Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS ANESTESI

REGIONAL PADA PASIEN


KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
Apriyansi Irliwanti
11 2012258

Identitas

Nama
: Ny. D
Umur
: 21 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat : Teluk Gong gg.Gelas No.6. Rt 06/07
Tanggal Pemeriksaan : 13 Agustus 2014
Tanggal Masuk RS : 8 Agustus 2014

ANAMNESIS

Keluhan Utama
Benjolan hilang timbul di
selakangan kiri sejak 3 bulan
sebelum masuk rumah sakit.

Anamnesis :
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien sering mual dan muntah sejak 1


minggu SMRS dan tidak bisa kentut sejak
3 hari SMRS.
Nafsu makan juga berkurang dan sering
pusing. Keluhan nyeri perut dirasakan
pasien sejak menikah 1 tahun yang lalu
tetapi tidak pernah dihiraukan pasien.
Nyeri dirasakan bertambah saat pasien
haid.

Pasien mengatakan haidnya tidak


teratur setiap bulan sejak 1 tahun
SMRS. Pasien juga belum pernah
hamil. Riwayat pengobatan dalam
jangka waktu lama dan pemakaian
obat-obat herbal juga tidak ada. Dari
hasil test pack, didapatkan HCG (+).

Anamnesis :
Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit keluarga :

Habit :

tidak ada.
tidak ada habit khusus.

Riwayat Operasi Sebelumnya:

Tidak ada.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Berat Badan
: 45 kg
Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah : 110/80 mmHg


Frekuensi nadi : 98x/menit
Frekuensi nafas : 20x/menit
Suhu : 36,5 oC

Pemeriksaan Fisik

Kepala

Tidak ada deviasi septum nasi.

Mulut dan gigi geligi

Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Hidung :

Normocephali, wajah simetris, tidak ada benjolan, tidak ada


oedema pada wajah.

Mata :

buka mulut > 3 jari, gigi goyang (-), gigi palsu (-)

Leher :

Tidak pendek, tidak teraba masa atau pembesaran,


Mallampati 1, leher bebas, jarak tiromental > 7cm .

Pemeriksaan Fisik : Thorax

Inspeksi

Bentuk dada normal, simetris pada keadaan statis dan dinamis, tidak
tampak pelebaran sela iga.

Palpasi :

Tidak teraba retraksi sela iga, pergerakan dinding dada simetris pada
saat keadaan statis dan dinamis, vokal fremitus kanan dan kiri simetris
dan tidak mengeras, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa pada
dada.

Perkusi :

Sonor pada seluruh lapang paru.

Auskultasi :

Suara nafas vesikuler, whezing -/-, ronkhi -/-

Pemeriksaan Fisik :
Abdomen

Inspeksi :

Bentuk abdomen datar, tidak membuncit

Palpasi :

ada nyeri tekan, tidak teraba massa pada abdomen, hati,


limpa, dan ginjal tidak teraba membesar.

Perkusi :

Timpani pada seluruh abdomen, shifting dullnes ()

Auskultasi

Bising usus (+) normal

Pemeriksaan Fisik :
Ekstremitas

Ekstremitas Atas

Otot

Normotonus,
massa normal
kaku

Gerakan

massa

normal

Sendi :
Tidak

kaku

Gerakan

Aktif

Kekuatan :
+5/+5

Otot

Normotonus,

Aktif

Ekstremitas Bawah

Sendi :
Tidak

Kekuatan :
+5/+5

Palpasi:

Tidak ada kelainan

Pemeriksaan Laboratorium
Nama Test

Hasil

Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
BT
CT

8,9
28,4
4,55
4450
231000
2
11

Status Fisik

ASA 1

Pasien normal, sehat fisik dan mental.

Advis pre- operatif :

Puasa 6-8 jam pre-operasi

Diagnosis Kerja
Kehamilan Ektopik Terganggu
Dasar Diagnosis Kerja:
Anamnesis:
Haid tidak teratur
Nyeri perut sejak 2 minggu SMRS
Sering mual dan muntah

Pemeriksaan fisik dan Lab:


Adanya nyeri tekan pada abdomen
Pada pemeriksaan urine, didapatkan HCG (+)

Rencana Tindakan Bedah

Laparatomi

Rencana Tindakan Anestesi : Pre-op


Anamnesis:
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat-obatan dan makanan.
Pasien tidak pernah mendapat anestesi sebelumnya dan riwayat operasi (-)
Pasien mulai puasa 4-6 jam sebelum rencana operasi.

Pemeriksaan Fisik:
Airway paten, nafas spontan, ronki (-), wheezing (-)
Mallampati 1, leher bebas, jarak tiromental > 7cm, Buka mulut > 3 jari, Gigi
goyang (-), gigi palsu (-)

Tanda-tanda vital:
Tekanan darah
: 92/61 mmHg
Frekuensi nadi
: 110x/menit
Frekuensi nafas
: 36x/menit
Suhu
: 36,5 oC

Berat badan: 16 kg

Tanda-tanda vital:

Tekanan darah : 110/80 mmHg


Frekuensi nadi : 98x/menit
Frekuensi nafas : 20x/menit
Suhu : 36,5 oC

Berat badan : 45 kg

Rencana Tindakan Operasi

Teknik Anestesi :

Regional Anesthesia

Lama Anestesi : 13.45Lama Operasi : 13.55 14.35

Pelaksaanaan : pre-op

Alat disiapkan dan pasien dengan posisi duduk


dengan punggung fleksi maksimal, memastikan
kondisi pasien stabil dengan tanda-tanda vital
dalam batas normal.
Berikan antisepsis kulit daerah punggung
pasien
Dengan memakai sarung tangan steril pungsi
lumbal, dilakukan penyuntikan jarum lumbal
no.22 pada bidang median dengan arah 10-30
derajat terhadap bidang horisontal kearah
kranial pada lumbal (L) 3-4 atau 4-5.

Pelaksanaan : pre-op

Tusukan introducer sedalam kira-kira 2cm agak


sedikit ke arah sefal, kemudian dimasukkan
jarum spinal berikut mandrinnya ke lubang
tersebut. Struktur yang dilalui oleh jarum spinal
sebelum mencapai CSF, diantaranya kulit, lemak
sukutan, ligamentum interspinosa, ligamentum
flavum, ruang epidural, dura, ruang
subarachnoid. Setelah resistensi menghilang,
mandrin jarum spinal dicabut dan keluar likuor.
Pasang spuit yang berisi campuran obat
Bunascan 15mg dan Fentanyl 25mcg.
Masukkan obat perlahan-lahan diselingi aspirasi
sedikit.

Jalur intravena buat di kanan pasien dan


dialirkan cairan Ring Asetat
Kemudian pasien diposisikan supine.
Suntikkan propofol 20 mg pada pasien
ini
Setelah diyakini anestesi berhasil dan
aman untuk dilakukan operasi, operasi
dimulai.

Pelaksanaan : Intra Operasi

Tanda-tanda vital dimonitor termasuk


tekanan darah, frekuensi pernapasan, nadi
dan saturasi oksigen selama operasi.

Obat ondansentron 4mg dimasukkan melalui


intravena ketika operasi hampir selesai.
Masukkan juga obat Ketorolac 30mg
Pendarahan 300 mL
Setelah operasi selesai, cabut alat-alat monitor
dan selang oksigen, pasien dibawa ke ruang PACU.

Pelaksanaan : Post-op
Keluhan pasien:
pasien sadar penuh dengan Glasgow Coma Scale (GCS) :15

Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum
Respirasi
:
batuk)
Sirkulasi
:
Warna kulit
:
Aktivitas
:

: compos mentis, baik


2 (sanggup diminta bernafas dalam dan
2 (tekanan darah naik/ turun berkisar 20%)
2 (merah muda, cappilari refill < 3 detik)
2 (4 anggota tubuh bergerak aktif/ diperintah)

Tekanan darah 90/60 mmHg, CRT < 3 detik


BAK spontan (-)

Pelaksanaan : Post Op
Terapi pasca bedah:
Keluhan pasien: pasien sadar penuh dengan
Glasgow Coma Scale (GCS) :15
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum
: compos mentis, baik
Respirasi: 2 (sanggup diminta bernafas dalam dan
batuk)
Sirkulasi : 2 (tekanan darah naik/ turun berkisar 20%)
Warna kulit : 2 (merah muda, cappilari refill < 3 detik)
Aktivitas : 1 (2 anggota tubuh bergerak aktif/
diperintah)

Tekanan darah 120/70 mmHg, CRT < 3


detik
Terapi pasca bedah:
Infus RL 20 tetes/mnt
Fentanyl 200mcg drip dalam 500mg
Ringer Asetat
Antiemetik : Injeksi ondansentron 4 mg
jika mual
Terapi lain sesuai DPJP

Tinjauan Pustaka

Tujuan Anestesia

Hipnotik/
sedasi

Analgesi
a

Muscle
relaxant

Faktor mempengaruhi
anestesi

Faktor
respirasi

Faktor
sirkulasi

Faktor
jaringan

Faktor
zat
anestesi

Persiapan Anestesi
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan lab
Klasifikasi status fisik

Regional anestesi terbagi atas spinal


anestesi, epidural anestesi dan blok
perifer. Spinal & anestesi epidural ini
telah secara luas digunakan di ortopedi,
obstetri dan anggota tubuh bagian
bawah operasi abdomen bagian bawah.
Spinal anestesi, diperkenalkan oleh Bier
Agustus 1898, adalah teknik regional
pertama utama dalam praktek klinis.

CARA PEMBERIAN ANESTESI REGIONAL

1. Infiltrasi Lokal: Penyuntikan larutan


analgetik local langsung diarahkan sekitar
tempat lesi luka atau insisi
2. Blok lapangan(field block): Infiltrasi sekitar
lapangan operasi(untuk extirpasi tumor kecil)
3. Blok saraf (nerve blok): Penyuntikan obat
analgetik local langsung ke saraf utama atau
pleksus saraf; dibagi menjadi blok sentral yaitu
meliputi blok spinal,epidural,kaudal dan blok
perifer meliputi blok pleksus brakialis, aksiler.

4. Analgesia permukaan: Obat


analgetika local dioles atau disemprot di
atas selaput mukosa seperti
hidung,mata,faring.
5. Analgesia regional intra vena:
Penyuntikan larutan analgetik intra vena.
Ekstremitas dieksainguinasi dan diisolasi
bagian proximalnya dengan turniket
pneumatic dari sirkulasi sistemik.

Spinal anestesi atau Subarachniod Blok


(SAB) adalah salah satu teknik anestesi
regional yang dilakukan dengan cara
menyuntikkan obat anestesi lokal ke
dalam
ruang
subarachnoid
untuk
mendapatkan
analgesi
setinggi
dermatom tertentu dan relaksasi otot
rangka.

Indikasi Spinal Anestesi


a. Operasi ektrimitas bawah, meliputi
jaringan lemak, pembuluh darah dan tulang.
b. Operasi daerah perineum termasuk anal,
rectum bawah dan dindingnya atau
pembedahan saluran kemih.
c. Operasi abdomen bagian bawah dan
dindingnya atau operasi peritoneal.
d. Operasi obstetrik vaginal dan sectio
caesaria

Kontra indikasi Spinal Anestesi


a. Absolut
1) Pasien menolak
2) Infeksi tempat suntikan
3) Hipovolemik berat, syok
4) Gangguan pembekuan darah,
mendapat terapi antikoagulan
5) Tekanan intracranial yang meninggi

6) Hipotensi, blok simpatik menghilangkan mekanisme


kompensasi
7) Fasilitas resusitasi minimal atau tidak memadai
b. Relatif (latief, 2001)
1) Infeksi sistemik (sepsis atau bakterimia)
2) Kelainan neurologis
3) Kelainan psikis
4) Pembedahan dengan waktu lama
5) Penyakit jantung
6) Nyeri punggung
7) Anak-anak karena kurang kooperatif dan takut rasa
baal

Pasca Anastesia : Aldrettes


Score
Hal yang dinilai

Nilai

Kesadaran:
Sadar penuh

Bangun bila dipanggil

Tidak ada respon

Respirasi:
Dapat melakukan nafas dalam, bebas, dan dapat batuk

Sesak nafas, nafas dangkal atau ada hambatan

Apnoe

Sirkulasi: perbedaan dengan tekanan preanestesi


Perbedaan +- 20

Perbedaan +- 50

Perbedaan lebih dari 50

Aktivitas: dapat menggerakkan ekstremitas atas perintah:


4 ekstremitas

2 ekstremitas

Tidak dapat

1. Warna kulit
Normal

Pucat, gelap, kuning atau berbintik-bintik

Cyanotic

Anda mungkin juga menyukai