Anda di halaman 1dari 5

Proses Primer

Minyak bumi atau minyak mentah


sebelum masuk kedalam kolom
fraksinasi (kolom pemisah)
terlebih dahulu dipanaskan dalam
aliran pipa dalam furnace (tanur)
sampai dengan suhu 350C.
Minyak mentah yang sudah
dipanaskan tersebut kemudian
masuk kedalam kolom fraksinasi
pada bagian flash chamber
(biasanya berada pada sepertiga
bagian bawah kolom fraksinasi).
Untuk menjaga suhu dan tekanan
dalam kolom maka dibantu
pemanasan dengan steam (uap air
panas dan bertekanan tinggi).

Karena perbedaan titik didih


setiap komponen hidrokarbon
maka komponen-komponen tersebut akan terpisah dengan sendirinya, dimana hidrokarbon ringan
akan berada dibagian atas kolom diikuti dengan fraksi yang lebih berat dibawahnya. Pada tray
(sekat dalam kolom) komponen itu akan terkumpul sesuai fraksinya masing-masing.
Pada setiap tingkatan atau fraksi yang terkumpul kemudian dipompakan keluar kolom,
didinginkan dalam bak pendingin, lalu ditampung dalam tanki produknya masing-masing. Produk
ini belum bisa langsung dipakai, karena masih harus ditambahkan aditif (zat penambah) agar
dapat memenuhi spesifikasi atau persyaratan atau baku mutu yang ditentukan oleh Dirjen Migas
RI untuk masing-masing produk tersebut.
Proses Sekunder
Seperti yang pernah saya tulis tentang jenis minyak bumi disini, disini dan disini juga, pada
kenyataannya minyak bumi tidak pernah ada yang sama, bahkan untuk sumur minyak yang
berdekatan sekalipun. Kenyataannya banyak sumur minyak yang menghasilkan minyak bumi
dengan densitas (specific gravity) yang lebih berat, terutama untuk sumur minyak yang sudah
udzur atau memang jenis minyak dalam sumur tersebut adalah jenis minyak berat. Pada
pemompaan minyak dari dalam sumur (reservoir) biasanya yang akan terpompakan pada awalawal produksi adalah bagian yang ringannya. Sehingga pada usia akhir sumur yang dipompakan
adalah minyak beratnya.
Untuk pengolahan minyak berat jenis ini maka bisa dipastikan produk yang dihasilkan akan lebih
banyak fraksi beratnya daripada fraksi ringannya.

Rantai Hidrokarbon Minyak Bumi


Seperti kita kitahui dalam Kimia Organik bahwa senyawa hidrokarbon, terutama yang parafinik
dan aromatik, mempunyai trayek didih masing-masing, dimana panjang rantai hidrokarbon
berbanding lurus dengan titik didih dan densitasnya. Semakin panjang rantai hidrokarbon maka
trayek didih dan densitasnya semakin besar. Nah, sifat fisika inilah yang kemudian menjadi dasar
dalam Proses Primer.Jumlah atom karbon dalam rantai hidrokarbon bervariasi. Untuk dapat
dipergunakan sebagai bahan bakar maka dikelompokkan menjadi beberapa fraksi atau tingkatan
dengan urutan sederhana sebagai berikut :

1. Gas
Rentang rantai karbon : C1 sampai C5
Trayek didih : 0 sampai 50C
Peruntukan : Gas tabung, BBG, umpan proses petrokomia.
2. Gasolin (Bensin)
Rentang rantai karbon : C6 sampai C11
Trayek didih : 50 sampai 85C
Peruntukan : Bahan bakar motor, bahan bakar penerbangan bermesin piston, umpan
proses petrokomia

3. Kerosin (Minyak Tanah)


Rentang rantai karbon : C12 sampai C20
Trayek didih : 85 sampai 105C
Peruntukan : Bahan bakar motor, bahan bakar penerbangan bermesin jet, bahan bakar
rumah tangga, bahan bakar industri, umpan proses petrokimia

4. Solar
Rentang rantai karbon : C21 sampai C30
Trayek didih : 105 sampai 135C
Peruntukan : Bahan bakar motor, bahan bakar industri

5. Minyak Berat
Rentang rantai karbon dari C31 sampai C40
Trayek didih dari 130 sampai 300C
Peruntukan : Minyak pelumas, lilin, umpan proses petrokimia

6. Residu
Rentang rantai karbon diatas C40
Trayek didih diatas 300C
Peruntukan : Bahan bakar boiler (mesin pembangkit uap panas), aspal, bahan pelapis anti
bocor.
PRINSIP PEMROSESAN GAS ALAM
Penggunaan utama gas alam adalah sebagai bahan bakar (fuel) dan bahan baku industri
petrokimia (feedstock) semisal dalam industri pupuk. Ada tiga prinsip dalam pemrosesan gas
alam :
1. Purifikasi (pemurnian)

2. Separasi (pemisahan)
3. Liquefaction (pencairan)
Komposisi gas alam bervariasi antara lokasi yang satu dengan lokasi yang lain. Karena itu
spesifikasi produk gas alam biasanya dinyatakan dalam komposisi dan kriteria performansi-nya.
Kriteria-kriteria tersebut antara lain : Wobbe Number, Heating Value, inert total, kandungan air,
oksigen, dan sulfur. Wobbe Number dan Heating Value merupakan kriteria dalam pembakaran,
sedangkan kriteria lain terkait dengan perlindungan perpipaan dari korosi dan plugging.
Istilah purifikasi dan separasi sendiri mengacu pada proses yang terjadi. Jika removal H 2S dalam
jumlah kecil, maka proses bisa disebut dengan purifikasi. Akan tetapi jika jika H 2S yang hendak
dihilangkan ada dalam jumlah besar dan akan dikonversi menjadi elemental sulfur yang
mempunyai nilai jual, maka proses yang terjadi dikategorikan sebagai separasi. Overview dari
material yang ada dalam natural gas bisa dilihat pada Gambar berikut :

Gambar 1. Material dalam Pemrosesan Gas Alam

PROCESS OVERVIEW
Blok diagram pemrosesan gas alam secara umum ditunjukkan pada Gambar berikut :

Gambar 2. Skema pemrosesan gas alam

Parafin dan aspaltin adalah deposit organic yang dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan
pada formasi atau pada jaringan pengangkut. Keduanya serupa tapi tak sama. Parafin adalah
senyawa hidrokarbon rantai lurus, N-alkana dengan rantai sangat panjang (C > 100) yang
membentuk struktur kristal. Parafin memiliki titik didih lebih dari 240oF.
Alpalten merupakan struktur benzen bermuatan, memiliki densitas yang tinggi, membentuk
molekul amorf (biasanya padatan britle/getas) . Parafin dapat meleleh sedangkan asphalten
terdekomposisi, Deposit keduanya mengambang di air dan larut di air. Parafin larut dalam
heptane dan crude oil sedangkan aspalten tidak.
Sebagian besar yang ditulisnya adalah benar, tapi ada beberapa hal yang mungkin perlu
diluruskan. Jadi yang namanya minyak bumi atau sering juga disebut crude oil adalah merupakan
campuran dari ratusan jenis hidrokarbon dari rentang yang paling kecil, seperti metan, yang
memiliki satu atom karbon sampai dengan jenis hidrokarbon yang paling besar yang mengandung
200 atom karbon bahkan lebih.
Secara garis besar minyak bumi dikelompokkan berdasarkan komposisi kimianya menjadi empat
jenis, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Parafin
Olefin
Naften
Aromat

Tetapi karena di alam bisa dikatakan tidak pernah ditemukan minnyak bumi dalam bentuk olefin,
maka minyak bumi kemudian dikelompokkan menjadi tiga jenis saja, yaitu Parafin, Naften dan
Aromat.
Kandungan utama dari campuran hidrokarbon ini adalah parafin atau senyawa isomernya. Isomer
sendiri adalah bentuk lain dari suatu senyawa hidrokarbon yang memiliki rumus kimia yang
sama. Misal pada normal-butana pada gambar berikut memiliki isomer 2-metil propana, atau
kadang disebut juga iso-butana. Keduanya memiliki rumus kimia yang sama, yaitu C4H10 tetapi
memiliki rumus bangun yang berbeda seperti tampak pada gambar.
Jika atom karon (C) dinotasikan sebagai bola berwarna hitam dan atom hidrogen (H) dinotasikan
sebagai bola berwarna merah maka gambar dari normal-butan dan iso-butan akan tampak seperti
gambar berikut :
Senyawa hidrokarbon normal sering juga disebut sebagai senyawa hidrokarbon rantai lurus,
sedangkan senyawa isomernya atau iso sering juga disebut sebagai senyawa hidrokarbon rantai
cabang. Keduanya merupakan jenis minyak bumi jenis parafin.
Sedangkan sisa kandungan hidrokarbon lainnya dalam minyak bumi adalah senyawa sikloparafin yang disebut juga naften dan/atau senyawa aromat. Berikut adalah contoh dari sikloparafin dan aromat.
Keluarga hidrokarbon terebut diatas disebut homologis, karena sebagian besar kandungan yang
ada dalam minyak bumi tersebut dapat dipisahkan kedalam beberapa jenis kemurnian untuk
keperluan komersial. Secara umum, di dalam kilang minyak bumi, pemisahan perbandingan
kemurnian dilakukan terhadap hidrokarbon yang memiliki kandungan karbon yang lebih kecil

dari C7. Pada umumnya kandungan tersebut dapat dipisahkan dan diidentifikasi, tetapi hanya
untuk keperluan di laboratorium.
Campuran siklo parafin dan aromat dalam rantai hidrokarbon panjang dalam minyak
bumi membuat minyak bumi tersebut digolongkan menjadi minyak bumi jenis aspaltin.
Minyak bumi di alam tidak pernah terdapat dalam bentuk parafin murni maupun aspaltin murni,
tetapi selalu dalam bentuk campuran antara parafin dan aspaltin. Pengelompokan minyak bumi
menjadi minyak bumi jenis parafin dan minyak bumi jenis aspaltin berdasarkan banyak atau
dominasi minyak parafin atau aspaltin dalam minyak bumi. Artinya minyak bumi dikatakan jenis
parafin jika senyawa parafinnya lebih dominan dibandingkan aromat dan/atau siklo parafinnya.
Begitu juga sebaliknya.
Dalam skala industri, produk dari minyak bumi dikelompokkan berdasarkan rentang titik
didihnya, atau berdasarkan trayek titik didihnya. Pengelompokan produk berdasarkan titik didih
ini lebih sering dilakukan dibandingkan pengelompokan berdasarkan komposisinya.
Minyak bumi tidak seluruhnya terdiri dari hidrokarbon murni. Dalam minyak bumi terdapat juga
zat pengotor (impurities) berupa sulfur (belerang), nitrogen dan logam. Pada umumnya zat
pengotor yang banyak terdapat dalam minyak bumi adalah senyawa sulfur organik yang disebut
merkaptan. Merkaptan ini mirip dengan hidrokarbon pada umumnya, tetapi ada penambahan satu
atau lebih atom sulfur dalam molekulnya, seperti pada gambar berikut :

Senyawa sulfur yang lebih kompleks dalam minyak bumi terdapat dalam bentuk tiofen dan
disulfida. Tiofen dan disulfida ini banyak terdapat dalam rantai hidrokarbon panjang atau pada
produk distilat pertengahan (middle distillate).
Selain itu zat pengotor lainnya yang terdapat dalam minyak bumi adalah berupa senyawa halogen
organik, terutama klorida, dan logam organik, yaitu natrium (Na), Vanadium (V) dan nikel (Ni).
Titik didih minyak bumi parafin dan aspaltin tidak dapat ditentukan secara pasti, karena sangat
bervariasi, tergantung bagaimana komposisi jumlah dari rantai hidrokarbonnya. Jika minyak bumi
tersebut banyak mengandung hidrokarbon rantai pendek dimana memiliki jumlah atom karbon
lebih sedikit maka titik didihnya lebih rendah, sedangkan jika memiliki hidrokarbon rantai
panjang dimana memiliki jumlah atom karbon lebih banyak maka titik didihnya lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai

  • Radon
    Radon
    Dokumen4 halaman
    Radon
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Radon
    Radon
    Dokumen4 halaman
    Radon
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Iterbium
    Iterbium
    Dokumen3 halaman
    Iterbium
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • KLOR
    KLOR
    Dokumen5 halaman
    KLOR
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • He Lagi
    He Lagi
    Dokumen2 halaman
    He Lagi
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Molibdenum
    Molibdenum
    Dokumen4 halaman
    Molibdenum
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Proses Primer
    Proses Primer
    Dokumen5 halaman
    Proses Primer
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Osmium
    Osmium
    Dokumen1 halaman
    Osmium
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Prometium
    Prometium
    Dokumen4 halaman
    Prometium
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Serium
    Serium
    Dokumen2 halaman
    Serium
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Stronsium
    Stronsium
    Dokumen4 halaman
    Stronsium
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Kripton
    Kripton
    Dokumen7 halaman
    Kripton
    linaariani90
    100% (1)
  • Natrium
    Natrium
    Dokumen12 halaman
    Natrium
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Radon
    Radon
    Dokumen4 halaman
    Radon
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Meitnerium
    Meitnerium
    Dokumen2 halaman
    Meitnerium
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Platina
    Platina
    Dokumen2 halaman
    Platina
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Prometium
    Prometium
    Dokumen4 halaman
    Prometium
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Natrium
    Natrium
    Dokumen12 halaman
    Natrium
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Neon
    Neon
    Dokumen5 halaman
    Neon
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Osmium
    Osmium
    Dokumen1 halaman
    Osmium
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Lutetium
    Lutetium
    Dokumen3 halaman
    Lutetium
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Lantanium
    Lantanium
    Dokumen4 halaman
    Lantanium
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • LANTANIDA
    LANTANIDA
    Dokumen3 halaman
    LANTANIDA
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Perak
    Perak
    Dokumen6 halaman
    Perak
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Molibdenum
    Molibdenum
    Dokumen4 halaman
    Molibdenum
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Klor (CL)
    Klor (CL)
    Dokumen3 halaman
    Klor (CL)
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • KLOR
    KLOR
    Dokumen5 halaman
    KLOR
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Kadnium
    Kadnium
    Dokumen6 halaman
    Kadnium
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Kalsium
    Kalsium
    Dokumen2 halaman
    Kalsium
    linaariani90
    Belum ada peringkat
  • Kalium
    Kalium
    Dokumen4 halaman
    Kalium
    linaariani90
    Belum ada peringkat