Anda di halaman 1dari 2

Standart Ganda Media Mainstream

Diakuai atau tidak, penulisan dan penerbitan berita sangat dipengaruhi


subyektifitas penulis atau pemilik media. Seringkali sebuah media akan
menonjolkan berita yang sesuai dengan visi misi atau tujuan dari media
tersebut. Tentunya setiap media mempunyai tujuan masing-masing.
Satu peristiwa yang sama dapat disajikan dalam bentuk berita yang
berbeda. Bergantung pada sudut pandang seorang penulis (wartawan/reporter)
berita tersebut. Suatu peristiwa yang dianggap menarik akan dikupas secara
mendalam. Sedangkan peristiwa yang kurang menarik, biasa disajikan dengan
sederhana. Suatu media juga bisa memilih berita mana yang akan mereka muat.
Tentunya bergantung pada tujuan utama media tersebut. Suatu peristiwa kecil
bisa dibesar-besarkan. Begitu juga sebaliknya, berita besar bisa disamarkan.
Kasus Ustadz Arifin Ilham
Misalnya dalam kasus Ustadz Arifin Ilham. Beliau dituduh melecehkan Nabi
Muhammad SAW, hanya karena beliau dinilai salah menafsirkan sebuah ayat (QS
An-Nisa 129) : "Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara
isteri-isteri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu
janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu
biarkan yang lain terkatung-katung.." (An-Nisa': 129)
Menurut Ustadz Arifin Ilham (berdasarkan ayat diatas) Nabi Muhammad
SAW tidak bisa berbuat adil kepada isteri-isterinya (kecuali atas pertolongan
Allah), maka dari itu nabi senantiasa berdoa Ya Allah, hanya Engkau pemilik
keadilan. Inilah semampu hamba-Mu untuk berbuat adil.
Sedangkan menurut penafsiran yang lain, ayat diatas ditujukan untuk
semua kaum muslim laki-laki (jama). tidak semata-mata untuk Nabi Muhammad
SAW (mufrad). Hal ini dianggap melecehkan Nabi Muhammad. Dan dianggap
sebagai alasan Ustadz Arifin Ilham untuk melakukan poligami.
Hal ini terkesan dibesar-besarkan. Media-media asal mengutip berita
tersebut tanpa meneliti kebenaran berita tersebut. Berbeda dengan peristiwa
penyerangan yang dialami jamaah Ustadz Arifin Ilham.
Peristiwa ini seakan luput dari pemberitaan. Sampai-sampai Ustadz Arifin
Ilham menuliskan suatu tulisan di akun faceebooknya : ALLAHU AKBAR malam
kamis ini sekitar jam 11 00 kampung majlis Az Zikra yang berada disekitar
mesjid Az Zikra Sentul Bogor diiserbu segerombolan preman yang mengaku dari
faham syiah yg dipimpin oleh seorang yang mengaku habib Ibrahim. Menganiaya
menculik penegak Syariah Az Zikra, bang Faisal,.. Kamis (12/2/2015). Baru
setelah itu muncul pemberitaan di beberapa media.
Bad News is Good News
Dalam dunia jurnalistik ada paradigma klasik Bad News is Good News.
Berita buruk adalah kabar baik bagi para wartawan/reporter. Mereka lebih suka
memberitakan hal-hal buruk, daripada memberitakan hal-hal yang baik.
Paradigma ini yang masih digunakan sampai sekarang. Setiap hari kita
dengan mudah menemui berita kriminal dimana-mana. Perampokan, Pencurian,

Korupsi, tema-tema itulah yang sering menjadi headline. Tapi jarang sekali kita
menjumpai pemberitaan tentang suatu yang baik. Misalnya, suatu penemuan
baru atau suatu prestasi.
Kita sebagai umat muslim hendaknya berhati-hati dalam membaca atau
menerima berita. Hendaknya kita teliti lebih dahulu kebenaran berita tersebut.
Cari referensi yang lain. Baca dari sumber/sudut pandang yang lain. Jangan
langsung percaya pada berita yang belum jelas asalnya.
Allah SWT telah berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu". [Al Hujurat : 6]. (A
Ilham Habibi)

Anda mungkin juga menyukai