Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram
atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer
lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan
darah.
Statistik menunjukkan bahwa setiap tahun diare menyerang 50 juta penduduk
Indonesia dan 2/3nya adalah balita dengan korban meninggal sekitar 600.000 jiwa.
Akibat diare bagi bayi yaitu bila diare yang terjadi sangat sering, cair (watery) bulky
dan bau asam meteorusmus, flatulens dan kolik abdoment, maka akibat dari gejala
tersebut pertumbuhan anak akan terlambat bahkan tidak jarang terjadi malnutrisi. Bagi
keluarga secara psikologis akan berdampak adanya rasa cemas pada orang tua bila
anaknya terus menerus menderita diare, sebab diare bila terjadi akut tidak jarang akan
mengakibatkan kematian.
Faktor-faktor yang menyebabkan diare dapat meliputi faktor infeksi yaitu infeksi
bakteri, infeksi virus, infeksi parasit, atau infeksi kandida. Faktor parentel ialah infeksi
dibagian tubuh lain, faktor makanan (makanan basi, makanan beracun, makanan
terlampau banyak lemak, sayur yang di masak tidak matang). Faktor lain yaitu : keadaan
gizi, sosial ekonomi, sosial budaya, lingkungan kepadatan penduduk.
Penyakit diare menurut epidemiologi dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu host, agent
dan environment. Status gizi merupakan salah satu factor host yang paling penting
hubungannya dengan kejadian diare. Pada status gizi buruk atau gizi kurang, sistem
kekebalan tubuh manusia rentan terhadap penykit maupun infeksi, termasuk diare.
Penyakit diare pada balita yang status gizinya lebih sulit disembuhkan karena vili
mukosa usus yang rusak mengalami proses repitelisasi yang lebih lama sehingga
penyerapan makanan oleh vili-vili mukosa usus berkurang.

B. Rumusan Masalah
1

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka dapat diberikan
rumusan masalahnya adalah adakah hubungan status gizi dengan kejadian diare di
wilayah kerja puskesmas Sukodono Kabupaten Sidoarjo?
C. Tujuan
(1). Tujuan Umum
Mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian diare di wilayah kerja
Puskesmas Sukodono Kabupaten.

(2). Tujuan Khusus


1. Mengetahui beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare.
2. Mengetahui status gizi anak di wilayah kerja Puskesmas Sukodono yang yang
mengalami diare.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
(1). Masyarakat
a.

Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang diare.

b.

Dapat digunakan sebagai informsi dalam memberikan motivasi kepada


masyarakat guna mencegah terjadinya diare.

(2). Peneliti
a.

Sebagai salah satu kewajiban Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu dalam bidang
penelitian, disamping menambah pengalaman dalam bidang penelitian.

b.

Sebagai tambahan informasi bagi peneliti mengenai hubungan status gizi terhadap
kejadian diare.

(3).Instansi Terkait

a.

Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabuapten Sidoarjo, khususnya


bagi Puskesmas Sukodono dalam melakukan intervensi selanjutnya dalam program
mengurangi kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Kedungsolo.

b.

Sebagai tambahan data dasar untuk penelitian lebih lanjut, khususnya yang
berkaitan dengan BBLR.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200
ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3
kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14
hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat
disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare
infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan Virus, Bakteri, dan Parasit.
Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di Amerika Serikat
keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang praktek
dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan diare akut karena
infeksi terdapat peringkat pertama s/d ke empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah
sakit. Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan di
negara berkembang lebih dari itu.
Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati pasien diare akut
yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman terkontaminasi, berpergian,
penggunaan antibiotik, HIV positif atau AIDS, merupakan petunjuk penting dalam
mengidentifikasi pasien beresiko tinggi untuk diare infeksi.
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare non
inflamasi dan Diare inflamasi. Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di
kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah.
Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik,
mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja
rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, serta mikroskopis didapati sel
leukosit polimorfonuklear.

Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang mengakibatkan
diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen biasanya
minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama
pada kasus yang tidak mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak
ditemukan leukosit.
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi
kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas. Diare osmotik terjadi bila
ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air
dari plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat
defisiensi laktase atau akibat garam magnesium.
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang
berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang
dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai
pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin vasoactive
intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik.
Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus
maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat
non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat
radiasi.
Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit
usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel
atau diabetes melitus.
Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan
terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit
dalam feses.
Untuk mendiagnosis pasien diare akut infeksi bakteri diperlukan pemeriksaan yang
sistematik dan cermat. Kepada pasien perlu ditanyakan riwayat penyakit, latar belakang dan

lingkungan pasien, riwayat pemakaian obat terutama antibiotik, riwayat perjalanan,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Gambar1. Pendekatan umum Diare infeksi Bakteri.


Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau demam,
tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Karena kehilangan cairan seseorang
merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi
menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan
deplesi air yang isotonik.
Karena

kehilangan

bikarbonas,

perbandingan

bikarbonas

berkurang,

yang

mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan


sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi ini adalah usaha
6

tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik kembali normal. Pada keadaan
asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal
dan base excess sangat negatif.
Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan
tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien
mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Karena
kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan timbul
anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus
ginjal akut, yang berarti pada saat tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan
asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan
pemusatan yang lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting karena dapat
menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali.
Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang adekuat dan
keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan rehidrasi oral, dimana
harus dilakukan pada semua pasien kecuali yang tidak dapat minum atau yang terkena diare
hebat yang memerlukan hidrasi intavena yang membahayakan jiwa.
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik.
Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi
seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan
pasien immunokompomise.
Untuk pemberian obat anti diare terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya
secara luas racecadotril yang bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim enkephalinase
sehingga enkephalin dapat bekerja kembali secara normal.

Dalam kelompok opiat tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi
difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom
disentri obat ini tidak dianjurkan.
Kelompok absorbent missal arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin,
kaolin, atau smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyerap bahan
infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak
langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang sekresi elektrolit.
Zat hidrofilik yang termasuk ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago
oveta, Psyllium, Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk
kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi
feses tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit.
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau
Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan
memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna.
Syarat penggunaan dan keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam
jumlah yang adekuat.
Penyakit diare ini sebenarnya dapat dicegah kejadiannya dengan menjaga higiene
pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan
khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari daerah
pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia.
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan
perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air
yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang
keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau atau air, harus direbus
dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus
diperingatkan untuk tidak menelan air.
Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air
rebusan, saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang tidak
8

diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua daging
dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi dan jus yang boleh
dikonsumsi. Wabah EHEC terakhir berhubungan dengan meminum jus apel yang tidak
dipasteurisasi yang dibuat dari apel terkontaminasi, setelah jatuh dan terkena kotoran ternak.
Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare infeksius, tetapi efektivitas dan
ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada saat ini, vaksin yang tersedia adalah untuk V.
colera, dan demam tipoid. Vaksin kolera parenteral kini tidak begitu efektif dan tidak
direkomendasikan untuk digunakan. Vaksin oral kolera terbaru lebih efektif, dan durasi
imunitasnya lebih panjang. Vaksin tipoid parenteral yang lama hanya 70 % efektif dan sering
memberikan efek samping. Vaksin parenteral terbaru juga melindungi 70 %, tetapi hanya
memerlukan 1 dosis dan memberikan efek samping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral
telah tersedia, hanya diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama 4 kali dan memberikan
efikasi yang mirip dengan dua vaksin lainnya.
Dalam proposal ini kami juga membahas mengenai status gizi. Status gizi adalah
keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi
dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis:
(pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya). Status
gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau
perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu.
Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses
dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh.
Beberapa zat gizi yang disediakan oleh pangan tersebut disebut zat gizi essential, mengingat
kenyataan bahwa unsur-unsur tersebut tidak dapat dibentuk dalam tubuh, setidak-tidaknya
dalam jumlah yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesihatan yang normal. Jadi zat gizi
esensial yang disediakan untuk tubuh yang dihasilkan dalam pangan, umumnya adalah zat
gizi yang tidak dibentuk dalam tubuh dan harus disediakan dari unsur-unsur pangan di
antaranya adalah asam amino essensial. Semua zat gizi essential diperlukan untuk
memperoleh dan memelihara pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang baik. Oleh
karena itu, pengetahuan terapan tentang kandungan zat gizi dalam pangan yang umum dapat
diperoleh penduduk di suatu tempat adalah penting guna merencanakan, menyiapkan dan
mengkonsumsi makanan seimbang.
9

Pada umumnya zat gizi dibagi dalm lima kelompok utama, yaitu karbohidrat, lemak,
protein, vitamin dan mineral. Sedangkan sejumlah pakar juga berpendapat air juga
merupakan bahagian dalam zat gizi. Hal ini didasarkan kepada fungsi air dalam metabolism
makanan yang cukup penting walaupun air dapat disediakan di luar bahan pangan.
Makan makanan yang beraneka ragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan
yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan
tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna
makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila
terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan
dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka
ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur.
Tubuh manusia memerlukan sejumlah pangan dan gizi secara tetap, sesuai dengan
standar kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat terpenuhi. Penduduk
yang miskin tidak mendapatkan pangan dan gizi dalam jumlah yang cukup. Mereka
menderita lapar pangan dan gizi, mereka menderita gizi kurang.
Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka
waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan dijumpai penyakit defisiensi
yang nyata, tetapi akan timbul konsekwensi fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang
tidak disadari kalau hal tersebut karena faktor gizi.

10

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Keterangan:
=

Variabel
yang

akan

diteliti
= Variabel
yang tidak
diteliti
B.

Hipotesis
Penelitian
Adakah
hubungan
antara
status

gizi

dengan
kejadian
diare

pada

balita?

11

BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian Observasional cross-sectional analitik yang digunakan adalah
menggunakan metode survey, dimana penelitian yang observasianya dilakukan
terhadap variable kontinyu dan deskrit menurut keadaan apa adanya. Dalam penelitian
ini akan mencari hubungan status gizi balita terhadap angka kejadian diare bulan
Januari 2013 sampai Juli 2013 di wilayah kerja Puskesmas Sukodono Kabupaten
Sidoarjo.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Sukodono Kabupaten
Sidoarjo pada bulan September 2013.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita yang menderita diare pada
bulan Januari 2013 sampai Juli 2013 di Wilayah kerja Puskesmas Sukodono
Kabupaten Sidoarjo yang diwakili oleh 20 orang balita.
Dalam penelitian ini sampling yang digunakan adalah total populasi balita
yang menderita diare pada bulan Januari 2013 sampai Juli 2013 di Wilayah kerja
Puskesmas Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Objek penelitian adalah status gizi balita
dan responden adalah balita yang menderita diare pada bulan Januari 2013 sampai Juli
2013 di Wilayah kerja Puskesmas Sukodono Kabupaten Sidoarjo.
D. Variabel
A. Dependent
Diare
B. Independent
Status gizi
E. Definisi Operasional
No.

Variabel

Definisi
Operasional

Alat ukur

Metode

Skala

Hasil

ukur

Ukur

Ukur

12

1.

2.

Diare

Balita

Status gizi

Survey

menderita diare

data

atau tidak

puskesmas

Pengukuran

Mengukur

Survey

antropometri

berat badan

data

balita

dengan

puskesmas

timbangan

Rasio

1:Diare
2:Tidak
diare

Interval

1:Buruk
2:Normal
3:Lebih

dacin,
mengukur
tinggi
dengan
meteran,
dan
menghitung
usia dari
tangal
kelahiran
F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini memanfaatkan data sekunder, yaitu


data kejadian diare yang ada di Puskesmas Sukodono dan pengukuran langsung untuk
berat badan dan tinggi badan responden.
G. Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data dengan tahapan
sebagai berikut :
a. Editing data
13

Kriteria inklusi :
Semua balita yang menderita diare pada bulan Januari 2013 sampai Juli 2013 di
wilayah kerja Puskesmas Sukodono Kabupaten Sidoarjo dengan melakukan
pengukuran status gizi.
Kriteria eksklusi:
-

Balita yang menderita diare


Balita yang menderita diare namun tidak dilakukan pengukuran antropometri.
Balita yang menderita diare bukan pada bulan Januari 2013 sampai Juli 2013
Balita yang menderita diare bukan di wilayah kerja Puskesmas Sukodono

Kabupaten Sidoarjo.
Balita yang menderita diare pada bulan Januari 2013 sampai Juli 2013 di wilayah
kerja Puskesmas Sukodono Kabupaten Sidoarjo, namun saat didatangi di

rumahnya tidak ada.


Balita yang menderita diare pada bulan Januari 2013 sampai Juli 2013 di wilayah
kerja Puskesmas Sukodono Kabupaten Sidoarjo, namun pindah keluar wilayah

kerja Puskesmas Sukodono.


b. Tabulasi
Analisis dan interpretasi data dilakukan dengan analisis tabel dengan
distribusi frekuensi untuk memberikan gambaran tentang karakteristik responden
sesuai dengan masalah yang akan dipecahkan.

14

Daftar Pustaka
Afolabi,B. B., (2004). What is the Optimum Maternal Haemoglobin Concentration Level for
A Normal Birth Weight in Lago?.Trop J Obstet Gynaecol, 2004;21:4-6
Ahmad, M. O., et all. (2011). Effect of Maternal Anemia on Birth Weight.J Ayub Med Coll
Abbottabad: Pakistan
Boston Childrens Hospital.(2011).Low Birth Weight in Newborns.Tersedia di
http://www.childrenshospital.org/ diakses tanggal 25 Agustus 2013.
Depkes.(2013). Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Kematian Bayi Perlu Kerja
Keras. Tersedia di http://www.depkes.go.id/ diakses tanggal 25 Agustus 2013
Kliegman, R. M. (2006). Intrauterine Growth Restriction Fanaroff and Martins Neonatal
Perinatal Medicine 8th ed. Elsevier: Mosby.
Rana, S.S., et all. (2013). Relationship between Maternal Haemoglobin and Fetal Weight.
NJOG vol 8, 37-40
Rasmussen, K. M. (2001). Is There a Causal Relationship between Iron Deficiency or IronDeficiency Anemia and Weight at Birth, Length of Gestation and Perinatal
Mortality?.J. Nutr. Vol 131 no2, 590S-603S

15

Scanlon K.S., et all. (2000). High and low haemoglobin levels during pregnancy: differential
risks for preterm birth and small for gestational age.Tersedia di
http://www.ncbi.nlm/nih.gov/ diakses tanggal 25 Agustus 2013.
Setiawan, A., dkk. (2013). Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan
Berat Bayi Lahir I Kota Pariaman.Tersedia di http://jurnal.fk.unand.ac.id/ diakses
tanggal 25 Agustus 2013.
UNICEF.(2004). Low Birth Weight.New York: United Nations Childrens Fund.
Wang J., et all. (2007). Study on the third trimester haemoglobin concentrations and the risk
of low birth weight and preterm delivery. Tersedia di
http://www.ncbi.nlm/nih.gov/ diakses tanggal 25 Agustus 2013.
WHO.(2013). Development of a Strategy towards Promoting Optimal Fetal Growth. Tersedia
di http://www.who.int/ diakses tanggal 25 Agustus 2013

16

DAFTAR PUSTAKA

17

Anda mungkin juga menyukai

  • Kuisioner DHF Fix
    Kuisioner DHF Fix
    Dokumen3 halaman
    Kuisioner DHF Fix
    Alisha Travis
    Belum ada peringkat
  • Skabies Fix All
    Skabies Fix All
    Dokumen49 halaman
    Skabies Fix All
    Apriyanti' SelamaxGamal
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka DHF
    Daftar Pustaka DHF
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka DHF
    Alisha Travis
    Belum ada peringkat
  • Informed Concent Fix
    Informed Concent Fix
    Dokumen1 halaman
    Informed Concent Fix
    Alisha Travis
    Belum ada peringkat
  • Cover Fix
    Cover Fix
    Dokumen1 halaman
    Cover Fix
    Alisha Travis
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan Fix
    Lembar Pengesahan Fix
    Dokumen14 halaman
    Lembar Pengesahan Fix
    Alisha Travis
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen14 halaman
    Lembar Pengesahan
    Alisha Travis
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Alisha Travis
    Belum ada peringkat
  • Cover New
    Cover New
    Dokumen1 halaman
    Cover New
    Alisha Travis
    Belum ada peringkat
  • Cover Kitau
    Cover Kitau
    Dokumen1 halaman
    Cover Kitau
    Alisha Travis
    Belum ada peringkat
  • Bakes Bang Pol
    Bakes Bang Pol
    Dokumen6 halaman
    Bakes Bang Pol
    Alisha Travis
    Belum ada peringkat
  • Cover Kitau
    Cover Kitau
    Dokumen1 halaman
    Cover Kitau
    Alisha Travis
    Belum ada peringkat
  • Cover Penelitian DHF
    Cover Penelitian DHF
    Dokumen1 halaman
    Cover Penelitian DHF
    Alisha Travis
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Alisha Travis
    Belum ada peringkat
  • Evaluasi Program Penanggulangan DBD
    Evaluasi Program Penanggulangan DBD
    Dokumen76 halaman
    Evaluasi Program Penanggulangan DBD
    yesi_widyastuti
    83% (6)
  • Cover Kita
    Cover Kita
    Dokumen1 halaman
    Cover Kita
    Alisha Travis
    Belum ada peringkat
  • Ri - Ikm 2000
    Ri - Ikm 2000
    Dokumen15 halaman
    Ri - Ikm 2000
    muhammadnazmuddin
    Belum ada peringkat
  • Ri - Ikm 2000
    Ri - Ikm 2000
    Dokumen15 halaman
    Ri - Ikm 2000
    muhammadnazmuddin
    Belum ada peringkat
  • Ri - Ikm 2000
    Ri - Ikm 2000
    Dokumen15 halaman
    Ri - Ikm 2000
    muhammadnazmuddin
    Belum ada peringkat
  • Evaluasi Program Penanggulangan DBD
    Evaluasi Program Penanggulangan DBD
    Dokumen76 halaman
    Evaluasi Program Penanggulangan DBD
    yesi_widyastuti
    83% (6)
  • Ri - Ikm 2000
    Ri - Ikm 2000
    Dokumen15 halaman
    Ri - Ikm 2000
    muhammadnazmuddin
    Belum ada peringkat
  • Proposal+daftar Pustaka
    Proposal+daftar Pustaka
    Dokumen17 halaman
    Proposal+daftar Pustaka
    Alisha Travis
    Belum ada peringkat
  • Cover New
    Cover New
    Dokumen1 halaman
    Cover New
    Alisha Travis
    Belum ada peringkat
  • Cover New
    Cover New
    Dokumen1 halaman
    Cover New
    Alisha Travis
    Belum ada peringkat
  • Cover Mira Luluk Astrid
    Cover Mira Luluk Astrid
    Dokumen5 halaman
    Cover Mira Luluk Astrid
    Alisha Travis
    Belum ada peringkat
  • Cover New
    Cover New
    Dokumen1 halaman
    Cover New
    Alisha Travis
    Belum ada peringkat
  • Cover New
    Cover New
    Dokumen1 halaman
    Cover New
    Alisha Travis
    Belum ada peringkat
  • Cover Dengue EGP
    Cover Dengue EGP
    Dokumen4 halaman
    Cover Dengue EGP
    Alisha Travis
    Belum ada peringkat
  • Cover Oke
    Cover Oke
    Dokumen1 halaman
    Cover Oke
    ArdillaOktaviana
    Belum ada peringkat