technical institution cannot present any additional data, the linkages was like
coordination and communication that is related in three aspects (executive,
legislative, and stakeholders). The main actors were the Regional Assembly of
Palembang and The Department of Highway Public Works and Water Resources
Management of Palembang. Based on the actors that involved can be conluded
that the regional regulation planning formulation can be categorized into elite
model.
The Regional Assembly of Palembang and The Department of Highway
Public Works and Water Resources Management of Palembang who formulated
regional regulation planning should observe the issue that is developed in the
society, open the public access widely, prepare supporting data accurately, and
implement all stages of the policy formulation.
Keywords : Public Policy, Policy Formulation, and Policy Building Up,
Controlling and Swamp Benefit.
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembentukan atau pembahasan suatu peraturan daerah secara bersama
oleh eksekutif dan legislatif menegaskan salah satu fungsi dari DPRD yaitu fungsi
legislasi atau pembentukan peraturan di tingkat daerah. Untuk melaksanakan
fungsi legislasi tersebut, DPRD provinsi/kota/kabupaten membentuk suatu aturan
atau tata tertib yang didalamnya mengatur pembahasan dan pengesahan rancangan
peraturan daerah. Untuk di Kota Palembang, pembahasan dan pengesahan
rancangan peraturan daerah didasarkan pada Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kota Palembang Nomor 1 Tahun 2010 tentang Peraturan Tata Tertib
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Palembang.
Penelitian ini difokuskan pada proses perumusan kebijakan yang mengatur
permasalahan rawa di Kota Palembang yaitu Rancangan Peraturan Daerah Kota
Palembang tentang Pembinaan, Pengendalian dan Pemanfaatan Rawa. Kebijakan
untuk mengatur permasalahan rawa di Kota Palembang memang sangat
diperlukan, mengingat berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah Kota
Palembang Tahun 1999-2009 sekitar 30% dari luas Kota Palembang yang
berjumlah 400,61 Km adalah berupa rawa yang terdiri atas rawa reklamasi dan
rawa perlindungan. Permasalahan rawa di Kota Palembang sebelumnya diatur
melalui Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 13 Tahun 2002 tentang
Pembinaan dan Retribusi Pengendalian Pemanfaatan Rawa dan kemudian direvisi
Pertama
2.
dengan 30 Desember
2011
b. 3 Januari sampai
dengan 7 Januari 2012
Pembahasan Masa Persidangan II,
Raperda
Tahun Kerja 2012 :
Tahap
a. 26 Mei sampai
Kedua
dengan 1 Juni 2012
b. 8 Juni sampai dengan
13 Juni 2012
Permasalahan
yang
akan
dibahas
dalam
penelitian
ini
adalah
dari
peneltian
ini
terkait
dengan
beberapa
hal
yaitu
2. LANDASAN TEORI
2.1. Administrasi Negara dan Kebijakan Publik
Istilah
administrasi
publik
dapat
diartikan
sebagai
administrasi
(Wilson
1978,
dalam
Thoha
2010:67).
Keban
(2008:11)
diperlukan
dalam
proses
kebijakan,
Riant
Nugroho
(2011:506)
3. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan fenomena permasalahan yang diteliti. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif.
3.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
wawancara yaitu melakukan tanya jawab langsung kepada informan, observasi
yaitu penelitian secara langsung ke unit analisis yang telah ditentukan yaitu
DPRD Kota Palembang dan Dinas PU Bina Marga dan PSDA Kota Palembang,
dokumentasi yaitu dengan jalan melihat dan mempelajari dokumen, peraturan,
laporan yang terkait dengan penelitian, dan studi pustaka yaitu pengambilan data
berupa referensi yang didapat dari buku-buku, dan peraturan perundang-undangan
untuk dikumpulkan sebagai landasan teori.
3.3. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, menurut Miles
dan Huberman (dalam Sugiyono, 2008:338) dalam penelitian kualitatif langkahlangkah analisis data terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulan dan verifikasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Proses Perumusan Rancangan Peraturan Daerah Kota Palembang
tentang Pembinaan, Pengendalian dan Pemanfaatan Rawa
4.1.1. Tahapan Isu Kebijakan
Isu
utama
yang
mendasari
pembentukan
raperda
ini
adalah
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Tabel 3
Komposisi Tim Perumus Kebijakan
Nama
Jabatan
Ir. Kira Tarigan, S.T.
Ir. H. Winarman
7.
8.
6.
2.
BAPPEDA
3.
BLH
tersebut
diagendakan
oleh
Badan
Musyawarah
untuk
disampaikan pada Paripurna ke-25 Masa Persidangan III Tahun Kerja 2011
tanggal 13 Desember 2011. Untuk menindaklanjuti penyampaian raperda tersebut
dibentuk Panitia Khusus XVI yang memiliki tugas untuk melakukan pembahasan
raperda. Adapun susunan anggota Pansus XVI pada tabel 5.
Tabel 5
Susunan Anggota Panitia Khusus XVI DPRD Kota Palembang
No.
Nama
Jabatan
1. Antoni Yuzar S.H., M.H.
Ketua
2. H. R.M. Salahuddin, S.E.
Wakil Ketua
3. H. Fathur Rachman
Sekretaris
4. Mardiana, S.H., M.M.
Anggota
5. H. Darmawan, S.H.
Anggota
6. Drs. H.M. Badin Jahya
Anggota
7. Musliman, S.Ag.
Anggota
8. Nazili, S.H.
Anggota
9. Dra. Hj. Yeni Mardiana, M.Si.
Anggota
10. Rhamadona, S.E.
Anggota
11. Marwan Zulkarnaen, S.H.
Anggota
Sumber : Diolah Penulis dari Arsip Laporan Pembahasan Raperda oleh
Pansus XVI, Tahun 2012
4.1.5.5. Pembicaraan Tingkat I
a. Paripurna Penyampaian Usulan Raperda dan Penjelasan Raperda oleh
Eksekutif (Walikota Palembang)
Pada Sidang Paripurna ke-25 Masa Persidangan III Tahun Kerja 2011
tanggal 13 Desember 2011 disampaikan 4 buah raperda yang salah satunya adalah
Rancangan Peraturan Daerah Kota Palembang tentang Pembinaan dan
Pengendalian dan Pemanfaatan Rawa.
b.
Paripurna Pemandangan
Usulan
Paripurna
Tanggapan
dan/atau
Jawaban
Eksekutif
terhadap
Tabel 7
Stakeholders dalam Proses Pembahasan Raperda Tahap Kedua
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
No.
Tabel 8
Kehadiran Elemen Luar dalam Proses Pembahasan Raperda
Banyaknya
Jumlah
Jumlah
Elemen Luar
Jadwal Rapat Kehadiran Tidak Hadir
1.
DPRD Kota
(PANSUS XVI)
2.
Staf Ahli
Palembang
3.
Palembang
14
14
BAPPEDA
4.
5.
6.
7.
8.
Camat
DPRD
Kertapati,
Kota
Plaju,
10
Staf
Ahli
Bidang
Perekonomian, Pembangunan
dan Investasi
REI SUMSEL
11.
Nama Pegawai
Jabatan
Tingkat
Pendidikan
1.
Strata 1
2.
3.
Strata 1
Sumber : Dinas PU Bina Marga dan PSDA Kota Palembang, Tahun 2012
Jika diliat dari tabel 9, kualitas pegawai Seksi Pemanfaatan Sungai dan
Rawa sudah cukup baik. Sedangkan dari segi kuantitas dirasa masih kurang, dan
tidak sebanding dengan fungsi yang harus dijalankan. Peralatan juga sangat
diperlukan untuk mendukung perumusan kebijakan. Peralatan atau teknologi yang
digunakan oleh Seksi Pemanfaatan Sungai dan Rawa dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10
Peralatan yang Digunakan Seksi Pemanfaatan Sungai dan Rawa
Fungsi
1.
2.
Waterpass
3.
4.
ArcGis 10.1. for Desktop Memetakan titik rawa yang akan diberi izin
(Software peta)
penimbunan rawa kedalam peta kawasan
elektronik.
Sumber : Diolah oleh Penulis, Tahun 2012
Jika dilihat dari fungsi peralatan atau teknologi yang digunakan,
Bagian
Hukum
dan
Ortala
berkaitan
dengan
perubahan
dan
penyempurnaan bahasa hukum dari draf 2 atau draf final. Pada proses
pembahasan raperda di DPRD Kota Palembang terjadi koordinasi dan komunikasi
yang menimbulkan interaksi politik-administratif yang melibatkan legislatif yaitu
DPRD Kota Palembang dengan mitra-mitra kerja terkait.
Keterlambatan penyelesaian proses pembahasan raperda disebabkan oleh
keterbatasan sumber daya waktu. Manajemen waktu yang tidak cermat tersebut
didasari pada pola pengajuan atau penyampaian raperda yang tidak terorganisir
dan belum adanya Program Legislasi Daerah (Prolegda).
Berkaitan dengan dana atau anggaran dalam proses perumusan raperda ini
secara umum tidak terdapat masalah yang berarti. Tetapi untuk pelibatan kalangan
akademisi dan pakar-pakar tidak dapat dilaksanakan karena tidak ada anggaran
khusus.
4.3. Aktor dan Peran Aktor
Peraturan Daerah
4.3.1. Pemetaan Aktor yang Terlibat
Pemeran serta resmi terdiri dari eksekutif yaitu Dinas PU Bina Marga dan
PSDA Kota Palembang selaku instansi teknis pengusul raperda, dan SKPD-SKPD
terkait. Untuk merumuskan draf awal raperda, Dinas PU Bina Marga dan PSDA
Kota Palembang membentuk tim perumus kebijakan. Sementara lembaga
legislatif yaitu DPRD Kota Palembang yang melakukan pembahasan secara
langsung melalui Panitia Khusus XVI. Panitia
Pemeran serta tidak resmi yang dilibatkan dalam proses perumusan
raperda hanya DPD REI Sumatera Selatan. DPD REI Sumatera Selatan dilibatkan
dalam rapat pembahasan raperda tahap kedua di tingkat panitia khusus DPRD
Kota Palembang. Selain DPD REI Sumatera Selatan tidak ada pelibatan
kelompok-kelompok kepentingan, masyarakat, kalangan akademisi, dan pakarpakar kebijakan atau pakar permasalahan rawa, baik pembahasan di tingkat
eksekutif maupun di tingkat legislatif, sehingga dapat dikatakan bahwa pelibatan
actor dalam proses perumusan raperda ini belum representatif.
4.3.2. Peran Aktor
Dinas PU Bina Marga dan PSDA Kota Palembang memiliki peranan
membentuk draf awal raperda melalui tim perumus kebijakan. Proses pembahasan
raperda di DPRD Kota Palembang menegaskan fungsi legislasi atau fungsi
membuat undang-undang dalam hal ini peraturan daerah. Panitia Khusus XVI
DPRD Kota Palembang dalam melakukan pembahasan terhadap raperda dengan
melibatkan pihak-pihak yang terkait meliputi SKPD-SKPD terkait, dan pihak luar
yaitu DPD REI Sumatera Selatan. Pihak-pihak terkait tersebut memiliki peran
dalam rapat-rapat pembahasan yang dijadwalkan Panitia Khusus XVI DPRD Kota
Palembang dengan memberikan masukan, kritik dan saran terhadap raperda yang
dirumuskan.
masih
kurang representatif, (2) Dukungan dari elemen luar yang dilibatkan sudah cukup
baik, (3) Kualitas pegawai Seksi Pemanfaatan Sungai dan Rawa jika dilhat dari
kualitas dapat dikatakan cukup baik, sedangkan dari segi kuantitas pegawai dirasa
masih kurang (4) Ketidakmampuan Dinas PU Bina Marga dan PSDA dalam
menyajikan data-data terkini yang berkaitan dengan kawasan rawa, dan jumlah
luas rawa disebabkan karena adanya peralatan yang memadai (5) Koordinasi dan
komunikasi yang terjalin dalam proses perumusan raperda menimbulkan interaksi
politik-administratif yang melibatkan 3 pihak (6) Keterlambatan penyelesaian
proses pembahasan raperda salah satunya disebabkan oleh keterbatasan sumber
daya waktu.
Dalam proses perumusan raperda ini, aktor utama atau aktor yang paling
dominan adalah Dinas PU Bina Marga dan PSDA Kota Palembang selaku instansi
teknis pengusul raperda dan Panitia Khusus XVI DPRD Kota Palembang yang
melakukan pembahasan terhadap raperda. Aktor-aktor terkait yang terlibat
mempunyai peran memberikan masukan, kritik dan saran terhadap raperda yang
dirumuskan. Jika dilihat dari aktor-aktor yang terlibat dalam proses perumusan
kebijakan ini, dapat disimpulkan bahwa kebijakan ini juga dapat dikategorikan
kedalam model elit (elite model). Dalam konteks model elit, rakyat atau
masyarakat dianggap sebagai kelompok yang sengaja dimanipulasi sedemikian
rupa agar agar tidak masuk dalam proses formulasi kebijakan (Nugroho,
2011:516). Hal tersebut terjadi pada proses perumusan raperda ini, dimana
pelibatan aktor dalam proses perumusan raperda ini masih kurang representatif
atau dengan kata lain pelibatan aktor dalam perumusan raperda ini lebih fokus
kepada pihak swasta.
5.2. Saran
a. Bagi Dinas PU Bina Marga dan PSDA Kota Palembang :
1. Dalam merumuskan isu dan masalah kebijakan seharusnya memperhatikan
kecenderungan isu yang muncul dari masyarakat dan mencari data
pendukung atau informasi yang akurat,
2. Dalam membentuk tim perumus draft raperda seharusnya tidak hanya
berasal dari internal SKPD,
3. Dalam merumuskan suatu draf raperda seharusnya dilakukan proses
publik,
4. Dalam penyampaian raperda ke DPRD Kota Palembang, seharusnya
dilampirkan Naskah Akademik dan keterangan yang memuat pokok-pokok
materi muatan kebijakan yang diatur.
5. Untuk pembahasan raperda di tingkat legislatif, sebaiknya terlebih dahulu
mempersiapkan data-data pendukung. Perlu dilakukan up-dating data yang
berkaitan dengan rawa maupun masalah lain secara berkala,
6. Dalam hal implementasi peraturan daerah ini, Dinas PU Bina Marga dan
PSDA Kota Palembang perlu segera menetapkan titik-titik rawa berikut
luas rawa dan wilayah rawa dengan peraturan walikota yang disertai denga
peta dan disesuaikan dengan RTRW Kota Palembang Tahun 2011-2031,
mensosialiasikan perda kepada semua elemen masyarakat dan memasang
plang nama jenis rawa di setiap rawa yang telah ditetapkan titik-titiknya,
menertibkan mekanisme pemberian izin reklamasi rawa sesuai dengan
yang telah diatur dalam perda, dan menindak tegas bagi pelaku-pelaku
penimbunan rawa yang ilegal dan tidak memperhatikan kelestarian
lingkungan.
a. Bagi DPRD Kota Palembang :
1. Pengkajian Naskah Akademik suatu raperda di Badan Legislasi seharusnya
berdasarkan landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis,
2. DPRD Kota Palembang sebaiknya menjalankan setiap tahapan proses
legislasi,
3. Dalam
melakukan
pembahasan
raperda
seharusnya
DPRD
Kota
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Said Zainal. 2012. Kebijakan Publik. Salemba Humanika : Jakarta.
Dunn, William N. 1994. Public Policy Analysis, Terjemahan. Englewood Cliffs :
New Jersey.
Gunawan, Achmad. 2007. Evaluasi Proses Pembuatan Kebijakan
Penanggulangan HIV/AIDS Di Indonesia : Tesis. Universitas Indonesia :
Jakarta.
Keban, Y.T. 2008. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik. Gava Media :
Jogjakarta
Kusuma, Ferdian Perdana. 2012. Proses Perumusan Kebijakan Publik Lokal
(Studi Analisis Proses Pembahasan Raperda Kota Palembang tentang