Anda di halaman 1dari 1

KONSELING EKSISTENSIAL

Peran Konselor
Para penganut eksistensialisme mengganggap bahwa setiap klien itu unik. Oleh karena itu,
konselor peka terhadap semua aspek karakter klien, seperti suara, postur, ekspresi wajah,
pakaian dan gerakan tubuh yang tidak disengaja. Dalam proses konseling, seorang konselor
seyogyanya tetap berkonsentrasi untuk bersikap autentik terhadap klien dan masuk ke dalam
hubungan yang lebih dalam dan personal dengannya. Konselor seyogyanya terus berusaha
untuk selalu bersama klien dan memahami serta merasakan kondisi emosi dan mental kliennya.
Untuk melakukan hal tersebut, konselor perlu untuk mengekspresikan perasaannya sendiri.
Dalam proses konseling, konselor eksistensial juga diminta untuk berbagi pengalaman pribadi
dengan klien, hal ini dilakukan untuk memperdalam hubungan dan membantu klien untuk
menyadari perjuangan dan sisi kemanusiaannya. Konselor memusatkan diri pada hubungan
orang dengan oran yang menekankan pada aspek kebersamaan, kesatuan, dan pertumbuhan.
Konselor eksistensial berfungsi sebagai model bagaimana mencapai potensi individual dan
membuat

keputusan.

Berkonsentrasi membantu klien

mengalami perasaan

subjektif,

mendapatkan pemahaman diri yang lebih jelas, dan bergerak maju ke arah penetapan cara
baru dalam hidup di dunia. Fokusnya adalah hidup secara produktif di masa kini, bukan mencari
masa lalu pribadi. Juga berfokus pada masalah manusia yang paling pokok, seperti kematian,
kebebasan, isolasi, dan ketidakberartian.
Keterbatasan
1. Pendekatan ini belum menghasilkan model konseling yang berkembang secara penuh.
Para ahli yang menekankan tahap- tahap perkembangan pada konseling sangat setuju
dengan kritik ini.
2. Pendekatan ini kekurangan program pelatihan dan pendidikan. Setiap praktisi adalah
unik. Meskipun keunikan berharga, hal ini menghambat teori pengajaran sistemik.
3. Pendekatan ini sulit diterapkan di luar tingkatan individual karena sifatnya yang subjektif.
Pendekatan ini kurang memiliki keseragaman yang dapat dipahami dengan mudah oleh
konselor pemula.
4. Pendekatan ini lebih dekat pada filosofi eksistensial daripada teori konseling lain.
pendekatan ini membatasi kegunaannya dalam beberapa kasus.

Anda mungkin juga menyukai