Anda di halaman 1dari 8

PRE PLANNING RELAKSASI MUSIK GAMELAN LARAS SLENDRO

DAN PELOG PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RW IV KELURAHAN


PUDAK PAYUNG
Disusun untuk memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Komunitas
Dosen Pembimbing : Ns. Artika Nurrahima, S.Kep., M.Kep

Oleh:
TYAS UTAMI ERNAWATI
22020114210026

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXIV


1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
PRE PLANNING RELAKSASI MUSIK GAMELAN LARAS SLENDRO
DAN PELOG PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RW IV KELURAHAN
PUDAK PAYUNG
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh
darah meningkat secara kronis dimana hal tersebut terjadi karena jantung
bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
nutrisi tubuh. Seseorang dengan usia 18 tahun dikatakan hipertensi jika
tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan darah diastolik 90 mmHg.
Berdasarkan data riset kesehatan dasar 2013 prevalensi hipertensi di
Indonesia tahun 2013 yang didapat melalui pengukuran pada umur 18 tahun
sebesar 26.5%. Dari angka tersebut prevalensi hipertensi di Jawa Tengah
sebesar 26,4% (menduduki peringkat ke 11 dari 33 propinsi). Menurut data
riset kesehatan dasar 2013 prevalensi hipertensi di Indonesia semakin
meningkat dengan bertambahnya umur dan perempuan cenderung lebih tinggi
dari pada laki-laki, serta cenderung lebih tinggi terjadi pada masyarakat
perkotaan dari pada pedesaan. Data tambahan menunjukkan bahwa hipertensi
cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan rendah dan kelompok tidak
bekerja, kemungkinan akibat ketidaktahuan tentang pola makan yang baik
menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Hipertensi dengan peningkatan tekanan sistole tanpa disertai peningkatan
diastole lebih sering terjadi pada lansia, sedangkan hipertensi dengan
peningkatan tekanan diastole tanpa disertai peningkatan sistole lebih sering
terdapat pada dewasa muda. Pada seseorang yang menderita hipertensi namun

tidak diobati dan menjadi penyakit menahun, gejala sakit kepala sewaktu
tidur, mata kabur, depresi, dan nokturia ternyata akan meningkat, serta
kemungkinan menjadi stroke, infark miokard, gagal ginjal, dan ensefalopati
lebih besar.
Hasil pengkajian yang telah dilakukan di RW IV Kelurahan Pudak
Payung diperoleh hasil bahwa dari 97 warga yang dilakukan pemeriksaan
tekanan darah diperoleh hasil bahwa 47 warga menderita hipertensi dengan
pembagian yaitu 12 warga menderita hipertensi tingkat I, 22 warga menderita
hipertensi tingkat II dan 9 orang menderita hipertensi tingkat III. Hasil
pengkajian juga didapatkan bahwa dari 47 warga yang menderita hipertensi
terdapat 38 orang yang mudah mengalami stress dan terdapat 39 orang yang
sering marah-marah saat stress.
Terapi non farmakologis atau komplementer sebagai upaya pelengkap
dari terapi farmakologis yang bisa mempercepat proses penyembuhan
hipertensi sangat dianjurkan yaitu seperti pengaturan diet, olahraga, teknik
relaksasi fisik berupa pernafasan diafragma, relaksasi otot progresif, pelatihan
otogenik dan teknik relaksasi mental berupa meditasi dan imajinasi mental
(National Savety Council, 2003).
Berdasarkan penelitian oleh Aryunani dkk (2009) mengenai pengaruh
teknik relaksasi pernapasan diafragma terhadp penurunan tekanan darah
menunjukkan adanya hasil positif dimana relaksasi dengan berpedoman 4
fase pernapasan yaitu fase inspirasi, fase jeda sebelum ekshalasi, fase
ekshalasi, dan fase jeda sebelum mulai menghirup nafas lagi dapat
menurunkan tekanan darah 5-10 mmHg pada masing-masing pasien.
Penelitian yang dilkakukan oleh Suhartini dkk (2012) mengenai
hubungan musik gamelan terhadap respon psikologis pasien dengan
ventilator support menunjukkan secara signifikan musik gamelan dapat
menurunkan tekanan darah sistole pada kelompok eksperimen.
Intervensi kombinasi relaksasi nafas dalam dan lambat dan musik dapat
diterapkan juga sebagai terapi komplementer untuk menurunkan tekanan
darah. Penelitian yang dilakukan oleh E Grossman dkk (2001) mengenai

Breathing-control lowers blood pressure, intervensi latihan napas dalam


dan lambat secara teratur diiringi musik (Breathe with interactive music)
secara efektif dapat menurunkan tekanan darah sistole dan diastole. Intervensi
tersebut dapat dilakukan pagi dan sore dengan durasi 10 menit setiap hari
selama 8 minggu. Penelitian di Indonesia juga mendukung penelitan tersebut,
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yuli M (2013) menunjukkan adanya
penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik setelah dilakukan intervensi
senam lansia dan relaksasi dengan musik gamelan selama 4 hari berturutturut.
Dari beberapa urain diatas, maka dari itu penulis ingin merencanakan
intervensi relaksasi pernapasan diafragma dengan diiringi musik gamelan
apda penderita hieprtensi. Diharapkan intervensi tersebut dapat dilakukan
secara mandiri di rumah dan dapat menurunkan tekanan darah secara berkala.

B. Rencana Pelaksanaan
Hari/
Tanggal

Target dan
Sasaran

Tema

Metode
Pelaksanaan

Selasa,
28
Oktober
2014

Kader dan
warga yang
menderita
hipertensi

Latihan
relaksasi
pernapasa
n
diafragma
diiringi
musik
gamelan
laras
pelog dan
slendro

Ceramah
Diskusi
Demonstrasi

Waktu dan
Tempat
Pelaksanaan
Jam :
09.30-10.00 WIB
Tempat: PAUD
Amanah

Alat dan Bahan


1.
2.
3.
4.

Leaflet
Laptop
Speaker
Musik
gamelan
laras pelog
dan slendro

Tujuan

Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1X30 menit
klien dapat:
Mendemonstrasikan
kembali
latihan
relaksasi pernapasan
diafragma
dengan
diiringi
musik
gamelan
- Mengetahui 2 dari 4
manfaat terapi musik
- Terjadi
penurunan
tekanan darah pada
klien antara 5-10
mmHg pada sistole
dan/ atau diastole.

Prosedur Intervensi
1.

2.

3.

Pra interaksi : 10 menit


a. Menyampaikan salam
b. Melakukan kontrak waktu selama 30 menit
c. Menjelaskan tujuan
d. Mengukur tekanan darah sebelum intervensi
Interaksi : 40 menit
a. Menerangkan
tentang kombinasi relak
pernapasan diafragma dan musik gamelan
b. Menerangkan tujuan dan manfaat dari relak
pernapasan diafragma dan musik gamelan
c. Mendemostrasikan
relaksasi
pernapa
diafragma dan musik gamelan
d. Diskusi
Terminasi : 10 menit
a. Mengukur tekanan darah setelah implementas
b. Pembagian
jadwal
relaksasi
pernapa
diafragma
c. Salam penutup

Setting Tempat
4

4
1

2
4

Keterangan:
1 : Penyaji
2 : Audience

3 : Supervisor
4: Fasilitator

C. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Memahami teknik

relaksasi

pernapasan

diafragma

sebelum

melakukan demonstrasi.
b. Meminta ijin waktu dan tempat dari Ketua RW IV untuk
c.
d.
e.
f.

melaksanakan demonstrasi
Menyiapkan pre planning
Menyiapkan materi dan media yang akan didemonstrasikan
Menyiapkan peserta demonstrasi
Mahasiswa melaksanakan demonstrasi relaksasi pernapasan
diafragma dan diiringi oleh musik gamelan

2. Evaluasi proses
a. Warga RW IV yang menderita hipertensi dapat menghadiri kegiatan
latihan relaksasi pernapasan diafragma dan musik gamelan sesuai
dengan tempat dan waktu yang telah ditentukan.
b. Mahasiswa mendemonstrasikan diafragma dan musik gamelan sesuai
dengan prosedur.
c. Mahasiswa melaksanakan kegiatan sesuai dengan pre planning yang
telah dibuat
d. Warga dapat mengikuti demonstrasi latihan diafragma dan musik
gamelan
e. Warga dapat mengikuti dengan tenang
3. Evaluasi hasil
a. Diharapkan pertisipan dapat melakukan demonstrasi kembali relaksasi
pernapasan diafragma secara mandiri
b. Diharapkan partisipan dapat menyebutkan 2 dari 4 manfaat terapi
musik
c. Diharapkan 75% pertisipan yang datang mengalami penurunan
tekanan darah minimal 5-10 mmHg pada sistole dan/ atau diastole.

D. Lampiran media intervensi

Media intervensi relaksasi pernapasan diafragma dengan iringan musik


gamelan menggunakan leaflet tentang tujuan dan cara melakukan intervensi,
speaker dan laptop, serta jadwal kontroling latihan relaksasi yang dilakukan
di rumah.
E. Referensi jurnal
1. Mulyawati,Yuli, Meira Erawati. 2013. Kombinasi musik gamelan serta
senam lansia untuk lansia dengan hipertensi. Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Diponegoro.
2. Aryunani, Prihadiono, Yuli. Pengaruh Teknik Relaksasi Pernapasan
Diafragma Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
Primer di Instalasi Rawat Jalan Jantung RSUD DR. Harjono Ponorogo.
3. Grossman,E, A.Grossman, et al. 2001. Breathing-Control Lowers Blood
Pressure. Journal of Human Hypertension. No.15 Pages 263-269. Nave
Ilan,Israel.
4. Suhartini, Charuwan K, Ploenpit T. 2012. Gamelan Music and
Physiological Responses in Patients with Ventilator Support. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah
Jawa Tengah.
F. Daftar Pustaka
1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan
RI.2013.Riset

Kesehatan

Dasar

2013.http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil
%20Riskesdas%202013.pdf.Diunduh pada 24 Oktober 2014 jam 07.01
WIB.
2. Tamboyang, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta:EGC
3. Baradero, Mary, Mary Wilfrid D, Yakobus S. 2008. Seri Asuhan
Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta: EGC
4. Widyastuti, P. 2004. Buku alih bahasa: Manajemen Stress. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai