TUMOR COLON
Tri Kartika Utomo (030.10.271)
Pembimbing : dr Santi Andiani, Sp,B
PENDAHULUAN
Tumor
Karsinoma
lokasi
keganasan kolorektal
rektum (22%), kolon desenden (12%),
rekto sigmoid (8%), flexura lienalis (8%),
sigmoid (20%), kolon tranversum (6%),
flexura hepatika (4%),
kolon asenden (6%),
cecum (12%), appendix (2%).
PENDAHULUAN
Dinding dari kolon dan rektum terdiri dari lima lapisan: mukosa,
submukosa, otot sirkular dalam, otot longitudinal luar, dan tunika serosa.
Pada kolon, otot longitudinal luarnya terbagi menjadi tiga taeniae coli,
yang bertemu dengan apendiks pada ujung proksimal dan rektum pada
bagian distal.
ANATOMI
Kolon mulai berjalan dari awal ileus terminal dan sekum dan
berjalan sepanjang 3 sampai 5 kaki sampai ke rektum.
ANATOMI
ANATOMI
Kolon sigmoid bagian dari kolon dengan panjang yang bervariasi (15 50 cm, ratarata 38 cm) dan diameter yang sempit namun mempunyai pergerakan yang luas.
Meskipun kolon sigmoid terletak pada kuadran kiri bawah, akbiat mobilitasnya yang
hebat dapat berpindah ke kuadran kanan bawah. Pergerakan ini menjelaskan
mengapa volvulus umum ditemukan di kolon sigmoid dan mengapa penyakit yang
mengenai kolon sigmoid, contohnya divertikulitis, dapat mempunyai gejala nyeri pada
kuadran kanan bawah. Diameter yang sempit pada kolon sigmoid membuat bagian ini
sangat rentan terhadap obstruksi.
ANATOMI
Persarafan
FISIOLOGI
Secara garis besar, fungsi kolon adalah sebagai pencerna nutrien, sedangkan
dimana fungsi rektum adalah eleminasi feses.
Pencernaan Nutrien
Saat terjadi proses pencernaan, nutrien yang masuk ke dalam tubuh tercampu
oleh cairan biliopankreas dan GI. Usus halus mengabsorpsi sebagian besar
nutrien, dan juga beberapa cairan garam empedu yang tersekresi ke lumen.
Namun untuk cairan, elektrolit, dan nutrien diabsorpsi oleh kolon agar tidak
kehilangan cairan, elektrolit, nitrogen, dan energi terlalu banyak.
Untuk mencapai ini, kolon sangat bergantung pada flora normal yang ada. Flora
normal ini berguna untuk memecah karbohidrat dan protein serta mempunyai andil
dalam metabolism bilirubin, asam empedu, estrogen, dan kolesterol, dan juga
vitamin K.
FISIOLOGI
Urea Recycling
Urea merupakan produk akhir dari metabolisme nitrogen. Pada manusia dan
sebagian besar mamalia tidak mempunyai enzim urease, namun flora normal
bakteri pada ususnya kaya akan enzim urease.
Absorpsi
Total luas absorpsi kolon kurang lebih sekitar 900 cm2 dan air yang masuk kedalam
kolon perharinya mencapai 1000 1.500 mL. Karena sel mamalia tidak bisa
menghasilkan n-butirat, epitel kolon bergantung pada bakteri lumen untuk
memproduksinya dengan cara fermentasi. Kurangnya n-butirat disebabkan oleh
inhibisi fermentasi akibat antibiotik spektrum luas, yang menyebabkan kurangnya
absorpsi sodium dan air sehingga menyebabkan diare.
Sebagai penyeimbang akibat kehilangan natrium dan air, mukosa kolon menyerap
asam empedu. Kolon menyerap asam empedu yang lolos terserap dari ileus
terminalis, sehingga membuat kolon menjadi bagian sirkulasi enterohepatika.
FISIOLOGI
Motilitas
Kolon dapat dibagi menjadi tiga segmen anatomis: kolon dextra, kolon sinistra, dan
rektum.
Kolon dextra merupakan ruangan fermentasi pada traktus GI, dengan sekum
sebagai segmen kolon yang memiliki aktivitas bakteri yang aktif.
Kolon bagian kiri merupakan tempat penyimpanan sementara dan dehidrasi feses.
Motilitas usus berbeda-beda tiap segmen anatomi. Pada kolon sebelah kanan,
gelombang antiperistaltik, atau retropulsif, menimbulkan aliran retrograd sehingga
isi dari usus terdorong kembali ke sekum.
Pada kolon sebelah kiri, isi dari lumen usus terdorong ke arah kaudal oleh
kontraksi tonis, sehingga terpisah-pisah menjadi globulus-globulus.
Kontraksi yang ketiga, mass peristaltic, merupakan gabungan antara gerakan
retropulsif dan tonis.
Insidensinya terbagi rata antara pria dan wanita dan tetap berada
pada angka yang konstan selama 20 tahun terakhir
FAKTOR RESIKO
Usia
Meningkat pada umur >50 tahun (sebanyak 90% kasus). Umur ini dijadikan dasar rasionalitas untuk
melakukan skrining pada orang dengan gejala yang asimptomatis.
Faktor Herediter
Kira-kira, sebanyak 20% kanker kolorektum muncul dengan adanya riwayat keluarga yang pernah
menderita kanker kolorektal.
Faktor Diet dan Lingkungan
Observasi kanker kolorektal karsinoma lebih sering muncul pada populasi dengan faktor diet lemak
hewan yang tinggi dan rendahnya intake serat, sehingga terdapat sebuah hipotesis bahwa faktor
tersebut berkontribusi untuk menimbulkan kanker.
Inflammatory Bowel Disease (IBD)
Pasien dengan penderita kolitis kronis mempunyai faktor risiko untuk terkena kanker kolorektal. Telah
ditarik sebuah hipotesis bahwa inflamasi kornis akan membuat perubahan struktur pada mukosa kolon
menjadi struktur maligna dan hal ini juga dipengaruhi dengan derajat berat inflamasinya.
Faktor Risiko Lain
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena adenoma kolon, terutama ketika merokok lebih dari 35
tahun. Pasien dengan uterosigmoidestomi juga mempunyai peningkatan faktor risiko adenoma maupun
karsinoma. Akromegali, dimana terjadi peningkatan growth hormone dan insulin-like growth factor I,
juga menambah faktor risiko.
PATOGENESIS
1. DEFEK GENETIK
2. JALUR GENETIK
DIAGNOSIS
Manifestasi Klinis
DIAGNOSIS
Gejala
Subakut
Tumor
yang berada di kolon kanan seringkali tidak menyebabkan perubahan pada pola buang air besar (meskipun besar).
Tumor
Tumor
Kehilangan
darah dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
Perdarahan
Sakit
perut bagian bawah biasanya berhubungan dengan tumor yang berada pada kolon kiri, yang mereda setelah buang air
besar.
Pasien
ini biasanya menyadari adanya perubahan pada pola buang air besar serta adanya darah yang berwarna merah
keluar bersamaan dengan buang air besar.
Gejala
DIAGNOSIS
Gejala akut
Gejala akut dari pasien biasanya adalah obstruksi atau perforasi, sehingga jika
ditemukan pasien usia lanjut dengan gejala obstruksi, maka kemungkinan
besar penyebabnya adalah kanker.
Perforasi juga dapat terjadi pada tumor primer, dan hal ini dapat disalah artikan
sebagai akut divertikulosis.
Perforasi juga bisa terjadi pada vesika urinaria atau vagina dan dapat
menunjukkan tanda tanda pneumaturia dan fecaluria. Metastasis ke hepar
dapat menyebabkan pruritus dan jaundice, dan yang sangat disayangkan hal ini
biasanya merupakan gejala pertama kali yang muncul dari kanker kolon.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
Rectal Examination
Pada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral, posterior, dan
anterior; serta spina iskiadika, sakrum dan coccygeus dapat diraba
dengan mudah. 50% dari kanker kolon dapat dijangkau oleh jari,
sehingga Rectal examination merupakan cara yang baik untuk
mendiagnosa kanker kolon yang tidak dapat begitu saja diabaikan.
rectal toucher untuk menilai :
Tonus sfingter ani
: kuat atau lemah.
Ampula rektum
: kolaps, kembung atau terisi feses
Mukosa: kasar,berbenjol benjol, kaku
Tumor : teraba atau tidak, lokasi, lumen yang dapat ditembus jari,
mudah berdarah atau tidak, batas atas dan jaringan sekitarnya, jarak
dari garis anorektal sampai tumor.
Stadium
Kedalaman
Status
Metastasis Jauh
Limfonodus
STADIUM
Stadium 1
T1, T2
N0
M0
Stadium 2
T3, T4
N0
M0
Stadium 3
Seluruh T
Setiap
(Kecuali
M0
N0)
Stadium 4
Seluruh T
Setiap N
M1
LABORATORIUM
PENUNJANG
1. Biopsi
2. Carcinoembriogenik Antigen Screening (CEA)
3. Test Occult Blood
4. Barium Enema / Colon in Loop
5. Endoskopi
6. Proktosigmoidoskopi
7. Flexible Sigmoidoskopi
8. Kolonoskopi
9. Imaging Teknik (CT SCAN, MRI, Endoskopi Ultrasound (EUS)
BARIUM ENEMA
ENDOSCOPY
CT SCAN
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
Stadium 0 (Tis, N0, M0)
PENATALAKSANAAN
Stadium I dan II: Karsinoma Kolon Terlokalisir (T1-T3, N0, M0)
PENATALAKSANAAN
Stadium IV: Metastasis Jauh (Seluruh T, Seluruh N, M1)
Tempat yang paling sering terjadi metastase adalah pada hepar dan
20% diantara pasien yang memiliki metastasis dapat direseksi. Angka
keselamatan pada pasien ini meningkat (20 40% dalam 5 tahun).
Kemoterapi Ajuvan
Mayo Clinic Bolus:5-FU 425 mg/m2 + leucovorin 20 mg/m2 pada hari 15 tiap 4 minggu. Total 6 minggu.
Roswell Park:5-FU 500 mg/m2 + leucovorin 500 mg/m2 per minggu untuk 6 minggu dengan 2 minggu waktu istirahat
(tidak minum obat). Total 3 siklus.
Capecitabine: 2000 mg/m2 dalam dua dosis dua kali per hariselama 14 hari, 7 hari istirahat. Total 8 siklus.
FOLFOX 4:Oxaliplatin 85 mg/m2 IV hari 1; leucovorin 200 mg/m2 IV; fluorouracil 400 mg/m2 IV bolus, diikuti oleh
fluorouracil 600 mg/m2 untuk 22 jam selama hari ke-1 dan 2, diberika tiap 14 hari. Total 12 siklus.
Mayo Clinic Bolus:5-FU 425 mg/m2 + leucovorin 20 mg/m2 pada hari 15 tiap 4 minggu.
Roswell Park:5-FU 500 mg/m2 + leucovorin 500 mg/m2 per minggu selama 6 minggu dengan 2 minggu waktu istirahat.
IFL (Saltz Regimen, Triple Therapy): CPT-11 100125 mg/m2 IV tiap 90 min, 5-FU 500 mg/m2, semua diberikan selama 4
minggu dan 2 minggu waktu istirahat.
FOLFOX 4:Oxaliplatin 85 mg/m2 IV hari ke-1; leucovorin 200 mg/m2 IV; fluorouracil 400 mg/m2 IV bolus, diikuti oleh
fluorouracil 600 mg/m2 untuk 22 jam selama hari ke-1 dan 2 diberikan selama 14 hari.
XELIRI:Irinotecan 200250 mg/m2 day 1; capecitabine 7501000 mg/m2 PO dua kali perhari hari ke-114, tiap 21 hari.
XELOX:Oxaliplatin 100 mg/m2 hari ke- 1; capecitabine 7501000 mg/m2 PO BID dua kali perhari hari ke-114, tiap 21 hari.
Cetuximab: (Erbitux) 400 mg/m2 loading dose mencapai 120 menit (minggu ke-1); 250 mg/m2 selama 60 menit per minggu
dosis maintenance, dengan irinotecan atau sebagai single agent pada pasien yang tintoleransi irinotecan.
PROGNOSIS
KOMPLIKASI
PENCEGAHAN
ENDOSKOPI
DIET
KESIMPULAN