Anda di halaman 1dari 23

PRESENTASI KASUS

TB PARU BTA (+) LESI LUAS KASUS BARU DAN LARINGITIS TB

Pembimbing :
dr. Indah Rahmawati, Sp.P

Disusun oleh :
Aras Nurbarich Agustin

G4A013063

M. Taufiqurrahman

G4A013073

Bagus Sanjaya

G4A013074

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO
2014

LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi kasus dengan judul :
TB PARU BTA (+) LESI LUAS KASUS BARU DAN LARINGITIS TB

Pada tanggal,

April 2014

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti


program profesi dokter di Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto

Disusun oleh :
Aras Nurbarich Agustin

G4A013063

M. Taufiqurrahman

G4A013073

Bagus Sanjaya

G4A013074

Mengetahui,
Pembimbing

dr. Indah Rahmawati, Sp.P

BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Jenis kelamin
Status
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tanggal masuk
Tanggal periksa
No. CM

: Sdr. E
: 25 tahun
: Laki-laki
: Belum Menikah
: Islam
: Buruh
: Linggapura Kab. Brebes
: 11 April 2014
: 14 April 2014
: 725983

A. SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama
Batuk
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Paru RSMS pada hari Jumat, 11 April 2014
dengan keluhan utama batuk sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Batuk dirasakan sepanjang hari. Keluhan ini dirasakan sangat
mengganggu aktifitas. Batuk dirasakan terus menerus baik saat aktifitas
maupun istirahat. Keluhan ini dirasakan semakin lama semakin
memberat.
Selain itu pasien juga mengeluh sesak, demam, dan nyeri di
tenggorokan

hingga

suaranya

terdengar

parau.

Pasien

pernah

memeriksakan diri ke RS Siti Aminah Bumiayu dan dilakukan foto


rontgen pada tanggal 2 Maret 2014. Hasil foto rontgen menyatakan
normal. Semakin lama kondisi pasien terus menurun. Badan pasien
terus lemah, batuk-batuk semakin sering, dan sering merasa mual
sehingga tidak nafsu makan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat keluhan serupa
b. Riwayat mondok
c. Riwayat OAT
d. Riwayat hipertensi
e. Riwayat kencing manis

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

f. Riwayat asma
: disangkal
g. Riwayat alergi
: disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat keluhan serupa
: disangkal
b. Riwayat mondok
: disangkal
c. Riwayat hipertensi
: disangkal
d. Riwayat kencing manis
: disangkal
e. Riwayat asma
: disangkal
f. Riwayat alergi
: disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi
a. Community
Pasien tinggal di lingkungan padat

penduduk.

Rumahnya

berdekatan dengan jalan raya. Hubungan pasien dengan keluarga


dan tetangga baik. Tetangganya ada yang memiliki penyakit yang
sama dengan pasien.
b. Home
Pasien tinggal bersama dengan orang tua dan saudara-saudaranya.
Pasien merupakan anak kedua dari 8 bersaudara. Rumah pasien
berukuran 13x9 meter. Lantainya terbuat dari keramik. Terdiri dari 3
kamar tidur. Terdapat kamar mandi dan WC. Sumber air berasal dari
sumur yang terletak di dalam rumah. Pasien mengatakan rumahnya
sering dibersihkan namun kurang mendapat cahaya dari matahari.
c. Occupational
Pasien bekerja sebagai buruh di tempat penggilingan padi. Biaya
kehidupan sehari-hari berasal dari gajinya dan gaji kakaknya yang
sudah menikah.
d. Personal habit
Diet makanan sehari-hari baik. Namun, sejak menderita pasien tidak
lagi nafsu makan sehingga berat badan cenderung turun.
B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a.
b.
c.
d.
e.

Keadaan Umum
Kesadaran
BB
TB
Vital sign
- Tekanan Darah
- Nadi
- RR
- Suhu

: sedang
: compos mentis, GCS = 15 E4M6V5
: 49 kg
: 168 cm
: 110/70
: 88
: 24
: 36,6 oC

mmHg
x/menit
x/menit

d. Status Generalis

1) Kepala
a) Bentuk
b) Rambut
2)

3)

4)

5)

6)

7)

: mesochepal, simetris
:warna
hitam,
tidak

mudah

dicabut,distribusimerata, tidak rontok.


Mata
a) Palpebra
: edema (-/-) ptosis (-/-)
b) Konjungtiva
: anemis (+/+)
c) Sclera
: ikterik (-/-)
d) Pupil
: reflek cahaya (+/+),isokor
e) Exopthalmus
: (-/-)
f) Lapang pandang
: tidak ada kelainan
g) Lensa
: keruh (-/-)
h) Gerak mata
: normal
i) Tekanan bola mata
: nomal
j) Nistagmus
: (-/-)
Telinga
a) Otore
: (-/-)
b) Deformitas
: (-/-)
c) Nyeri tekan
: (-/-)
Hidung
a) Nafas cuping hidung : (-/-)
b) Deformitas
: (-/-)
c) Discharge
: (-/-)
Mulut
a) Bibir sianosis
: (-)
b) Bibir kering
: (-)
c) Lidah kotor
: (-)
Leher
a) Trakhea
: deviasi trakhea (+) ke kanan
b) Kelenjar lymphoid
: tidak membesar, nyeri (-)
c) Kelenjar thyroid
: tidak membesar
d) JVP
: 5+2 cmH2O
Dada
Paru
a) Inspeksi
: bentuk dada simetris,ketinggalan gerak
(-),retraksi (-), jejas (-)
b) Palpasi
: vocal fremitus
Apex
dextra = sinistra
Basal
dextra < sinistra
c) Perkusi
: suara sonor meningkat pada basal pulmo
sinistra
d) Auskultasi
:
SD vesikuler (+/+) meningkat pada basal pulmo sinistra
RBK parahiler (+/+)
6

RBH
Wh

(-/-)
(-/-)

Jantung
a) Inspeksi
b) Palpasi

:
:

IC nampak pada SIC V LMCS


IC teraba di SIC V, 2 jari medial

LMCS, tidak kuat angkat


c) Perkusi
Batas jantung kanan atas

: SIC II LPSD

Batas jantung kiri atas

: SIC II LPSS

Batas jantung kanan bawah

: SIC IV LPSD

Batas jantung kiri bawah

: SIC V 2 jari medial LMCS

d) Auskultasi : S1>S2, reguler, murmur (-), gallops (-)


8) Abdomen
- Inspeksi
: datar
- Auskultasi
: bising usus (+) menurun
- Perkusi
: tympani,tes pekak sisi (-), pekak beralih (-)
- Palpasi
: hepar dan lien tidak teraba
9) Ekstrimitas
- Superior
- Inferior

: deformitas (-), jari tubuh (-/-), edema (-/-)


: deformitas (-), jari tubuh (-/-), edema (-/-)

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi dilakukan di RSUD Prof. dr. Margono
Soekardjo pada tanggal 13 April 2014. Hasilnya adalah sebagai
berikut:
Pemeriksaan BTA Zeihl Nelson I
BTA 1

: positif tiga (+++)

Leukosit

: positif

Epitel

: positif

Pemeriksaan BTA Zeihl Nelson II


BTA 1

: positif tiga (+++)

Leukosit

: positif

Epitel

: positif

b. Foto rontgen thoraks


Pemeriksaan rontgen toraks dilakukan di RSUD Prof. dr. Margono
Soekardjo pada tanggal 11 April 2014. Hasilnya adalah sebagai
berikut:

Gambar 1. Foto Thorak Sdr. Edi Irawan


Keterangan: foro toraks anterior-posterior
c. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan di RSUD Prof. dr. Margono
Soekardjo pada tanggal 11 April 2014. Hasilnya adalah sebagai
berikut:
Darah Lengkap
Hemoglobin

10,9

g/dl

Leukosit

15570

/L

Hematokrit

34

Eritrosit

4,4 x106

/L

Trombosit

627.000

/L

MCV

76,6

fl

MCH

24,5

pg

MCHC

32.1

RDW

14,7

MPV

8,1

fL

Basofil

0.4

Eosinofil

0.3

Batang

0.7

Segmen

84.7

Limfosit

8.1

Monosit

5.8

SGOT

23

U/L

SGPT

24

U/L

Ureum darah

16,7

mg/dl

Kreatinin darah

0.76

mg/dl

GDS

123

mg/dl

Hitung jenis

Kimia Klinik
L
L

C. ASSESSMENT
1. Diagnosis Klinis
a. TB paru BTA (+) LLKB kasus baru
b. Laryngitis TB
c. Anemia Ringan

D. PLANNING
1. Rawat inap ruang isolasi
2. Terapi
a. Farmakologi
O2 4 LPM NC

IVFD RL 20 tpm
Inj.
Ceftriaxon 1 x 2 gr IV
Methilprednisolon 3 x 62,5 mg IV
PO.
Sulfas Ferosus 2x1 tab
B6 1x1 tab
OAT 4FDC 1 x III tab
Terasma syr 3 x 1 cth
b. Non Farmakologi
1) Diet tinggi karbohidrat, lemak, dan ekstraprotein.
2) Menghidari iritan yang dapat memicu nyeri tenggorokan
seperti gorengan dan makanan pedas
3) Konsumsi banyak cairan
4) Berhenti merokok
5) Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit tuberkulosis,
pengobatan, penularan, dan komplikasinya.
6) Screening pada anggota keluarga yang lain untuk tindakan
pencegahan dan pengobatan lebih awal jika keluarga lain
sudah tertular.
7) Edukasi tentang kebersihan lingkungan rumah, seperti buka
ventilasi sesering mungkin agar sinar matahari dan udara
masuk.
3. Usulan Pemeriksaan Penunjang
a.Uji kultur bakteri
b.
Uji resistensi obat OAT
4. Monitoring
a. Keadaan umum dan kesadaran
b. Tanda vital
c. Evaluasi klinis
1) Pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 2 bulan pertama
pengobatan, selanjutnya tiap 1 bulan pada fase lanjutan.
2) Evaluasi respon pengobatan dan ada tidaknya efek samping
obat serta ada tidaknya komplikasi
3) Evaluasi klinis meliputi keluhan, berat badan, pemeriksaan
fisik
d. Evaluasi bakteriologis
1) Cek sputum BTA 1 minggu sebelum akhir bulan kedua
pengobatan. Apabila hasil positif maka ditambah fase sisipan
selama 1 bulan.
2) Cek sputum BTA 1 minggu sebelum akhir bulan kelima.
e. Evaluasi radiologi
1) Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)

10

2) Pada akhir pengobatan


f. Evaluasi efek samping
1) Periksa fungsi hati (SGOT, SGPT, bilirubin)
2) Periksa fungsi ginjal (ureum, kreatinin, asam urat)
3) Periksa GDS
4) Pemeriksaan visus
g. Evaluasi keteraturan obat
E. PROGNOSIS
Keberhasilan kesembuhan penyakit tuberkulosis tergantung pada:
a. Kepatuhan minum obat
b. Komunikasi dan edukasi serta pengawasan minum obat (PMO)
c. Usia pasien
d. Penyakit yang menyertai
e. Resistensi obat
Ad vitam
Ad fungsionam

: dubia ad bonam
: dubia ad malam

Ad sanationam

: dubia ad malam

BAB II

11

PEMBAHASAN

1. Penegakan Diagnosis
TB paru BTA (+) lesi luas kasus baru
Laryngitis TB
Anemia ringan
a. Anamnesis
1) Keluhan utama :
Batuk
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Sdr. E (25 tahun) datang ke Poli Paru RSMS pada hari Jumat, 11
April 2014 dengan keluhan utama batuk sejak 3 bulan sebelum masuk
rumah sakit. Batuk dirasakan sepanjang hari. Keluhan ini dirasakan
sangat mengganggu aktifitas. Batuk dirasakan terus menerus baik saat
aktifitas maupun istirahat. Keluhan ini dirasakan semakin lama
semakin memberat.
Selain itu pasien juga mengeluh sesak, demam, dan nyeri di
tenggorokan hingga suaranya terdengar parau. Pasien pernah
memeriksakan diri ke RS Siti Aminah Bumiayu dan dilakukan foto
rontgen pada tanggal 2 Maret 2014. Hasil foto rontgen menyatakan
normal. Semakin lama kondisi pasien terus menurun. Badan pasien
terus lemah, batuk-batuk semakin sering, dan sering merasa mual
sehingga tidak nafsu makan.

b. Pemeriksaan Fisik Pulmo


Inspeksi

: bentuk dada simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-),

jejas (-)
Palpasi

: vocal fremitus dextra = sinistra

Perkusi

: suara sonor meningkat pada pulmo sinistra

Auskultasi : SD vesikuler (+/+) meningkat pada pulmo sinistra


RBK parahiler (+/+)
RBH (-/-)
Wh (-/-)

12

Hasil pemeriksaan fisik dalam status lokalis pulmo abnormal. Suara


ronkhi ditemukan pada pasien karena kemungkinan adanya sekret
didalam saluran napas. Suara tambahan wheezing tidak ditemukan pada
pasien karena tidak terdapat obstruksi pada saluran napas pasien.

c. Pemeriksaaan Penunjang
1) Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi dilakukan di RSUD Prof. dr. Margono
Soekardjo pada tanggal 13 April 2014. Hasilnya adalah sebagai
berikut:
Pemeriksaan BTA Zeihl Nelson I
BTA 1

: positif tiga (+++)

Leukosit

: positif

Epitel

: positif

Pemeriksaan BTA Zeihl Nelson II


BTA 1

: positif tiga (+++)

Leukosit

: positif

Epitel

: positif

2) Foto rontgen thoraks


Pemeriksaan rontgen toraks dilakukan di RSUD Prof. dr. Margono
Soekardjo pada tanggal 11 April 2014. Hasilnya adalah sebagai
berikut:

13

Gambar 1. Foto Thorak Sdr. Edi Irawan


Keterangan: foro toraks anterior-posterior
3) Pemeriksaan Hematologi
Hb: 10,9 g/dl
Kadar Hb normal pada wanita dewasa berkisar antara 12.0-16.0
g/dl. Karena kadar Hb < 12.0 g/dl maka termasuk dalam anemia
ringan.
2. Tindak Lanjut Penanganan Pasien
Pasien mendapat terapi OAT kategori I (2 RHZE + 4 R3H3) karena
pasien termasuk dalam tipe BTA (+) kasus baru. Selanjutnya dilakukan
evaluasi klinis, bakteriologis dan radiologis.
Evaluasi klinis dikontrol 1 minggu pertama selanjutnya setiap 2
minggu selama tahap intensif dan selanjutnya 1 kali sebulan sampai akhir
pengobatan. Kondisi klinis yang perlu dievaluasi meliputi keluhan batuk

14

berkurang, batuk darah hilang, nafsu makan bertambah berat badan


meningkat, dll.
Evaluasi bakteriologis sputum (BTA) bertujuan untuk mendeteksi ada
tidaknya konversi dahak. Menurut anjuran WHO, pemeriksaan BTA ini
dilakukan pada akhir bulan 2,4 dan 6. Bila setelah penggobatan tahaf intensif
BTA masih positif dilakukan tes resistensi dan diberikan fase sisipan 1 bulan
RHZE. Sputum BTA tetap diperiksa sedikitnya sampai 3 kali hasil negatif
berturut-turut. Tindak lanjut apabila pemeriksaan ulang dahak dinyatakan
positif pada pasien kategori I adalah sebagai berikut :
Tahap
Pengobatan
Akhir tahap
Intensif

Sebulan
sebelum akhir
pengobatan
Akhir
Pengobatan

Hasil
Pemeriksaan
Dahak
(-)
(+)

(-)
(+)
(-)
(+)

Tindak Lanjut

Tahap lanjutan dimulai.


Dilanjutkan dengan OAT sisipan
selama 1 bulan. Jika setelah sisipan
masih tetap
positif, tahap lanjutan tetap diberikan.
Pengobatan dilanjutkan
Pengobatan diganti dengan OAT
Kategori 2 mulai dari awal.
Pengobatan diselesaikan
Pengobatan diganti dengan
Kategori 2 mulai dari awal.

OAT

Evaluasi radiologis diperlukan untuk melihat kemajuan terapi. Karena


perubahan gambaran radiologis tidak secepat perubahan bakteriologis,
evaluasi foto dada dilakukan setiap 3 bulan sekali.
Evaluasi efek samping obat juga penting dilakukan selama pasien
menjalani pengobatan. Hal ini disebabkan obat-obat yang termasuk dalam
OAT memiliki banyak efek samping yang merugikan pasien. Apabila
memungkinkan dilakukan pemeriksaan fungsi hati , fungsi ginjal dan darah
lengkap sejak awal pengobatan agar dapat digunakan sebagai data dasar
untuk melihat penyakit penyerta dan efek samping pengobatan. Efek samping
yang sering terjadi penurunan fungsi hati diakibatkan pirazinamid, penurunan
visus diakibatkan etambutol dan kelainan keseimbangan atau pendengaran

15

akibat pemakaian strepromisin. Evaluasi yang tidak kalah pentingnya adalah


evaluasi keteraturan berobat dan diminum/ tidaknya obat tersebut.
Ketidakteraturan dalam pengobatan akan menyebabkan timbulnya resistensi.
Dalam hal ini maka sangat penting penyuluhan atau pendidikan mengenai
penyakit dan keteraturan obat. Penyuluhan atau pendidikan dapat diberikan
kepada pasien, keluarga dan lingkunganya.
Prinsip pengobatan TB adalah menggunakan multidrugs regimen, hal
tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi basil TB terhadap
obat. Tujuan pengobatan tuberkulosis untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan,
dan mencegah terjadinya resisitensi kuman (Depkes RI, 2007).Pengobatan
TB paru dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut (Kemenkes RI,
2009):
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa obat, dengan
jumlah tepat dan dosis yang tepat.
2. Untuk menjamin kepatuhan pasien meminum obat maka diterapkan
strategi DOTS (Directly Observed Treatment) yang dilakukan oleh
seorang PMO (PengawasMenelanObat).
3. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan tahap
lanjutan. Tahap intensif diberikan dalam jangka waktu 2 bulan.
Sedangkan tahap lanjutan diberikan dalam 4 bulan berikutnya
Penatalaksanaan tuberkulosis paru dapat dilakukan dengan beberapa
cara diantaranya menggunakan obat-obat anti tuberkulosis (OAT) (Wibisono
et al., 2010).
1. Obat-obat anti tuberkulosis (OAT)
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis
obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan.Jangan gunakan OAT tunggal, pemakaian OAT-kombinasi
dosis tetap lebih menguntungkan dan dianjurkan.Jenis-jenis OAT ialah
rifampisisn (R), isoniazid (I), pirazinamid (Z), etambutol (E) dan
sterptomisisn (S).
Pengobatan TB terdiri atas 2 tahap yaitu (Wibisonoet al., 2010):
a. Tahap intensif

16

Tahap bertujuan untuk membunuh kuman dengan cepat.Pada


tahap ini pasien mendaptkan obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung

untuk

mrncegah

terjadinya

resistensi.

Kebanyakan

penderita BTA pisitif akan menjadi negatif dalam waktu 2 bulan.


b. Tahap lanjutan
Tahap ini bertujuan untuk membunuh kuman persister (dorman)
dan mencegah terjadinya kekambuhan.Pada tahap ini pasien ini
mendapatkan obat lebih sedikit dan jangka waktu yang lebih lama.
Menurut WHO dan IUATLD panduan OAT dibagi menjadi 3
kategori yaitu kategori 1, karegori 2 dan kategori 3. Dan di indonesia
panduan OAT yang digunakan hanya kategori 1 dan kategori 2 (Depkes
RI, 2007).
Kategori 1 diberikan untuk pasien baru TB paru BTA positif,
pasien TB paru BTA negatif dan foto toraks positif dan pasien TB ekstra
paru. Pada kategori ini juga ada 2 tahap yaitu tahap intensif adan tahap
lanjutan. Pada tahap intensif pasien dibarikan kombinasi dari obat
rifampisin (R), Isoniazid (H), pirazinamid (Z) dan etambutol (E) selama
2 bulan dan diberiakn setiap hari. Sedangkan untuk tahap lanjutan
pasien hanya diberikan kombinasi dari obat rifampisin (R) dan isoniazid
(I) dengan waktu yang lebih lama yaitu 4 bulan dan biberikan 3 minggu
sekali.Dosis yang diberikan pada kedua tahap ini diberikan berdasarkan
berat badan (Depkes RI, 2007).
Tabel 1. Dosi panduan OAT kategori 1 (Sumber : Pedoman
Penanggulangan TB, 2009)
Tahap intensif
Tahap lanjutan
Berat badan
(2RHZE)
(4H3R3)
30-37 kg
2 tablet 4KDT
2 tablet 2KDT
38-54 kg
3 tablet 4KDT
3 tablet 2KDT
55-70 kg
4 tablet 4KDT
4 tablet 2KDT
>70 kg
5 tablet 4KDT
5 tablet 2KDT
Kategori 2 diberikan pada pasien kambuh, gagal dan putus obat.
Pada kategori ini obat yang diberikan sama dengan obat pada kategori 1
dengan

tambahan

injeksi

sterptomisin.

Dosis

yang

diberikan

berdasarkan berat badan.

17

Tabel 2. Dosis panduan OAT- KDT kategori 2 (Sumber : Pedoman


Penanggulangan TB, 2009)
Tahap
Berat
Tahap intensif ( 2RHZES/HRZ)
lanjutan (5
badan
(kg)

Selama 56 hari

Selama 28

(HR)3E3)
Selama 20

hari
2 tab 4KDT

minggu
2 tab 2KDT +

3 tab 4KDT

2 tab etambutol
3 tab 2KDT +

30-37

2 tab 4KDT+ 500 mg

38-54

streptomisin injeksi
3 tab 4KDT+ 750 mg

55-70

streptomisin injeksi
4 tab 4KDT+ 1000 mg

4 tab 4KDT

3 tab etambutol
4 tab 2KDT +

>70

streptomisin injeksi
5 tab 4KDT+ 1000 mg

5 tab 4KDT

4 tab etambutol
5 tab 2KDT +

streptomisin injeksi
Untuk

menjamin

keteraturan

5 tab etambutol
pengobatan

diperlukan

seorang

Pengawas Minum Obat (PMO). Syarat-syarat PMO antara lain :


a. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas
kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh
pasien.
b. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan
pasien. Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya Bidan di
Desa, Perawat, Pekarya, Sanitarian, Juru Immunisasi, dan lain lain. Bila
tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari
kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh masyarakat
lainnya.
PMO merupakan kunci dari keberhasilan DOTS tersebut. PMO
memiliki beberapa tugas penting yaitu:
a. Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan (6-9 bulan)
b. Memberi dorongan dan semangat kepada pasien berupa nasehat nasehat
c. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan ataupun bila terdapat indikasi lain
d. Memberi penyuluhan kepada pasien & keluarga pasien mengenai penyakit
TB dan mengawasi keluarga pasien yang mempunyai gejala-gejala
mencurigakan TB agar melakukan pemeriksaan.

18

Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan


kepada pasien dan keluarganya:
a. TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur.
b. TB bukan penyakit keturunan atau kutukan.
c. Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara
pencegahannya.
d. Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan).
e. Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur.
f. Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke pelayanan kesehatan.
Selain itu, perlu diperhatikan pula kemungkinan penularan bakteri
tuberkulosis ini. Pasien tinggal bersama orang tua dan saudara-saudaranya.
Kemungkinan penularan pada keluarga pasien sangat besar sehingga perlu
dilakukan skrining TB paru terhadap mereka.

III. KESIMPULAN
19

1. Tuberkulosis

merupakan

penyakit

yang

disebabkan

oleh

infeksi

Mycobacterium tuberculosis.
2. Pasien didiagnosis sebagai TB Paru BTA (+) LLKB, Laringitis TB dan
Anemia. Penegakkan diagnosis penyakit TB didasarkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
3. Pengobatan yang diberikan pada pasien ini adalah pengobatan TB kategori
I (2 RHZE + 4 R3H3 atau 4 FDC + 2 FDC)
4. Hal-hal yang perlu dievaluaasi selama pengobatan TB antara lain ;
keadaan klinis, sputum bakterilogis, foto radilogis, efek samping obat dan
keteraturan pengobatan.
5. Keberhasilan pengobatan TB berdasarkan kepatuhan minum obat dan
penyakit yang menyertai.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 2007. Pedoman


Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2, Cetakan Pertama
PDPI. 2006. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia. Jakarta: Indah Offset Citra Grafika
Wibisono, J..Winariani, H., & Slamet. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair

20

World Health Organization (WHO). 2011. Global Tuberculosis Control 2011.


WHO Report, hal.30

LAMPIRAN
A. Dosis Tunggal
dr. Paru Cendanawati
SIP. 15/2014/ DU/ PWT
Jl. Dr. Gumbreg, Purwokerto
(0281) 112233
Purwokerto, 14 April 2014
R/ Rifampisin mg 450 tab No. XXX
1 dd tab I ac pagi
R/ Isoniazid mg 300 tab No. XXX
21

1 dd tab I pc pagi
R/ Pirazinamid mg 500 tab No. LX
1 dd tab II pc sore
R/ Etambutol mg 500 tab No. LX
1 dd tab II pc siang

Pro
: Sdr. E
Usia : 25 tahun
BB
: 49 kg
Alamat: Linggapura, Brebes

B. Sediaan FDC
dr. Paru Cendanawati
SIP. 15/2014/ DU/ PWT
Jl. Dr. Gumbreg, Purwokerto
(0281) 112233
Purwokerto, 14 April 2014

R/ 4FDC No. XC
1 dd tab III ac

Pro
: Sdr. E
Usia : 25 tahun
BB
: 49 kg
Alamat: Linggapura, Brebes

22

23

Anda mungkin juga menyukai

  • 9.1.2.1 Penilaian Perilaku
    9.1.2.1 Penilaian Perilaku
    Dokumen3 halaman
    9.1.2.1 Penilaian Perilaku
    Aras Nurbarich Agustin
    Belum ada peringkat
  • XEROFTALMIA
    XEROFTALMIA
    Dokumen21 halaman
    XEROFTALMIA
    Aras Nurbarich Agustin
    Belum ada peringkat
  • Modul Praktikum Parasit
    Modul Praktikum Parasit
    Dokumen6 halaman
    Modul Praktikum Parasit
    Aras Nurbarich Agustin
    Belum ada peringkat
  • Hasil Identifikasi Resiko
    Hasil Identifikasi Resiko
    Dokumen3 halaman
    Hasil Identifikasi Resiko
    Aras Nurbarich Agustin
    Belum ada peringkat
  • Ca Nasofaring
    Ca Nasofaring
    Dokumen25 halaman
    Ca Nasofaring
    Aras Nurbarich Agustin
    Belum ada peringkat
  • Batu Ureter Distal
    Batu Ureter Distal
    Dokumen23 halaman
    Batu Ureter Distal
    Aras Nurbarich Agustin
    Belum ada peringkat
  • Referat Ortopedi
    Referat Ortopedi
    Dokumen18 halaman
    Referat Ortopedi
    Aras Nurbarich Agustin
    Belum ada peringkat
  • Portofolio Kasus Xeroftalmia
    Portofolio Kasus Xeroftalmia
    Dokumen7 halaman
    Portofolio Kasus Xeroftalmia
    Aras Nurbarich Agustin
    Belum ada peringkat
  • Jurnal DM
    Jurnal DM
    Dokumen5 halaman
    Jurnal DM
    Aras Nurbarich Agustin
    Belum ada peringkat
  • Ulkus DM
    Ulkus DM
    Dokumen31 halaman
    Ulkus DM
    Aras Nurbarich Agustin
    Belum ada peringkat
  • AML
    AML
    Dokumen25 halaman
    AML
    Aras Nurbarich Agustin
    Belum ada peringkat