36,2C

RR

: 22 X/menit

13

Umur klinis

: 40-an

Bentuk badan

: astenikus

Gizi

: kurang

Kulit

: sawo matang

Kuku

: tidak sianosis

KGB

: tidak teraba membesar

Turgor

: baik

Status regional
Kepala

: normocephali

Wajah

: tidak ada kelainan, efloresensi (+)

Mata

: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung

: bentuk biasa, lapang +/+, sekret -/-

Mulut

: tidak ada kelainan

Telinga

: lapang +/+, sekret -/-

Leher

: jejas (-), efloresensi (+)

Toraks

: pergerakan dinding dada simetris kanan = kiri, retraksi ,

efloresensi (+)
Paru-paru

: bunyi nafas dasar vesikuler, ronki -/-, wheezing +/+

Jantung

: bunyi jantung I& II murni, gallop -, murmur

Abdomen

: datar, lemas, BU +5 x/mnt

Hepar

: tidak teraba

Lien

: tidak teraba

Vesica urinaria

: tidak ada kelainan

Genitalia externa

: tidak di lakukan

Extremitas

: tidak ada kelainan

Sendi

: tidak ada kelainan

Otot- otot

: tidak ada kelainan

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Kesadaran : GCS E1V1M5 = 7
Rangsang meningeal
Kaku kuduk : +
Brudzinki I

:-

14

Brudzinki II : -/: >70o/>70o

laseque
kernig

: -/-

Saraf kranial
NI

: Tidak dilakukan

N.II

: Funduskopi tidak dilakukan

N.III, IV,VI

: Pupil: bulat, isokor, 3mm/3mm


reflex cahaya langsung +/+
reflex cahaya tidak langsung +/+
Dolls eye phenomen -/pergerakan bola mata sulit dinilai

N.V

: reflex kornea +/+, reflex maseter -

N.VII

: angkat alis, kerut dahi sulit dinilai


menyeringai : sulkus nasolabialis kanan=kiri

N.VIII

: Tidak dilakukan

N.IX, X

: Refleks okulokardiak Refleks sinus karotikus -

N. XI

: sulit dinilai

N.XII

: Sulit dinilai

Motorik
Derajat kekuatan otot

: Sulit dinilai

Tonus otot

: normotoni

Trofi otot

: eutrofi

Gerakan spontan abnormal

: -

Reflex Fisiologis
Biseps

: -- / --

Triseps

: --/--

KPR

: --/--

APR

: --/--

Patologis
Babbinski

: -/-

Chaddock

: -/-

15

Oppenheim

: -/-

Gordon
Schaeffer
Sensibilitas
Otonom

: -/: -/: sulit dinilai


: miksi dengan kateter

16

RESUME
7 hari SMRS pasien batuk +pilek+ demam+. 3 hari SMRS demam pasien
mendadak tinggi.Pasien meminum obat penurun panas. 2 hari SMRS pasien
masih demam tinggi. Kejang +. Kejang di seluruh tubuh. Badan tampak kaku dan
mata melotot. 10 menit. Setelah kejang pasien tidak sadarkan diri. Mual +, muntah
+ 2 x. di bawa ke RS Siloam, scan kepala, EKG & rontgen dada. Os kembali kejang.
Lalu oleh dokter diberi valium dan dilantin. Karena alasan financial, pasien dirujuk
ke RSUFKUKI. Pasien mempunyai kebiasaan merokok kadang sampai 1 bungkus
sehari. Dan minum kopi. Sehari mencapai 3-4 gelas.
DIAGNOSA

Diagnosis Klinis

: penurunan kesadaran

Diagnosis etiologis

: Meningoensefalitis

Diagnosis topis

: Meningen + Korteks Cerebri

TERAPI
O2

: 3 lpm

IVFD

: NaCl 0,9% 20 tts/ menit + Notrofil 6 gr

Pasang NGT
Medikamentosa

: Kemicetin 4 x 1 gr
Ceftriaxone 2 x 1 gr
Dexamethasone 3 x 1 amp
Ranitidin 4 x 1 amp
PCT k/p

Rawat bangsal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium: H2TL, Darah lengkap, GDS, Ureum creatinin, AGD, Elektrolit, Widal
2. Foto thoraks (22/9/08) di RS Siloam kesan : Normal chest
3. CT Brain (22/9/08 di RS Siloam. Kesan :
4. EKG (22/9/08) di RS Siloam kesan : Supraventrikular Takikardi
Hasil laboratorium darah, 22 September 2008

17

RS SILOAM
-

Leukosit

: 15.000/ul

Hemoglobin

: 14,5 g/dl

Hematokrit

: 42,7 %

Trombosit

: 169.000/ul

Na

: 128

: 4,9

pH

: 7,27

pCO2

: 29,0

pO2

: 76,7

Bikarbonat

: 13,3

BE

: -11,5

TCO2

: 14,2

Sat O2

Ureum

: 58 mg/dl

Kadar Kreatinini darah

: 1,85 mg/dl

GDS

: 87 mg dl

pH

: 7,208

pCO2

: 41,8

Sat O2

Kons 02

: 21,3

BE

: -11,1

BB

: 36,8

HCO3

: 16,2

TCO2

: 17,5

LED

: 5 mm/jam

Hb

: 15,0 g/dl

Elektrolit

AGD

: 93 %

UKI
(08.00)

AGD (08.00)

: 99%

Darah lengkap (09.00)

18

Leukosit

: 22,9 ribu/u

Eritrosit

Hematokrit

: 43 %

Trombosit

: 103 ribu/ul

MCV

: 87 fl

MCH

: 30,4 pg

MCHC

: 35 %

Retikulosit

:7%

Basofil

Eosinofil

Batang

: 7%

Segmen

: 82 %

Lmfosit

: 10 %

Monosit

:1 %

Warna

: kuning keruh

Berat jenis

: 1,025

pH

: 6,0

Darah

:+3

Leukosit Esterase

: negatif

Nitrit

: negatif

Protein urine

: +2

Bilirubin

: negatif

Aseton urin

: negatif

Reduksi

Urobilinogen

: normal

Leukosit

: 8-10/LPB

Eritrosit

Sel epitel

Bakteri

Kristal

Bilirubin total

: 0,8 mg/dl

Bilirubin direk

: 0,5 mg/dl

: 4,93 juta/ul

:0%
:0%

Urinalisa

: hegatif

: 30-40/LPB
: +1
: +1
negatif

19

Protein total

: 6,6 g/dl

Albumin

: 3,8 g/dl

SGOT

: 504 U/L

SGPT

: 113 U/L

Gamma GT

: 43 U/L

Asam urat

: 14,2 mg/dl

Na

: 141 mmol/L

Kalium

: 3,7 mmol/L

Klorida

: 106 mmol/L

S. Typhose H

: + 1/320

S Paratyphi A H

: + 1/160

S. Paratyphi B H

: negatif

S. Paratyphi CH

: negiatif

S. Typhose O

S. Paratyphi A O

: negatif

S. Paratyphi B O

: Negatif

Elektrolit

Widal

: +1/160

Tanggal 23 Maret 2007 (PH 1)


S

: Sakit kepala (+) kejang (-)

20

Status generalis
Keadaan umum
Kesadaran

: tampak sakit berat


: somnolen

Tekanan darah

: 110/70 mmhg

Nadi

: 80 X/menit

Suhu

: 38oC

RR

: 26x/mnt

Pemeriksaan neurologis
GCS E3V5M6 =11
Rangsang meningeal

Kaku kuduk : +
Brudzinki I

:-

Brudzinki II : -/: >70o/>70o

laseque
kernig

: -/-

Motorik
Derajat kekuatan otot

: 5555 2222
5555 3333

Gerakan spontan abnormal

: -

Refleks fisiologis

:-/-

Refleks Patologis

: -/-

Sensibilitas

: sulit dinilai

Otonom

: miksi baik dengan kateter

Laboratorium tgl 23/9/08


Anti HCV total

: negatif

A:
Diagnosis Klinis

: Hemiparese Sinistra + penurunan kesadaran

Diagnosis etiologis

: Meningoensefalitis

Diagnosis topis

: Meningen + Korteks Cerebri

21

TERAPI

IVFD

: I NaCl 0,9 %
I NaCl +6 gr notrofil

Medika mentosa

: Kemicetin 4 x 1 gr
Ceftriaxone 2 x 1 gr
Dexamethasone 3 x 1 amp
Ranitidin 4 x 1 amp
PCT k/p
Valium inj k/p kejang
Dilantin 3 x 100 mg

Visit dr Sadek
PCT Dirutinkan 3 x 1
Tanggal 24 Maret 2007 (PH 2)
S

: Panas

Status generalis
Keadaan umum
Kesadaran

: tampak sakit berat


: Apatis

Tekanan darah

: 110/70 mmhg

Nadi

: 80 X/menit

Suhu

: 37,6oC

RR

: 24x/mnt

Pemeriksaan neurologis
GCS E3V3M6 =12
Rangsang meningeal

Kaku kuduk : +
Motorik
Derajat kekuatan otot

: 5555 0000
4444 0000

Gerakan spontan abnormal

: -

Refleks fisiologis

: - /-

22

Refleks Patologis

: -/-

Laboratorium tgl 24/9/08


HbsAG

: negatif

Therapy

Diit

: SV 8x 200

IVFD

: I NaCl 0,9 %
I NaCl +6 gr notrofil

Medika mentosa

: Kemicetin 4 x 1 gr
Ceftriaxone 2 x 1 gr
Dexamethasone 3 x 1 amp
Ranitidin 4 x 1 amp
PCT 3x1
Valium inj k/p kejang
Dilantin 3 x 100 mg
Metronidazole 2x2 tab

Visit dr Ayub Patinama SpS:


Periksa HIV
Lab tagl 24/9/08 :
Anti HIV imunologi

: non reaktif

IgM anti toxoplasma

: negatif (< 0,27)

Tanggal 25 Maret 2007 (PH 6)


S

: -

Status generalis
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah

: tampak sakit berat


: Somnolen
: 110/70 mmhg

23

Nadi

: 88 X/menit

Suhu

: 37,7oC

RR

: 24x/mnt

Pemeriksaan neurologis
GCS E3V1M6 =10
Rangsang meningeal

Kaku kuduk : +
Motorik
Derajat kekuatan otot

: 5555 0000
4444 0000

Gerakan spontan abnormal

: -

Refleks fisiologis

: KPR -/APR -/-

Refleks Patologis

: -/-

A:
Diagnosis Klinis

: Hemiparese Sinistra + penurunan kesadaran

Diagnosis etiologis

: Meningoensefalitis

Diagnosis topis

: Meningen + Korteks Cerebri

Terapi
Diit

: SV 8x 200

IVFD

: I NaCl 0,9 %
I NaCl +6 gr notrofil

Medika mentosa

: Kemicetin 4 x 1 gr
Ceftriaxone 2 x 1 gr
Dexamethasone 3 x 1 amp
Ranitidin 4 x 1 amp
PCT 3x1
Valium inj k/p kejang
Dilantin 3 x 100 mg

24

Visit dr. Tumpal SpS


Lumbal pungsi informed consent
Tanggal 26 Maret 2007 (PH 6)
S

:-

Status generalis
Keadaan umum
Kesadaran

: tampak sakit berat


: Sopor

Tekanan darah

: 130/70 mmhg

Nadi

: 88 X/menit

Suhu

: 39,9oC

RR

: 28x/mnt

Pemeriksaan neurologis
GCS E2V2M4 =8
Rangsang meningeal

Kaku kuduk : +
Motorik
Tidak ada lateralisasi
Gerakan spontan abnormal

: -

Refleks fisiologis

: KPR -/APR -/-

Refleks Patologis

: -/-

Lab tgl 26/9/08


-

Hb

: 14,1

Leukosit

: 10.500

Ht

: 40,8

Trombosit

: 91000

Ureum darah

Creatinin

: 1,83

Na

: 127

: 85

25

Kalium

: 4,4

Klorida

: 101

A:
Diagnosis Klinis

: penurunan kesadaran

Diagnosis etiologis

: Meningoensefalitis

Diagnosis topis

: Meningen + Korteks Cerebri

IVFD

Diit

: SV 8x 200

IVFD

: I NaCl 0,9 %
I NaCl +6 gr notrofil

Medika mentosa

: Kemicetin 4 x 1 gr
Ceftriaxone 2 x 1 gr
Dexamethasone 4x1 amp
Ranitidin 4 x 1 amp
PCT 3x1
Valium inj k/p kejang
Dilantin 3 x 100 mg
Urispas 2x1

Visit dr Chyntia M Sahetapy


Lp besok
Px BTA LCS

Prognosis :
Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationum : dubia ad bonam
Ad functionum : dubia ad malam

26

Diagnosis meningoencephalitis ditegakkan atas anamnesis didapatkan bahwa


pasien mengalami demam, kejang, dan kesadaran menurun . Dari pemeriksaan fisik
di dapatkan kesadaran spoor dengan GCS E1V1M5, Riwayat demam, pemeriksaan
neurologis didapatkan rangsang meningeal, kaku kuduk (+)
Pemberian cairan: NaCl merupakan cairan kristaloid yang tidak mengandung
glukosa oleh karena hiperglikemia dapat menyebabkan edema serebri. Pemberian
Valium

bertujuan untuk mengantisipasi kejang tidak berulang dan mengatasi

27

kegelisahan pada pasien. Pemberian ceftriaxone 2 x 1 gr bertujuan untuk mencegah


adanya infeksi yang disebabkan oleh kuman gram + maupun -. Pemberian
dexamethason bertujuan untuk Menghambat reaksi inflamasi, Mencegah komplikasi
infeksi, Menurunkan edema serebri, Mencegah perlekatan. Mencegah arteritis/infark
otak
.

Ranitidin

di

gunakan

untuk

mencegah

strees

ulcer

yang

menyebabkan perdarahan.
Pemberian Notrofil sebagai neuroprotektan terhadap kerusakan otak
sekunder.

28

dapat

DAFTAR PUSTAKA
1. Hauser,Stephen,L (ed). Harrisons , Neurology in Clinical Medicine . Mc Graw Hill,
Philadelphia, 2005
2. Taslim S. Soetamenggolo, Sofyan Ismael, Buku Ajar Neurologi Anak, Jakarta, IDAI,
1999, hlm. 373 84
3. Mark Mumenthaler, Neurologi jilid 1, Bern, Swiss, 1989. hlm. 66 7
4. Gilroy, John Basic Neurology, Mc Graw Hill. USA, 1997
5. http://www.emedicine.com/EMERG/topic 163.htm
6. http://www.emedicine.com/EMERG/topic 247.htm
7. http ://www.postgradmed.com/issue/guti.htm

29

Anda mungkin juga menyukai