Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengue haemmoragic Fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang termasuk golongan arbovirus (arthropod borne virus) melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti betina dengan gejala khas adalah demam, nyeri otot
dan sendi.
WHO Memperkirakan kejadian DHF terjadi hampir 50 juta kejadian setiap
tahunnya di dunia. Di Indoneia kasus DHF banyak dilaporkan di are Jawa Tengah,
Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dilaporkan
pada tahun 2010 kasus DHF di Indonesia tercatat 156.086 kasus dengan jumlah
kematian 1.358 orang. Sedangkan di daerah Jawa Tengah tercata sebanyak19.871
kasus DHF dengan jumlah kematian sebanyak 251 orang.
Tipe virus dengue yang menjadi penyebab penyakit DHF diantaranya adalah
DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Sedangkan klasifikasi derajat DHF dibedakan
menjadi 4 tipe, yaitu derajat 1 dengan tanda gejala yang khas adalah demam selama 57 hari denagn adanya uji rumpeleede/ torniquet positif ditandai adanya perdarahn kulit
(petekie). Derajat II dengan tanda dan gejala seperti DHF derajat I dengan adanya
perdarahan lain seperti ekimosis, epiktasisi, hematemesis, melena, perdarahan
gusi,perdarahan rahim,telinga, dll. DHF derajat III dengan tanda dan gejala adanya
kegagalan sirkulasi darah (denyut nadi lemah dan cepat > 120bpm), kulit dingin dan
lembab, pasien mulai gelisah.Sedangkan DHF derajat IV ditandai dnegan tekanan
darah tidak teratur, denyut jantung>140 bpm, ujung jari kaki dan tangan dingin dan
berkeringat, kulit membiru serta adanya manifestasi syok hingga berujung kematian.
Jika tanda dan gejala DHF tidak segera disadari dan ditangani maka akan
memperparah gejala hingga menyebabkan beberapa komplikasi seperti adanya
perdarahan luas, syok/ renjatan, tanda ensefalitis (kejang,koma),intoksikasi air, efusi
pleura, hingga penurunan kesadaran.
Penanganan DHF pada setiap pasien membutuhkan waktu yang relatif lama
dengan rata-rata menghabiskan waktu rawat inap di rumah sakit selama 4,2 1,5hari
dengan periode sakit yang dijalani pasien rata-rata 11 hari dan dengan durasi demam
rata-rata 6 hari. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi rawat inap pada pasien
dengan DHF diantaranya adalah koreksi jumlah trombosit dan jumlah leukosit pasien.
Hal tersebut dikarenakan jumlah trombosit mempunyai peran penting dalam

menegakkan diagnosis DHF yaitu adnaya keadaan trombositopenia. Selain itu jumlah
leukosit merupakan hal penting yang harus dipantau untuk mengetahui keadaan pasien
selama dirawat di ruamh sakit dan menentukkan prognosis pada fase awal infeksi.
Kondisi leukopenia merupakan pertanda bahwa dalam 24 jam ke depan demam akan
turun dan pasien akan memasuki fase kritis.
An.A masuk ke RSUP DR.Kariadi pada tanggal 1 Maret 2015 dengan keluhan
demam dan mual. 5 hari sebelum masuk ke rumah sakit, klien mengeluh demam
tinggi terus menerus dengan diberi obat penurun panas dari dokter namun suhu tubuh
tidak turun. Kemudian klien dibawa ke rumah sakit Elizabeth dan dilakukan
pemeriksaan serologi hingga ditemukan adanya hasil positif pada IgG dan IgM.
Kemudian Ibu klien menghendaki klien dirawat di RSUP DR.Kariadi sehingga klien
dirujuk ke RSUP DR.Kariadi dan dirawat di ruang anak lantai 1.
Saat dilakukan pengkajian, didapatkan suhu tubuh klien meningkat (38,3 0C), ibu
klien mengeluh klien mual. Pemeriksaan hematologi didapatkan nilai leukosit
menurun (3,83.103u/L) dan nilai trombosit menurun (55,2.103u/L).
Dari penjelasan diatas mengenai bahayanya DHF jika tidak segera ditangani
serta hasil pengkajian dan pemeriksaan serologi dan darah pada klien, maka perlu
dilakukan penanganan yang optimal untuk memperbaiki kondisi klien dan mencegah
komplikasi yang mungkin terjadi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan dengue
haemorragic fever
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian secara komprehensif pada anak
dengan DHF
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah
keperawatan yang muncul pada klien
c. Mahasiswa mampu membuat rencana keperawatan untuk menyelesaikan
masalah keperawatan
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan mandiri maupun
kolaborasi dengan tenaga medis lain serta keluarga klien
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
f. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai