Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dibawa ke UGD dengan demam 39,5C. Ia
terlihat takipneu dengan retraksi substernal serta meneteskan air liur secara
berlebihan. Ia mengeluhkan sakit tenggorokan.
C. Manajemen intraoperatif
1. Bagaimana cara terbaik menjaga jalan napas anak dengan epiglottitis?
2. Bagaimana anda menginduksi anestesi?
3. Haruskah seorang anak dengan epiglottitis menjalani induksi cepat
berurutan?
4. Apakah intubasi secara sadar merupakan alternative praktis untuk menjaga
jalan napas pasien?
5. Apa yang akan anda lakukan jika jalan napas tidak dapat diamankan dengan
intubasi?
Telinga, Hidung, Tenggorokan
Halaman 1
Halaman 2
Croup
Epiglottitis
Virus parainfluenza
Haemophilus influenza
Masa bayi 4 bulan sampai 2 sampai 5 tahun
2 tahun
Ekserbasi subakut dari Akut
infeksi pernapasan atas
Halaman 3
Suhu
Perjalanan
Gejala
sebelumnya
Demam derajat ringan
Biasanya ringan, stridor
mungkin dapat memburuk
pada malam hari
Batuk
seperti
mengonggong
Demam tinggi
Perkembangan gejala yang
cepat
Disfagia,
sakit
tenggorokan,
disfonia,
distress pernafasan
Halaman 4
Hilsinger SL, Kirby AS. Wheeler JG, et al. Epiglottitis, a 9-year case review.
South Med.j 1996-89:487.
Wurtele P. Acute epiglottitis in children : results of a large-scale antiHemophilus type B immunization program. J. otolaryngol 1995;24:92.
A.6 Apakah ada perubahan pada pola Haemophilus influenza beberapa tahun
belakangan ini?
Pada penelitian baru-baru ini di kota Philadelphia, ditemukan adanya
penurunan tajam kejadian epiglottitis H. influenza. Walaupun begitu, 36%
dari yang terinfeksi H. influenzae yang resisten terhadap ampisilin, yang
dimana dahulu tidak ditemukan adanya resistensi. Dan juga, hamper 30%
insidensi dari kegagalan vaksinasi telah terlihat sebelum tahun 1990. Para
ahli anestesi harus berhati-hati bahwa penyakit ini masih bisa dilihat dan
jangan berfikir bahwa penyakit ini secara wujud telah punah.
A.7 Bagaimana diagnosis epiglottitis ditegakkan?
Epiglottitis akut merupakan sebuah kegawatdaruratan yang mengerikan dan
semua anak yang tampilan klinisnya telah menjamin diagnosis epiglottitis
harus dievaluasi segera di rumah sakit. Pharyngoscopy untuk memvisualisasi
epiglottits yang membengkak harusnya tidak harus dicoba pada sebuah
setingan kantor, karena hal ini dapat menstimulasi refleks jalan napas atas
dan akan meningkatkan dyspneu. Semua pusat medis seharusnya
mempunyai tempat sebuah manajemen protokol yang menstandarisasi yang
mendekati untuk hal ini progresif cepat dan penyakit fatal dan melibatkan
tim dokter dan perawat dari spesialis anak, otolaryngology, dan anestesi.
Sebauh pendekatan logikal sebagai berikut:
Halaman 5
Tanda klasik thumb sign di sisi lateral film sinar x, terlihat bentuk
sesuai namanya dengan pembesaran epiglottis. Akan tetapi, adanya
tanda ini tidak menghilangkan diagnosis epiglottitis. Croup ditandai
dengan adanya tanda menara yang seragam mengarah ke inflamasi
jalan napas subglotis. Akhir-akhir ini, MRI telah meunjukkan
pengukuran standar untuk ruang hypopharyngeal di berbagai usia, dan
hal tersebut telah berkorelasi dengan pengukuran ini. Hal ini
mungkin alat yang bermanfaat di masa depan untuk menilai
keparahan jalan napas yang terlibat.
Evidensi laboratorium tidak spesifik, walaupun perhitungan sel darah
putih meningkat leukosit PMC lebih disarankan untuk epiglottitis
daripada croup.
Fiberoptic pharyngoscopy dapat menjadi yang paling efektif jika
dilakukan secara lembut oleh pemeriksa yang berpegalaman; alat ini
secara cepat mengkonfirmasi atau mengeliminasi diagnosis. Jangan
melalakukan laryngoscopy bila kecemasan meningkat saat prosedur
dan karena obstruksi ekserbasi jalan napas.
Davis HW, Gartner JC, Galvis AG, et al. Acute upper airway obstruction:
croup and epiglottitis. Pediatr Clin North Am 1981;28:859
Diaz JH. Croup and epiglottitis in children: the anesthesiologist as
diagnostician. Anesth Anal 1985;64:621
Shorten GD, Opie NJ, Graziotti P, et al. Assessment of Upper airway
anatomy in awake, sedated and anesthetized patients using MRI. Anaesth
Intensive Care 1994;22:165
A.8 Bagaimana penanganan medis dari croup? Apakah hal ini berguna bagi ahli
anestesi?
Croup yang berat tidak responsive terhadap terapi yang diberikan
memungkinkan membutuhkan intubasi. Sekali diagnosis croup ditegakkan,
anak diberikan skor croup, yang dimana membantu mendeterminasi terapi.
Croup ringan diterapi dengan gas humidifaksi hirup, hidrasi, dan oksigen
untuk meningkatkan petugas hipoksemia. Croup tents, croupettes, dan
hembusan oksigen sangat membantu. Jika pasien mempunyai reaksi seang
dan muncul dyspneu, 0.5 mL dari 2.25% senyawa solusi epinephrine dalam
2.5 mL dari normal saline dapat diberikan melalui nebulizer.
Halaman 6
Resistensi jalan naas dapat menjadi tinggi dengan transudasi reaktif dan
sebagai akibat penyempitan luminal. Dengan vasokonstriksi arteriol dari
pembuluh darah mukosa, senyawa epinefrin mengurangi edema. Epinefrin
disediakan sebagai campuran dari isomer L dan D untuk membatasi
stimulasi kardiak. Pasien membaik, namun klinisi harus diperingati bahwa
pengurangan mungkin bersifat sementara dan rebound napas dapat terjadi
setelah epinefrin habis. Aktifitas -2 dapat menyebabkan otot polos
bronchial relaksasi. Hidari senyawa epinefrin pada anak dengan glaucoma
dan obstruksi ventricular outflow.
Dexamethasone pada saat pemberian awal pada croup viral dapat
menguntungkan dalam mengurangi pembengkakan dan mengurangi gejala.
Dosis anak 0.6 mg/kg secara oral atau perkembangan efektif khususnya
dengan edema laring.
Behrman RE. Kliegman RM, Jensen HB, eds. Nelson textbook of
Paediatrics,16th ed. Philadelphia: WB Saunders, 2000-1274-1278
Cressman WR, Mayer CM. Diagnosis and Managemen of Croup and
epiglottitis. Pediatric Clin North Am 1994;265-276
Ferrari LR. Anesthesia for pediatric ear, nose and throat surgery. ASA
refresher Course in Anesthesiology. Park Ridge, IL: American Society of
Anesthesiology, 1996:24:66
Halaman 7
A.10 Apa penyebab lain dari obstruksi jalan napas parsial pada anak?
Beberapa anomaly kongenital berhubungan dengan pernapasan yang sulit.
Hal ini dapat dipisah dua, yaitu intrinsik dan ekstrinsik patologis sebagai
berikut.
Patologis ekstrinsik
Patologis Intrinsik
Halaman 8
Halaman 9
potensial akan mengganggu pernafasan. Anak harus tetap tenang dan secara
konstan hatinya harus selalu tentram. Nasal kanul dan oksigen harus selalu
tersedia dan oksimetri nadi portable harus digunakan.
Peralatan yang disiapkan di ruang operasi, mencakup masker yang pas dan
tabung endotrakeal, pengukur 2 ukuran (diameter 1 mm) lebih kecil daripada
ukuran normal yang diperkirakan. Lidokain, succinylcholine, atropin, dan
ketamin dalam pengencer yang sesuai harus siap sedia.
Orangtua anak harus menggunakan pakaian khusus ketika menemani anak
kedalam ruang operasi. Sebelum diinduksi, orangtua harus diinstruksikan
sesuai perannya dalam menenangkan anak, melibatkan mereka dengan
masker pernapasan, dan secara lembut memeluk anak ketika induksi inhalasi
dimulai. Orangtua harus diberitahu pada saat anak mulai tertidur, orang tua
dipersilahkan untuk meninggalkan ruangan operasi. Dokter anestesi tidak
terbiasa dengan kehadiran orangtua di ruang operasi. Kecemasan tambahan
yang diakibatkan oleh kehadiran orangtua dapat dapat dikurangi dengan
meminta orangtua meninggalkan ruang operasi ketika anak sudah mulai
tertidur. Ketika orang tua dapat memberikan bantuan mereka dalam kontol
emosional, dengan cara mendukung, sebuah proses induksi anestesi yang
halus biasanya dapat difasilitasi dengan baik.
C. Manajemen intraoperatif
C.1 Bagaimana cara terbaik menjaga jalan napas anak dengan epiglottitis?
Perdebatan kecil terjadi mengenai keamanan dan efesiensi pemberian
intubasi endotrakeal dimana petugas penyedia harus siap sedia. Pada rumah
sakit yang lebih kecil tanpa perawatan intensif anak atau petugas yang
berpengalaman, trakeotomi merupakan jalan teraman
C.2 Bagaimana anda menginduksi anestesi?
Anak dududk dipangkuan orangtua di ruang operasi dan belum diberikan
oksigen. Kata-kata semangat dan lembut selalu diberikan kepada anak.
Konsetrasi rendah halotan (0.25%) diberikan sebagai perkenalan kepada
anak dan mendorong anak agar bernapas normal. Sevoflurane atau
halothane merupakanagen inhalasi yang cocok karena isoflurane atau
desflurane mempunyai bau yang tidak terlalu tajam. Harus diberikan secara
perlahan dan konsentrasinya meningkat ketiak sudah ditoleransi. Ketika anak
lelah, meposisikan anak menjadi posisi supinasi dan tekanan krikoid
Halaman 10
Halaman 11
Anak pasti merasa sangat gelisah untuk bekerja sama untuk induksi inhalasi,
ketamin dosis intramuskular (2-3 mg/kg) akan memberikan sedasi dan
menjaga pernapasan. Walaupun begitu, hal ini dapat menekan refleks jalan
napas, dan dokter harus waspada terhadap laringospasme
C.4 Apakah intubasi secara sadar merupakan alternative praktis untuk menjaga
jalan napas pasien?
Beberapa penulis menyarakankan intubasi sadar dengan anestesi topika.
Pada sejumlah kasus dokter anestesi harus berhati-hati terhadap
kemungkinan perdarahan adenoidal, visualisasi sulit, gelisah, trauma, dan
ventilasi yang telah terkompromi. Kecuali salah satu telah mendapatkan
kemampuan yang hebat dalam intubasi pediatrik pada anak dengan jalan
napas normal, teknik ini harus dihindari pada pasien ini.
Diaz JH. Croup and epiglotitits in children. Anesthesiology 64;628, 1985.
C.5 Apa yang akan anda lakukan jika jalan napas tidak dapat dijaga dengan
intubasi?
Ventilasi trastracheal perkutan dapat dilakukan. Hal ini mencakup
memasukkan sebuah jarum melalui membran krikotiroid sebagai berikut.
Lokalisir membrane krikotiroid dan bersihkan area tersebut secara topical.
Anestesi kulit dengan lidokain dan masukkan kateter ukuran 16 (menempel
dengan jarum) padaporsi inferior dari tengah membran kortikotiroid . jaga
sudut secara kaudal dan masukkan jarum suntik ke jarum barel yang
memberikan tekanan negative. Jika jarum suntik mengandung ml saline,
gelembung udara akan muncul ketika trakea dimasuki. Berikutnya,
tambahan, tinggikan kateter pada trakea. Berdasarkan pada ukuran pusat,
adapter tabung endotrakeal ukuran 3.0 mm 3.5 mm data dimasukkan
kedalam kateter untuk menghubungkan ambubag. Secara alternatif, 6.5mm
7.0 mm adapter tabung endotrakeal dapat dimasukkan dalam 3 ml suntik
tanpa plunger untuk menghubungkan ambubag atau sirkuit anestesi. Jet
ventilasi juga dapat digunakan dengan tabung tekanan tinggi dengan selalu
berhati-hati observasi dinamika pernafasan dan saturasi.
Delaney WA, Kaiser RE. percutaneous transtracheal jet ventilation made
easy. Anesthesiology. 1991; 74:952
C.6 Haruskah pasien ini mendapatkan nasotracheal atau orotracheal tube?
Halaman 12
Pasien akan lebih mentolerir tabung nasal untuk intubasi jangka waktu lama.
Toilet oropharyngeal juga lebih mudah. Walaupun, karena itubasi akan sulit
dengan epiglotitts dan mungkin predisposisi pasen dengan masalah di
pertanyaan C.4 rute orotrakeal lebih mudah dan juga lebih aman. Sekali jalan
nafas dijaga melalui mulut, sebuah tabung nasotrakeal dapat dimasukkan
dengan arahan laringoskop. For Magill juga mungkin penting untuk
memfasilitasi insersi tabung nasal.
C. 7 Beberapa saat setelah intubasi, sekret berbusa didapatkan pada saat
pengisapan di endotracheal tube. Apa penyebab dari hal tersebut?
Bagaimana cara menanganinya?
Devis et al. mendeskripsikan 7% dari pasienmengalami edama paru setelah
intubasi. Fenomena ini berkaitan dengan transudasi kedalam alveoli selama
periode peningkatan tekanan transpulmonari. Khusunya, ini terjadi selama
obstruksi pernapasan . pada obstruksi yang sempurna, hal ini mengarah
kemanuver Muller. Tekanan tinggi negatif menyangga peningkatan aliran
balik vena selama ekshalasi. Namun demikian, pengurangan fasilitas
obstruksi ekstravasasi dari cairan untuk penurunan aliran balik vena.
Penanganan untuk tekanan negative edema pulmonal memerlukan PEEP.
Diuretic dan restriksi cairan tidak dibutuhkan karena kondisi ini secara
umum terkoreksi sendiri.
Davis HW, Gartner JC, Galvis AG, et al. Acute upper airway obstruction:
croup and epiglottitis. Pediatr Clin North Am 1981;28:859
D. Manajemen Postoperatif
D.1 Berapa lama seharusnya pasien ini tetap diintubasi? Apa kriteria yang
menentukan waktu ekstubasi?
Penelitian awaal menunjukkan rerata durasi intubasi dari 36 jam dalam 23
pasien dengan jarak 19-67 jam. Pasien-pasien ini telah diterapi dengan
ampisilin atau kloramfenikol dan epiglotitis tervisualisasi sebelum ekstubasi.
Baru-baru ini terapi antibiotic dengan ceftriakson atau cefotaxim lebih
efektif. Hopkins merekomendasikan bahwa laringoskop fiberoptik fleksibel
dapat menggambarkan epiglotitis dan mendeterminasi waktu ekstubasi.
Criteria untuk ekstubasi termasuk peningkatan kebocoran udara disekitar
tabung endotrakeal, seiring dengan menurunnya eritema dan edema. Vernon
dan Sarnaik, walaupun, merasa bahwa instrument dan pemeriksaan anaka
Telinga, Hidung, Tenggorokan
Halaman 13
tidak diperlukan dan ekstubasi pada 36-48 jam dapat secara mudah dapat
dicapai pada semua pasien.
Hopkins, RL. Extubation in epiglottis.Anesh Analg 1984:63:468
Rothstein P, Lisster G. epiglottitis: duration of intubation dan demam. Anesh
Analg 1983:62:785
Vernon DD, Sarnaik AP. Extubation in epiglottis. Anesh Analg 1984:63:469
D.2 Berapa lama anda membuat pasien ini nyaman selama periode intubasi?
Anak harus tetap di sedasi untuk meminimalkan pergerakan, untuk
menghindari ekstubasi, danmenyediakan anxiolysis. Midazolam (0.075
mg/kgbb) sebagai dosis awal tertitasi awal, ikuti dengan infusi secara terusmenerus dari 0.4/kg/jam dapat efektif dengan hal ini. Apabila penting, infuse
fentany (1-2 g/kg/jam) atau propofol drip (50-100g/kg/menit) dapat
melengkapi. Laringela bilateral superior saraf blok pada tangan yang terlatih
memungkinkan dirinya, toleransi endotrakeal .
Jelas pada perawatan respiratory, melembabkan, menghisap, dan mobilisasi
sekret harus mendapatkan perhatian.
Davis HW, Gartner JC, Galvis AG, et al. Acute upper airway obstruction:
croup and epiglottitis. Pediatr Clin North Am 1981;28:859
Halaman 14