Anda di halaman 1dari 18

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Refrat
Neurodermatitis Sirkumskripta

Oleh:
Andre Saputra, S. Ked
(04061001042)

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik senior di Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Palembang Periode 14 Februari 2011 - 14 Maret 2011.

Palemban
g,

Maret 2011

Pembimbing,

dr. Fitriani, SpKK

Neurodermatitis Sirkumskripta
Andre Saputra, S.Ked
Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
RSUP Dr. Mochammad Hoesin Palembang
2011

I.

PENDAHULUAN
Neurodermatitis Sirkumskripta atau juga dikenal sebagai Liken Simpleks
Kronikus adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, dan khas ditandai dengan
likenifikasi. Keluhan dan gejala dapat mucul dalam waktu hitungan minggu sampai
bertahun-tahun. Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal dan
seringkali bersifat paroxismal. 1,2,3
Lesi kulit yang mengalami likenifikasi umumnya akan dirasakan sangat
nyaman bila digaruk sehingga terkadang pasien secara refleks menggaruk dan
menjadi kebiasaan yang tidak disadari. Pada stadium awal kelainan kulit yang
terjadi dapat berupa eritem dan edema atau kelompok papul, selanjutnya karena
garukan berulang, bagian tengah menebal, kering dan berskuama serta pinggirnya
hiperpigmentasi. 2,3
Etiopatogenesis dari neurodermatitis sirkumskripta belum diketahui, diduga
pruritus memainkan peranan karena pruritus berasal dari pelepasan mediator atau
aktivitas enzim proteolitik. Disebutkan juga bahwa garukan dan gosokan mungkin
respon terhadap stres emosional.1
Belum ada penelitian terbaru mengenai insiden Neurodermatitis
Sirkumskripta, terakhir dilakukan oleh Julius L. Danto dkk. Pada 3700 kasus
penyakit kulit, didapatkan angka kejadian neurodermatitis sirkumskripta sebesar
14,6% pada masyarakat china.7 Terbilang cukup besar dan mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan masyarakat. Sehingga peningkatan dan pengembangan pengetahuan mengenai
etiopatogenesis serta penelitian mengenai metode penatalaksanaan neurodermatitis
sirkumskripta menjadi sangat urgensi.
Pada referat ini akan dibahas mengenai gejala klinis, pemeriksaan, diagnosis
dan penatalaksanaan neurodermatitis sirkumskripta. Dengan demikian diharapkan
referat ini dapat membantu para dokter dan mahasiswa kedokteran mendapatkan
informasi mengenai neurodermatitis sirkumskripta dan dijadikan bahan
pembelajaran selanjutnya.

II.

PEMBAHASAN
A. Defenisi
Neurodermatitis Sirkumskripta atau juga dikenal sebagai Liken
Simpleks Kronikus adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, dan khas
ditandai dengan likenifikasi. Likenifikasi merupakan pola yang terbentuk dari
respon kutaneus akibat garukan dan gosokan yang berulang dalam waktu
yang cukup lama. Likenifikasi timbul secara sekunder dan secara histologi
memiliki karakteristik berupa akantosis dan hiperkeratosis, dan secara klinis
tampak berupa penebalan kulit, dengan peningkatan garis permukaan kulit
pada daerah yang terkena sehingga tampak serperti kulit batang kayu. 1,2,3

Gambar 1. Gambaran Likenifikasi pada Neurodermatitis Sirkumskripta2


B. Epidemiologi
Neurodermatitis Sirkumskripta berlangsung secara kronis dan secara
epidemiologi lebih banyak menyerang kelompok dewasa yang berusia
antara 30-50 tahun. Namun pasien yang memiliki riwayat dermatitis atopik
dapat menderita neurodermatitis sirkumskripta pada onset usia yang lebih
muda, yaitu rata-rata 19 tahun. Selain itu, neurodermatitis sirkumskripta
terjadi lebih sering pada wanita dibanding laki-laki dengan insidensi lebih
banyak pada kelompok ras Asia dan kelompok ras asli Amerika.2,3
C. Etiopatogenesis

Etiologi pasti neurodermatitis sirkumskripta belum diketahui, namun


diduga pruritus memainkan peranan karena pruritus berasal dari pelepasan
mediator atau aktivitas enzim proteolitik. Disebutkan juga bahwa garukan
dan gosokan mungkin respon terhadap stres emosional. Selain itu, faktorfaktor yang dapat menyebabkan neurodermatitis seperti pada perokok pasif,
dapat juga dari makanan, alergen seperti debu, rambut, makanan, bahanbahan pakaian yang dapat mengiritasi kulit, infeksi dan keadaan
berkeringat.2,3
Keadaan ini menimbulkan iritasi kulit dan sensasi gatal sehingga
penderita sering menggaruknya. Sebagai akibat dari iritasi menahun akan
terjadi penebalan kulit. Kulit yang menebal ini menimbulkan rasa gatal
sehingga merangsang penggarukan yang akan semakin mempertebal kulit.3,4
Liken simpleks kronis ditemukan pada regio yang mudah dijangkau
tangan untuk menggaruk. Sensasi gatal memicu keinginan untuk menggaruk
atau menggosok yang dapat mengakibatkan lesi yang bernilai klinis, namun
patofisiologi yang mendasarinya masih belum diketahui.2,3 Hipotesis
mengenai pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang mendasari,
misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin,
hipertiroidia, penyakit kulit seperti dermatitis atopik, gigitan serangga, dan
aspek psikologik dengan tekanan emosi.6
Beberapa jenis kulit lebih rentan mengalami likenefikasi, contohnya
kulit yang cenderung ekzematosa seperti dermatitis atopi dan diathesis
atopi. Terdapat hubungan antara jaringan saraf perifer dan sentral dengan
sel-sel inflamasi dan produknya dalam persepsi gatal dan perubahan yang
terjadi pada liken simpleks kronis. Hubungan ini terutama dalam hal lesi
primer, faktor fisik, dan intensitas gatal.2,3,4
Pada sebuah studi mengenai liken simpleks kronis dengan
menggunakan P-phenylenediamine (PPD) yang terkandung dalam pewarna
rambut menunjukkan bahwa terjadi perbaikan bermakna secara klinis gejala
liken simpleks kronis setelah penghentian pajanan PPD; hal ini
4

menunjukkan bahwa dasar liken simpleks kronis adalah peran sensitisasi


dan dermatitis kontak.8
D. Histopatologi
Perubahan
histopatologi

likenifikasi

pada

neurodermatitis

sirkumskripta bervariasi tergantung dari lokasi dan durasinya. Paling sering


ditemukan akantosis dan hiperkeratosis dengan berbagai tingkatan. Rete
ridges tampak memanjang dengan semua komponen epidermis mengalami
hiperplasia. Dermis bagian papil dan sub-epidermal mengalami fibrosis dan
terdapat pula serbukan infiltrat radang kronis dan limfa histiosit di sekitar
pembuluh darah. Pada lesi yang sudah sangat kronis, khususnya pada
likenifikasi yang gigantik (sangat besar), akantosis dan hiperkeratosis dapat
dilihat secara gross, dan rete ridges tampak ireguler namun tetap
memanjang dan melebar.2,3

Hiperkeratosis
Penebalan Epidermis dengan rete ridges ireguler dan memanjang
Fibrosis vertikal dan kolagen pada papila dermis
Gambar 2. Perubahan histopatologi pada likenifikasi Neurodermatitis
Sirkumskripta.6,8
E. Manifestasi Klinis
Keluhan dan gejala dapat mucul dalam waktu hitungan minggu
sampai bertahun-tahun. Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa
5

gatal dan seringkali bersifar paroxismal. Lesi kulit yang mengalami


likenifikasi umumnya akan dirasakan sangat nyaman bila digaruk sehingga
terkadang pasien secara refleks menggaruk dan menjadi kebiasaan yang
tidak disadari. 4,6,8
Area predileksi neurodermatitis sirkumskripta antara lain berada di
tengkuk, occiput (liken Simpleks Nuchea), sisi leher, tungkai bawah,
pergelangan kaki dan punggung kaki, skalp, paha bagian medial, lengan
bagian ekstensor, skrotum dan vulva, juga diatas alis atau kelopak mata dan
periauricle.6

Gambar 3. Daerah predileksi Neurodermatitis Sirkumskripta4

Pada stadium awal kelainan kulit yang terjadi dapat berupa eritem dan
edema atau kelompok papul, selanjutnya karena garukan berulang, bagian
tengah menebal, kering dan berskuama serta pinggirnya hiperpigmentasi.
6

Ukuran lesi lentikular sampai plakat, bentuk umum lonjong atau tidak
beraturan. Kemudian lesi juga dapat berupa plak solid dengan likenifikasi,
seringkali disertai papul kecil di tepi lesi, dan berskuama tipis. Kulit yang
mengalami likenifikasi teraba menebal, dengan garis-garis kulit yang tegas
dan meninggi, serta dapat pula disertai eskoriasis. Warna lesi biasanya
merah tua, kemudian menjadi coklat atau hiperpigmentasi hitam. Distribusi
lesi biasanya tunggal.4,5
Khusus pada pasien dengan etnis kulit hitam, likenifikassi dapat
diasumsikan dengan tipe pola yang khusus, tidak ada plak solid, namun
likenifikasinya terdiri atas papul-papul likenifikasi kecil dengan variasi
ukuran 2 s.d 3mm.2
Berikut ini adalah berbagai gambaran lesi pada neurodermatitis
sirkumskripta.

Gambar 4. Seorang wanita berusia 29 tahun, pada regio dorsum pedis


dextra, tampak plak hiperpigmentasi, soliter, bentuk oval, ukuran 4 x 6 cm,
batas tegas, ireguler, permukaan likenifikai, bagian sentral tampak eritem,
sebagian erosi multipel, tepi permukaan ditutupi skuama sedang selapis
warna putih. (foto koleksi Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, FK
UNSRI)

Gambar 5. Neurodermatitis Sirkumskripta di daerah perinealis2

Gambar 6. Neurodermatitis Sirkumskripta di area skrotum pada


seorang laki-laki kulit hitam2
F. Diagnosis
Diagnosis morfologi dari likenifikasi biasanya tidak sulit, liken
planus, liken amiloides, dan psoriasis harus disingkirkan, dan lesi tipikal
harus tampak pada sisi yang lain. Jika diagnosis likenifikasi telah
ditegakkan, penyebab yang mendasarinya harus dianalisa secara hati-hati.
Lesi yang tersebar simetris dapat menandakan adanya likeniffikasi sekunder
dari dermatitis kontak.
1. Diagnosis Banding
Penyakit-penyakit yang perlu diperhatikan sebagai diagnosis
banding neurodermatitis sirkumskripta adalah penyakit lain yang
memiliki gejala pruritus, seperti dermatitis kontak iritan, Dermatitis
Kontak Alergi, dermatitis atopi, liken planus, liken amiloidosis,
psoriasis2,3,4
Tabel 1. Diagnosis Banding Neurodermatitis Sirkumskripta 2
Paling menyerupai
Likenifikasi atopik eczema, Dermatitis Kontak Alergi,
Dermatitis Kontak iritan
Likenifikasi Psoriasis
Hipertropik Liken Planus
9

Dipertimbangkan
Genital: Extramammary Paget disease
Dapat selalu disingkirkan
Vulva, perianal: Liken Sklerosus, HPV, Tinea Kruris
Skrotum: HPV, Tinea Kruris

a. Dermatitis Kontak Iritan1


Gejala klinis muncul pada pajanan(exposure)

pertama.
Lesi timbul cepat, beberapa menit sampai dengan

beberapa jam
Fenomena

decresendo

yaitu

reaksi

puncak

peradangan terjadi dengan cepat, kemudian cepat mereda)


Morfologi lesi fase akut : eritema, edema, vesikel,

bulla, pustula, sampai dengan nekrosis dan ulkus. Fase


subakut dan kronik: hiperkeratosis, fisura, lesi berbatas
tegas(sirkumskripta) pada area pajanan.
Keluhan atau gejala : rasa nyeri dan terbakar.

b. Dermatitis Kontak Alergika1,2


Penderita umunya mengeluh gatal pada area yang terpajan/kontak dengan
sensitizer/alergen.
Pada tipe akut

dimulai

dari

bercak

eritematosa

yang

berbatas

tegas(sirkumskripta), kemudian diikuti oleh edema, papulovesikel, vesikel, atau


bula. Vesikel atau bula yang pecah dapat pecah kemudian menimbulkan erosi dan
eksudasi(basah). DKA di tempat tertentu misalnya kelopak mata, penis, skrotum,
gejala eritema dan edema lebih dominan daripada vesikel.
Pada tipe kronik : kulit terlihat kering, berskuama (bersisik), papul, likenifikasi,
mungkin juga fisur, dan berbatas tidak tegas.
DKA dapat meluas dengan cara autosensitisasi. Skalp(kulit kepala), telapak
tangan, dan telapak kaki relatif resisten terhadap DKA(karena lapisan epidermis
yang tebal)

10

c. Dermatitis Atopik1,4
Keluhan gatal dan terdapat likenifikasi. Lokasi Dermatitis
Atopik di lipat siku dan lipat lutut (fleksor), sedangkan pada
Liken Simpleks Kronis di siku dan punggung kaki (Ekstensor),
ada pula yang di tengkuk. Dermatitis Atopik biasanya sembuh
dalam usia 2 tahun sedangkan Neurodermatitis Sirkumskripta
dapat berlanjut sampai tua

d. Liken Planus1,2,3
Liken planus ditandai dengan timbulnya papul-papul yang
berwarna merah-biru, berskuama, dan berbentuk siku-siku.
Biasanya lesi ini timbul di ekstremitas sisi fleksor, selaput lendir,
dan alat kelamin. Pasien biasanya merasa sangat gatal, dan gejala
ini bisa menetap hingga waktu 1-2 tahun. Selain itu, terdapat pula
lesi patognomonik di mukosa, yaitu papul polygonal, datar dan
berkilat, serta kadang ditemukan delle.1
Liken planus memiliki lima bentuk morfologi: hipertrofik,
folikular, vesikular dan bulosa, erosif dan ulseratif, serta atrofi.
Liken planus bentuk hipertrofilah yang harus dibedakan dengan
neurodermatitis. Bentuk ini meliputi plak yang verukosa
berwarna merah-coklat atau ungu, serta terletak pada daerah
tulang kering.
Diagnosis
pemeriksaan

liken

planus

histopatologi,

yang
di

khas

mana

dibantu

papul

dengan

menunjukkan

penebalan lapisan granuloma, degenerasi mencair membran


basalis dan sel basal. Dapat pula ditemukan infiltrat seperti pita
yang terdiri atas limfosit dan histiosit pada dermis bagian atas.
11

Liken planus diobati dengan kortikosteroid topical dan


sistemik. Umumnya pengobatan ini kurang memuaskan, hingga
jika perlu dapat diberikan suntikan setempat atau bebat oklusif.
Selain itu dapat juga ditambahkan krim asam vitamin A 0,05%.

e. Psoriasis1,2
Psoriasis

adalah

penyakit

yang

penyebabnya

adalah

autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya


bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar,
berlapis dan transparan. Pada psoriasis terdapat tanda khas
fenomena tetesan lilin dan Auspitz, serta tanda tak khas yaitu
fenomena Kobner.
Selain faktor genetik dan faktor imunologik, terdapat
berbagai faktor pencetus psoriasis, di antaranya adalah stress
psikis, infeksi fokal, trauma, endokrin, dan juga alkohol ataupun
merokok.
Pasien psoriasis umumnya mengeluh gatal ringan pada kulit
kepala, perbatasan rambut dengan muka, ekstremitas bagian
ekstenosr terutama siku dan lutut, dan daerah lumbosakral.
Kelainan kulit terdiri atas bercak eritema yang meninggi dengan
skuama di atasnya. Eritema berbentuk sirkumskrip dan merata,
tetapi kemerahan di tengahnya dapat menghilang pada stadium
penyembuhan. Skuama pada psoriasis sangat khas, yaitu berlapislapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta transparan.
Dua fenomena khas pada psoriasis adalah fenomena tetesan
lilin dan Auspitz. Fenomena tetesan lilin adalah skuama yang
berubah warnanya menjadi putih pada foresan, seperti lilin yang
digores. Pada fenomena Auspitz, setelah skuama habis dikerok

12

dilakukan pengerokan perlahan hingga tampak serum atau darah


berbintik

yang

disebabkan

oleh

papilomatosis.

Untuk

menegakkan diagnosis psoriasis, perlu dinilai gambaran klinisnya


yang khas. Jika gambaran klinis tersebut sudah sesuai dengan
yang tersebut di atas, maka tidak sulit membuat diagnosis
psoriasis.

2. Pemerikasaan Penunjang2
Kebutuhan untuk dilakukannya pemeriksaan tambahan sangat
bergantung pada kondisi masing-masing pasien berdasarkan riwayat
perjalanan penyakitnya, penyakit penyerta, dan komplikasi yang
mungkin berkaitan. Misalnya pemeriksaan darah rutin, urin rutin, dan
pemeriksaan fungsi-fungsi organ viseral. Pemeriksaan rontgen dada
mungkin dapat dibutuhkan pada beberapa kasus yang memberikan
indikasi untuk dilakukan pemeriksaan.
Namun pemeriksaan yang paling bermakna pada dermatitis
sirkumskripta adalah pemeriksaan dermatopathology. Pemeriksaan ini
dapat memberikan gambaran yang bervariasi mengenai derajat
hiperkeratosis dengan paraorthokeratosis dan orthokeratosis, serta
psoriasiform epidermal hiperplasia. Biopsi mungkin dapat bermanfaat
dalam

menemukan

gangguan

pruritus

primer

yang

telah

menyebabkan timbulnya likenifikasi sekunder yang terjadi, seperti


psoriasis.
G. Tatalaksana2,3,9,10
Terapi Neurodermatitis Sirkumskripta bertujuan untuk memutus itchscratch cycle, karena pada dasarnya tindakan menggaruk lesi yang terasa
gatal justru akan memperberat lesi, dan memperberat gatal yang dirasakan.
Penyebab sistemik dari gatal harus diidentifikasi.
Hal ini lah yang menyebabkan penatalaksanaan

Dermatitis

Sirkumskripta menjadi sangat sulit. Harus dijelaskan berkali-kali untuk


tidak menggaruk atau menggosok lesi nya.
Kortikosteroid

13

Kortikosteroid Topikal, sampai saat ini masih merupakan pilihan


pengobatan. Pemberiannya akan lebih efektif jika diaplikasikan kemudian
dibalut dengan perban oklusif kering. Yang menjadi pilihan adalah
kortikosteroid dengan potensi tinggi seperti Clobetassol Propionat,
Diflorasone Diasetat, atau bethamethason dipropionat
Pemberian kortikosteroid berupa Triamcinolone secara Intralesi,
biasanya sangat efektif (3mg/ml). Namun harus sangat diperhatikan karena
pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan atrophy.
Preparat Tar
Kombinasi 5% crude coal tar dalam pasta zinc oxide ditambah
kortikosteroid kelas II kemudian dibalut dengan perban oklusif kering, akan
efektif jika diaplikasikan pada daerah-daerah yang optimal misalnya lengan,
dan kaki.
Perban Oklusif
Preparat kortikosteroid biasanya diberikan pertama, kemudian diikuti
dengan perban oklusif. Jika diberikan perban oklusif saja (tanpa
kortikosteroid), juga dapat bermanfaat untuk mencegah pasien menggaruk
lesinya dan merupakan tindakan yang efektif mengingat kebiasan
menggaruk pada pasien neurodermatitis sirkumskripta adalah tindakan
reflex dan kebiasaan yang tidak disadari.
Antihistamin
Pemberian topikal, Salep Doxepin 5%, krim capsaicin, atau salep
tacrolimus dapat bersifat efektif dan signifikan pada beberapa pasien dan
dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan. Namun penggunaan
antihistamin topikal ini dapat menyebabkan efek samping ringan berupa
sensasi pusing.
Pemberian antihistamin oral secara luas digunakan untuk mengurangi
keluhan pruritus namun peran dan keuntungannya dalam mengatasi pruritus
lokal sangat rendah.
H. Prognosis
Neurodermatitis sirkumskripta dapat menjadi lesi yang persisten dan
bersifat berulang. Eksaserbasi dapat terjadi bila dipicu adanya respon
terhadap stres emosional.

14

III.

Ringkasan
Neurodermatitis Sirkumskripta juga dikenal sebagai Liken Simpleks

Kronikus adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, dan khas ditandai dengan
likenifikasi. Likenifikasi timbul secara sekunder dan secara histologi memiliki
karakteristik berupa akantosis dan hiperkeratosis, dan secara klinis tampak berupa
penebalan kulit, dengan peningkatan garis permukaan kulit pada daerah yang
terkena sehingga tampak serperti kulit batang kayu. secara kronis dan secara
epidemiologi lebih banyak menyerang kelompok dewasa yang berusia antara 3050 tahun. Penyebab pastinya belum diketahui, diduga pruritus memainkan
peranan karena pruritus berasal dari pelepasan mediator atau aktivitas enzim
proteolitik.
Keluhan dan gejala dapat mucul dalam waktu hitungan minggu sampai
bertahun-tahun. Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal dan
seringkali bersifar paroxismal. Area predileksi neurodermatitis sirkumskripta
antara lain berada di tengkuk, occiput (liken Simpleks Nuchea), sisi leher, tungkai
bawah, pergelangan kaki dan punggung kaki, skalp, paha bagian medial, lengan
bagian ekstensor, skrotum dan vulva, juga diatas alis atau kelopak mata dan
periauricle.
Diagnosis neurodermatitis sirkumskripta dinilai dari riwayat perjalanan
penyakit

dan

morfologi

likenifikasi.

Diagnosis

banding

yang

perlu

dipertimbangkan adalah penyakit lain yang memiliki gejala pruritus, seperti dermatitis
kontak iritan, Dermatitis Kontak Alergi, dermatitis atopi, liken planus, liken amiloidosis,
psoriasis.
Pemeriksaan yang paling bermakna pada dermatitis sirkumskripta adalah
pemeriksaan dermatopathology. Pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran
yang bervariasi mengenai derajat hiperkeratosis dengan paraorthokeratosis dan
orthokeratosis, serta psoriasiform epidermal hiperplasia
Terapi Neurodermatitis Sirkumskripta bertujuan untuk memutus itchscratch cycle, karena pada dasarnya tindakan menggaruk lesi yang terasa gatal
justru akan memperberat lesi, dan memperberat gatal yang dirasakan. Penyebab
sistemik dari gatal harus diidentifikasi.

15

Kortikosteroid Topikal, sampai saat ini masih merupakan pilihan


pengobatan. Pemberiannya akan lebih efektif jika diaplikasikan kemudian dibalut
dengan perban oklusif kering. Dipilih kortikosteroid dengan potensi tinggi seperti
Clobetassol Propionat, Diflorasone Diasetat, atau bethamethason dipropionat.
Pemberian kortikosteroid berupa Triamcinolone secara Intralesi, biasanya
sangat efektif (3mg/ml). Pemberian antihistamin topikal, seperti salep Doxepin
5%, krim capsaicin, atau salep tacrolimus dapat bersifat efektif dan signifikan
pada beberapa pasien dan dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan. Namun
penggunaan antihistamin topikal ini dapat menyebabkan sensasi pusing.
Pemberian antihistamin oral secara luas digunakan untuk mengurangi keluhan
pruritus namun peran dan keuntungannya dalam mengatasi pruritus lokal sangat
rendah.
Neurodermatitis sirkumskripta dapat menjadi lesi yang persisten dan
bersifat berulang. Eksaserbasi dapat terjadi bila dipicu adanya respon terhadap
stress emosional.

IV.

Daftar Pustaka

1. Sularsito SA, Djuanda Suria. Neurodermatitis sirkumskripta. Dalam


Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
2006:147-148
2. Susan Burgin, MD. Numular Eczema and Lichen Simplex
Chronic/Prurigo Nodularis. Dalam: Fitzpatrick TB, Eizen AZ, Woff K,
Freedberg IM, Auten KF, penyunting: Dermatology in general
medicine, 7th ed, New York: Mc Graw Hill. 2008: 158-162.
3. Odom RB, James WD, Berger TG. Atopic dermatitis, eczema, and
noninfectious immunodeficiency disorders. Dalam: Andrews Diseases
of The Skin: Clinical Dermatology. 9th ed. Philadelphia: WB
Saunders: 2000: 69-94.
4. C.A. Holden & J. Berth-Jones. Lichen Simplex Chronic. Dalam:
Rooks Text Book of Dermatology. Blackwell Publishing. 2004:17.4117.43.

16

5. Gulsum Gencoglan et al. Therapeutic Hotline: Treatment of prurigo


nodularis and lichen simplex chronicus with gabapentin. Dermatologic
Therapy Volume 23, Issue 2, March/April 2010:194198 .
6. Hogan D J, Mason S H. Lichen Simplex Chronicus. Diakses dari
www.emedicine.com 24 Februari 2011 pukul 16.47 WIB.
7. Dalton, L Julius. Incidence Of Lichen Simplex Chronicus In Orientals
And Caucasians. Canad. M. A. J: Dec. 15, 1956, vol. 75.
8. Rajalakshmi R, Thappa DM, Jaisankar TJ, et al. Lichen simplex
chronicus of anogenital region: A clinico-etiological study. Indian J
Dermatol Venereol Leprol 2011 Jan-Feb; 77(1):28-36.
9. Stewart KM. Clinical care of vulvar pruritus, with emphasis on one
common cause, lichen simplex chronicus. Dermatol Clin 2010 Oct;
28(4):669-80.
10. Richards RN. Update on intralesional steroid: focus on dermatoses. J
Cutan Med Surg 2010 Jan-Feb; 14(1):19-23.
Referat

NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA

17

Oleh:
Andre Saputra, S.Ked

Pembimbing:
Dr. Fitriani, SpKK

BAGIAN/DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR.MOH HOESIN PALEMBANG/
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2011

18

Anda mungkin juga menyukai