TB PARU
Pembimbing
dr. Rivai Usman, Sp.A
Disusun oleh :
Anisatantri Andes Winata
1061050101
BAB I
STATUS MEDIK PASIEN
IDENTITAS
Data
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Suku bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Keterangan
Pasien
An. A
9 bulan
Perempuan
Islam
Jawa
-
Ayah
Ibu
Tn. W
Ny. S
33 tahun
31 tahun
Laki-laki
Perempuan
Taman Kota, Bekasi Jaya
Islam
Islam
Jawa
Jawa
SMA
SMP
Wiraswasta
Ibu Rumah
Hubungan
Tangga
-
: Anak kandung
20 Januari 2015
RS
ANAMNESIS
Dilakukan secara Alloanamnesis kepada ayah dan ibu pasien pada tanggal 20 Januari 2015
Keluhan utama
Os datang dengan keluhan batuk sejak 1 bulan yang lalu
Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Os datang dengan keluhan batuk sejak 1 bulan SMRS. Batuk berdahak berwarna
hijau kekuningan dan tidak disertai darah. Batuk dirasakan terus menerus. Pasien sudah
mengkonsumsi obat batuk namun keluhan tidak membaik. Selain itu menurut ibunya pasien
mengeluh keringat malam sejak 1 bulan yang disertai mual dan pusing. Ibu pasien
mengatakan semenjak sakit, pasien tidak nafsu makan, dan berat badannya makin lama
makin turun. Selain itu, pasien mengeluh demam 1 minggu naik turun namun tidak
disertai menggigil. Batuk juga disertai sesak namun tidak sering, hanya saat malam hari.
Riwayat Perjalanan Penyakit Dahulu
Umur
-
Penyakit
Difteria
Diare
Kejang
Maag
Varicela
Operasi
Umur
-
Penyakit
Jantung
Ginjal
Darah
Radang paru
Tuberkulosis
Morbili
Umur
-
Penyakit kehamilan
Perawatan antenatal
Tempat Kelahiran
Penolong Persalinan
Cara persalinan
Masa gestasi
Keadaan bayi
Teratur
Rumah bersalin
Bidan
Normal
Cukup bulan
Berat Lahir 2800 gram
Panjang badan 42 Cm
Ibu pasien tidak ingat
lingkar kepala pasien
Bayi langsung menangis
Merah, tidak pucat, tidak
biru, tidak kuning.
Nilai APGAR tidak tahu
Tidak terdapat kelainan
bawaan
Riwayat Perkembangan
Pertumbuhan gigi I
: 6 bulan
Psikomotor
- Tengkurap
: 3 bulan
- Berjalan
: - bulan
- Duduk
: 6 bulan
- Bicara
: - bulan
- Berdiri
: - bulan
- Membaca/Menulis : -
- Merangkak
: - bulan
ASI/PASI
Buah/biskuit
Bubur susu
Nasi tim
0-2
2-4
4-6
6-8
8-10
10-12
Riwayat Imunisasi
Vaksin
Dasar (umur)
Ulangan (umur)
BCG
1 bln
DPT
2 bln 4 bln 6bln
POLIO
Lahir 2 bln 4bln 6bln
CAMPAK
HEPATITIS B Lahir 1 bln 6bln
Kesimpulan riwayat imunisasi: Os telah mendapat imunisasi dasar lengkap kecuali campak
Riwayat Lingkungan
Perumahan
: milik sendiri
Keadaan rumah : bersih, terdapat 3 kamar tidur dan 2 kamar mandi. Ventilasi baik, cahaya
matahari masuk ke jendela. Air kebutuhan rumah tangga dari PAM.
Listrik dari PLN.
Daerah
: perumahan
Kesimpulan keadaan lingkungan: keadaan rumah dan daerah sekitarnya cukup baik
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis
Data Antropometri
Berat badan
: 8 kg
Tinggi badan
: 68 cm
PAT
o A
: Interactivity (+) look (+), speech (+), tonus (+), consolability (+)
o B
o C
Tanda vital
Nadi
Napas
Suhu
:37,6 C di aksilla
Kepala
Normocephali, deformitas(-), ubun-ubun besar tidak cekung.
Rambut
Palpasi
: Dinding thorax simetris dalam keadaan statis dan dinamis, bentuk datar,
simetris, tidak ada retraksi sela iga.
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan epigastrium (-).
Perkusi
Hasil
Satuan
Nilai Normal
88
17,4
Mm
ribu/uL
0-10
5-10
0
0
3
78
12
7
4,09
11,3
29,7
%
%
%
%
%
%
juta/uL
g/dL
%
<1
1-3
2-6
52-70
20-40
2-8
4-5
11-14.5
40-54
79,9
3,8
32,8
497
fL
Pg
%
ribu/uL
75-87
24-30
31-37
150-400
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Rontgen Thorax 20/1/2015
kesan: Tampak infiltrat parahilir dan paracardial
MANTOUX TEST
Indurasi 1,5 cm positif
Analisa Kasus
Dari anamnesis didapatkan keluhan batuk 1 bulan disertai dahak hijau kekuningan,
keringat malam hari, demam seminggu naik turun, penurunan berat badan, nafsu makan
menurun, Sesak (+). Selain itu terdapat riwayat kontak dengan penderita TB, yaitu nenek
pasien.
Dari keadaan umum pasien tampak composmentis dan kurus. Tanda vital dan status
generalis Ronkhi (+).
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan LED 88 mm/jam. Kemudian dari pemeriksaan
rontgen thorax tampak infiltrat parahilier dan paracardial. Mantoux test (+). Dari hasil skor
TB adalah 8.
DIAGNOSA KERJA
Tuberkulosis Paru
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa :
Memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa TB Paru memerlukan
pengobatan yang lama kurang lebuh 6 bulan
Rifampisin 125 mg
INH 75 mg
B6 10 mg
Pirazinamid 75 mg 2x1
1x1
PROGNOSIS
Ad vitam
: ad bonam
Ad fungtionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, Mycobacterium bovis dan Mycobacterium africanum.
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang bersifat sistemik dan disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang mayoritas (> 95%) menyerang paru.
Penularan
Penularan tuberkulosis anak sebagian besar melalui udara sehingga focus primer
berada di paru dengan kelenjar getah bening membengkak serta jaringan paru mudah
terinfeksi kuman tuberkulosis. Selain itu dapat melalui mulut saat minum susu yang
mengandung kuman Mycobacterium bovis dan melalui luka atau lecet di kulit.
Patogenesis
Masuknya basil tuberkulosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit.
Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberkulosis serta daya
tahan tubuh manusia. Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru. Ghon dan Kudlich
( 1930 ) menemukan bahwa 95.93 % dari 2.114 kasus mereka mempunyai fokus primer di
dalam paru. Hal ini disebabkan penularan sebagian besar melalui udara dan mungkin juga
jaringan paru mudah terpapar infeksi tuberculosis ( susceptible ),karena memiliki
kandungan oksigen yang sangat tinggi.
Lokasi fokus primer pada 2.114 kasus Ghon dan Kudlich ialah :1
- Paru 95.93 %
- Usus 1.14 %
- Kulit 0.14 %
- Hidung 0.09 %
- Tonsil 0.09 %
- Telinga tengah 0.09 %
- Kelenjar parotis 0.09 %
- Konjungtiva 0.05 %
- Tidak diketahui 2.41 %
Penularan kuman terjadi melalui udara. Hal ini disebabkan kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap 1
2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultra violet, ventilasi yang buruk dan
kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan berhari hari sampai
berbulan bulan. Ia akan menempel pada jalan nafas atau paru paru. Partikel dapat
masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5 mikro. Apabila bakteri dalam jumlah bermakna
berhasil menembus mekanisme pertahanan sistem pernafasan dan berhasil menempati
saluran nafas bawah, maka penderita akan mencetuskan sistem imun dan peradangan yang
kuat. Karena respon yang hebat ini, yang terutama diperantarai oleh sel T, maka hanya
sekitar 5 % orang yang terpajan basil tersebut menderita tuberkulosis aktif. Yang bersifat
menular bagi orang lain adalah mereka yang mengidap infeksi tuberkulosis aktif dan hanya
pada masa infeksi aktif.
Pengobatan
Pengobatan secara umum dilakukan dengan meningkatkan gizi anak untuk daya
tahan tubuh dan istirahat.14Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat tuberkulosis
pada anak yaitu pemberian obat tahap intensif atau lanjutan diberikan setiap hari, dosis obat
disesuaikan dengan berat badan anak, pengobatan tidak boleh terputus dijalan.
Untuk terapi tuberkulosis terdiri dari dua fase yaitu fase intensif (awal) dengan
panduan 3-5 OAT selama 2 bulan awal dan fase lanjutan dengan panduan 2 OAT (INHRifampisin) hingga 6-12 bulan. Fase intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan
perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat, bila pengobatan
fase intensif diberikan secara tepat biasannya pasien menular menjadi tidak menular dalam
kurun waktu 2 minggu, sebagian besar pasien tuberkulosis BTA positif menjadi BTA
negatif (konversi) dalam 2 bulan sedangkan untuk fase lanjutan pasien mendapat jenis obat
lebih sedikit namun dalam jangka waktu yang lebih lama, tahap ini penting untuk
membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang biasa digunakan yaitu Isoniazid, Rifampisin,
Piranizamid, Etambutol dan Streptomisin. Terapi OAT untuk tuberkulosis paru yaitu INH,
Rifampisisn, Pirazinamid selama 2 bulan fase intensif dilanjutkan INH dan Rifampisin
hingga 6 bulan terapi (2HRZ-4HR).
Efek samping OAT jarang dijumpai pada anak jika dosis dan cara pemberiannya
benar. Efek samping yang biasa muncul yaitu hepatotoksisitas dengan gejala ikterik,
keluhan ini biasa muncul pada fase intensif (awal).
Nama obat
Dosis
harian Dosis
Isoniazid
(mg/kgBB/hari)
5-15*
Hepatiis, neurit is
perifer,
Rifampisin**
10-20
600
hipersensitivitas
Gastrointestinal,
reaksi
kulit,
trpmbositopenia
hepatitis,
peningkatan enzim
hati, cairan tubuh
Pirazinamid
15-30
2000
oranye kemerahan
Toksitas
hati,
artralgia,
Etambutol
15-20
1250
gastrointestinal
Neuritis
optik,
ketajaman
mata
berkurang,
warna
buta
merah
hijau , penyempitan
Streptomisin
15-40
lapang pandang
Ototoksik,
1000
nefrotoksik
* Bila isoniazid dikombinasikan dengan rifampisin, dosis tidak boleh melebihi 10
mg/kgBB/hari
**Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain karena dapat
mengganggu bioavailabilitas rifampisin. Rifampisin diabsorbsi dengan baik melalui system
gastrointestinal pada saat perut kosong (satu jam sebelum makan)
Cara pengobatan INH diberikan selama 6 bulan, Rifampisin selama 6 bulan,
Piranizamid selama 2 bulan pertama. Pada kasus-kasus berat dapat ditambahkan Etambutol
selama 2 bulan pertama.
Untuk mengurangi angka drop out dibuat dalam bentuk FCD (Fixed Dose
Combination)
untuk
bulan
pertama
digunakan
FDC
yang
berisi
8. Kepadatan hunian
Merupakan proses penularan penyakit karena jika semakin padat maka perpindahan
penyakit (khusus penyakit menular) melalui udara akan semakin mudah dan cepat, apalagi
jika dalam satu rumah terdapat anggota keluarga yang terkena tuberkulosis.
Komplikasi tuberkulosis
Tuberkulosis primer cenderung sembuh sendiri, tetapi sebagian akan menyebar
lebih lanjut dan dapat menimbulkan komplikasi. Tuberkulosis dapat meluas dalam jaringan
paru sendiri. Selain itu basil tuberkulosis dalam aliran darah dapat mati, tetapi dapat pula
berkembang terus, hal ini tergantung keadaan penderita dan virulensi kuman. Melalui aliran
darah basil tuberkulosis dapat mencapai alat tubuh lain seperti bagian paru lain, selaput
otak, otak, tulang, hati, ginjal dan lain lain. Dalam alat tubuh tersebut basil tuberkulosis
dapat segera menimbulkan penyakit, tetapi dapat pula menjadi tenang dahulu dan setelah
beberapa waktu menimbulkan penyakit atau dapat pula tidak pernah menimbulkan penyakit
sama sekali.
Sebagian besar komplikasi tuberkulosis primer terjadi dalam 12 bulan setelah
terjadinya penyakit. Penyebaran hematogen atau millier dan meningitis biasanya terjadi
dalam 4 bulan, tetapi jarang sekali sebelum 3 4 minggu setelah terjadinya kompleks
primer. Efusi plura dapat terjadi 6 12 bulan setelah terbentuknya kompleks primer, kalau
efusi pleura disebabkan oleh penyebaran hematogen maka dapat terjadi lebih cepat.
Komplikasi pada tulang dan kenjar getah bening permukaan ( superficial ) dapat terjadi
akibat penyebaran hematogen, hingga dapat terjadi dalam 6 bulan setelah terbentuknya
kompleks primer, tetapi komplikasi ini dapat juga terjadi setelah 6 18 bulan ( Lincoln ).
Komplikasi pada traktus urogenitalis dapat terjadi setelah bertahun tahun ( Lincoln).
Pembesaran kelenjar getah bening yang kena infeksi dapat menyebabkan atelektasis karena
menekan bronkus hingga tampak sebagai perselubungan segmen atau lobus, sering lobus
tengah paru kanan.
Selain oleh tekanan kelenjar gatah bening yang membesar, atelektasis dapat terjadi
karena kontraksi bronkus pada tuberkulosis dinding bronkus, tuberkuloma dalam lapisan
otot bronkus atau oleh gumpalan keju di dalam lumen bronkus.
Pembesaran kelenjar getah bening yang terkena infeksi selain menyebabkan
atelektasis karena penekanan, dapat juga menembus bronkus kemudian pecah dan
menyebabkan penyebaran bronkogen. Lesi tuberkulosis biasanya sembuh sebagai proses
resolusi, fibosis dan atau kalsifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alatas, Dr. Husein et al : Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke 7, buku 2, Jakarta; Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia 1997, hal 573 761.
2. Behrman, Kliegman, Arvin, editor Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, SpA(K) et al :
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, buku 2, EGC 2000, hal 1028 1042.
3. Price, Sylvia A; Wilson, Lorraine M. : Patofisiologi Klinik, edisi ke 5, Tuberkulosis,
hal 753 761.
4. Tan, Hoan Tjay Drs.; Rahardja, Kirana Drs. : Obat obat Penting, Khasiat,
Penggunaan dan Efek efek Sampingnya, edisi ke 5, cetakan ke 2, Penerbit PT Elex
Media Komputindo, Kelompok Gramedia Jakarta, Bab 9 Tuberkulostatika, hal 145
154.
5. Waspadji,Soparman; Waspadji, Sarwono : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Hal 573 761.