Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Batuan sedimen adalah suatu akumulasi atau kumpulan material batuan

terlapukkan atau terurai dari batuan induk yang terbentuk di permukaan bumi
kemudian diendapkan pada suatu cekungan dibawah kondisi temperatur dan tekanan
rendah serta mempunyai karakteristik tentang lingkungan pengendapannya. Definisi
ini meliputi material batuan sedimen dengan beberapa akumulasi, seperti material
fragmental yang berasal dari kegiatan vulkano, disertai tertransportasi diudara dan
terdeposisi di dalam kondisi padat mungkin terbentuk pada temperatur dan tekanan
yang tinggi. Seperti deposisi yang terbentuk di lantai samudera dengan tekanan yang
sangat besar daripada normal.
Mempelajari batuan sedimen tidak lepas keterkaitannya dari disiplin ilmu
geologi lainnya, seperti mineralogi, geokimia, dan geologi kelautan dengan
kontribusinya terhadap pengendapan batuan sedimen.
Penggolongan batuan sedimen dapat didasarkan kepada tiga patokan utama,
yaitu berdasarkan susunan mineraloginya, fragmen, maupun matriksnya. Untuk
menentukan komposisi mineral, fragmen, maupun matriks pada suatu batuan dapat
dilakukan dari pengamatan petrografi guna untuk menentukan jenis batuan tersebut.
Petrografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang batuan dengan mengunakan
mikroskop polarisasi.

1.2

Maksud dan Tujuan


Adapun maksud diadakannya praktikum petrografi pada acara batuan

sedimen piroklastik ini adalah untuk mengidentifikasi mineral-mineral, rock


fragment, kristal, glass yang terdapat pada batuan sedimen piroklastik secara
mikroskopis dengan mengggunakan mikroskop polarisasi.
Adapun tujuan diadakannya praktikum ini adalah :
1

Dapat mengetahui sifat optik dari pengamatan tiap sayatan batuan.

Dapat menentukan nama batuan.

1.3

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, :

Mikroskop polarisasi

Buku lembar kerja praktikum

Alat tulis menulis

Lap kasar

Lap halus

Buku penuntun

Pensil warna

Preparat mineral

Optical Mineralogi

10 Rocks and Minerals

Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam Praktikum Petrografi Acara Batuan Sedimen

Piroklastik yaitu :
1) Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan yaitu meliputi Penutun, Lembar
Kerja Praktikum, Rocks and Minerals,
2) Letakkan preparat di atas meja objek dan dijepit menggunakan specimen clip.
3) Atur kedudukan meja objek menggunakan pengarah absis dan pengarah nonius,
lakukan pengamatan sifat-sifat optik mineral melalui mikroskop dan hasil
pengamatan dituliskan pada lembar kerja praktikum.
4) Pengamatan sifat-sifat optik yang dilakukan meliputi pengamatan pada nikol
sejajar, pengamatan nikol silang. Setelah data yang didapatkan cukup, maka
selanjutnya menentukan nama mineral yang diamati, fragmen dan matriks.
5) Ganti pengamatan mineral yang diamati dengan mineral lain yang terdapat dalam
sampel batuan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian Batuan Piroklastika


Pada dasarnya batuan gunung api (vulkanik) dihasilkan dari aktivitas

vulkanisme. Aktivitas vulkanisme tersebut berupa keluarnya magma ke permukaan


bumi, baik secara efusif (ekstrusi) maupun eksplosif (letusan). Batuan gunung api
yang keluar dengan jalan efusif mengahasilkan aliran lava, sedangkan yang keluar
dengan jalan eksplosif menghasilkan batuan fragmental (rempah gunung api)..
Didasarkan atas komposisi materialnya, endapan piroklastika terdiri dari tefra
(pumis dan abu gunung api, skoria, Pele's tears dan Pele's hair, bom dan blok
gunung api, accretionary lapilli, breksi vulkanik dan fragmen litik), endapan jatuhan
piroklastika, endapan aliran piroklastika, tuf terelaskan dan endapan seruakan
piroklastika. Aliran piroklastika merupakan debris terdispersi dengan komponen
utama gas dan material padat berkonsentrasi partikel tinggi.
Mekanisme transportasi dan pengendapannya dikontrol oleh gaya gravitasi
bumi, suhu dan kecepatan fluidisasinya. Material piroklastika dapat berasal dari
guguran kubah lava, kolom letusan, dan guguran onggokan material dalam kubah
(Fisher, 1979). Material yang berasal dari tubuh kolom letusan terbentuk dari proses
fragmentasi magma dan batuan dinding saat letusan. Dalam endapan piroklastika,
baik jatuhan, aliran maupun seruakan; material yang menyusunnya dapat berasal dari
4

batuan dinding, magmanya sendiri, batuan kubah lava dan material yang ikut terbawa
saat tertransportasi.

Gambar 2.1 Material Piroklastika.

2.2
1.

Komponen penyusun batuan piroklastik :


Kelompok material Esensial (Juvenil).
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah material langsung dari magma
yang diteruskan baik yang tadinya berupa padatan atau cairan serta buih magma.
Masa yang tadinya berupa padatan akan menjadi blok piroklastik, masa cairan
akan segera membeku selama diletuskan dan cenderung membentuk bom
piroklastik dan buih magma akan menjadi batuan yang porous dan sangat ringan,
dikenal dengan batuapung.

2.

Kelompok material Asesori (Cognate).


Yang termasuk dalam kelompok ini adalah bila materialnya berasal dari
endapan letusan sebelumnya dari gunungapi yang sama atau tubuh vulkanik yang
lebih tua.

3.

Kelompok Asidental (Bahan Asing)


Yaitu material hamburan dari batuan dasar yang lebih tua dibawah gunungapi

tersebut, terutama adalahbatuan dinding disekitar leher vulkanik. Batuannya dapat


berupa batuan beku, endapan maupun batuan ubahan.
2.3

Mekanisme pembentukan endapan piroklastik


Endapan Piroklastik Jatuhan (pyroclastic fall)

Yaitu onggokan piroklastik yang diendapkan melalui udara. Endapan ini pada
umumnya akan berlapis baik, dan pada lapisannya akan memperlihatkan struktur
butiranbersusun. Endapan ini meliputi Aglomerat, Breksi, Piroklasti, tuff dan lapili.
Endapan Piroklastik Aliran (pyroclastic flow)

Yaitu material hasil langsung dari pusat erupsi kemudian teronggokan disuatu
tempat. Umumnya berlangsung pada suhu tinggi antara 500 0C 600 0C

dan

temperaturnya cenderung menurun selama pengalirannya. Penyebaran pada bentuk


endapan sangat dipengaruhi oleh morfologi sebab sifat sifat endapan tersebut
adalah menutup dan mengisi cekungan. Bagian bawah menampakkan morfologi asal
dan atasnya datar.

Endapan Piroklastik Surge (pyroclastic surge)


Yaitu suatu awan campuran dari bahan padat dan gas atau uap air yang

memiliki rapat masa rendah dan bergerak dengan kecepatan tinggi secara turbulen
diatas permukaan. Umumnya memiliki struktur pengendapan primer seperti laminasi

dan perlapisan bergelombang hingga planar. Yang khas dari endapan ini adalah
struktur silang siur, melensa dan bersudut kecil. Endapan surge umumnya kaya akan
keratan batuan dan kristal.
2.4

Tekstur
Menurut Pettijohn (1975), endapan gunung api fragmental bertekstur halus

dapat dikelompokkan dalam tiga kelas yaitu vitric tuff, lithic tuff dan crystal tuff.
Menurut

Fisher

(1966),

endapan

gunung

api

fragmental

tersebut

dapat

dikelompokkan ke dalam lima kelas didasarkan atas ukuran dan bentuk butir batuan

penyusunnya.
Gambar 2.4. Klasifikasi batuan gunung api fragmental berdasarkan tekstur menurut Pettijohn (1975;
kiri) dan Fisher (1966; kanan).

2.5
1)

Klasifikasi
Tuf merupakan material gunung api yang dihasilkan dari letusan eksplosif,

selanjutnya terkonsolidasi dan mengalami pembatuan. Tuf dapat tersusun atas

fragmen litik, gelas shards, dan atau hancuran mineral sehingga membentuk tekstur
piroklastika

plagioklas
plagioklas

Litik
teralterasi

Litik
teralterasi

Gambar 2.4.1 Batuan tuf gunung api dalam sayatan tipis (kiri: nikol silang dan kanan: nikol sejajar).
Dalam sayatan menunjukkan adanya fragmen litik dan kristal dengan sifat kembaran pada hancuran
plagioklas, dan klastik litik teralterasi berukuran halus.

2)

Lapili adalah batuan gunung api (vulkanik) yang memiliki ukuran butir antara 2
-

64 mm, biasanya dihasilkan dari letusan eksplosif (letusan kaldera) berasosiasi


dengan tuf gunung api. Lapili tersebut kalau telah mengalami konsolidasi dan
pembatuan disebut dengan batu lapili. Komposisi batu lapili terdiri atas fragmen
pumis dan (kadang-kadang) litik yang tertanam dalam massa dasar gelas atau tuf
gunung api atau kristal mineral.

Gambar 2.4.2. Breksi pumis (batu lapili) yang hadir bersama dengan kristal kuarsa dan tertanam
dalam massa dasar tuf halus.

3)

Batuan gunung api tak-terelaskan (non-welded ignimbrite) yaitu glass shards,

dihasilkan dari fragmentasi dinding gelembung gelas (vitric bubble) dalam ronggarongga pumis. Material ini nampak seperti cabang-cabang slender yang berbentuk
platy hingga cuspate, kebanyakan dari gelas ini menunjukkan tekstur simpang tiga
(triple junctions) yang menandai sebagai dinding-dinding gelembung gas. Dalam
beberapa kasus, walaupun gelembung gas tersebut tidak terelaskan, namun dapat
tersimpan dengan baik di dalam batuan.

Gambar 2.4.3 Tuff tak-terelaskan dari letusan Gunung Krakatau tahun 1883 dengan glass shards yang
sedikit terkompaksi.

Gambar 2.4.4 Tuff Rattlesnake, berasal dari Oregon pusat, menampakkan shards yang sedikit memipih
dan gelembung gelas yang telah hancur membentuk garis-garis oval.

4)

Batuan gunung api yang terelaskan (welded ignimbrite) yaitu gelas shards dan
pumis yang mengalami kompaksi dan pengelasan saat lontaran balistik hingga
pengendapannya. Biasanya pumis dan gelas tersebut mengalami deformasi akibat
9

jatuh bebas, yang secara petrografi dapat terlihat dengan (1) bentuk Y pada shards
dan rongga-rongga bekas gelembung-gelembung gas/gelas, arah jatuhnya pada
bagian bawah Y, (2) arah sumbu memanjang kristal dan fragmen litik, (3) lipatan
shards di sekitar fragmen litik dan kristal, dan (4) jatuhnya fragmen pumis yang
memipih ke dalam massa gelasan lenticular yang disebut fiamme. Derajat pengelasan
dalam batuan gunung api dapat diketahui dari warnanya yang kemerahan akibat
proses oksidasi Fe. Pada kondisi pengelasan tingkat lanjut, massa yang terelaskan
hampir mirip dengan obsidian. Batuan ini sering berasosiasi dengan shards memipih
yang mengelilingi fragmen litik dan kristal.

a.

b.

c.

Gambar 2.4.5 a. Tuf terelaskan dari Idaho, b. Tuf terelaskan dari Valles, Mexiko utara, c. tuf
terelaskan dengan cetakan-cetakan fragmen kristal.

10

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel 1
Pada pengamatan sampel dengan nomor peraga ST 12/TF.Krbo memiliki
pembesaran total 50x. Adapun kenampakan mikroskopis dari batuan ini ialah warna
absorbsi kuning, warna interferensi hitam, bentuk subhedral anhedral, ukuran 0,1
1 mm, tekstur lightly-compacted tuff (dimana dalam tufa ini, material gelas berbentuk
tidak teratur masih relatif belum terdeformasi), komposisi penyusun batuan Kristal
(Piroksin (Augit), Kuarsa, Biotit, Muskovit), Glass (debu vulkanik berupa semen
pada batuan).
Nikol Sejajar

Nikol Silang

Augit
Biotit
Kuarsa
Glass

11

Komponen Penyusun Batuan :

Kristal

Augit

Warna absorbsi ialah warna yang nampak pada nikol sejajar yaitu kuning,
warna interferensi ialah warna yang nampak pada nikol silang yaitu putih kecoklatan,
belahan (kemampuan mineral membelah dalam bidang belahannya) yaitu satu arah,
pecahan uneven (pecahan yang nampak yaitu tidak beraturan), pleokrisme
monokroik yaitu gejala perubahan warna hanya sekali yang nampak pada mineral
apabila meja objek diputar 360o, bentuk subhedral (kristal dibatasi hanya sebagian
bidang kristalnya sendiri) - anhedral (kristal sama sekali tidak dibatasi oleh bidangbidang kristalnya sendiri), indeks bias dapat diartikan sebagai salah satu nilai
(konstanta) yang menunjukkan perbandingan sinus sudut dating (i) dengan sinus
sudut bias atau refraksi (r) yaitu nmin>ncb,

intensitas tinggi, relief yaitu suatu

kenampakan yang timbul akibat adanya perbedaan indeks bias mineral dengan media
yang ada disekitarnya yaitu tinggi, sudut gelapan adalah keadaan mineral pada
kedudukan warna interferensi minimum, terjadi apabila sumbu indikatriks (arah getar
sinar) mineral sejajar dengan arah getar analisator atau polarisator yaitu 24 o, jenis
gelapan miring yaitu pemadaman yang terjadi pada posisi dimana sumbu panjang
kristal (belahan yang sejajar sumbu-c) membentuk sudut dengan arah getar analisator
dan polarisator ( c^X,Z = 1o-44o), ukuran mineral diperoleh dari nilai yang nampak
pada benang silang dikalikan dengan nilai bilangan skala yaitu 0.4 mm, nama
mineral Augit.

Biotit

12

Warna absorbsi ialah warna yang nampak pada nikol sejajar yaitu coklat,
warna interferensi ialah warna yang nampak pada nikol silang yaitu coklat, belahan
(kemampuan mineral membelah dalam bidang belahannya) yaitu satu arah,
pleokrisme monokroik yaitu gejala perubahan warna hanya sekali yang nampak pada
mineral apabila meja objek diputar 360o, bentuk euhedral (Kristal dibatasi oleh
bidang kristalnya sendiri) anhedral ( Kristal sama sekali tidak dibatasi oleh bidangbidang kristalnya sendiri), intensitas sedang, relief yaitu suatu kenampakan yang
timbul akibat adanya perbedaan indeks bias mineral dengan media yang ada
disekitarnya adalah sedang, indeks bias dapat diartikan sebagai salah satu nilai
(konstanta) yang menunjukkan perbandingan sinus sudut dating (i) dengan sinus
sudut bias atau refraksi (r) yaitu nmin>ncb, sudut gelapan adalah keadaan mineral pada
kedudukan warna interferensi minimum, terjadi apabila sumbu indikatriks (arah getar
sinar) mineral sejajar dengan arah getar analisator atau polarisator yaitu 28 o, jenis
gelapan miring yaitu pemadaman yang terjadi pada posisi dimana sumbu panjang
kristal (belahan yang sejajar sumbu-c) membentuk sudut dengan arah getar analisator
dan polarisator ( c^X,Z = 1o-44o), ukuran mineral diperoleh dari nilai yang nampak
pada benang silang dikalikan dengan nilai bilangan skala yaitu 0.1 mm, nama
mineral Biotit.

Kuarsa

Warna absorbsi ialah warna yang nampak pada nikol sejajar yaitu kuning,
warna interferensi ialah warna yang nampak pada nikol silang yaitu hitam, pecahan
uneven (pecahan yang nampak yaitu tidak beraturan), pleokrisme monokroik yaitu
gejala perubahan warna hanya sekali yang nampak pada mineral apabila meja objek
diputar 360o, bentuk subhedral (kristal dibatasi hanya sebagian bidang kristalnya
13

sendiri) anhedral (kristal sama sekali tidak dibatasi oleh bidang-bidang kristalnya
sendiri), indeks bias dapat diartikan sebagai salah satu nilai (konstanta) yang
menunjukkan perbandingan sinus sudut dating (i) dengan sinus sudut bias atau
refraksi (r) yaitu nmin>ncb,, intensitas sedang, relief yaitu suatu kenampakan yang
timbul akibat adanya perbedaan indeks bias mineral dengan media yang ada
disekitarnya adalah sedang, sudut gelapan 2.5o, jenis gelapan bergelombang dimana
gelapan jenis ini terjadi karena keseluruhan mineral telah ,engalami tekanan namun
belum sampai rekristalisasi secara sempurna, ukuran mineral diperoleh dari nilai
yang nampak pada benang silang dikalikan dengan nilai bilangan skala yaitu 0.3 mm
1 mm, nama mineral Kuarsa.
Glass

Warna absorbsi ialah warna yang nampak pada nikol sejajar yaitu kuning,
warna interferensi ialah warna yang nampak pada nikol silang yaitu hitam.
Persentase Komponen Penyusun Batuan
Komponen Penyusun
Kristal
Glass

Biotit
Augit
Kuarsa

I (%)
20%
20%
20%
40%

:
II (%)
20%
10%
20%
50%

III (%)

% Rata -

10%
20%
20%
50%

rata
16.66%
16.66%
20%
46.66%

Berdasarkan presentase kandungan keseluruhan kristal (53.32%) yang terdiri


dari Kuarsa (20%), Augit (16.66%), Biotit (16.66%) , dan Glass (46,66%), maka
nama batuan ini ialah Crystal Vitric Tuff (Pettijohn, 1975).
Pettijohn (1975) membuat klasifikasi tuff, dengan membandingkan
prosentase gelas dengan kristal, yaitu:

14

25

Cryst

Vitric
Tuff

Glass

100

50
Vitric
Crystal
Tuff

75

75

Crystal
Vitric
Tuff

50

100

Crystal

Crystal
Tuff

25

Adapun petrogenesa dari batuan ini ialah batuan piroklastik merupakan


batuan yang tercipta akibat letusan gunung berapi. Batuan piroklastik ini terbentuk
diawali dengan letusan letusan dari gunung berapi, yang kemudian gunung berapi
tersebut akan mengeluarkan magma atau menyemburkan magma yang bersuhu
kurang lebih 850oC. Ketika magma yang bersuhu sangat panas tersebut tersemburkan
ke udara maka suhu magma akan turun secara drastis. Itu dikarenakan suhu magma
yang diatas 600oC tersebut akan menyesuaikan dengan suhu lingkunganya yaitu
sekitar 25oC. Oleh karena itu batuan piroklastik dapat terbentuk di udara. Batuan
piroklastik dapat disebut hampir sama dengan proses keterjadian batuan beku.
Karena proses keterbentukanya yang sama sama langsung terbentuk dari magma
yang panas kemudian mendingin.

Batuan piroklastik ini terbentuk dari material

vulkanik klastik yang dihasilkan dari serangkaian proses yang berkaitan dengan
letusan gunung api. Yang memiliki ukuran butir debu halus kasar ( < 0,04 mm
Batuan ini tersusun atas komponen penyusun yang terdiri dari kristal (53.32%) yang
terdiri dari Kuarsa (20%), Augit (16.66%), Biotit (16.66%) , dan Glass (46,66%).
Biasanya dapat dijumpai efek bakar yang merupakan ciri dari batuan piroklastik.
15

Kegunaan dari batuan ini ialah dapat dipergunakan untuk bangunan-bangunan


sebagai semen alam (hidraulic cement), lebih mudah kontak dengan air, setelah itu
mengeras yang tak tembus air (pembuatan batako).
Sampel 2
Pada pengamatan sampel dengan nomor peraga ST 122 memiliki pembesaran
total 50x. Adapun kenampakan mikroskopis dari batuan ini ialah warna yaitu kuning,
warna interferensi coklat kehitaman, bentuk subhedral anhedral, ukuran 0,1 1
mm, tekstur welded tuff (dalam material ini, material gelas melebur bersama
membentuk putaran), komposisi penyusun batuan Kristal ( Piroksin, Kuarsa, Biotit,
Olivin ), Glass (debu vulkanik berupa semen pada batuan).
Deskripsi Komponen Penyusun Batuan :
Nikol Sejajar

Nikol Silang

Hypersthene
Biotit
Kuarsa
Glass
Olivin

Kristal

Piroksin (Hypersthene)

Warna absorbsi ialah warna yang nampak pada nikol sejajar yaitu kuning,
warna interferensi ialah warna yang nampak pada nikol silang yaitu hitam, belahan
(kemampuan mineral membelah dalam bidang belahannya) yaitu satu arah,
pleokrisme monokroik yaitu gejala perubahan warna hanya sekali yang nampak pada
16

mineral apabila meja objek diputar 360o, pecahan uneven (tidak merata), bentuk
subhedral (kristal dibatasi hanya sebagian bidang kristalnya sendiri) anhedral
(kristal sama sekali tidak dibatasi oleh bidang-bidang kristalnya sendiri), intensitas
tinggi, relief tinggi relief yaitu suatu kenampakan yang timbul akibat adanya
perbedaan indeks bias mineral dengan media yang ada disekitarnya adalah sedang,
indeks bias dapat diartikan sebagai salah satu nilai (konstanta) yang menunjukkan
perbandingan sinus sudut dating (i) dengan sinus sudut bias atau refraksi (r) yaitu
nmin>ncb, sudut gelapan adalah keadaan mineral pada kedudukan warna interferensi
minimum, terjadi apabila sumbu indikatriks (arah getar sinar) mineral sejajar dengan
arah getar analisator atau polarisator yaitu 24o, jenis gelapan miring yaitu
pemadaman yang terjadi pada posisi dimana sumbu panjang kristal (belahan yang
sejajar sumbu-c) membentuk sudut dengan arah getar analisator dan polarisator
( c^X,Z = 1o-44o), ukuran mineral diperoleh dari nilai yang nampak pada benang
silang dikalikan dengan nilai bilangan skala yaitu 0.8 mm, nama mineral
Hypersthene.

Biotit

Warna absorbsi ialah warna yang nampak pada nikol sejajar yaitu coklat,
warna interferensi ialah warna yang nampak pada pengamatan nikol silang yaitu
coklat, belahan (kemampuan mineral membelah dalam bidang belahannya) yaitu satu
arah, pleokrisme monokroik yaitu gejala perubahan warna hanya sekali yang nampak
pada mineral apabila meja objek diputar 360o, bentuk euhedral (kristal dibatasi oleh
bidang kristalnya sendiri) anhedral (kristal sama sekali tidak dibatasi oleh bidangbidang kristalnya sendiri), intensitas sedang, relief yaitu suatu kenampakan yang
timbul akibat adanya perbedaan indeks bias mineral dengan media yang ada
17

disekitarnya adalah sedang, indeks bias dapat diartikan sebagai salah satu nilai
(konstanta) yang menunjukkan perbandingan sinus sudut dating (i) dengan sinus
sudut bias atau refraksi (r) yaitu nmin>ncb, sudut gelapan adalah keadaan mineral pada
kedudukan warna interferensi minimum, terjadi apabila sumbu indikatriks (arah getar
sinar) mineral sejajar dengan arah getar analisator atau polarisator yaitu 28 o, jenis
gelapan miring yaitu pemadaman yang terjadi pada posisi dimana sumbu panjang
kristal (belahan yang sejajar sumbu-c) membentuk sudut dengan arah getar analisator
dan polarisator ( c^X,Z = 1o-44o), ukuran mineral diperoleh dari nilai yang nampak
pada benang silang dikalikan dengan nilai bilangan skala yaitu 0.5 mm, nama
mineral Biotit.

Kuarsa

Warna absorbsi absorbsi ialah warna yang nampak pada nikol sejajar yaitu
kuning, warna interferensi ialah warna yang nampak pada nikol silang yaitu hitam,
pecahan uneven (pecahan yang nampak yaitu tidak beraturan), pleokrisme
monokroik yaitu gejala perubahan warna hanya sekali yang nampak pada mineral
apabila meja objek diputar 360o, bentuk subhedral (kristal dibatasi hanya sebagian
bidang kristalnya sendiri) anhedral (kristal sama sekali tidak dibatasi oleh bidangbidang kristalnya sendiri), indeks bias dapat diartikan sebagai salah satu nilai
(konstanta) yang menunjukkan perbandingan sinus sudut dating (i) dengan sinus
sudut bias atau refraksi (r) yaitu n min>ncb,, intensitas sedang, relief yaitu suatu
kenampakan yang timbul akibat adanya perbedaan indeks bias mineral dengan media
yang ada disekitarnya adalah sedang, sudut gelapan adalah keadaan mineral pada
kedudukan warna interferensi minimum, terjadi apabila sumbu indikatriks (arah getar
sinar) mineral sejajar dengan arah getar analisator atau polarisator yaitu 2.5 o, jenis
18

gelapan bergelombang dimana gelapan jenis ini terjadi karena keseluruhan mineral
telah, mengalami tekanan namun belum sampai rekristalisasi secara sempurna,
ukuran mineral diperoleh dari nilai yang nampak pada benang silang dikalikan
dengan nilai bilangan skala yaitu 0.3 mm 1 mm, nama mineral Kuarsa.

Olivin

Warna absorbsi ialah warna yang nampak pada nikol sejajar yaitu kuning,
warna interferensi ialah warna yang nampak pada nikol silang hijau kebiruan,
belahan (kemampuan mineral membelah dalam bidang belahannya) yaitu dua arah,
pleokrisme monokroik yaitu gejala perubahan warna hanya sekali yang nampak pada
mineral apabila meja objek diputar 360o, bentuk euhedral (kristal dibatasi oleh bidang
kristalnya sendiri) anhedral (kristal sama sekali tidak dibatasi oleh bidang-bidang
kristalnya sendiri), intensitas tinggi, relief yaitu suatu kenampakan yang timbul
akibat adanya perbedaan indeks bias mineral dengan media yang ada disekitarnya
adalah tinggi, indeks bias dapat diartikan sebagai salah satu nilai (konstanta) yang
menunjukkan perbandingan sinus sudut dating (i) dengan sinus sudut bias atau
refraksi (r) yaitu nmin>ncb, sudut gelapan adalah keadaan mineral pada kedudukan
warna interferensi minimum, terjadi apabila sumbu indikatriks (arah getar sinar)
mineral sejajar dengan arah getar analisator atau polarisator yaitu 45 o, jenis gelapan
simetris yaitu jenis gelapan yang terjadi bila pemadaman pada posisi simetris (c ^ X,Z
= 45o), ukuran mineral diperoleh dari nilai yang nampak pada benang silang
dikalikan dengan nilai bilangan skala yaitu 0.2 mm, nama mineral Olivin.

Glass
Warna absorbsi ialah warna yang terlihat pada pengamatan nikol sejajar

19

yaitu kuning, warna interferensi ialah warna yang terlihat pada pengamatan nikol
silang hitam.
Persentase Komponen Penyusun Batuan
Komponen Penyusun

I (%)

Biotit
Hypersthen
e
Kuarsa
Olivin

Kristal

Glass

II (%)

III (%)

% Rata -

20%
20%

20%
10%

10%
20%

rata
16.66%
16.66%

20%
10%
30%

20%
10%
20%

20%
20%

20%
6.66%
30%

Berdasarkan presentase kandungan keseluruhan kristal (59.98%) yang terdiri


dari Kuarsa (20%), Hypersthene (16.66%), Biotit (16.66%), Olivin (6.66%) dan
Glass (30%), maka nama batuan ini ialah Crystal Vitric Tuff (Pettijohn, 1975).
Pettijohn (1975) membuat klasifikasi tuf, dengan membandingkan prosentase
gelas dengan kristal, yaitu:
0

25

Vitric
Crystal
Tuff

Vitric
Tuff

Glass

100

50

75

75

Crystal
Vitric
Tuff

50

100

Crystal

Crystal
Tuff

25

Adapun petrogenesa dari batuan ini ialah batuan piroklastik merupakan


batuan yang tercipta akibat letusan gunung berapi. Batuan piroklastik ini terbentuk
20

akibat diawalinya dengan letusan letusan dari gunung berapi, yang kemudian
gunung berapi tersebut akan mengeluarkan magma atau menyemburkan magma yang
bersuhu kurang lebih 850oC. Ketika magma yang bersuhu sangat panas tersebut
tersemburkan ke udara maka suhu magma akan turun secara drastis. Itu dikarnakan
suhu magma yang diatas 600oC tersebut akan menyesuaikan dengan suhu
lingkunganya yaitu sekitar 25 oC. Oleh karena itu batuan piroklastik dapat terbentuk
di udara. Batuan piroklastik dapat disebut hampir sama dengan proses keterjadian
batuan beku. Karena proses keterbentukanya yang sama sama langsung terbentuk
dari magma yang panas kemudian mendingin.
Batuan piroklastik ini terbentuk dari material vulkanik klastik yang dihasilkan
dari serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung api. Yang memiliki
ukuran butir debu halus kasar ( < 0,04 mm Batuan ini tersusun atas komponen
penyusun yang terdiri dari kristal (59.98%) yang terdiri dari Kuarsa (20%),
Hypersthene (16.66%), Biotit (16.66%), Olivin (6.66%) dan Glass (23.33%).
Biasanya dapat dijumpai efek bakar yang merupakan ciri dari batuan piroklastik.
Kegunaan dari batuan ini ialah dapat dipergunakan untuk bangunan-bangunan
sebagai semen alam (hidraulic cement), lebih mudah kontak dengan air, setelah itu
mengeras yang tak tembus air (pembuatan batako).
Sampel 3
Pada pengamatan sampel dengan nomor peraga ST 126 memiliki pembesaran
total 50x. Adapun kenampakan mikroskopis dari batuan ini ialah warna absorbsi
kuning, warna interferensi coklat, bentuk subhedral anhedral, ukuran 0,1 0.8 mm,
komposisi penyusun batuan Rock Fragment (Batuan Beku), Kristal ( Piroksin,
Biotit), Glass(debu vulkanik berupa semen pada batuan).
21

Nikol Sejajar

Nikol Silang

Biotit
Kuarsa
Hypersthene

Deskripsi Komponen Penyusun Batuan :

Kristal

Piroksin (Hypersthene)

Warna absorbsi ialah warna yang nampak pada nikol sejajar yaitu kuning
keabuan, warna interferensi ialah warna yang nampak pada nikol silang yaitu merah,
belahan (kemampuan mineral membelah dalam bidang belahannya) yaitu satu arah,
pleokrisme monokroik yaitu gejala perubahan warna hanya sekali yang nampak pada
mineral apabila meja objek diputar 360o, pecahan uneven (tidak merata), bentuk
subhedral (kristal dibatasi hanya sebagian bidang kristalnya sendiri) anhedral
(kristal sama sekali tidak dibatasi oleh bidang-bidang kristalnya sendiri), intensitas
tinggi, relief tinggi relief yaitu suatu kenampakan yang timbul akibat adanya
perbedaan indeks bias mineral dengan media yang ada disekitarnya adalah sedang,
indeks bias dapat diartikan sebagai salah satu nilai (konstanta) yang menunjukkan
perbandingan sinus sudut dating (i) dengan sinus sudut bias atau refraksi (r) yaitu
nmin>ncb, sudut gelapan adalah keadaan mineral pada kedudukan warna interferensi
minimum, terjadi apabila sumbu indikatriks (arah getar sinar) mineral sejajar dengan
22

arah getar analisator atau polarisator yaitu 24o, jenis gelapan miring yaitu
pemadaman yang terjadi pada posisi dimana sumbu panjang kristal (belahan yang
sejajar sumbu-c) membentuk sudut dengan arah getar analisator dan polarisator
( c^X,Z = 1o-44o), ukuran mineral diperoleh dari nilai yang nampak pada benang
silang dikalikan dengan nilai bilangan skala yaitu 0.8 mm, nama mineral
Hypersthene.

Biotit

Warna absorbsi ialah warna yang nampak pada nikol sejajar yaitu coklat,
warna interferensi ialah warna yang nampak pada nikol silang yaitu coklat, belahan
(kemampuan mineral membelah dalam bidang belahannya) yaitu satu arah,
pleokrisme monokroik yaitu gejala perubahan warna hanya sekali yang nampak pada
mineral apabila meja objek diputar 360o, bentuk euhedral (Kristal dibatasi oleh
bidang kristalnya sendiri) anhedral ( Kristal sama sekali tidak dibatasi oleh bidangbidang kristalnya sendiri), intensitas sedang, relief yaitu suatu kenampakan yang
timbul akibat adanya perbedaan indeks bias mineral dengan media yang ada
disekitarnya adalah sedang, indeks bias dapat diartikan sebagai salah satu nilai
(konstanta) yang menunjukkan perbandingan sinus sudut dating (i) dengan sinus
sudut bias atau refraksi (r) yaitu nmin>ncb, sudut gelapan adalah keadaan mineral pada
kedudukan warna interferensi minimum, terjadi apabila sumbu indikatriks (arah getar
sinar) mineral sejajar dengan arah getar analisator atau polarisator yaitu 28 o, jenis
gelapan miring yaitu pemadaman yang terjadi pada posisi dimana sumbu panjang
kristal (belahan yang sejajar sumbu-c) membentuk sudut dengan arah getar analisator
dan polarisator ( c^X,Z = 1o-44o), ukuran mineral diperoleh dari nilai yang nampak

23

pada benang silang dikalikan dengan nilai bilangan skala yaitu 0.5 mm, nama
mineral Biotit.

Glass

Warna absorbsi ialah warna yang terlihat pada pengamatan nikol sejajar yaitu
kuning, warna interferensi ialah warna yang terlihat pada pengamatan nikol silang
yaitu hitam.

Persentase Komponen Penyusun Batuan :


Komponen Penyusun
Biotit
Hypersthen

Kristal

e
Glass

I (%)

II (%)

III (%)

% Rata -

40%

40%

40%

rata
40%

40%

30%

30%

36.66%

30%

20%

10%

23.33%

Berdasarkan presentase kandungan keseluruhan kristal (76.66%) yang terdiri


dari Hypersthene (16.66%), Biotit (16.66%), Glass (23.33%), maka nama batuan ini
ialah Crystal Tuff (Pettijohn, 1975).
Pettijohn (1975) membuat klasifikasi tuf, dengan membandingkan prosentase
gelas dengan kristal, yaitu:
0

Vitric
Tuff

Vitric
25 Crystal
Tuff

50

24

Crystal
Vitric
Tuff

75

100 Crystal
Crystal
Tuff

Glass

100

75

50

25

Batuan piroklastik merupakan batuan yang tercipta akibat letusan gunung


berapi. Batuan piroklastik ini terbentuk diawali dengan letusan letusan dari gunung
berapi, yang kemudian gunung berapi tersebut akan mengeluarkan magma atau
menyemburkan magma yang bersuhu kurang lebih 850oC. Ketika magma yang
bersuhu sangat panas tersebut tersemburkan ke udara maka suhu magma akan turun
secara drastis. Itu dikarenakan suhu magma yang diatas 600 oC tersebut akan
menyesuaikan dengan suhu lingkunganya yaitu sekitar 25 oC. Oleh karena itu batuan
piroklastik dapat terbentuk di udara. Batuan piroklastik dapat disebut hampir sama
dengan proses keterjadian batuan beku. Karena proses keterbentukanya yang sama
sama langsung terbentuk dari magma yang panas kemudian mendingin.
Proses terbentuknya batuan piroklastik tidak hanya sampai situ saja. Batuan
piroklastik akan yang di udara sudah tentu akan turun kepermukaan bumi yaitu tanah.
Setelah batuan piroklastik itu jatuh ke tanah maka ia akan mengalami proses
pembentukan kembali yang diawali dengan bentuk bongkah maka setelah
tertransportasikan kemudian terendapkan dan terlitifikasi maka ia akan mengalami
perubahan bentuk menjadi bulatan bulatan sehingga namanya akan berubah
menjadi batuan piroklastik bom.
25

Namun, dalam dunia geologi batuan batuan piroklastik yang telah


tertransportasikan akan berubah nama menjadi batuan epiklastik. Biasanya batuan
epiklastik ini terbat pada daerah daerah yang rendah, hal itu disebabkan oleh suatu
medium yang mentransportasikan batuan piroklastik itu ke daratan daratan yang
lebih rendah. Biasanya batuan epiklastik banyak terdapat disekitar sungai, danau,
laut, juga memiliki kemungkinan terdapat dipegunungan.

BAB IV
PENUTUP

4.1

Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengamatan mineral diatas

ialah:
Pada sampel sayatan batuan tersebut berkomposisi Rock Fragment, Kristal
dan Glass. Adapun sifat optik dari masing masing mineral ialah :

Kristal

Augit

Warna absorbsi kuning, warna interferensi putih kecoklatan, belahan satu


arah, pecahan uneven, pleokrisme monokroik, bentuk sbhedral-anhedral, intensitas

26

tinggi, relief tinggi, sudut gelapan 24o, jenis gelapan miring, ukuran mineral 0.4 mm,
nama mineral Augit.

Biotit

Warna absorbsi coklat, warna interferensi coklat, belahan satu arah,


pleokrisme monokroik, bentuk euhedral-anhedral, intensitas sedang, relief sedang,
sudut gelapan 28o, jenis gelapn miring, ukuran mineral 0.1 mm, nama mineral Biotit.

Kuarsa

Warna absorbsi kuning, warna interferensi hitam, pecahan uneven,


pleokrisme monokroik, bentuk subhedral-anhedral, intensitas sedang, relief sedang,
sudut gelapan 2.5o, jenis gelapan bergelombang, ukuran mineral 0.3 mm 1 mm,
nama mineral Kuarsa.

Olivin

Warna absorbsi kuning, warna interferensi hijau kebiruan, belahan dua arah,
pleokrisme monokroik, bentuk euhedral-anhedral, intensitas tinggi, relief tinggi,
sudut gelapan 33o, jenis gelapan simetris, ukuran mineral 0.2 mm, nama mineral
Biotit.

Rock Fragment

Warna absorbsi kuning, warna interferensi abu-abu, ukuran 0.8 mm, bentuk
subhedral-anhedral.

Glass
Warna absorbsi kuning, warna interferensi hitam.

Adapun nama batuan dari masing-masing sayatan batuan berdasarkan sifat optiknya
ialah sampel pertama yaitu Crystal vitric tuff (Pettijohn, 1975), Vitric Tuff
(Pettijohn, 1975), Crystal Tuff (Pettijohn, 1975).
27

4.2

Saran

4.2.1

Untuk Asisten
Agar menjelaskan lebih rinci lagi tentang pengamatan mineral dalam sayatan

tipis agar praktikan dapat mengetahui nama mineral tersebut.


4.2.2

Untuk Laboratorium
Agar mikroskop polarisasi di Lab. Mineral Optik ditambah jumlahnya

begitupun dengan sayatan tipis batuan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. http://www.scribd.com/doc/89155950/Makalah-Kuarsa#download, dikutip


pada hari Jumat, 12 September 2014 pukul 20.30 WITA
Manuel Delio. 2010. Penuntun Mineral Optik dan PetrografiI. Yogyakarta;Institut
Sains dan Teknologi Akprind Fakultas Teknik Geologi Jurusan Teknologi
Mineral.
Ria, Ulva I. 2014. Mineral Optik, diktat praktikum. Makassar; Laboratorium Mineral
Optik Teknik Geologi Universitas Hasanuddin.
Rocks and Mineral By Siomon and Schusters

28

Tim Asisten Laboratorium Petrografi.

2014.

Penuntun

Petrografi.

Makassar;Laboratorium Petrografi Teknik Geologi Universitas Hasanuddin.


Staff Asisten Mineralogi Optik. 2005. Album Mineral Optik. Yogakarta;
Laboratorium
Petrologi dan Bahan Galian Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi
Mineral Universitas Pembangunan Nasional.

29

Anda mungkin juga menyukai