OLEH:
KELOMPOK 11
MEDIA ELIZA
( 0910511011 )
ASRIYANTO
( 1110511019 )
MUHAMMAD ILHAM
( 1110512014 )
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG 2014
pemegang
kekuasaan
eksekutif
yang
dalam
memilih
juga
mempertimbangkan faktor lain. Suatu program yang efisien mungkin tidak akan
dilaksanakan karena menimbulkan distribusi pendapatan yang semakin lebar.
Sebaliknya program yang menimbulkan distribusi pendapatan yang semakin baik
akan dipilih meskipun program tersebut tidak terlalu efisien ditinjau dari hasil
analisis manfaat dan biaya.
klausul dalam Undang Undang Pengendalian Banjir AS (US Flood Control Act)
tahun 1936. CBA berkembang sebagai landasan teoritis ilmu ekonomi
kesejahteraan, terutama konsep ilmu kesejahteraan yang mengutamakan
efisiensi (Pearce, 2008: 181). CBA saat ini merupakan teknik mapan yang
banyak digunakan dalam pemerintahan maupun organisasi internasional.
Meskipun tertentu yang mendasari konsep teknik berasal dari Eropa pada 1840an, penggunaan CBA di lingkungan ekonomi merupakan model implementasi
yang tergolong baru. Implementasi CBA mulai berjalan ketika peraturan yang
ditetapkan oleh pemerintah AS yang membuat penggunaan CBA wajib di
keadaan tertentu di tahun 1930. Dua konsep dasar yang berasal dari Eropa
adalah konsep surplus konsumen dan konsep eksternalitas. Konsep surplus
konsumen diperdebatkan oleh Jules Dupuitin 1844, ketika ia menunjukkan
bahwa pengguna jalan dan jembatan di Perancis menikmati keuntungan melebihi
jumlah korban yang mereka bayar untuk penggunaan. Pigou mengembangkan
secara efektif konsep eksternalitas dengan menyatakan bahwa ada perbedaan
antara swasta ekonomi produksi dan produk ekonomi masyarakat (mishan and
Quah :243).
Tahapan CBA
Menurut Lawrence dan Mears (2004), tahapan dasar dalam melakukan
a.
b.
d.
yang terlibat)
c.
Mengidentifikasi biaya dan manfaat
Menghitung, mengestimasi, menskalakan dan mengkuantifikasi biaya dan
manfaat
e.
Memperhitungkan jangka waktu (discount factor)
f.
Menguraikan keterbatasan dan asumsi
Biaya (Cost)
Menurut Kadariah (1999), biaya dalam proyek digolongkan menjadi
empat macam, yaitu Biaya Persiapan, Biaya Investasi, Biaya Operasional, dan
Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan.
1)
Biaya Persiapan
Biaya persiapan adalah biaya yang dikeluarkan sebelum proyek yang
bersangkutan benar-benar dilaksanakan, misalnya biaya studi kelayakan pada
lahan yang akan digunakan untuk proyek termasuk di dalamnya studi kelayakan
pada daerah dan masyarakat sekitarnya dan biaya untuk mempersiapakan lahan
yang akan digunakan.
2)
Biaya Investasi atau Modal
Biaya investasi biasanya didapat dari pinjaman suatu badan atau lembaga
keuangan baik dari dalam negeri atau luar negeri. Yang termasuk biaya investasi
adalah biaya tanah, biaya pembangunan termasuk instalasi, biaya perabotan,
biaya peralatan (modal kerja).
3)
Biaya Operasional
Biaya operasional masih dapat dibagi lagi menjadi biaya gaji untuk karyawan,
biaya listrik, air dan telekomunikasi, biaya habis pakai, biaya kebersihan, dan
sebagainya.
4)
Biaya Pembaharuan atau Penggantian
Pada awal umur proyek biaya ini belum muncul tetapi setelah memasuki
usia tertentu, biasanya pada bangunan mulai terjadi kerusakan- kerusakan yang
memerlukan perbaikan. Tentu saja terjadinya kerusakan-kerusakan tersebut
waktunya tidak menentu, sehingga jenis biaya ini sering dijadikan satu dengan
biaya operasional. Selain itu, masih ada lagi biaya yang mencerminkan true
values tetapi sulit dihitung dengan uang, seperti pencemaran udara, air, suara,
rusaknya/tidak produktifnya lagi lahan, dan sebagainya.
Manfaat (Benefit)
Manfaat yang akan terjadi pada suatu proyek dapat dibagi menjadi tiga
yaitu manfaat langsung, manfaat tidak langsung dan manfaat terkait (Kadariah,
1)
1999).
Manfaat Langsung
Manfaat langsung dapat berupa peningkatan output secara kualitatif dan
kuantitatif akibat penggunaan alat-alat produksi yang lebih canggih, keterampilan
yang lebih baik dan sebagainya.
2)
Manfaat Tidak Langsung
Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang muncul di luar proyek, namun
sebagai dampak adanya proyek. Manfaat ini dapat berupa meningkatnya
pendapatan masyarakat disekitar lokasi proyek. (sulit diukur)
3)
Manfaat Terkait
Manfaat terkait yaitu keuntungan-keuntungan yang sulit dinyatakan dengan
sejumlah uang, namun benar-benar dapat dirasakan, seperti keamanan dan
kenyamanan. Dalam penelitian ini untuk penghitungan hanya didapat dari
manfaat langsung dan sifatnya terbatas, karena tingkat kesulitan menilainya
secara ekonomi.
CBA dilengkapi
dengan
pendekatan
diskonto
untuk
menghitung
preferensi
waktu
dan
taksiran
biaya
sangat
bervariasi
akibat
b.
kesejahteraan
masyarakat
dari
kebijakan
publik
yang
2003:448).
c.
Sangat kompatibel dengan penghitungan biaya manfaat kebijakan / proyek
dalam skala besar atau makro khususnya yang mempengaruhi kinerja
pembangunan daerah secara keseluruhan (Sjafrizal, 2008 :170).
Sedangkan kelemahan CBA antara lain sebagai berikut.
a.
Analisis ini membutuhkan waktu dan prosesnya yang sangat lama dan hanya
bisa diimplementasikan pada proyek/ kebijakan yang bersifat makro (Sjafrizal,
2008: 170).
b. Pemilihan kebijakan / proyek yang kurang menguntungkan bagi masyarakat. Hal
tersebut disebabkan oleh proses penghitungan manfaat secara kuantitatif,
sedangkan beberapa proyek atau kebijakan tidak dapat diukur manfaatnya
secara kuantitatif (Mangkoesobroto, 2001: 166).
c.
NPB Nilai bersih suatu proyek merupakan seluruh nilai dari manfaat
proyek dikurangkan dengan biaya proyek pada tahun yang bersangkutan dan
diperhitungkan dengan tingkat diskonto yang berlaku.penghitungannya adalah
sebagai
berikut.
investasi.
Suatu
proyek/investasi
dapat
dilakukan
apabila
laju
nol.
Rumus
yang
digunakan
adalah
sebagai
berikut.
dengan
pendekatan
diskonto
untuk
menghitung
dan
tingkat
diskonto
tertentu.
Hal
ini
disebabkan
oleh
pasar-pasar
modal.
Hal
ini
disebabkan
oleh
yang diakibatkan oleh rencana itu. Bila pemerintah memungut bayaran untuk
jasa tersebut dan harganya didasarkan atas dasar monopoli, maka hasil total,
dan karenanya jga ukuran keuntungan, akan berlainan dari jumlah yang
diperoleh bila ada keadaan persaingan bebas. Atau, bila keuntungan-keuntungan
itudiukur secara tidak langsung berdasarkan hasil penjualan produk yang
dihasilkan dengan bantuan kegiatan pemerintah (hasil pertanian dari tanah yang
mendapat pengairan), maka penjualan-penjualan itu mungkin tak akan dilakukan
dalam pasaran yang bersifat persaingan murni, atau, dalam soal hasil pertanian,
mungkin
akan dilakukan dengan harga-harga yang mungkin dibuat tinggi oleh rencana
bantuan dari pemerintah. Atau sebaliknya, terutama dengan proyek-proyek besar
di negara-negara yang sedang berkembang, proyek pemerintah itu mempunyai
pengaruh yang demikian besar terhadap sususan harga seluruhnya, sehingga
penilaian berdasarkan harga-harga lama atau baru memberikan gambaran yang
menyesatkan mengenai keuntungan-keuntungan yang sebenarnya.
c. The social discount rate
Berdasarkan asumsi bahwa seluruh biaya dan manfaat suatu proyek telah dinilai
cukup ,masalah berikutnya yang perlu dipertimbangkan berfokus pada tingkat
diskonto (disount rute) yang cocok yang akan digunakan.
Untuk tujuan analisis biaya manfaat maka perlu digunakan tingkat diskonto social
(social discount rate) . Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah
dengan menyatakan sosial discount rate sebagai suatu tingkat yang
merefleksikan preferensi masyarakat terhadap manfaat saat ini atas manfaat
yang akan diterima dimasa yang akan datang atau disebut dengan social time
preference rate (STPR)
d. Resiko dan ketidakpastian
Required rate of return akan semakin tinggi jika risiko investasi naik.
Ketidakpastian ekonomi dan hukum, kekacauan social politik, tidak adanya
jaminan keamanan, dan kebijakan yang tidak konsisten dapat meningkatkan
risiko investasi. Factor factor tersebut menyumbangkan risiko investasi suatu
Negara (country risk) yang jika sudah sangatparah dapat mengarah pada
kategori default country. Terjaminnya keamanan berinvestasi, penegakan hukum
dan demokrasi, terjaminnya property righ dan contract right dapat menurunkan
risiko investasi.