0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
46 tayangan47 halaman
Dokumen tersebut merupakan catatan medis pasien laki-laki berusia 53 tahun yang dirujuk ke rumah sakit karena lemas dan batuk. Pemeriksaan fisik menemukan pembesaran limpa dan hasil laboratorium menunjukkan anemia, leukositosis, dan tanda-tanda infeksi. Diagnosisnya diduga bronkopneumonia dan hipertrofi ventrikel kanan.
Dokumen tersebut merupakan catatan medis pasien laki-laki berusia 53 tahun yang dirujuk ke rumah sakit karena lemas dan batuk. Pemeriksaan fisik menemukan pembesaran limpa dan hasil laboratorium menunjukkan anemia, leukositosis, dan tanda-tanda infeksi. Diagnosisnya diduga bronkopneumonia dan hipertrofi ventrikel kanan.
Dokumen tersebut merupakan catatan medis pasien laki-laki berusia 53 tahun yang dirujuk ke rumah sakit karena lemas dan batuk. Pemeriksaan fisik menemukan pembesaran limpa dan hasil laboratorium menunjukkan anemia, leukositosis, dan tanda-tanda infeksi. Diagnosisnya diduga bronkopneumonia dan hipertrofi ventrikel kanan.
Alamat : Jl. Duren Tiga Selatan VIII No 59 Jakarta Selatan
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Menikah : Menikah, 3 orang anak
Tanggal Masuk : 29 Agustus 2014
Tanggal Keluar : 4 September 2014
Lama Perawatan : 7 Hari OS merasa lemas sejak 3 hari SMRS, lemas dirasakan terus menerus dan tidak disertai pingsan OS mengaku semakin lama semakin lemas OS mengalami batuk disertai dahak berwarna putih ,batuk tidak disertai darah, OS mengeluh pernah mengalami bengkak dikaki, OS juga mengalami keringat di malam hari dan nafsu makan yang berkurang serta cepat kenyang, nyeri otot di sangkal, nyeri tulang disangkal, riwayat penurunan berat badan disangkal, riwayat perdarahan disangkal dan riwayat sering demam disangkal. OS mengaku menderita penyakit kencing manis dan riwayat darah tinggi disangkal. OS juga mengeluh adanya pusing, pusing dirasakan bersamaan dengan timbulnya lemas, OS menyangkal adanya gangguan pada mata seperti rabun, OS juga menyangkal adanya gangguan pada telinga, OS menangkal adanya nyeri dada dan riwayat suka bangun tengah malam karena sesak, OS juga menyangkal adanya gangguan pencernaan seperti diare. Riwayat maag dan asthma di sangkal. OS mengaku tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan maupun obat,
sebelumnya os memeriksakan diri ke puskesmas dan dirujuk karena eritrosit dan hb turun serta leukosit tinggi,
tidak di berikan obat dari puskesmas,
os mengaku tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya,
os mengaku tidak pernah menjalani operasi apapun dan tidak ada riwayat kecelakaan atau trauma lainnya. OS hidup bersama istrinya dan mempunyai 2 orang anak,
OS mempunyai kebiasaan tidur yang teratur, kebiasaan makan yang teratur dan jarang menjalani olahraga,
OS tidak mempunyai riwayat merokok, minum-minuman keras ataupun obat-obatan terlarang. OS mengaku kedua orang tuanya sudah tiada, kematian kedua orang tuanya di karenakan umur yang sudah sangat tua,
OS menyangkal adanya keluarga yang tinggal satu rumah mengalami penyakit yang sama
OS menyangkal tinggal 1 rumah dengan orang yang mempunyai penyakit menular. Kepala : Normochepal, rambut hitam tidak mudah dicabut
Mata : CA + / + SI - / - isokhor RCL + / + RCTL + / +
Leher : JVP 5 + 4, Limfadenopati sekitar tiroid, Tiroid tidak teraba membesar
Thorax
Inspeksi dada normal tidak ada efloressensi bermakna, Ictus kordis pada ICS 5 garis 2 cm ke kiri mid klavikula sinistra
Palpasi tidak ada nyeri, nafas seimbang tidak ada bagian tertinggal, tidak teraba massa, palpasi ictus cordis pada ICS 5 garis 2 cm kekiri mid kalvikula sinistra
Perkusi kedua lapang paru sonor, batas paru hepar ICS 5 dengan peranjakan kurang lebih 2 jari, batas jantung kanan pada garis para sternalis perkusi suara redup, perkusi batas paru lambung tidak di lakukan dan perkusi batas atas jantung kiri pada ICS 2 perkusi redup garis para sterna dan garis 2 cm kiri dari mid klavikula sinistra ICS 5. Perkusi punggung tidak dilakukan
Auskultasi Cor BJ I II reg M -, G -, Auskultasi Pulmo SN ves pada kedua lapang paru, RH + / -, WH - / - Abdomen
Inspeksi perut supel, tidak buncit, tidak tampak efloressensi yang bermakna, tipe pernafasan abdomino- thorakal
Auskultasi BU + 3 kali tiap menit, tidak ada bunyi tambahan
Perkusi pada 9 regio di dapatkan timpani, perkusi batas bawah hepar didapatkan redup pada ICS 7
Palpasi pada 4 kuadran ditemukan pembesaran limpa sampai batas Schuffner 3, hepar tidak teraba, ballotemen tidak dilakukan, undulasi tidak dilakukan.
Extremitas
Inspeksi didapatkan bentuk yang sesuai dengan ukuran tubuh, tidak ada eflorsensi yang bermakna dan tidak ada oedem,
Palpasi tidak didapatkan flapping tremor dan keempat extremitas dingin.
Eritrosit normositik normokrom Leukosit Meningkat, Diffcount 0/0/0/2/96/1, Blas 1%, Smudge cell ++ Trombosit kesan jumlah kurang, morfologi normal Kesan Suspek LLK
USG
Kesan Splenomegali dengan vena lienalis melebar Seorang laki-laki dengan umur 53 tahun datang dengan keluhan malaise sejak 3 hari SMRS, semakin lama semakin berat dan disertai pusing, OS juga betuk berdahak warna putih, OS mengalami keringat malam, nafsu makan berkurang serta cepat kenyang, OS mempunyai riwayat diabetes mellitus tipe 2. OS dirujuk dari puskesmas di karenakan hasil lab eritrosit dan Hb yang turun disertai peningkatan signifikan dari leukosit. Hasil lab didapatkan JVP 5+4, Conjungtiva Anemis, limfadenopati sekitar tiroid, terdapat Rhonki pada paru kanan, Pembesaran lien sampai scuffner 3, Ictus kordis pada ICS 5 garis 2 cm ke kiri mid klavikula sinistra palpasi maupun inspeksi, batas jantung pada perkusi bergeser ke kiri dan keempat extremitas didapatkan dingin. Laboratorium didapatkan nilai Leukosit mencapai 320 ribu, eritrosit 1.5, Hb 3.0, Ht 9, Trombosit 75, fungsi hati normal, fungsi ginjal normal dan elektrolit normal, GDS didapatkan nilai 135. Pada pemeriksaan penunjang kesan dari foto thorax adalah bronchopneumonia dan cardiomegali, kesan dari EKG adalah pembesaran ventrikel kanan, Kesan dari Gambaran Darah Tepi adalah Suspek LLK, kesan dari USG adalah Spleenomegali dengan vena lienalis melebar. Masalah pada pasien didapatkan :
Anemia LLK DM tipe II Broncho Pneumonia Susp CHF
Anemia ditegakan berdasarkan gejala klinis yaitu lemas dan pucat, pemeriksaan fisik didapatkan Conjungtiva Anemis dan keempat extremitas dingin yang menandakan perdarahan perifer tidak baik, dari pemeriksaan lab yang didapatkan Hb 3.0.
LLK ditegakan dari pemeriksaan lab yang menggambarkan kenaikan leukosit yang tinggi serta menurunya semua komponen darah selain leukosit, yaitu eritrosit dan trombosit ditambah dengan gambaran darah tepi menunjukan gambaran blast 1% serta didapatan smudge cell ++. DM tipe 2 yang ditegakan berdasar anamnesis pasien yang memang sudah pernah didiagnosis DM tipe 2 dan juga pemeriksaan GDS yang selalu di atas nilai 110
Bronchopneumonia didiagnosis berdasar gejala klinis pasien yaitu batuk dengan dahak warna putih dan dilihat dari rontgen thorax terdapat gambaran bercak kesuraman pada paru bagian kanan lobus inferior.
Suspect CHF, tidak ada gejala klinis pembesaran jantung kanan pada pasien, tetapi pada rontgen thorax didapatkan pembesaran jantung kanan dan pada pemeriksaan fisik didapatkan JVP 5+4
Hari 1 RL / 6 Jam PRC 900 cc Bicnat 3x1 Allupurinol 1x300 Dexamethasone pre PRC
Hari 2 RL / 6 Jam Bicnat 3x1 Allupurinol 1x300 Ceftazidin 3x1 Furosemid 1x1
Hari 3 RL / 6 Jam Bicnat 3x1 Allupurinol 1x300 Ceftazidin 3x1 Furosemid 1x1
Hari 4 RL / 6 Jam Bicnat 3x1 Allupurinol 1x300 Ceftazidin 3x1 Furosemid 1x1 PRC 300 cc Dexamethesone pre PRC
Hari 5 RL / 6 Jam Bicnat 3x1 Allupurinol 1x300 Ceftazidin 3x1 Dexamethasone 3x1
RL / 6 jam PRC 1200 cc Diberikan untuk mengkoreksi Hb 3.0, memenuhi syarat transfuse
0 2 4 6 8 10 12 Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hb Hb PRC 900 cc dengan dexamethasone pre PRC PRC 300 cc dengan dexamethasone pre PRC Bicnat 3x1
Diberikan dengan tujuan mem basakan urin agar tidak terjadi batu vesika urinaria yang di sebabkan penyakit pirai sekunder oleh leukemia, pemberian bisa tanpa melihat lab asam urat terlebih dahulu dikarenakan hampir dipastikan penyakit pirai sekunder pasti terjadi pada pasien leukemia
Ceftazidime 3x1 Untuk menangani BP (AB sefalosporin), 1- 6gr/hari terbagi 2-3 dosis, parameter dilihat dari keluhan pasien yang membaik dan CRP pemberian ceftazidim dihentikan ketika CRP di nilai normal
Furosemid 1x1 Diberikan dengan tujuan memperlancar pengeluaran cairan agar mengurangi komplikasi terbentuknya batu vesika urinaria
S O A P Lemas perbaikan
Batuk berdahak warna putih perbaikan TD 100/70 N 73x/m S 36.5 0 C RR 30x/m JVP 5+4 PF CA -/- SI -/- Pembesaran Limpa sekitar tiroid C/ BJ I-II reg m g P/ Ves +/+ RH +/- Wh-/- Abd NT Spleeno megali S-3 Ext Akral hangat, Oedem Lab Abnormal L/E/Hb/Ht/T 151/3.0/9.4/30/57 MCHC 31.1 RDW 16.5 Asam urat Normal Anemia Susp LLK DM tipe II BP CHF - RL / 6 Jam - Bicnat 3x1 - Allupurinol 1x300 - Ceftazidin 3x1 - Dexamethasone 3x1 Follow up Hari - 5 S O A P Lemas perbaikan
Batuk berdahak warna putih perbaikan Mual TD 120/70 N 84x/m S 36.5 0 C RR 20x/m JVP 5+4 PF CA -/- SI -/- Pembesaran Limpa sekitar tiroid C/ BJ I-II reg m g P/ Ves +/+ RH +/- Wh-/- Abd NT Spleeno megali S-3 Ext Akral hangat, Oedem Lab Abnormal L/E/Hb/Ht/T 207.3/3.4/10/31/42 RDW 21.3 Urin Keruh Albumin urin +1 Darah Urin +2 Eritrosit urin 30-35 K 3.2 CRP Normal Anemia Susp LLK DM tipe II BP CHF - RL / 8 Jam - Bicnat 3x1 - Allupurinol 1x100 - KSR 3x1 - OMZ 1x1 - Methyl prednisolon 8mg 2-2-1 Follow up Hari - 6
Dexamethasone 3x1 Sesuai dengan pengobatan LLK dengan sitopenia akibat mekanisme imun atau hipersplenisme, pengobatan di berikan kortikosteroid dengan dosis 1 mg/kgBB/hari dan di tapperingoff.
KSR 3x1 Pada pemeriksaan lab hari ke 5 ditemukan K yang menurun (3.2) yang mungkin di sebabkan pemberian furosemid maka pada hari ke 6 di berikan KSR untuk menangani hipokalemi pasien
OMZ 1x1 = pompa proton inhibitor Diberikan atas dasar keluhan pasien yang mual, keluhan ini bisa di akibatkan pemberian natrium bikarbonat yang sesuai reaksi adalah NaHco3 + HcL NacL + H20 + Co2, karbon dioksida yang dihasilkan ini mengakibatkan terjadinya kembung dan mual pada pasien, maka dari itu pemberian omeprazole akan mengurangi keluhan pasien
Methyl prednisolon 8mg 2-2-1 Sesuai dengan pengobatan LLK dengan sitopenia akibat mekanisme imun atau hipersplenisme, pengobatan di berikan kortikosteroid dengan dosis 1 mg/kgBB/hari dan di tapperingoff.
Kebanyakan pasien LLK tidak menimbulkan gejala dan penyakit ini sering terlihat karena ketidaksengajaan screening hasil lab. Pengobatan pada pasien LLK usia lanjut hanya dengan target mengurangi gejala keluhan dan memperpanjang masa hidup, tidak ada obat yang sudah terbukti bisa mengobati keseluruhan penyakit LLK, pengobatan juga dilakukan spesifik terhadap pasien LLK dengan sitopenia dan hipersplenisme dengan menggunakan kortikosteroid dan di tapering off, prognosis berdasarkan stadium LLK menurut RAI dan Binet pada stadium menurut RAI pasien ini sudah menempati stadium IV dengan limfositosis dan trombositopenia dengan median survival 19 bulan.
Definisi
Leukemia limfositik kronik (LLK) adalah suatu keganasan hematologic yang ditandai oleh proliferasi klonal dan penumpukan limfosit B neoplastik dalam darah, sumsum tulang, limfonodi, limpa, hati dan organ-organ lain. LLK ini termasuk dalam kelainan limfoproliferatif. Tanda-tandanya meliputi limfositosis, limfadenopati dan splenomegali.
Usia rerata diagnosis 65 tahun 3 100.000 50 Etiologi LLK masih belum diketahui. Kemungkinan yang berperan adalah abnormalitas kromosom, onkogen dan retrovirus (RNA tumor virus). Penelitian awal menunjukan keterlibatan gen bcl-1 dan bcl-2 pada 5-15% pasien sedangkan gen bcl-3 hanya kadang-kadang terlibat. Protoonkogen icr dan c-fgr, yang mengkode protein kinase tirosin diekspresikan pada limfosit yang terkena LLK tetapi tidak pada sel B murni yang normal. Saat ini pasien LLK didapatkan delesi homozigot dari region genom telomerin gen retinoblastoma tipe-1 d13s25. Hal ini menunjukan bahwa gen suppressor tumor baru terlibat dalam LLK.
LLK stadium dini yang stabil Pada pasien ini tidak ditemukan terapi kecuali timbul gejala atau penyakitnya berlanjut.
LLK stadium lanjut dengan batas tumor luas dan gagal sumsum tulang Kemoterapi tunggal dengan klorambusil
Sitopenia akibat mekanisme imun atau hipersplenisme Pasien dengan sitopenia akibat respons mun sebaiknya diobati dengan kortikosteroid dengan dosis 1 mg/kgbb/hari dan ditappering off
Splenektomi Indikasi splenektomi adalah splenomegali massif yang simptomatik dan sitopenia yang refrakter
Diagnosis LLK tidak menandakan perlunya pengobatan. Saat ini tidak terdapat terapi kuratif untuk LLK. Tujuan terapi pada kebanyakan pasien LLK adalah meredakan gejala dan memperpanjang kelangsungan hidup. Tetapi gejala dan memperpanjang kelangsungan hidup. Tetapi pada pasien lebih muda dengan faktor resiko buruk, pendekatan ekspreimental dengan tujuan penyembuhan yang