Anda di halaman 1dari 146

Metabolisme merupakan perubahan sel kimiawi di dalam sel hidup

untuk mendapatkan energi guna melaksanakan proses vital dan


aktivitas serta membentuk bahan baru. Di dalam tubuh, sel, sebagai
unit terkecil di dalam tubuh kita, merupakan mahluk yang mandiri
serta mempunyai peralatan lengkap, dan tetap dapat berenang
dalam lautan purba yang terutama berujud cairan ekstra sel.
Komposisi lautan ini sudah jutaan tahun dipertahankan dengan cara
yang disebut homeostasis

Pada dasarnya, sel mandiri mampu


menyelenggarakan metabolisme, tetapi
pusat metabolisme tubuh adalah hepar.
Sel juga mampu melakukan proses
sekresi, fagositosis, digesti, dan
eksositosis.

Gasolin (bensin) yang terdapat di dalam


drum yang tertutup, pada pada keadaan
tertentu dapat meledak. Hal ini ini
disebabkan karena terbentuknya
sejumlah besar energi dalam bentuk
panas dan gas ( H2O dan CO2) sebagai
hasil akibat terjadinya oksidasi hidrogen
dan karbon yang menyusun gasoline
tersebut.

Demikian pula pembakaran tumpukan sisa-sisa


batang padi di sawah akan menghasilkan energi
(yang berupa lidah api) yang dapat
dipertahankan sampai berjam-jam. Energi ini
merupakan hasil oksidasi yang cepat dari
hidrogen dan karbon yang terkandung di dalam
karbohidrat, lemak dan protein sisa batang padi
tersebut. Apabila sisa batang padi tadi bukan
dibakar, tetapi dimakan sapi, maka di dalam
tubuh sapi juga akana dihasilkan sejumlah
energi yang dapat dimanfaatkan untuk proses
metabolisme, dalam suatu periode tertentu.

Metabolisme adalah proses kimia


oksidatif dalam pemanfaatan zat-zat
makanan yang ada hubungannya dengan
energi. Metabolisme meliputi

Anabolisme, yakni pemanfatan energi


oleh sel-sel atau jaringan-jaringan untuk
mensintesa molekul yang besar yang
digunakan sebagai komponen-komponen
pembentukan sel atau jaringan yang baru
atau untuk pemeliharaan (maintenance)
fungsi sel atau jaringan. Pada proses
anabolisme energi di samping
dimanfaatkan sebagian energi akan
disimpan.

Katabolisme, yakni proses pemecahan


substansi-substansi kimia yang besar
yang dibarengi dengan pelepasan energi.

Untuk pembentukan energi, maka harus


ada kerjasama antara jaringan-jaringan
yang sedang melakukan proses
metabolisme, sistema yang ada
hubungannya dengan fungsi-fungsi
metabolisme, enzim-enzim seluler khusus
dan sistema pentransfor energi.

Energi disimpam di dalam tubuh hewan antara lain


dalam bentuk Adenosin triphosphate (ATP). ATP
terdapat di dalam sitoplasma dan nukleoplasma
dari semua sel dan merupakan senyawa yang labil
(karena energi yang terikat oleh fosfat radikal
mudah melepaskan diri dari ikatannya). Jumlah
yang terkandung di dalam setiap molekul ATP
kurang lebih sebesar 8.000 kalori. Oleh tubuh
energi ini selain disimpan juga dipergunakan untuk
proses-proses vital misalnya, biosintesa,
pembentukan panas, kontraksi otot, pemerasan isi
kelenjar, absorpsi zat-zat makanan dari
gastrointestinal dan sebagainya.

Sebenarnya semua energi yang dapat


dimanfaatkan oleh hewan pada dasarnya
berasal dari matahari (sebab hewan makan
tumbuh-tumbuhan). Tumbuh-tumbuhan
menggunakan energi matahari (solar energy)
untuk pembentukan jaringan dan sisa energi
disimpan dalam bentuk glukosa (6 CO2 + 6 H2O
+ energi matahari klorofil 6 CO2 + glukosa
yang banyak mengandung energi). Herbivora
memperoleh energi yang berasal dari proses
fotosintesa ini langsung dari tumbuhtumbuhan.

Omnivora dapat memperoleh secara


langsung dari tumbuh-tumbuhan atau
secara tidak langsung dari danging segar
(hewan yang menjadi mangsanya).
Sedang karnivora memperoleh solar
energy sebagian besar secara tidak
langsung dengan cara memakan daging
hewan herbivora atau omnivora yang
menjadi mangsanya.

Peruraian Bahan Makanan

Meskipun tahan permulaan peruraian


bahan kimia makanan bervariasi, tapi
hasil peruraian dari setiap bahan kimia
tersebut akan masuk ke dalam siklus
Krebs juga disebut siklus asam citrat atau
siklus trikarboksilat melalui asetil CoA
(untuk karbohidrat dan lemak) dan alfa
ketoglutarat (untuk protein).

Karbohidrat sebelum masuk ke dalam siklus Krebs terlebih


dahulu mengalami peruraian sampai terjadi asam piruvat
disertai pembebasan energi potensialnya sebesar kurang
lebih 10%. Sedangkan lemak akan dihidrolisir terlebih
dahulu menjadi gliserol dan asam lemak. Kemudian baik
gliserol maupun asam lemak akan ditransformasikan ke
dalam asetil CoA. Peruraian protein nampaknya lebih
complicated, karena asam amino yang terbentuk sebagai
hasil digesti protein harus dideaminasikan terlebih dahulu
proses penyederhanaan molekul lebih lanjut terjadi. Asam
amino glukogenik (asam-asam amino yang dikonversi
menjadi glukosa) dan asam-asam amino ketogenik (asamasam amino yang dikonversi menjadi asam asetat) akan
masuk ke dalam siklus Krebs masing-masing dalam bentuk
asam piruvat dan asam asetat.

Energi matahari (solar energy) disimpan


dalam daun dalam bentuk glukosa.
Sebagai sumber utama energi pada
hewan herbivora adalah glukosa daun ini.

karnivora sebagai sumber utama energi


adalah daging segar. Berbeda dengan
karnivora, maka omnivora sumber utama
energi dapat berasal dari glukosa daun
(sebagian besar) atau dari daging segar.
Untuk memanfaatkan energi baik yang
terkandung dalam tumbuh-tumbuhan
maupun di dalam daging segar, maka bahan
makanan yang berupa tumbuh-tumbuhan
atau daging segar harus mengalami digesti
terlebih dahulu di dalam saluran pencernaan

Akibat proses digesti, maka karbohidrat, lemak dan


protein yang terkandung di dalam bahan makanan
tersebut akan terurai masing-masing sebagai
monosakarida; gliserol dan asam lemak; dan asamasam amino, yang kesemuanya akan menuju ke hati. Di
dalam hati dengan adanya proses konversi siklus
trikarboksilat, maka akan terbentuk glukosa darah
(sebagai sumber energi bagi hewan yang
bersangkutan). Dalam proses katabolisme maka glukosa
darah akan dikonversi menjadi ATP untuk kemudian
melepaskan energi. Energi ini pada proses anabolisme
akan digunakan untuk penggabungan beberapa molekul
kecil menjadi molekul yang lebih besar. (Ingat
pembentukan jaringan pada botani dan histologi).

Di dalam tubuh hewan, di samping terjadi


metabolisme karbohidart, lemak dan protein,
juga terjadi metabolisme mineral (baik dalam
biokimia maupun fisiologi) ialah semua elemen
kimia yang terdapat atau mungkin terdapat di
dalam jaringan hewan, kecuali karbon,
hidrogen, oksigen dan nitrogen (karena
keempatnya sebagai penyusun karbohidrat,
lemak atau protein). Metabolisme mineral
sangat erat hubungannya dengan struktur
jaringan, tekanan osmosis, keseimbangan
asam basa, dan sebagainya

METABOLISME
KARBOHIDRAT

Dengan menguasai persoalan


metabolisme zat makanan dan mineral
akam lebih memudahkan perencanaan
penyusunan ransom bagi ternak

Pada kebanyakan spesies mammalia, maka dari


karbohidrat saja akan diperoleh energi yang
besarnya lebih dari setengah dari seluruh
kebutuhan energi yang diperlukan untuk kerja
metabolik, pertumbuhan, perbaikan sel atau
jaringan, sekresi, pemekatan secret, absorpsi,
ekskresi dan kerja mekanik. Metabolisme
karbohidrat meliputi semua reaksi-reaksi kimia
yang dilakukan oleh karbohidrat baik yang
diperoleh dari makanan (dari luar tubuh)
maupun yang terdapat di dalam bagian-bagian
tubuh.

Karbohidrat asal makanan umumnya


dalam bentuk polisakarida, disakarida
atau monosakarida. Kecuali glukosa dan
fruktosa, maka monosakarida yang lain
merupakan sumber energi yang tidak
penting. Dengan kata lain, hewan
mempunyai kemampuan yang terbatas
dalam memanfaatkan bermacam-macam
karbohidrat yang terdapat dalam bahan
makanan (ransum) yang dimakannya.

Di dalam hewan berlambung tunggal,


polisakarida (pati dan sejumlah kecil
glikogen) akan dihidrolisa oleh enzimenzim saluran pencernaan menjadi
monosakarida. Kemudian monosakarida
(yang sebagian besar dalam bentuk
glukosa) akan diabsorpsi masuk ke dalam
sel-sel usus dan setelah melewati aliran
darah vena porta akan masuk ke hati
untuk kemudian masuk ke sirkulasi besar.

Di dalam hewan yang berlambung majemuk


(ruminansia) kebanyakan karbohidrat yang
masuk ke dalam lambungnya berupa selulosa,
hemiselulosa dan pentosan yang kaya akan
serat kasar. Polisakarida ini oleh
mikroorganismeyang terdapat di dalam rumen
akan dikonversi menjadi asam lemak volatil
yakni asam asetat, ptopionat dan butirat.
Asam-asam lemak ini akan diabsorpsi melalui
dinding rumen dalam jumlah yang memadai.
Ketiga asam lemak volatil ini merupakan
sumber energi utama bagi keperluan tubuhnya.

Glukosa Darah

Glukosa darah merupakan sebagian besar gula


yang terdapat di dalam aliran darah. Di
samping glukosa, kadang-kadang dalam jumlah
yang relatif sangat kecil juga diketemukan
fruktosa dan galaktosa (terutama sehabis
makan). Glukosa juga diketemukan di dalam
cairan sel. Glukosa terutama merupakan hasil
hidrolisa disakarida.
Meskipun demikian senyawa-senyawa yang lain
seperti asam laktat gliserol, asam piruvat,
fruktosa dan galaktosa dapat dikonversi
menjadi glukosa

Glukosa darah dan glukosa cairan jaringan


dibutuhkan oleh semua sel tubuh untuk
menghasilkan energi. Sistema saraf pusat sangat
peka terhadap naik turunnya kadar glukosa darah.
Hal ini disebabkan karena senyawa ini merupakan
sumber energi terbesar yang mampu melewati
blood brain barrier otak dalam jumlah yang cukup
besar. Dengan demikian maka kebutuhan energi
untuk pemeliharaan fungsi normal jaringan saraf
dicukupi oleh glukosa darah. Sedangkan bagi otot
skelet, kebutuhan energi selain dicukupi oleh
glukosa darah juga dicukupi oleh benda-benda
keton dan asam lemak (lihat metabolisme lemak).

Glukosa darah sebelum dapat digunakan oleh selsel tubuh harus terlihat dahulu ditransportasi
melalui membran sel masuk ke dalam sitoplasma
seluler. Apabila pada saat itu sejumlah besar
insulin disekresikan oleh pancreas, maka
transportasi glukosa darah akan dipercepat.
Segera setelah berada di dalam sel, glukosa akan
bersenyawa dengan ATP dan sebagai hasil akan
terbentuk glukosa 6 fosfat, ADP dan hidrogen.
Glukosa 6 fosfat setelah mengalami serangkaian
reaksi kimia di bawah pengaruh enzim fosforilase
akan berubah menjadi glikogen.

Apabila sel sedang tidak memerlukan energi,


maka glikogen akan disimpan. Tetapi apabila sel
memerlukan energi untuk kegiatannya, maka
glukosa darah setelah masuk sel akan berbentuk
glukosa 6 fosfat. Kemudian mengalami isomerisasi
menjadi fruktosa 6 fosfat. Setelah melalui
serangkaian reaksi yang dikatalisasi oleh berbagai
enzim, maka akhirnya terbentuk asam piruvat dan
sejumlah energi. Selama proses peruraian glukosa
menjadi asam piruvat ini akan terjadi sintesa ATP
(dari ADP) dan reduksi NAd (Nikotinamide-adenina
dinukleotida, yakni suatu aseptor hidrogen).

Proses berlangsung secara anerobik.


Dengan adanya proses ini,
memungkinkan hewan memperoleh
secara cepat kurang lebih 5% dari total
energi glukosa. Energi ini terutama
digunakan oleh otot yang sedang
melakukan kontraksi yang cepat dan
berat.

Energi maksimal akan terbentuk di dalam otot


apabila asam piruvat mengalami peruraian lebih
lanjut. Pada proses ini maka NADH (reduced
nicotinamide adenine dinucleotide), H+ dan enzim
dehidrogenase laktit akan bekerja. Dengan melalui
siklus Krebs maka asam piruvat akan dioksidasi
secara sempurna menjadi CO2 dan H2O dengan
membebaskan sejumlah besar energi (apabila
tidak digunakan akan terikat dengan ATP).
Energi ini siap digunakan untuk berbagai kerja
biologik, termasuk kontraksi otot, sekresi kelenjar,
ekskresi dan absorpsi aktif.

Apabila simpanan karbohidrat tubuh menurun,


sesuai di bawah normal, misalnya dalam keadaan
lapar, glukosa dalam jumlah yang cukuptetap
dibentuk. Dalam keadaan ini glukosa dibentuk dari
asam amino (merupakan substansi glukogenik
utama) dan dari gliserol dan asam lemak (dalam
jumlah yang relatif kecil). Proses pembentukan
glukosa dari zat non karbohidrat ini disebut proses
glukoneogenesis. Proses ini berlangsung di hati.
Glukosa yang diperoleh dari proses
glukoneogenesis masuk ke dalam darah juga
disebut glukosa darah.

Glikogen

Semua sel tubuh mampu menyimpan


glikogen, setidak-tidaknya dalam jumlah
yang kecil. Sel-sel yang mampu
menyimpan glikogen dalam jumlah yang
agak banyak adalah sel-sel otot
(bervariasi antara 0,5 1 % berat basah
otot) dan sel-sel hati (bervariasi antara 2
8 % berat basah hati).

Glikogen hati relatif lebih labil dan


kuantitasnya di dalam hati sangat
tergantung dari komposisi ransum dan
kondisi tubuh hewan (dalam keadaan
puasa, kuantitasnya dapat turun sampai
mendekati nol). Pada hewan normal
kadar glikogen hati akan tetap meskipun
ransum yang diberikan kepada hewan
tersebut mengandung karbohidrat dalam
jumlah yang berlebihan.

Besarnya kadar glikogen hati sangat


ditentukan oleh aktivitas tubuh. Persediaan
glikogen hati akan cepat habis apabila banyak
jaringan tubuh (di luar hati) yang
membutuhkan energi. Hal ini disebabkan
karena sedikitnya persediaan glikogen dalam
jaringan tersebut. Sebenarnya beberapa
jaringan mengandung simpanan sumber
energi yang berupa lipida. Tetapi karena
peruraianlipida tidak secepat glikogen maka
lipida kurang dimanfaatkan sebagai sumber
energi

Proses sintesa glikogen atau glikogenesis


selain terjadi di hati (terutama) juga terjadi
di dalam otot skelet dan otak. Di dalam hati
glikogenesis akan berlangsung apabila vena
porta banyak mengandung monosakarida,
asam laktat dan asam amino glukogenik.
Proses sintesa glikogenini akan dipercepat
apabila hormon pituitari dan hormon cortex
adrenal disekresikan. Sedangkan apabila
hormon thiroid disekresikan pengaruhnya
akan menghambat glikogenesis.

Proses peruraian glikogen atau glikogenesis yang


terjadi di dalam hati pertama-tama akan
membentuk glukosa 6 fosfat yang selanjutnya
akan membentuk glukosa. Glukosa ini akan masuk
ke dalam aliran darah apabila kadar glukosa darah
menurun. Dalam proses peruraian glikogen ini
hormon yang berperan adalah epinephrine dan
glukogen. Glukogen akan disekresikan apabila
kadar glukosa darah rendah. Glukogen (atau juga
disebut hipergli kemik faktor) apabila kadarnya
dalam darah naik akan mengakibatkan terjadinya
kenaikan glikogenolisis dan proses fosforilasi di
dalam hati.

Sedang pada glukoneogenesis dan adanya


kenaikan kadar asam laktat di dalam darah,
tidak akan menyebabkan tersekresinya
glukogen. Pada hewan yang dipuasakan dan
pada penderita diabetes mellitus maka
banyak glikogen yang disekresikan (mengapa
bukan insulin?), akibatnya di dalam hati
enzim glukosa 6 fosfatase akan sangat aktif,
sehingga glikogen dengan cepat akan
dikonversi menjadi glukosa. Dengan demikian
kadar glukosa darah akan tinggi

Proses glikogenesis yang terjadi di dalam otot


dipengaruhi oleh kerja insulin. Naiknya kadar
insulin darah akan menyebabkan banyaknya
simpanan glikogen otot. Sedangkan komposisi
ransum tidak menentukan tingginya kadar
glikogen otot. Meskipun sebagai bentuk pertama
dari glikogelisis adalah glukosa 6 fosfat, tetapi
bentuk terakhirnya adalah asam laktat (zat
pelelah) yang akan keluar dari otot dan ikut aliran
darah sebagai asam laktat darah (Ingat: asam
laktat darah dan asam amino glukogenik
merupakan bahan baku pembentuk glukosa 6
fosfat).

Pada waktu bekerja berat, kadar asam laktat


darak akan naik. Pada waktu asam laktat darah
(yang ikut sirkulasi besar) keluar dari jantung,
sebagian akan melewati anterior coronaria
masuk ke otot jantung.
Otot jantung mapu mengkonversi asam laktat
menjadi asam piruvat dan meggunakannya
sebagai sumber energi bagi jantung. Sebagian
besar asam laktat akan menuju ke hati.
Glikogenelisis di dalam otot akan bertambah
cepat apabila hormon epinephrine
disekresikan.

Pengaturan Hormonal Pada Metabolisme


Karbohidrat

Insuline :
akan menaikan transportasi glukosa dan monosakarida yang lain ke dalam
sel.
Epinephrine dan glukosa :
merupakan bahan pengaktif enzim fosforilase. Dengan demikian kedua
hormon ini kerjanya mempercepat glikogenolisis..
Corticotropin (ACTH) dan hormone glucocorticooid :
apabila karbohidrat sudah tidak mampu lagi mensuplai energi, maka
corticotrophin akan memacu cortex adrenal sehingga akan disekresikan
sejumlah besar hormon glucocorticoid (terutama cortisol) yang akan
menyebabkan terjadinya mobilisasi asam amino sel. Di dalam hati asamasam amino ini akan mengalami deaminasi dan dikonversi menjadi glukosa.
Tiroksin :
Hormon yang disekresikan oleh kelenjar thiroid ini akan menaikkan
mobilisasi asam amino sel. Selain itu juga gliserol dari depot lemak. Asam
amino dan gliserol akan ikut aliran darh dan akhirnya akan masuk ke hati. Di
dalam hati masing-masing akan dikonversi menjadi glukosa.

METABOLISME LIPIDA

Zat-zat yang termasuk lipida adalah


trigliserida, fosfolipida, kholesterol dan
beberapa lemak lainnya yang kurang
penting. Proses absorpsi lipida dari
gastrointestinal merupakan proses
permulaan metabolisme lipida. Dalam
traktus digestivus kebanyakan trigliserida
akan terurai menjadi gliserol dan asam
lemak bebas (ALB) atau menjadi
monogliserida dan asam lemak bebas.

Pada saat melewati sel-sel epithelium usus,


trigliserida akan terbentuk kembali dan
setelah keluar dari dinding usus akan masuk
ke dalam lakteal dalam bentuk khylomicron
(tersusun dari trigliserida 83%, ester-ester
kholesterol 5%, fospolipida 7%, kholesterol
bebas 2% dan ALB 1%. Di dalam epithel
usus sebagian daritrigliserida akan
terhidrolisa menjadi gliserol dan ALB yang
waktu keluar dari dinding usus keduanya
akan langsung masuk ke vena porta

Dari lacteal, khylomicron akan ditranspotasi lewat


duktus thorasicus. Kemudian akan masuk ke
jantung dilanjutkan ke hati. Di dalam organ ini
khylomicron akan dikonversi menjadi trigliserida
dalam bentuk ikatan dengan lipoprotein.
Kebanyakan lipida darah dalam bentuk lipoprotein
yang terikat trigliserida dan dalam bentuk ALB
(dalam kadar yang sangat rendah). Energi lipida
darah antara lain untuk mentranspotasi asam
lemak yang disintesa dari karbohidrat (sintesa ini
berlangsung di dalam hati), kholesterol dan
fosfolipida. ALB umumnya ditransportasi dalam
bentuk ikatan dengan albumin.

Jaringan Adiposum

Dalam keadaan normal lipida terutama


disimpan dalam jaringan adiposum dalam
bentuk trigliserida. Pada waktu hewan
memperoleh ransum yang berlebihan,
maka jaringan adiposum akan menerima
baik glukosa maupun lipida darah, untuk
kemudian disintesa menjadi trigliserida
dan disimpan dalam jaringan tersebut
sebagai sumber energi cadangan.

Apabila sumber energi asal karbohidrat tidak


mencukupi lagi, yakni pada keadaan stress,
kelaparan atau pada penderita diabetes mellitus,
maka (1) simpanan trigliserida dengan cepat
akan dikonversi menjadi ALB oleh enzim lipase
yang terkandung di dalam jaringan tersebut.
ALB ini akan masuk ke dalam aliran aliran darah
dan akan ditranspotasi ke hati dalam bentuk
ikatan dengan albumin, (2) transfomasi
trigliserida asal khylomicron dan transformasi
lipoprotein-trigliserida darah akan terhambat.
Akibat (1) dan (2) ialah terjadinya lipomia.

Peranan Hati dalam Metabolisme Lipida

Di dalam hati terjadi lipogenesis. Hasil


lipogenesis yang penting adalah (dalam
bentuk ikatan dengan lipoprotein) ke
jaringan adiposum untuk disimpan,
sedang kholesterol akan dipergunakan
(testosterone) dan hormon kelamin
betina (progesterone, estrogen). Di
samping itu hati mempunyai peranan
dalam mensintesis lipoprotein dan
kholesterol plasma

Pada saat tubuh memerlukan energi, maka


dalam hati terjadi lipolisis. Pada waktu itu
dalam hati terjadi proses pembentukan
benda-benda keton, gliserol dan asam
lemak (derivate dan triaserida asal ransum
dan asal depot-depot lemak). Lipolisis
diikuti dengan glukoneogenesis. Pada saat
terjadi glukoneogenesis maka hati akan
mensintesa asam-asam lemak yang
berasal dari karbohidrat dan asam-asam
amino tertentu

Di dalam hati juga terjadi proses


penarikan fosfolipida dan kholesterol
darah apabila kadar-kadar lemak zat
tersebut di dalam darah di atas normal,
proses pemanjangan atau pemendekan
rantai asam-asam lemak, proses saturasi
dan desaturasi asam-asam lemak. Di
samping itu hati merupakan organ
pengawas penimbunan lipida pada depotdepot lemak.

Pengaturan Hormonal Pada Metabolisme Lipida

Insulin :
tiadanya insulin menyebabkan terjadinya
penekanan penggunaan glukosa. Akibatnya akan
menaikkan mobilisasi ALB dari depot-depot
lemak dan jaringan. Hal ini disebabkan karena
insulin mempunyai efek mempergiat
pengambilan glukosa darah oleh jaringan
adiposum yang akan mengkonversikannya
manjadi trigliserida
Epinephrine dan norepinephrine :
keduanya berpengaruh langsung terhadap
mobilisasi ALB.

Glukogen :
hormon ini mempunyai efek ketogenik,
karena pengaruhnya menaikkan
permeabilitas membrane sel jaringan
adiposum. Akibatnya mobilisasi ALB akan
naik. Di samping itu juga memacu
keluarnya enzim lipolitik (lihat biokimia).

ACTH dan STH :


secara tidak langsung kedua hormon ini
berpengaruh terhadap metabolisme lemak,
karena di samping memacu sekresi hormon
glukocorticoid juga memacu ekskresi enzim
lipolitik (fungsi enzim ini mengkonversi
trigliserida menjadi ALB).
Thiroid hormone :
hormon ini berfungsi menaikkan kecepatan
metabolisme dalam semua sel termasuk
memacu mobilisasi ALB.

Sintesa Lipida

Kebanyakan sintesa lipida berlangsung di


dalam hati, jaringan adiposum dan mukosa
usus. Dalam hati dan jaringan adiposum
sintesa trigliserida membutuhkan hadirnya
alpha gliserolfosfat untuk memungkinkan
mensintesis digliserida (sebagai zat
pembentuk trigliserida). Sedangkan pada
mukosa usus digliserida disintesa dari
monoliserida. Apabila karbohidrat tidak
mampu membentuk alpha gliserofosfat, maka
justru akan menjadi peruraian trigliserida.

Dalam hati peruraian trigliserida ini akan


mengakibatkan naiknya kadar asetil CoA
(apa fungsinya?). Sedangkan dalam
jaringan adipposum peruraian trigliserida
akan mengakibatkan kenaikkan kadar
ALB darah (apa dan mengapa?).

Kepentingan sintesa lipida:


Kecuali hati dan otot maka kemapuan sel tubuh
untuk menyimpan karbohidrat (dalam bentuk
glikogen) sangat rendah. Apabila ransum
mengadung karbohidrat (monosakarida) dalam
jumlah yang besar, maka sebagian dari zat ini
akan disimpan dalam bentuk trigliserida.
Dalam bentuk lipida makaenergi yang dapat
disimpan kurang lebih 2 kali lebih daripada
disimpan dalam bentuk glikogen. Pada hewan
yang biasa melakukan gerakan yang cepat,
kebanyakan energi disimpan dalam bentuk lipida.

Obesitas

Obesitas yaitu terjadinya deposisi secara


berlebihan di dalam tubuh. Dalam keadaan
normal, hal ini desebabkan karena akibat makan
sejumlah besar makanan yang tidak seimbang
dengan energi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Kelebihan zat makanan ini (karbohidrat, lemak
atau protein) akan disimpan dalam bentuk
lemak di dalam jaringan adiposum. Kebanyakan
peristiwa ini terjadi pada hewan yang telah
lewat fase pertumbuhan dan pada hewan yang
dikebiri. (Coba cari rationya mengapa pada
hewan-hewan tersebut terjadi obesitas).

Fosfolipida

Fosfolipida diketemukan dalam jumlah yang sangat


sedikit dalam depot lipida, tetapi dalam jumlah yang
signifikan diketemukan di dalam hati, plasma darah
dan sistema saraf.
Kurang lebih 90% fosfolipida yang masuk ke dalam
aliran darah disimpan di dalam hati. Kegunaan
fosfolipida antara lain :
kemungkinan dapat membantu mentransportasikan
lipida dari mukosa usus masuk ke dalam lakteal,
karena mampu membuat lipida larut dalam air.
sebagai penyusun thromboplastin.
Merupakan donor fosfat radikal bila fosfolipida
digunakan untuk reaksi-reaksi kimia jaringan.

Kholesterol

Kholesterol merupakan senyawa sterol yang paling


banyak diketemukan di dalam jaringan hewan.
Kholesterol dapat diperoleh baik berasal dari
makanannya, terutama pada karnivora, maupun
sebagai hasil biosintesa asetil CoA. Sintesa dan
peruraian kholesterol berlangsung secara simultan
(apa artinya?). Herbivora tidak memperoleh
kholesterol yang berasal dari makanannya
(mengapa?). Meskipun demikian derajat kholesterol
di dalam tubuhnya sama dengan yang terkandung
dalam tubuh omnivora maupun karnivora.
Kholesterol asal dari luar tubuh (exogenous
kholesterol) diperoleh dari makanan sehari-hari.

Meskipun hati merupakan organ utama


yang mensintesa endogenous kholesterol
tetapi organ-organ lain seperti usus, kulit,
cortex adrenal, dinding arteria dan
sebagainya juga mampu mensintesanya.

Kegunaan kholesterol antara lain :


di dalam hati dipergunakan untuk pembentukan
empedu.
di dalam kelenjar adrenal sebagai pembentuk
hormon adrenortical
di dalam ovarium sebagai pembentuk
progesteron dan estrogen
di dalam testis sebagai pembentuk testosteron
di dalam kulit membentu mencegah ovaperasi

Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Konsentrasi


Kholesterol Di Dalam Plasma

Kadar kholesterol di dalam plasma darah


dapat dipergunakan untuk menilai (ingat:
sekali lagi menilai) kesehatan seekor hewan.
Pada hewan kadar kholesterol plasma akan
naik apabila jumlah kholesterol yang
terkandung di dalam makanan tinggi
(karnivora), Liposisi lemak dalam hati tinggi,
defisiensi hormon thiroidea, pelemakan hati,
dretensi ginjal dan penderita diabetes
mellitus. Sedangkan kadarnya akan turun
apabila terjadi sintesa zat kimia yang
mengandung sterol di dalamnya (Apa saja?).

METABOLISME PROTEIN

Metabolisme protein lebih tepat bila dinyatakan


sebagai metabolisme asam amino. Hal ini disebabkan
karena kenyataan menunjukkan bahwa proses
sintesa dan peruraian asam amino lebih penting dari
protein. Metabolisme asam amino sangat erat
hubungannya dengan kebutuhan tubuh akan unsur
Nitrogen. Herbivora memeperoleh Nitrogen langsung
dari tumbuh-tumbuhan. Sedangkan tumbuhtumbuhan memperoleh Nitrogen dari Nitrogen
atmosfer, nitrat tanahdan lain-lain senyawa yang
mengandung Nitrogen. Karnivora dan Omnivora
nampak oleh secara langsung atau tidak langsung
dari tumbuh-tumbuhan.

Seperti pada karbohidrat dan lipida, maka metabolisme


asam amino juga dimulai sejak dari saluran usus. Pada
waktu berlangsung proses digesti, maak akibat kerjaan
enzim protease, protein makanan akan terhidrolisa menjadi
asam amino bebas. Asam amino setelah diabsorpsi lewat
sel villi intestinum akan masuk ke peredaran darah yang
menuju ke hati. Sebagian dari asam amino bebas ini
setelah dari hati akan terdapat di dalam darah, sedangkan
sebagian yang lain masuk ke dalam semua sel tubuh.
Kenyataan menunjukkan bahwa semua hewan tidak
mampu mensintesis semua asam amino yang diperlukan,
meskipun hewan tertentu, misalnya ruminansia, mampu
mendapatkan asam-asam amino yang dibutuhkannya
dengan bantuan kerjaan mikroorganisme yang terdapat di
dalam traktus digestivusnya.

Dengan demikian untuk memenuhi


kebutuhan asam amino, hewan dapat
memperolehnya dari tubuhnya sendiri
(disebut asam amino nonesensial) atau
harus memperolehnya dari luar tubuhnya
baik berupa makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, hewan korbannya
ataupun dari mikroorganisme (disebut
asam amino esensial).

Proses anabolisme asam amino dapat berupa :


penyimpanan sementara asam amino di dalam hati
dan jaringan. Kemampuan hewan untuk menyimpan
protein dalam bentuk asam amino adalah sangat
kecil dibanding dengan kemampuannya menyimpan
karbohidrat dalam bentuk glikogen atau lemak
dalam bentuk trigliserida.
sintesa protein jaringan
sintesa bagian tubuh yang mengandung Nitrogen,
antara lain protein plasma (albumin, fibrinogen dan
prothrombine), hormon peptida dan nonpeptida,
purina dan pirimidina dan sebagainya.

Proses katabolisme asam aminmo bisa


berupa :
proses deaminasi oksidatif atau
nonoksidatif.
proses transaminasi
proses dekarboksilasi

Proses Deaminasi Oksidatif atau Nonoksidatif

Proses deaminasi yankni pelepasan


gugusan amino dari asam amino. Proses
ini berlangsung dalam berbagai jaringan
dan yang paling giat melakukan adalah
hati dan ginjal. Pada proses deaminasi
oksidatif, asam amino akan melepaskan
gugusan aminonya yang akan
ditransforkan kepada asam alpha
ketoglutarat dengan melepaskan atom
hidrogen.

(asam amino + asam ketoglutarat asam


glutarat + asam alfa keto). Kemudian asam
glutarat berubah kembali menjadi asam alpha
ketoglutarat dan akan kehilangan gugusan
aminonya sehingga terbentuk amonia. Amonia
(sangat toksin) oleh hati segera dikonversi
menjadi urea dan selanjutnya dikeluarkan dari
tubuh lewat ginjal. Pada penyakit hati yang
berat, amonia akan terakumulasi di dalam
darah dan bila mencapai otak dapat
menimbulkan comma (pingsan) disebut hepatic
comma.

(amonia + ornithine citrulline arginine


urea + H2O). Pada proses deaminasi
oksidatif ini bekerja beberapa enzim antara
lain asam amino oksidase dan dehidrogenase
glutanat. Sedang pada proses deaminasi
nonoksidatif yang bekerja adalah beberapa
enzim asam amino dehidrase. Dalam proses
ini sebagai hasil akhir juga amonia dan asam
alpha keto. (Ingat dalam kedua proses di atas,
amonia dalam keadaan bebas).

Proses transaminasi yakni proses


interkonversi asam aminoasam alpha
ketoglutarat. Proses ini dapat berlangsung
karenaadanya piridoksal fosfat (sebagai
keenzimn) dan adanya enzim
transaminase (sebagai katalisator).
Dengan adanya proses ini maka amonia
tidak akan terbentuk dalam keadaan
bebas. Enzim transaminase tersebut luas
dalam jaringan hewan terutama dalam
jantung, otak, ginjal, testikel dan hati.

Proses Dekarboksilasi

Banyak asam amino yang mengalami


dekarboksilasi oleh kerjaan enzim asam
dekarboksilase (untuk dapat bekerja enzimenzim ini memerlukan piridoksalfosfat sebagai
kofaktor). Sebagai hasil dari proses ini berupa
terbentuknya amino dan karbondioksida.
Beberapa dari amino ini mempunyai efek
farmakologik yang kuat, sedang beberapa yang
lain merupakan pelopor hormon atau sebagai
komponen suatu enzim (lihat biokimia).

Sintesa asam-asam amino nonesensial

Alanina, asam aspartat, asparagin, asam glutarat dan glutamin


Asam glutarat mungkin disintesis dari asam alfa ketoglutarat +
amonia. Kemungkinan juga disintesis secara transminasi. Alanina dan
asam aspartat dapat disintesa secara transminasi, sedangkan
aspargin disintesis dari asam oksalosetat.
Prolina dan hidroksiprolina
Hidroksiprolina diketemukan di dalam callagen (bagian dari apa?) dan
dibentuk secara hidrolisasi enzimtik dari prolina.
Serina dan gliseina
Serina disintesis dari asam fosfogliserat (merupakan hasil
intermediate pada glikolisis). Sedangkan gliseina disintesis dari
serina.
Sisteina
Pada hewan zat ini disintesis dari metionina.
Tirosina
Disintesis dari fenilalanina.

Pengaturan Hormonal Pada Metabolisme


Protein

Beberapa hormon yang mengawasi metabolisme protein


adalah:
Insulin :
Hormon ini akan membantu transportasi asam amino ke
dalam sel sehingga dapat mempercepat sintesa protein.
STH :
Hormon ini akan menaikkan kecepatan sintesis protein sel.
Tiroksin :
Secara tidak langsung hormon ini akan menaikkan
metabolisme protein. Apabila karbohidrat dan lemak tidak
mencukupi untuk menghasilkan energi, maka tiroksin
mempercepat penguraian protein. Dengan demikian
adanya defisiensi hormon ini pada hewan yang sedang
tumbuh akan menghambat pertumbuhan

Gangguan Metabolisme Karbohidrat


dan Lemak
Pada hewan piaraan gangguan metabolik
utama yang berhubungan dengan
metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein adalah ketosis pada ruminantia,
teksemia pada akhir kebuntingan domba,
hipogllikemia spontan pada babi yang baru
lahir dan diabetus mellitus pada anjing dan
kucing.

Ketosis pada ruminansia


Pada ruminasia, ketosis (acetonemia) banyak menimpa
pada sapi perah yang berproduksi tinggi. Ketosis adalah
istilah yang menggambarkan tingginya benda-benda
keton (keton bodies) dalam darah. Pada sapi perah
tersebut ketosis fisiologik terjadi pada periode laktasi.
Hal ini disebabkan karena (1) banyaknya glukosa yang
dimanfaatkan oleh kelenjar mammalia untuk produksi
air susu sebesar 90 kali glukosa darah, (2) rendahnya
kadar glukosa yang diabsorpsi oleh dinding traktus
digestivus. Akibat dari kedua hal ini akan terjadi
hipoglikemia. Pada keadaan hipoglikemia maka energi
yang diperlukan untuk proses fisiologik tubuh akan
dicukupi dengan katabolisme lipida.

Akibat adanya proses katabolisme lipida ini maka kadar


benda-benda keton (asam asetoasetat, asam beta
hidroksi butirat dan asam asetat) di dalam darah akan
naik. Akibatnya terjadi ketonemia. Apabila keadaan
melanjut akan terjadi ketonuria (hal ini terjadi pada
penderita ketosis yang berat). Di samping adanya
gejala ketonuria juga akan nampak gejala coma karena
sistema saraf tidak mampu melakukan proses oksidatif
secara sempurna (proses oksidatif berlangsung apabila
kadar glukosa darah 40 60 mgr/100ml). Ketosis dapat
terjadi pula karena keadaan patologik. Ketosis patologik
disebaabkan karena menurunnya nafsu makan akibat
menderita keradangan antara lain pada penderita
metritis, peritonitis, mastitis nephritis.

Toksemia pada akhir kebuntinagn domba


Kadang-kadang ketosis fisiologik dapat pula menimpa domba
betina pada akhir kebuntingannya, khususnya yang
mengandung lebih dari satu fetus. Terjadinya ketosis akibat
cepatnya pertumbuhan janin pada saat itu. Janin
membutuhkan glukosa darah induk dalam jumlah yang besar
(mengapa?). Hal ini dapat dibuktikan dengan tingginya kadar
glikogen hati fetus.
Penderita ketosis dapat sembuh dengan sendirinya (sapi
perah) atau dengan pengobatan antara lain dengan pemberian
khlorahidrat, suntikan glukosa intramuskuler, pemberian
preparat ACTH (mengapa dapat sembuh?), atau dengan
mengatur formula ransum (bagaimana?), atau mengurangi
afetus dengan melakukan sectio caesaria (kambing)

Hipoglikemia pada babi yang baru lahir


Hipoglikemia terjadi terutama pada babi yang umur kurang
dari 1 minggu yang tidak berkesempatan memperoleh air
susu induknya secara cukup.
Babi pada saat ini masih dalam fase pertumbuhan, sehingga
persediaan glikogen hati harus selalu cukup. Satu-satunya
sumber glikogen adalah air susu induknya (mengapa?).
Karena babi tersebut tidak berkesempatan memperoleh air
susu induk secara cukup, maka persediaan glikogen hatinya
akan habis dengan cepat. Dalam tubuh babi tersebut belum
mungkin terjadi glukoneogenesis baik baik asal lemak
maupun protein (mengapa?). Tanda-tanda penderita
hipoglikemia pada babi bayi antara lain tubuh lemah,
jalannya sempoyongan dan kaki digerakkan secara kaku.
Biasanya diikuti dengan kematian

Hiperinsulinisme
Kadang-kadang pada anjing juga
diketemukan gangguan metabolisme yang
gejalanya mirip seperti hipoglikemia.
Sebenarnya anjing tersebut terserang
tumor ganas pada pankreasnya (karsinoma
insuler). Akibat adanya karsinoma ini
insulin akan disekresikan secara berlebihan.
Dengan demikian akan terjadi hipoglikemia
(mengapa?).

Diabetes mellitus
Diabetes mellitus diketemukan pada sapi, kuda, babi
dan kambing, anjing dan kucing. Hewan yang paling
sering menderita diabetes mellitus adalah anjing dan
kucing. Penyebab pokok terjadinya diabetes mellitus
adalah defisiensi insulin yang berakibat kemampuan
tubuh untuk memanfaatkan glukosa menjadi menurun.
Dengan kurangnya atau tidak adanya insulin di dalam
darah berakibat (1) hati tidak mampu menyimpan
glikogen dan (2) frekuensi glukonegenesis akan naik
(mengapa?). Efek sekunder yang akan diderita oleh
penderita diabetes mellitus adalah pelemakan hati
lipomia dan ketosis (kecuali pada sapi, mengapa).
Sedang efek primernya akan terjadi hiperglikemia.

Adanya hiperglikemia mengakibatkan jumlah


glukosa yang melalui tubulus renalis menjadi
bertambah banyak. Nilai ambang reabsorpsi
ginjal terhadap glukosa terlampaui (normal 160
100 mgr/ 100ml darah) akibatnya akan terjadi
glukosuria (ekskresi glukosa dalam urine).
Tersekresinya glukosa dalam urine akan
menarik sejumlah besar air dari dalam tubuh,
akibatnya akan terjadi poliuria (volume urine
yang keluar naik). Keadaan ini menyebabkan
hewan cenderung merasa selalu haus
(polidipsia).

Karena tubuh tidak mampu memanfaatkan


monosakarida asal makanan, maka frekuensi
glukoneogenesis akan naik, akibatnya (1) akan
terjadi kenaikan kadar ALB-albumin darah, yang
akan berakhir terjadinya pelemkan hati (lihat
kuliah), (2) akan terjadiketonemia yang akan
menyebabkan terjadinya acidosis. Hal ini akan
mengakibatkan keracunan darah yang
menyebabkan hewan tiba-tiba pingsan (disebut
coma diabetes) diikuti denganketonuria dan (3)
hewan dengan cepat menjadi kurus.

Pelemakan Hati

Tingginya kadar kholesterol atau lemak yang terkandung dalam


ransum.
Naiknya liponeogenesis (mengapa bukan glikogenasis) oleh hati
akibat hewan makan karbohidrat atau vitamin B compleks (terutama
biotin dan thiamine) dalam jumlah yang berlebihan.
Naiknya mobilisasi lemak dari jaringan adiposum yang disebabkan
oleh karena stress, kelaparan dalam waktu yang lama, defisiensi
insulin, hipoglikemia, naiknya sekresi STH, ACTH atau steroid adrenal.
Kerusakan hati akibat hepatitis atau keracunan suatu bahan obatobatan (carbon tetrakhlorida atau khloroform), cirrhosis heptis dan
necosis hepatic (berhubungan adanya defisiensi vitamin E).
Kelambatan transportasi lemak dari hati akibat adanya defisiensi
nutrisi tertentu antara lain cholina, inositol dan lipokaik.

Kelima hal tersebut dapat mengakibatkan


terjadinya akumulasi lemak secara berlebihan di
dalam hati. Pelemakan hati dalam arti fisiologik
berbeda dengan pengertian pelemkan hati
patologik (kadang-kadang disebut infiltrasi
melemak atau degenerasi melemak), sebab
akumulasi hati secara fisiologik bukannya suatu
penyakit, tetapi suatu gejala keracunan
metabolisme lemak. Dengan adanya keracunan
metabolisme lemak ini maka secara tidak
langsung akan mempengaruhi pula metabolisme
karbohidrat dan protein di dalam hati.

Mekanisme Pelepasan (Sekresi)


Hormon Bila Terjadi
Gangguan Metabolisme Karbohidrat
dan Lemak

Metabolisme glukosa, lemak dan benda keton


sangat erat hubunganya. Apabila kadar
glukosa darah turun sampai tingkat
hipoglikemia, akan diikuti dengan naiknya
kadar benda-benda keton darah (disebaabkan
karena terjadinya transportasi asam lemak
secara berlebihan ke hati, dan di hati sendiri
terjadi kenaikan produksi asetil CoA dan asetil
CoA (untuk apa fungsinya?). Dalam peristiwa
ini sebenarnya tidak kalah pentingnya kerjaan
dari berbagai macam hormon.

Mekanisme hormonal yang bekerja berhubungan


dengan pengaturan reaksi-reaksi kimia dalam
metabolisme karbohidrat dan lemak sangat kompleks,
khususnya pada peristiwa hipoglikemia dan ketosis.
Mekanisme ini terutama mengambil bagian dalam :
kecepatan glukogenesis hati dan pelepasan glukosa
hati ke dalam darah.
naik turunnya kadar glukosa darah.
kerja hipothalamus dalam pengaturan makanan yang
masuk, terhadap kelenjar pituitaria anterior dan
kelenjar adrenalis.
Pengaturan sekresi dan aksi insulin.

Pada sapi perah dengan produksi air susu


yang tinggi, maka kebutuhan glukosa selama
periode akhir kebuntingan dan periode
laktasi, sangat tinggi (mengapa?). Untuk itu
maka kecepatan glukogenesis hati dan
pelepasan glukosa hati ke dalam darah akan
naik. Dalam keadaan ini yang bekerja adalah
glukosa (dihasilkan dimana?). Tetapi
kemampuan hati mengadakan glukogenesis
sangat terbatas. Akibatnya terjadi penurunan
kadar glukosa darah (hipoglikemia).

Terjadinya hipoglikemia mempunyai efek pada hipothalamus, yaitu dengan


terpacunya glukoroseptor yang terdapat pada hipothalamus posterior.
Diikuti dengan terjadi 2 mekanisme yakni :
dari hypotalamus akan merambat impuls yang melewati saraf simpatis
menuju ke kelenjar adrenalis. Akibatnya oleh medulla kelenjar ini akan
disekresi epinephrine. Dengan terlepasnya epinephrine maka di dalam hati
akan terjadi kenaikan gligonolisis, sedang dari jaringan adiposum akan
terjadi mobilisasi ALB
dari hipothalamus akan merambat impuls ke kelenjar pituitari anterior. Oleh
kelenjar ini akan dilepaskan:

ACTH; hormon ini akan memacu cortex adrenal yang akan mensekresi glucocorticoid.
Pengaruh dari sekret ini menyebabkan naiknya mobilisasi protein jaringan yang akan
mengakibatkan naiknya kecepatan glukoneogenesis hati. Di samping itu ACTH juga
berfungsi menaikkan lipolisis jaringan adiposum.
STH; hormon ini bersama-sama ACTH akan berfungsi menaikkan lipolisis jaringan
adiposum. Tetapi bersama-sama dengan glukocorticoid, berfungsi untuk
menghambat terjadinya anabolisme dan deposisi protein. Dengan demikian maka
terdapat kerja sama antara ACTH, STH dan glukocorticoid pada hewan (khususnya
sapi perah berproduksi tinggi) hipoglikemia.

pada waktu terjadi hipoglikemia, maka ACTH bersamasama STH akan bekerja terhadap jaringan adiposum,
dengan akibat dimobilisasikannya ALB menuju ke hati.
Dengan demikian di samping kebutuhan glukosa darah
terpenuhi, sebagai hasil sampingnya di dalam darah
diketemukan banyak benda-benda keton. Banyaknya
kadar benda-benda keton darah akan memacu
pankreas untuk mensekresikan insulin.
Di samping mekanisme hormonal di atas, terjadinya
hipoglikemia akan memacu pusat yang terdapat di
hipothalamus yang mengatur kuantitas makanan yang
masuk ke dalam mulut (pusat lapar). (Apa yang terjadi
apabila terjadi hipoglikemia?).

Selama kebuntingan dan periode laktasi, sapi


menunjukkan nafsu makan yang besar, sehingga
mampu menghabiskan makannyalebih banyak dari
normal. Tetapi pada sapi yang menunjukkan gejala
ketosis, nafsu makannya akan menurun sekali bahkan
kadang-kadangnafsu makannya hilang. (Mengapa?).
Sebenarnya terjadinya gejala ketosis hanya pada sapi
perah yang berproduksi luar biasa atau yang bunting
kembar atau yang memperoleh ransum dengan gizi
rendah atau kurang mendapatkan ransum, sedangkan
pada sapi perah dengan produksi air susu yang normal
dan pula pada kebuntingan yang normal tidak mungkin
terjadi ketosis, meskipun sapi tersebut dalam beberapa
waktu akan memderita hipoglikemia (mengapa?).

Peranan Vitamin Di Dalam Metabolisme

Perlu pula diketahui, bahwa di dalam


proses-proses metabolisme diperlukan
kehadiran beberapa vitamin tertentu.
Vitamin dibutuhkan dalam jumlah yang
relatif sangat kecil dan aktivitas
metaboliknya adalah sebagai katalisator
atau sebagai suatu kofaktor suatu enzim.
Vitamin yang berfungsi sebagai katalisator
antara lain vitamin yang larut dalam lemak,
vitamin D. Sedangkan yang berfungsi
sebagai kofaktor, vitamin B kompleks.

METABOLISME ENERGI

Berbagai bentuk energi yang terbentuk di dalam


tubuh hewan berasal dari energi yang terkandung
di dalam bahan makanan yang dimakan, baik
berasal dari tumbuh-tumbuhan (biji, daun dan
batang) maupun dari hewan mangsanya (daging,
telor, tulang dan sebagainya). Energi asal
makanan ini dalam tubuh akan diubah menjadi
bentuk kerja, panas dan sebagainya, dengan
bantuan proses oksidatif dalam sel. Bila energi
yang terkandung di dalam makanan kurang
mencukupi maka akan digunakan energi yang
tersimpan di dalm tubuh sendiri.

Sumber Energi
Tubuh memperoleh energi dari bebrapa sumber yakni dari luar tubuh atau dari dalam tubuh
sendiri. Sesuai dengan asal dan kegunaannya maka energi dikelompokkan dalam beberapa
kelompok, yakni :
Gross energy (Ge); merupakan seluruh energi yang terkandung dalam makanan, baik yang
terkandung dalam komponen makanan yang dapat dicerna maupun yang tidak dapat dicerna.
Digestable energy (De); merupakan sisa Ge yang telah dikurangi dengan Fe.
(De = Ge Fe
= Me + fe + ue).
Faecal energy (Fe); meliputi energi baik yang terkandung dalam bahan makanan yang tidak
dapat dicerna maupun bahan yang terlepas dari tubuh yang masuk ke dalam traktus
digestivus.
Metabolisable energy (Me); merupakan energi yang mampu dihasilkan dan digunakan dalam
proses metabolisme. Me merupakan energi kimia yang terkandung dalam karbohidrat, lemak
dan protein yang dilepaskan karena adanya proses oksidatif dalam tubuh. (Me = Ne + SDA e).
Fermentation energy (fe); merupakan energi yang hilang pada waktu fermentasi (dalam
rumen herbivora, energi ini digunakan untuk pembentukan gas methane).
Urinary energy (ue); merupakan energi yang terkandung dalam urea dari urine.
Netto energy (Ne); energi ini berguna untuk proses produktif, kerja dan pemeliharaan
(maintenance).
Specific dynamic action energy (SDA e); merupakan energi yang diubah menjadi panas yang
dikeluarkan dari tubuh.

Kebutuhan hewan akan energi untuk setiap saat


tidak tetap, pada saat melakukan aktivitas yang
tinggi (misalnya selama periode laktasi) hewan
membutuhkan energi yang berlebihan. Dalam
keadaan ini kebutuhan Me meningkat. Sebaliknya
selama hibernasi atau sedang tidur, kebutuhan
energi rendah. Dalam keadaan ini sebagian besar
De (bukan Me) disimpan dalam bentuk ikatan
dengan fosfat radikal (masih ingat apa artinya?)
dari senyawa antara lain Adenosintrifosfat,
Fosfokreatin, Argininafosfat, asam 1,3
difosfogliserat, asetilfosfat, fosfat organik dan
gugusan karbanilfosfat dari asam-asam amino.

Bila suatu ransum mampunyai Ge yang


rendah, dikatakan ransum tersebut nilai
biologinya rendah. Sebaliknya ransum
yang mempunyai nilai biologik yang tinggi
adalah ransum yang mengandung zat
makanan sumber energi dalam jumlah
yang banyak. Nilai biologik ini ditentukan
dengan mengukur panas yang terbentuk
sebagai hasil pembakaran zat makanan
baik yang berlangsung di dalam tubuh
atau yang berlangsung di luar tubuh.

setiap periode 10 jam, seekor marmot akan menghasilkan


panas kira-kira sejumlah yang sama dengan yang dihasilkan
dari pembakaran 3,3 karbon. Demikian pula jumlah CO 2 yang
dihasilkannya. Sebelum penemuan ini maka Crawford telah
membuktikan adanya hubungan antara oksigen yang
dikonsumsikan dengan panas yang diproduksikan, tanpa
memperhatikan apakah karbon dibakar dalam tubuh atau di
luar tubuh. Dari hasil penelitian Lavoisier diperoleh suatu
kesimpulan bahwa metabolisme dari 1 gram lemak
menghasilkan 9,3 kalori panas, kira-kira sama dengan panas
yang dihasilkan oleh pembakaran 1 gram lemak di luar tubuh.
Pembakaran 1 gram karbohidrat menghasilkan kira-kira 4,1
Kalori apabila dibakar baik di dalam maupun di luar tubuh.
Sedangkan protein akan menghasilkan 5,3 Kalori apabila
dibakar diluar tubuh, tetapi pada metabolisme hanya
menghasilkan 4,1 Kalori.

Perbedaan hasil ini disebabkan karena


panas yang terjadi pada metabolisme
sebagian akan dikeluarkan dari tubuh
yakni panas yang terbawa oleh hasil sisa
metabolisme yang terkandung di dalam
faeces dan urine (lihat digesti). Perbedaan
ini praktis akan hilang apabila panas
equivalent (lihat biokimia) dari urine dan
faeces ditambahkan pada gambaran
metabolik protein.

Kegiatan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein dapat


diperkirakan dengan memperhitungakan oksigen yang
digunakan. Apabila 1 liter oksigen yang digunakan dalam
metabolisme karbohidrat maka akan dihasilkan panas kirakira 5,047 Kalori. Nilai ini (5,047 K) adalah panas equivalent
karbohidrat. Panas equivalent lemak sebesar 4,715 K,
sedangkan panas equivalent protein sebesar 4,600 K.
Apabila dianalisa maka oksigen yang masuk ke dalam
tubuh (berbarengan inspirasi) yang digunakan untuk
pembakaran komponen makanan, ternyata volumenya lebih
besar dari pada volume karbondioksida yang diekspirasikan.
Hal ini disebaabkan oleh karena tidak seluruh oksigen
digunakan untuk pembakaran karbon tetapi sebagian
digunakan untuk perubahan hidrogen dan sulfur (lihat
respirasi).

Respirasi Kwesien

Untuk mendeterminasi jumlah oksigen yang


dipergunakan oleh setiap komponen, berlaku
pengertian respirasi kwesien. Respirasi kwesien
(respitory quotient = R.Q.) adalah suatu perbandingan
(ratio) dari CO2 yang diekspirasikan dengan O2 yang
diinspirasikan. RQ glukosa = 1; artinya setiap
penggunaan 1 molekul O2 untuk pembakaran, akan
dihasilkan 1 molekul CO2 (Hal ini umumnya berlaku
untuk kebanyakan karbohidrat). Untuk lipida, maka
beberapa molekul oksigen tambahan, diperlukan
untuk mengoksidasi hidrogen untuk membentuk air.

. Akibatnya lebih banyak molekul O2 yang


dibutuhkan daripada molekul CO2 yang
dihasilkan, sehingga RQ lipida berada disekitar
0,71. RQ protein kira-kira 0,80. pada hewan
yang digemukkan dengan karbohidrat RQ-nya
mungkin lebih tinggi dari 1 sebab karbohidrat
(bahan makanan yang relatif kaya oksigen) akan
dikonversi menjadi lemak (bahan makanan yang
miskin oksigen), sehingga beebrapa molekul
oksigen yang seharusnya tidak diinhalasikan
menjadi available untuk produksi CO2.

Nilai Energi Makanan


Untuk dapat mengukur manfaat makanan,
dipakai satuan kalori. Satu Kalori (=1000
kalori) ialah jumlah panas yang dibutuhkan
untuk menaikkan derajat panas 1 Kgr air
dari 15o menjadi 16o C. Nilai kalori dari
makanan dinamakan nilai energi makanan
tersebut. Yang menentukan tingginya nilai
energi suatu zat makanan adalah tingginya
kadar karbon (C) dan hidrogen (H) yang
terkandung di dalamnya

Makin tinggi kadar C dan H yang terkandung dalam


zat makanan, makin tinggi energi zat makanan
tersebut. Karbohidrat mengandung 40 46% C dan
6% H; lemak mengandung 76,5% C dan 12% H;
sedang protein mengandung 54% C dan 7% H.
dengan demikian lemak merupakan zat makanan
yang tinggi nilai energinya.
Nilai energi makanan dapat dideterminasi dengan
menggunakan bomb calorimeter. Caranya sebagai
berikut: bahan makanan dimasukkan dalam bomb
calorimeter kemudian dibakar dalam keadaan
erobik dan panas yang terjadi diukur dalam Kalori
(lihat IMT).

Derajat Metabolik (Metabolic Rate = MR)


Bagi hewan, agar dapat hidup secara normal (wajar)
dibutuhkan persediaan energi yang cukup dalam
waktu yang lama dalam tubuhnya. Apabila energi tidak
mencukupi, maka aktivitas yang mebutuhkan energi
misalnya pertumbuhan atau produksi, menjadi tidak
normal. Agar supaya dalam tubuh hewan selalu
tersedia energi dengan cukup, maka tubuh
mengadakan pengaturan penggunaan energi. Karena
derajat (tingkat) metabolisme kemungkinan tidak
sesuai dengan energi yang tersedia, maka di dalam
tubuh terdapat suatu mekanisme yang mengatur
keseimbangan antara MR dengan kebutuhan energi.

Mekanisme pengatur keseimbangan ini antara lain:


Pengaturan darah yang masuk ke dalam suatu
organ (lihat sirkulasi).
Pengaturan kadar metabolik kunci dalam plasma
(lihat metabolisme)
Pengaturan hadirnya hormon trofik dalam plasma
(lihat metabolisme)
Lingkungan kimia sistema metabolik (lihat biokimia)
Kerja dari sistema saraf (lihat sirkulasi, sistema
saraf dan metabolisme)

Sebagian dari energi ( 0,5% dari massa


tubuh) merupakan energi yang siap
dipergunakan sewaktu-waktu dalam 24 jam.
Energi ini dalam bentuk simpanan karbohidrat.
Sedangkan energi cadangan (high energy
phosphat, lihat kuliah metabolisme Fakultas
Kedokteran Hewan1976) dalam bentuk lemak
(8% dari massa tubuh) dan simpanan protein
(20% dari massa tubuh). Kemungkinan energi
asal karbohidrat tidak mencukupi, akan dilepas
energi asal lemak (misalnya terjadi pada sapi
perah yang sedang laktasi).

Pada hewan-hewan homoioterm, terdapat


imbangan yang baik antara pembuangan
panas dan produksi panas (ingat, energi
dinyatakan dalam Kalori). Dengan
demikian, apabila suhu tubuh masih di
sekitar suhu normal berarti metabolisme
yang terjadi dalam tubuh, berlangsung
secara normal.

Pembuangan Panas

Dalam banyak hal, pembuangan panas tubuh (yang


terjadi karena hewan melakukan aktivitas) secara radiasi,
konduksi, konveksi dan evaporasi. Panas yang dibuang
dari tubuh ini berasal dari panas yang terbentuk pada
waktu hewanmenggunakan energi tubuh untuk
memelihara fungsi fisiologik dalam tubuhnya antara lain
untuk konversi zat makanan dengan tujuan menyimpan
energi (misalnya transformasi karbohidrat menjadi lipida
tubuh, transformasi lipida makanan menjadi lipida tubuh,
aktivitas otot yang ada hubungannya dengan
penghancuran makanan di mulut dan saluran
pencernaan lainnya, dan lain-lain).

Pembentukan Panas

Pada waktu terjadi aktivitas metabolik di dalam tubuh,


maka juga terjadi pembentukan panas. Aktivitas
metabolik yang dilakukan oleh seekor hewan dalam
keadaan sempurna (tetapi tidak tidur = sleep) pada suhu
sekitar yang normal disebut metabolisme basal
(metabolisme yang paling minim). Pada metabolisme
basal seluruh energi akan dirobah menjadi panas.
Dengan demikian hasil metabolisme basal adalah
sejumlah panas yang dihasilkan oleh seekor hewan pada
keadaan istirahat sempurna (tetapi tidak tidur) 12 14
jam sesudah makan cukup kenyang, pada suhu sekitar
yang normal (jangan dihafal, tetapi dimengerti).

Pada keadaan istirahat sempurna tersebut


dapat diperkirakan derajat metabolisme
basal (Basal Metabolic Rate = BHR) dengan
memperhitungkan panas yang hilang dari
tubuh secara radiasi, konduksi, konveksi
dan evaporasi (karena BHR lebih ditentukan
oleh luasnya permukaan tubuh (surface
area) dari setiap individu daripada berat
individu tersebut. Artinya, hewan yang
sama besarnya basal metabolic rate-nya
sama meskipun berat badannya tidak sama.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan panas:


Ukuran tubuh
Hewan yang ukuran tubuhnya besar, akan menghasilkan panas lebih banyak
daripada hewan yang tubuhnya berukuran kecil (misalnya sapi dan tikus
masing-masing menghasilkan panas 7.000 kalori dan 4 Kalori) meskipun suhu
tubuhnya hampir sama.

Regulasi saraf dan endokrin


Tingkat metabolisme energi diatur baik oleh sistema saraf maupun sistema
endokrin. Peranan sistema saraf antara lain mengatur aktivitas otot skelet.
Dalam keadaan istirahat tonus otot menghasilkan 20% dari seluruh panas yang
diproduksi. Sedang selama latihan otot yang luar biasa metabolisme energi di
dalam otot skelet dapat naik sampai lipat beberapa kali. Sistema endokrin
mengatur metabolisme energi dengan mensekresi epinephrine dan tiroksin.
Tiroksin akan menyebabkan naiknya tingkat metabolisme energi banyak sel
tubuh secara pelan dan persisten. Kenaikan metabolisme akan naik secara
mendadak bila epinephrine ikut bekerja (terjadi pada suhu luar yang dingin).
Kedua hormon tersebut sekresinya diatur oleh sistema saraf dan hormon
pituitari anterior (Thyroid stimulating hormone).

Spesific Dynamic Action (SDA)


Hasil pengamatan Lavoisier dan Laplace menunjukkan bahwa pencernaan
makanan ada hubungannya dengan naiknya derajat produksi panas.
Ternyata timbulnya pansa ini akibat adanya suatu kerja khusus yang
terjadi selama proses digesti berlangsung. Kerja khusus ini disebut
specific dynamic action. Apabila sebagai hasil kerja khusus ini berupa
panas maka disebut SDA heat (merupakan energi yang dilepas tubuh
dalam bentuk panas). Pada ruminansia, SDA heat merupakan panas yang
dibentuk secara proses metabolik yakni selama proses fermentasi rumen
berlangsung di dalam jumlah yang kecil. SDA heat terbentuk pada waktu
berlangsungnya kerja digesti, sekresi kelenjar dan gerakan
gastrointestinal. SDA heat bertindak sebagai pembantu dalam
memelihara suhu tubuh pada keadaan sekitar yang dingin. Sebaliknya
pada keadaan sekitar yang panas, SDA heat akan menambah beban pada
mekanisme pembuangan panas. Jumlah energi yang hilang dalam bentuk
panas sangat bervariasi dan tergantung dari beberapa faktor (lihat
thermoregulasi). Pada sapi potong apabila diberimakan penuh, maka 40%
dari metabolisme energi akan diubah menjadi SDA heat.

Suhu
Regulasi sushu tubuh di dalam alam sekitar yang wajar
dilaksanakan dengan mengatur pelepasan dan produksi panas. Di
bawah suhu kritik maka di dalam tubuh diperlukan adanya kenaikan
produksi panas, untuk mempertahankan suhu tetap konstan. Dalam
udara terbuka yang begitu dingin maka tubuh berusaha menaikkan
suhunya dengan gerakan menggigil atau gerakan lain yang tidak
disadari, diikuti dengan pembebasan epinephrine. Sedangkan
apabila hewan berada dalam keadaan dingin dalam waktu yang
lama, naiknya produksi panas akibat tersekresinya hormon thiroid.
Kecepatan reaksi kimia dalam pembentukan panas ini akan naik
dua kali lipat setiap terjadi kenaikan suhu 10o C. Sedangkan pada
hipotermia, pembentukan panas akan menurun. Umumnya hewan
yang tidak berkeringat toleran terhadap suhu yang rendah, tetapi
akan mengalami kesulitan dalam mengatur suhu tubuhnya pada
suhu keliling yang tinggi.

Proses kerja dan proses produktif


Adanya proses kerja (kontraksi otot) maupun
proses produktif (pembentukan daging, wool,
telur, air susu dan sebagainya) akan menaikkan
metabolisme energi dan produksi panas. Dari
pembakaran 1 mol glukosa hanya 266 Kalori
yang dikonversikan menjadi energi, sedangkan
407 Kalori akan diubah menjadi panas dan
dibuang. Dengan demikian hanya 39% dari
energi yang terkandung dalam glukosa darah
diubah menjadi Netto energy (Ne).

Pengaturan Suhu Tubuh

Fungsi dari pusat thermostatistik hipotalamus adalah


mengatur suhu tubuh. Pusat ini akan terstimulasi apabila
suhu hipotalamus naik. Hal ini akan mengakibatkan kelenjar
pituitari anterior melepaskan thyroid stimulating hormone
yang berfungsi sebagai regulator sekresi tiroksin. Akibat
yang lain dari adanya kenaikan suhu hipotalamus adalah
terpacunya kelenjar adrenalis untuk melepaskan
epinephrine. Dengan demikian pengeluaran panas akan
terpacu, sedangkan pembentukan panas akan tertekan.
Pelaksanaan pengeluaran panas berupa penting,
pengeluaran keringat, vasodilatasi pembuluh darah kulit dan
sebagainya. (Jelaskan apa yang terjadi apabila suhu
hipotalamus turun).

(energi yang hilang dalam bentuk panas


dari bahan makanan sebelum bahan
makanan tersebut dapat dimanfaatkan
untuk tujuan yang berguna)

METABOLISME MINERAL

Kepentingan ion-ion anorganik untuk fungsi dan


pertumbuhan normal tubuh tidak dapat diragukan
lagi. Misal yang sangat sederhana adalah bagi orang
yang berpuasa, minum air segar pada waktu
berbuka puasa dapat menimbulkan rasa segar
kembali, meskipun orang tersebut belum makan
sesuatu apapun. Hal ini berarti bahwa air segar
mengandung mineral yang sangat diperlukan oleh
darah (lihat digesti). Demikian pula jamur hanya
dapat tumbuh jika dalam tempat perbenihannya
ditambahkan garam anorganik tertentu.

Sampai sekarang telah diketahui bahwa


tidak semua mineral mutlak diperlukan dan
apabila diperlukan belum tentu dalam
jumlah yang cukup banyak. Oleh karena itu
mineral dapat dibagi dalam empat
kelompok yakni makronutrien (bulk
element), mikronutrien (trace element),
essential element dan nonesential element.
Yang perlu diperhatikan adalah mineral
essensial (essential element) baik yang
makronutrien maupun yang mikronutrien.

Mineral essensial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:


selalu terdapat di dalam banyak jarinagn tubuh
normal (tidak patologis)
kadarnya relatif konstan
adanya penurunan kadar, akan timbul kelainan yang
menciri dan apabila kadar dapat dikembalikan seperti
semula maka kelainan itu akan hilang.
Apabila di dalam ransum tidak atau kurang
mengandung mineral essensial atau keseimbangan
bahan penyusun ransum tidak baik sehingga mineral
essensial yang terkandung dalam ransum tidak
banyak yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh maka
akan menunjukkan gejala-gejala defisiensi (lihat IMT).

Yang termasuk mineral essensial adalah :


makronutrien mineral; yaitu yang diperlukan atau di dapat
dalam jumlah besar dalam tubuh, antara lain sodium, potasium,
kalsium dan magnesium. Mineral ini penting dalam
keseimbangan cairan dan keseimbangan asam basa cairan
tubuh.
mikronutrien mineral; yaitu yang diperlukan dalam jumlah yang
sedikit dan secara umum terdapat dalam jaringan dalam kadar
yang rendah, antara lain ferrum, cobalt, kuprum, magnesium,
zinc, aluminium, selenium dan molibdanum. ferrum dan kuprum
diperlukan untuk kerja hemoglobin, mioglobin, hemocianin,
sitokhrom dan sebagainya. Zinc diperlukan untuk kerja
anhidrase karbonat (apa kerjanya?). Magnesium essensial untuk
metabolisme asam nukleat, metabolisme asam amino, lihat
biokimia). Selenium penting untuk hati agar tetap normal. Iodine
dan kobalt (lihat hormon dan sirkulasi).

Beberapa mineral yang termasuk dalam golongan


mineral racun (toxic element) dalam kadar yang
sangat rendah sangat efektif dalam pencegahan
penyakit yang penting pada ternak (lihat
farmokologi), antara lain: arsenikum, plumbum,
hidrargirum dan hismuth.
Telah lama diketahui bahwa untuk pertumbuhan
maupun untuk fungsi normal dalam semua bentuk
biologis, maka garam anorganik harus tersedia
sesuai dengan kebutuhan. Untuk memenuhi
kebutuhan akan mineral, hewan dapat
memperolehnya secara langsung atau tidak
langsung dari tumbuh-tumbuhan.

Kandungan mineral dalam tumbuh-tumbuhan tergantung dari 4


faktor yang saling berhubungan, yakni:
tipe tanah di mana tumbuh-tumbuhan itu hidup
genus, spesies atau strain tumbuh-tumbuhan
umur dari tumbuh-tumbuhan
keadaan iklim selama pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan tersebut.
Hasilnya tipe tanah yang basah, cenderung untuk kehilangan kobalt
dan molipdenum. Akibatnya, sapi atau domba yang merumput pada
tanah tersebut akan menunjukkan gejala defisiensi kobalt.
Sebaliknya drainase yang buruk memungkinkan sapi keracunan
selenium. Apabila sapi diberi ransum yang tersusun dari kacangkacangan, biasanya kaya akan CO, Fe, Cu dan Zn. Sedangkan
apabila banyak mengandung bekatul berarti kaya akan Ca, P, K dan
Mg. Umur tanaman mempengaruhi rasa (palatabilitas) bahan
makanan, sedangkan musim dapat mempengaruhi kandungan unsur
dalam tumbuh-tumbuhan tersebut.

Kalsium

Dalam praktek penyusunan ransum,


maka Kalsium (di samping fosfor) adalah
unsur yang pertama harus diperhatikan
(sebab 99% kalsium tubuh terdapat pada
tulang dan gigi dan 70% dari abu tubuh
tersusun dari unsur Kalsium dan Fosfor.
Absorpsi Kalsium terutama terjadi pada
usus halus bagian depan. Beberapa faktor
yang mempengaruhi penyerapannya:

Faktor-faktor makanan, antara lain:


adanya asam bhytat yang terkandung dalam biji-bijian, akan berkaitan dengan
kalsium dan magnesium menjadi suatu senyawa yang sulit diserap oleh dinding
usus. Pada mukosa usus babi, ayam dan sapi terdapat enzim fitase yang
mencegah terbentuknya senyawa tadi.
makanan yang mengandung oksalat dapat menghasilkan absorpsi Kalsium
karena terbentunya Ca oksalat.
selulosa diduga juga menganggu absorpsikKalsium
vitamin D membantu absorpsi kalsium dan fosfor
beberapa asam lemak yang berkaitan dengan kalsium membentuk garam
kalsium yang sukar larut. (Terjadinya ikatan ini dimungkinkan karena di dalam
lumen usus terdapat banyak lemak akibat terlalu banyaknya lemak yang masuk
atau terlalu sedikitnya lemak yang diabsorpsi).
ratio kalsium dan fosfor merupakan faktor yang kritis dalam absorpsi maupun
penggunaan kalsium. Apabila di dalam usus sampai terbentuk trikalsiumfosfat
yang sukar larut, maka tubuh akan mengalami defisiensi kalsium dan fosfor.
pH yang asam akan merangsang penyerapan kalsium
makin tua umur hewan, efisiensi absorpsi kalsium makin menurun.
Makin tinggi konsumsi kalsium, makin rendah efisiensi absorpsi

Faktor metabolisme :
Intensitas absorpsi kalsium makin berkurang,
apabila kadar kalsium tubuh makin jenuh
Adanya hipoparatiroidisme akan merendahkan
absorpsi kalsium

Kalsium (dan fosfor) setelah diabsorpsi oleh


mukosa usus (dibantu oleh adanya vitamin D
dalam usus) akan masuk ke dalam aliran vena
porta akhirnay akan masuk ke dalam sirkulasi
darah untuk kemudian menelus pembuluh darah
(terdapat dalam serum darah adalah bentuk ikatan
dengan albumin dan dalam bentuk ion kalsium
yang larut) dan dideposisi dalam sistema skeletal
( 99%). Regulasi kalsium serum sangat
tergantung pada kerja hormon parathiroidea
(dihasilkan di mana?). dan tirokalsitonin
(disekresikan oleh sel khusus yang terdapat pada
kelenjar thiroidea).

Pengaruh hormon parathiroidea adalah


menimbulkan aktifitas mobilisasi kalsium
dan menyebabkan sekresi fosfor lewat
urine. Di samping itu menaikkan absorpsi
kalsium dan fosfor dari usus.
Tirokalsitonin mempunyai pengaruh
menaikkan deposisi kalsium dalam
tulang dan menyebabkan hipokalsemia
dan hipofosfatemia.

Selain sebagai unsur pembentuk skeleton dan gizi, kalsium


mempunyai peranan dalam proses pembekuan darah (lihat
sirkulasi), berperan sebaagi aktivator berbagai enzim yang
penting, antara lain: esterase,

kholine asetilase
fosfatease asam, kholinesterase(kholine + asam asetat =
------------------- = asetilkholine,

Ca++

ATP ase
ATP ase = ------------- = ADP + asam fosfat , dan
sebagainya.
Ca ++

Pengeluaran kalsium dari tubuh dapat


melewati urine (berasal dari kalsium
serum, jumlahnya sedikit); faeces
(kalsium bahan makanan yang tak
terdigesti dan kalsium getah pencernaan
termasuk empedu), bersama keringat
(pada spesies yang mempunyai kelenjar
keringat) atau disekresikan dalam air
susu (pada hewan yang sedang laktasi).

Kebutuhan, Kekurangan Dan Kelebihan Kalsium

Faktor yang mempengaruhi absorpsi kalsium, secara


langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi pula
kebutuhan kalsium makanan. Kebutuhan hewan akan
kalsium antara lain ditentukan pula oleh ratio Ca dan P.
meskipun untuk semua hewan imbangan yang baik adalah
antara 1 : 1 dan 2 : 1, tetapi ruminantia mempunyai
toleransi ( ? ) ratio yang lebih besar (dapat mencapai 7 : 1).
Imbangan Ca dan P yang kurang baik masih tidak
menimbulkan gejala yang merugikan selama konsumsi
vitamin D cukup (vitamin D akan menaikkan absorpsi
kalsium dari usus). Kecepatan pertumbuhan dan keadaan
hewan (dalam periode laktasi atau kebuntingan) mencapai
kebutuhan Ca.

Kekurangan kalsium akan menyebabkan gangguan


metabolisme dan bentuk tulang (proses pertulangan).
Metabolisme tulang terdiri dari 4 tahap, yakni:
pembentukan dikalsiumfosfat,
penggabungan 3 mol.dikalsiumfosfat membentuk 1
mol.trikalsiumfosfat,
trikalsiumfosfat yang tidak stabil segera mendapat
tambahan karbonat (CO3=), fluor (F-), hidroksil (OH-)
dan sebagainya, membentuk garam kristal tulang
(apatit), dan
kemudian dalam jangka yang panjang akan terjadi
tulang.

Pada rakhitis (rickets) hewan muda (sering


diketemukan pada anak babi dan anak sapi)
kadar Ca dan P (terutama) darah rendah,
disebabkan karena asimilasi (?) kalsium tidak
baik akibat ratio Ca dan P ransum kurang
tepat, atau ransum kekurangan unsur kalsium
atau vitamin D yang kurang. Pada anak babi
yang terserang rickets pertumbuhannya akan
lambat, terjadi pembesaran persendian dan
salah bentuk dari tulang bahkan kadangkandang nampak gejala kelumpuhan kaki
belakang.

Hewan dewasa yang menderita kekurangan kalsium


akan mengalami osteomalacia. Penyebabnya antara
lain hormon parathiroidea disekresikan dalam jumlah
besar, tidak adanya kerjasama antara hormon
parathiroidea dengan kalsitonin atau kebutuhan Ca dan
P lebih banyak daripada yang tersedia. Pada sapi dapat
menyebabkan patah tulang pelvis. Apabila kekurangan
Ca ini berlangsung lama, hewan dewasa dapat
mengalami osteoporosis. Parturient paresis (milk fever)
pada sapi disebabkan karena kekurangan Ca yang
ringan yang menyebabkan terjadinya gangguan
metabolisme Ca yang ditandai denganmenurunnya
kadar Ca serum dan P sampai setengah batas normal
diikuti dengan naiknya kadar Mg

Fosfor

Fosfor dalam kegiatan fisiologik dalam bentuk fosfat. Fosfat yang


terkandung dalam tanah dalam jumlah yang cukup hanya pada daerah
tertentu saja. Akibatnya banyak padang penggembalaan menjadi tidak
efisien bagi ternak karena tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di atas tanah
tersebut kadar fosfornya sangat rendah. Absorpsi fosfor pada ruminantia
berlangsung dalam rumen (terutama) dan di dalam usus halus. Absorpsi
dalam usus halus merupakan proses aktif yang membutuhkan oksigen,
kalsium dan potasium. Absorpsi akan berkurang apabila dalam usus
terdapat kalsium, magnesium, aluminium dan beryllium dalam jumlah
yang berlebihan. Di dalam proses absorpsi ini (secara langsung atau
tidak langsung) dipengaruhi oleh hormon paratiroidea, tirokalsinin dan
vitamin D. Penimbunan fosfat dalam jumlah besar diketemukan dalam
tulang, penimbunan dan pelepasan fosfat ini tergantung apakah kadar
fosfat plasma tinggi atau rendah. Dalam jaringan (di luar tulang) fosfat
di dapat dalam bentuk ester-ester fosfat.

Fosfor

Fosfor dalam kegiatan fisiologik dalam bentuk fosfat. Fosfat yang


terkandung dalam tanah dalam jumlah yang cukup hanya pada daerah
tertentu saja. Akibatnya banyak padang penggembalaan menjadi tidak
efisien bagi ternak karena tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di atas tanah
tersebut kadar fosfornya sangat rendah. Absorpsi fosfor pada ruminantia
berlangsung dalam rumen (terutama) dan di dalam usus halus. Absorpsi
dalam usus halus merupakan proses aktif yang membutuhkan oksigen,
kalsium dan potasium. Absorpsi akan berkurang apabila dalam usus
terdapat kalsium, magnesium, aluminium dan beryllium dalam jumlah
yang berlebihan. Di dalam proses absorpsi ini (secara langsung atau
tidak langsung) dipengaruhi oleh hormon paratiroidea, tirokalsinin dan
vitamin D. Penimbunan fosfat dalam jumlah besar diketemukan dalam
tulang, penimbunan dan pelepasan fosfat ini tergantung apakah kadar
fosfat plasma tinggi atau rendah. Dalam jaringan (di luar tulang) fosfat
di dapat dalam bentuk ester-ester fosfat.

Kebutuhan, Kekurangan Dan Kelebihan


Fosfat

Pada anak sapi pemberian paling aman 0,30%


dari ransum kering. Sedang pada sapi dewasa
minimum 18% (karena di samping untuk
memenuhi kebutuhan hewan sendiri, juga untuk
memenuhi kebutuhan mikroorganisme rumen).
Untuk babi imbangan Ca dan P yang dinyatakan
baik antara 1 : 1 sampai 1,5 : 1. Kekurangan
fosfor yang masuk lebih sering diketemukan
daripada defisiensi mineral yang lain.

Gejala yang terserang defisiensi fosfor antara


lain pica (hewan makan makanan yang bukan
kebiasaannya, misalnya pada babi makan kayu
pintu, tembok kandang dan sebagainya),
pertumbuhannya terlambat, infertilitas,
kelumpuhan kaki (pada ayam berproduksi
tinggi), kelemahan dan kaki menjadi bengkok
(babi). Apabila kekurangan ini berlangsung lama,
maka terjadi kerusakan tulang . kelebihan fosfor
penyerapan Mg sulit. Pada kebanyakan hewan,
fosfor terutama diekskresikan lewat urine. pada
herbivora ekskresinya bersama faeces.

Untuk makronutrien mineral yang


essensial lain (sodium, potasium,
khlorida) dan mikronutrien mineral yang
essensial dibicarakan secara jelas dan
lengkap pada Ilmu Makanan ternak. Di
samping itu tentang metabolismenya
telah dibicarakan dalam biokimia.

Menyusun Ransum

Metabolisme sangat erat hubungannya


dengan ransum yang diberikan pada hewan.
Dengan memperhatikan jenis, umur, bangsa
hewan dapat disusun suatu ransum yang
efisien untuk memperoleh hasil yang
maksimal. Misalnya, untuk seekor sapi perah
dara yang sedang tumbuh dibutuhkan ransum
yang komposisinya agak berbedadengan yang
diperuntukkan bagi sapi perah induk.

Untuk menyusun ransum sapi dara tersebut harus diperhatikan


beberapa faktor, antara lain :
sapi adalah sapi perah; Dengan demikian termasuk ruminatia.
Untuk ruminantia sebagai sumber energi adalah asam lemak
volatil (mengapa bukan karbohidrat?);
sapi sedang tumbuh; berarti untuk menyusun ransumnya harus
diperhatikan energi yang dikandung oleh ransum meliputi De, Ne,
Ne m(aintenance) me g(ain) dan TDN (Total Digestable Nutrient).
Ne u adalah nilai energi netto dari makanan untuk hidup pokok
sapi yang tidak laktasi. Ne g adalah nilai energi netto dari
makanan untuk pertambahan berat badan sapi yang tidak laktasi.
TDN adalah jumlah zat makanan yang dibutuhkan oleh hewan
untuk memproduksi sesuatu. Di samping energi yang perlu
diperhatikan adalah mineral essensial (terutama yang
makronutrien) dan vitamin (yang merupakan kofaktor suatu
enzim);

jenis pandangan tempat sapi dara


tersebut; perlu diperhatikan untuk
menentukan perlu tidaknya pemberian
makanan konsentrat; dan
iklim; umur tanaman dan tipe tanah

Berdasarkan pengertian di atas maka


untuk sapi perah dara dengan berat 450
kg membutuhkan protein 855 gram,
protein dapat dicerna 495 gram, Ne n 7,5
Ncal, Me g 3,1 Mcal, D 23,4 Mcal, Me 19,2
Ncal, TDN 5,3 kg, Ca 27 g dan P 21 g.
Untuk Indonesia vitamin A dan D kurang
begitu penting (mengapa?)

Berdasarkan pengertian di atas maka


untuk sapi perah dara dengan berat 450
kg membutuhkan protein 855 gram,
protein dapat dicerna 495 gram, Ne n 7,5
Ncal, Me g 3,1 Mcal, D 23,4 Mcal, Me 19,2
Ncal, TDN 5,3 kg, Ca 27 g dan P 21 g.
Untuk Indonesia vitamin A dan D kurang
begitu penting (mengapa?)

Tentang bagaimana menyusun ransum


yang efisien, memerlukan suatu
perhitungan yang cukup rumit, yang pada
dasarnya menghubungkan antara bahan
makanan yang tersedia dengan proses
metabolisme yang diharapkan terjadi di
dalam tubuh hewan (ingat energi netto
untuk pemeliharaan, kerja dan proses
produksi (penggemukan, air susu, telor dan
sebagainya). Untuk pengertian ini akan
dijelaskan dalam Ilmu Makanan Ternak.

Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan


metabolisme
Jelaskan secara singkat mengenai metabolisme
Karbohidrat
Jelaskan secara singkat mengenai metabolisme lipida
Jelaskan secara singkat mengenai metabolisme protein
Jelaskan secara singkat mengenai metabolisme energi
Jelaskan secara singkat mengenai metabolisme mineral
Jelaskan secara singkat peranan vitamin di dalam
metabolisme
Jelaskan peranan kalsium dan fosfor di dalam metabolisme

Anda mungkin juga menyukai