Anda di halaman 1dari 19

13 STRATEGI PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PENERAPAN MBS Konsep

MBS merupakan kebijakan baru yang sejalan dengan paradigma desentraliasi dalam
pemerintahan. Strategi apa yang diharapkan agar penerapan MBS dapat benarbenar meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu strategi adalah menciptakan
prakondisi yang kondusif untuk dapat menerapkan MBS, yakni :
1. Peningkatan kapasitas dan komitmen seluruh warga sekolah, termasuk
masyarakat dan orangtua siswa. Upaya untuk memperkuat peran kepala sekolah
harus menjadi kebijakan yang mengiringi penerapan kebijakan MBS. An essential
point is that schools and teachers will need capacity building if school-based
management is to work. Demikian De grouwe menegaskan.
2. Membangun budaya sekolah (school culture) yang demokratis, transparan, dan
akuntabel. Termasuk membiasakan sekolah untuk membuat laporan
pertanggungjawaban kepada masyarakat. Model memajangkan RAPBS di papan
pengumuman sekolah yang dilakukan oleh Managing Basic Education (MBE)
merupakan tahap awal yang sangat positif. Juga membuat laporan secara insidental
berupa booklet, leaflet, atau poster tentang rencana kegiatan sekolah. Alangkah
serasinya jika kepala sekolah dan ketua Komite Sekolah dapat tampil bersama
dalam media tersebut.
3. Pemerintah pusat lebih memainkan peran monitoring dan evaluasi. Dengan kata
lain, pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu melakukan kegiatan bersama
dalam rangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan MBS di sekolah, termasuk
pelaksanaan block grant yang diterima sekolah.
4. Mengembangkan model program pemberdayaan sekolah. Bukan hanya sekedar
melakukan pelatihan MBS, yang lebih banyak dipenuhi dengan pemberian informasi
kepada sekolah. Model pemberdayaan sekolah berupa pendampingan atau fasilitasi
dinilai lebih memberikan hasil yang lebih nyata dibandingkan dengan pola-pola
lama berupa penataran MBS. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam MBS
dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut:
1. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran
dengan baik, lancar, dan produktif.
2. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat
melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan
pendidikan.
4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan guru dan pegawai lain disekolah.
5. Bekerja dengan tim manajemen

6. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. Satu cara yang berguna dalam menyimpulkan adalah melihat
tantangan sebagai satu cara menciptakan suatu jenis sistem pendidikan baru yang
sesuai abad ke-21. Kita membutuhkan sistem-sistem baru yang terus-menerus mampu
merekonfigurasi kembali dirinya untuk menciptakan sumber nilai publik baru. Ini
berarti secara interaktif menghubungkan lapisan-lapisan dan fungsi tata kelola yang
berbeda, bukan mencari cetak biru (blueprint) yang statis yang membatasi berat
relatifnya. Pertanyaan mendasar bukannya bagaimana kita secara tepat dapat
mencapai keseimbangan yang tepat antara lapisan-lapisan pusat, regional, dan lokal
atau antara sektor-sektor berbeda: publik, swasta, dan sukarela. Justeru, kita perlu
bertanya Bagaimana suatu sistem secara keseluruhan menjadi lebih dari sekedar
jumlah dari bagian-bagiannya?. Secara sederhana dikatakan, manajemen berbasis
sekolah bukanlah senjata ampuh yang akan menghantar pada harapan reformasi
sekolah. Bila diimplementasikan dengan kondisi yg benar, ia menjadi satu dari sekian
strategi yang diterapkan dalam pembaharuan terus-menerus dengan strategi yang
melibatkan pemerintah, penyelenggara, dewan manajemen sekolah dalam satu sistem
sekolah. Untuk lebih jelasnya, silahkan baca juga, artikel yang berhubungan dengan
Artikel Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Penerapan MBS, antara lain : ....
Baca Selengkapnya di : HTTP://WWW.M-EDUKASI.WEB.ID/2013/02/STRATEGIPENINGKATAN-MUTU-PENDIDIKAN.HTML
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidika Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan
MANAJEMEN STRATEGIK DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
Diresume dari Buku : manajemen Starategik dalam peningkatan mutu
pendidikan
Karya : Dr.H. Syaiful Sagala, M.Pd.
I. Sekolah Sebagai Bagian Sistem Pendidikan
Pendidikan adalah karya bersama yang berlangsung dalam suatu pola kehidupan insani tertentu. Menurut Websters
New World Dictionary (1962), Pendidikan adalah Proses pelatihan dan pengembangan pengetahuan, keterampilan,
pikiran karakter, dan seterusnya, khususnya lewat persekolahan forma. Pemahaman mengenai pendidikan
mengacu pada konsep tersebut menggambarkan bahwa pendidikan memiliki sifat dan sasarannya yaitu manusia.
Ilmu pendidikan menyusun batang tubuh pengetahuan teoritis berdasarkan epistemology keilmuan secara logis,
analitis, sistematis dan teruji dengan mengembangkan postulat, asumsi, prinsip, dan konsep pendidikan. Atas dasar
pikiran tersebut, dibangun teori-teori pendidikan dengan dibantu oleh teori-teori keilmuan di luar bidang pendidikan
yang dapat membantu arti dan makna pendidikan. Ilmu pendidikan juga disebut juga padagogik, yaitu merupakan
terjemahan dari bahasa inggris yaitu padagogics. Padagogics sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu pais yang
artinya anak, dan again yang artinya membimbing.
Dari pengertian itu dapat dipahami bahwa pendidikan mengandung pengertian bimbingan yang diberikan pada
anak. Orang memberikan bimbingan kepada anak disebut pembimbing atau pedagog . Dalam perkembangannya,
istilah pendidikan (pedagogy) berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan pada anak atau orang dewasa
secara sadar dan bertanggung jawab, baik mengenai aspek jasmaninyamaupun aspek rohaninya menuju ke tingkat
kedewasaan anak. Jika anak telah dewasa dalam arti jasmaniah dan rohaniah, maka berarti pendidikan itu telah
selesai.
Teori pendidikan terutama besumber dari filsafat, psikologi, dan antropologi yang menjelaskan realitas pendidikan
(educational reality) dari pengalaman pendidikan (educational experience) dan objeknya sebagai dasar dari suatu
teori. Teori pendidikan menurut Barnadib (1996:8) adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana seyogyanya

pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktik adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara konkretnya
(nyatanya).
Ilmu pendidikan adalah ilmu yang secara sistematis dan sistematik mempelajari interaksi sosial budaya antar peserta
didik dan pendidik (1) berlqangsung secara sadar, walaupun dalam pelaksanaannya berbagai unsur dari interaksi
tersebut dapat berlangsung tanpa disadari atau disengaja. (2) terwujud melalui media tertentu, dalam situasi dan
lingkungan tertentu, di sekolah maupun di luar sekolah secara berkesinambungan; (3) dapat ditinjau dari aspek mikro
maupun makro; dan (4) selalu sarat makna, yaitu subjek dan objek tidak dapat dilihat terpisah satu dengan yang
lainnya dalam menjelaskan realitas pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan membantu siswa mendewasakan dirinya, sebagai pribadi, bermoral,
dan bertanggung jawab. Ilmu pendidikan memiliki objek studi, isi dan metoda kerja yang memebedakannnya dari
ilmu lain. Pendidikan seumur hidup sebuah sistem konsep pendidikan yang memerangkan keseluruhan peristiwa
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan hidup manusia. Sebelum anak memasuki
pendidikan formal di sekolah, Anak tersebut lebih dahulu mendapatkan pendidikan informal di keluarga.
Pada dasarnya, pendidikan baik yang bersifat informal, formal dan nonformal adalah usaha manusia (pendidik) yang
dilakukan secara sadar dan terencana dengan penuh tanggung jawab membimbing anak-anak didik menjadi
kedewasaan baik fisik maupun psikis. Dalam buku Republika oleh Plato (427-327 BC) pada zaman peradaban
Yunani pendidikan formal dikonsepsikan sebagai proses penyiapan tiga tipe manusia sebagai warga pendukung
terwujudnya negara ideal.
Ketiga tipe manusia itu (1) pemikir, sebagai pengatur Negara; (2) kesatria, sebagai pengaman Negara; dan (3)
pengusaha, sebagai penjamin kemakmuran dan kesejahteraan Negara dengan segenap warganya (makmum,
2000:20). Pendidikan yang mendesain menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) pada tingkat kualitas global ini,
mununjukkan bahwa lembaga pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, desain pendidikannya
diarahkan untuk menyiapkan SDM dengan kualitas global atau internasional yaitu.
1. ilmuwan juga pemikir seperti fisikawan, ekonom, sosiolog, dan berbagai bidang ilmu lainnya yang aktif dalam
bidang penelitian dan pengembangan yang kompetitif pada tingkat global.
2. politisi, negarawan, diplomat dan sebagainya setelah memperoleh ilmu pengetahuan difasilitasi dengan berbagai
kegiatan organisasi sampai pada taraf internasional.
3. pengusaha seperti pedagang antar Negara, ekspor dan impor, dan sector usaha lainnyayang mampu bersaing
pada tingkat internasional.
4. kesatria atau perwira yang mempunyai kemampuan tingkat internasional baik pada anagkatan darat, angkatan
laut, angkatan udara, juga kepolisian.
5. agamawan atau ulama yang memiliki kewibawaan pada tingkat internasional.
Setelah pemerintah dan masyarakat melalui program penyelenggaraan suatu pendidikan pada semua jenjang dan
jenis pendidikan menyiapkan SDM berkualitas internasional, maka disipkan pula SDM Berkualitas nasional, melalui
jalur pendidikan dasar, menengah, dan perfuruan tinggi pada tingkat nasional baik pada birokrasi pemerintaha,
sector swasta, dan wirausaha berbagai sektor dan berbagai bidang kehidupan sebagai berikut.
1. ilmuan atau akademis pada berbagai disiplin ilmu yang mengembangkan ilmunya di berbagai perguruan tinggi
maupun lembaga penelitian dan pengembangan pada instansi pemerintah maupun swasta yang ada diseluruh
Indonesia.
2. politisi, negarawan dan sebagainya yaitu SDM yang menempati posisi eksekutif, legislatif, dan yudikatif pada tatar
nasional.
3. perwira tinggi dan pewira menengah pada semua angkatan dan polri yang pada pengembangannya karirnya dapat
sampai pada taraf internasional.
4. ulama sebagai pengawal moral bangsa pada tingkat nasional.
Sistem, model, dan strategi pendidikan yang demikian itu memeng memerlukan biaya, tenaga guru dan
kependidikan, serta fasilitas belajar yang memenuhi syarat. Menyiapkan SDM berkualitas Regional, mulai pendidikan
dasar, menengah dan perguruan tinggi untuk mengisi posisi-posisi penting pada tingkat regional provinsi dan
kabupaten/kota sebagai berikut.
1. Intelektual dan ilmuan berbagai bidang keilmuan
2. politisi pada klembagaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif
3. pengusaha industri, jasa, pertanian, dan sektor lainnya
4. perwira pertama, menengah dan tinggi
5. ulama sebagai pengawal ideologi dan moral bangsa
Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah memeprsiapkan hidup (Mudyahrdjo, 2001:4). Pendidikan bertujuan memenuhi
seperangkat hasil pendidikan yang dapat dicapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan.
Tujuan pendidikan dilaksanakan bertingkat (1) tujuan pendidikan nasional yang hendak dicapai dalam system
pendidikan yang berskala nsional. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) oleh UUSP No. 20 tahun 2003 Pasal 3
menyatakan bahwa pendidikan bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan; (2) tujuan
institusional yaitu tujuan yang hendak dicapai oleh suatu lembaga pendidikan atau satuan pendidikan tertentu; (3)
tujuan kurikulum yaitu tujuan yang hendak dicapai oleh suatu bidang ilmu atau program studi, bidang studi, mata
pelajaran, dan suatau ajaran yang disusun berdasarkan tujuan institusional; dan (4) tujuan instruksional atau tujuan
pengajaran yaitu tujuan yang hendak dicapai setelah selesai diselenggarakan suatu proses pembelajaran disususn
berdasarkan tujuan kurikulum sesuai pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang dituangkan dalam alokasi waktu
tertentu. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa, tujuan pendidikan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya dan menguasai ilmu pengetahuan, dengan sasaran menjangkau segenap peserta didik dari semua jenis
dan kategori umur (sepajang hayat).
Fungsi Pendidikan
UUSPN No. 20 tahun 2003 bmenegaskan bahwa fungsi pendidikan mengembagnkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Fungsi-fungsi
yang pekerja dalam pencapaian tujuan pendidikan disebut proses pendidikan yaitu runtutan perubahan atau
peristiwa pendidikan yang mengalami perkembangan atau kemajuan dari waktu ke waktu. Proses belajar di sekolah
berfungsi sebagai pengarah bagi penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, keterampilan, seni dan sikap yang akan
diperoleh manusia yang belajar untuk mengembangkan potensi dirinya memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan meningkatkan mutu kehidupan dan martabat masyarakat
Indonesia dalam mewujudkan tujuan pendidikan nsional dan tujuan pembangunan nasional. Dapat ditegaskan fungi
sekolah antara lain menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pembelajaran dengan prinsip inovatif, kreatif, efektif,
dan berprestasi guna mempersiapkan siswa yang berkualitas untuk hidupm dalam masyarakat memeanfaatkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan atau mengikuti pendidikan berikutnya.
Sifat dan Produk pendidikan
Sifatnya ilmu pendidikan menurut Konsorsium ilmu Pendidikan (1991:4) merupakan disiplin keilmuan tersendiri dan
menghasilkan konsep-konsep dasar, teori-teori tentang pendidikan seperti belajar dengan berbuat (Learning by
doing), bleajar bebas, pendidikan sepanjang hidup (longlife education), belajar mencapai kemandirian; dan (2) di
samping itu ilmu pendidikan menerapkan konsep-konsep dasar, teori-teori yang dikembangkan dalam ilmu-ilmu yang
lain seperti filsafat, psikologi, sosiologi, admistrasi, manajemen, antropologi, politik, dan ekonomi yang memeng
diperlukan baik untuk memeprkaya konsep/teori kependidikan yang ada maupun untuk meningkatkan upaya
rekayasa pendidikan.ada lima komponen inti ilmu pendidikan sebagai berikut,
1. Kurikulum yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pengajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
2. Belajar yang merupakan komponene ilmu pendidikan yang berkenan dengan proses pelaksanaan interaksi ditinjau
dari sudut peserta didik.
3. Mendidik dan mengajar, yang merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan proses pelaksanaan
interaksi ditinjau dari sudut pendidik.
4. Lingkungan pendidikan yang merupakan komponene ilmu pendidikan yang berkenaan dengan situasi yaitu
interaksi tersebut berlangsung beserta unsur-unsur penunjangnya.
5. Penilaian, yang merupakan komponene ilmu pendidikan yang berkenaan dengan cara mengetahui tujuan yang
ingin dicapai melalui interaksi tersebut telah terwujud dalam diri peserta didik.
Fungsi produksi dalam pendidikan menurut Levin (1974-1976) berhubungan dengan kepandaian siswa, karena
inefesiensi yang muncul yaitu sekolah tidak dioperasikan pada apa yang diketahui sebagai production frontier,
Sumber tidak dikaitkan dengan penggunaan teknologi, dan sekolah tidak merespon keinginan masyarakat.
W.G.Molenkopt dan Donal Melville (1956) mengemukakan fungsi produksi pendidikan berhubungan secara signifikan
dengan keberhasilan sisiwa dan memiliki kemampuan bersaing dengan cara-cara yang sportif dan bertanggung
jawab. Konsep-konsep dasar/metode berpikir bidang ilmu, teknologi, seni, serta teori dan konsep pendidikan yang
berlaku dipelajari secara utuh, sehingga produknya adalah ada pemahaman menyeluruh.
Yaitu mengenai konsep dan pola piker ilmu pendidikan maupun implikasinya. Terhadap mutu layanan pendidikan
pada semua jenjang dan jenis pendidikan. Produk pendidikan memiliki budaya yang didefinisikan sebagai

masyarakat yang berberadaban dan berbudaya, memiliki kebebasan yang merefleksikan kreatifitas dalam
dinamikanya secara komprehensif menuju kehidupan yang sejahtera diatur oleh norma hokum yang kuat,
sebagaimana dicita-citakan seluruh masyarakat dan bangsa.
Sistem Pendidikan Nasional
Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi tempat berlangsungnya administrasi dan manajemen pendidikan,
tumbuh menjadi besar yang kemudian permasalahannya akan menjadi kompleks dalam suatu system pendidikan
nasional. Sistem sebagai suatu keseluruhan yang utuh yang hidup dan sengaja dirancang dengan komponennya
yang berkaitan dengan perkiraan untuk berfungsi secara terpadu demi tercapainya tujuan-tujuan yang sebelumnya
telah ditetapkan, yaitu tujuan akan menentukan makna dari sistem pendidikan nasional adalah alat dan tujuan yang
mencapai cita-cita pendidikan nasional.
Ciri-ciri sistem pendidikan nasional berakar pada kebudayaan nasional berdasarkan Pancasila, merupakan suatu
kebulatan yang dikembangkan dalam usaha mencapai tujuan nasional, mencakup jalur pendidikan sekolah dan luar
sekolah.
Sistem menurut Immegart (1972:5) merupakan satu kesatuan yang utuh dengan bagiannya yang tersusun secara
sistematis yang mempunyai relasi yang satu dengan yang lainnya sesuai dengan konteksnya (Pidarta, 1988:25).
Sedangkan pendekapan system adalah cara berpikir dan bekerja menggunakan konsep-konsep teori system yang
relevan dalam memecahkan masalah. Ditinjau dari sudut manajemen sistem, pendekatan system yang bertitik tolak
pada pragmatis untuk mencapai manfaat, dengan mempergunakan metode sintesis atau memaduka unsur-unsur
menjadi kesatuan, untuk mengintegrasikan operasi-operasi kerja melalui perancangan operasional menekankan
pada jarinagn hubungan unsur-unsurnya (Mudyahardjo, 2001:40). Sistem pendidikan dan program pendidikan
nasional memeperhatikan asa pemerataan dan keadilan yang diwujudkan dalam bentuk mendapatkan kesempatan
yang sama bagi warga negara untuk memperoleh pendidikan. Suatu proses pendidikan selalu berkaitan dengan
kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), peningkatan kulitas kehidupan dan kondisi suatu masyarakat,
dalam perkembangan dan pertumbuhannya tidak dapat dipisahkan dari sistem hidup. Peningkatan kualitas hidup
masyarakat sebagai produk pendidikan ditandai dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
peningkatan kualitas keterampilan.
Hieraki Profesi Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan bertugas memberikan layanan teknis kependidikan di sekolah untuk meningkatkan mutu
manajemen sekolah. Tugas pekerjaan penelitian dan pengembangan (yang mugkin diorganisasikan baik di tatar
makroskopik maupun mesoskopiknya) yang dilakukan oleh peneliti, selain itu dalam sistem pendidikan yang mengaju
pada peningkatan mutu secara terus menerus masih terdapat berbagai kegiatan penunjang penyelenggaraan
pendidikan seperti laboratorium oleh labora, perpustakaan oleh pustakawan, pusat sumber belajar, instalasi/studio,
asrama, usaha kesehatan sekolah, dan UPT lainnya.
Teori Ilmu Pengetahuan dalam Struktur Ilmu Pendidikan
Teori-teori ilmu pengetahuan yang dapat digunakan bidang keahlian struktur internal ilmu pendidikan ini antara lain
filsafat (untuk memahami ontology, epistemology, dan aksiologi ilmu pendidikan). Psikologi untuk memahami perilaku
dan fenomina psikis dalam belajar. Sosiologi untuk memahami lingkungan social masyarakat yang berkaitan dengan
pendidikan. Antropologi untuk mengenal eksistensi anak sebagai manusia yang berbudaya. Ekonomi untuk
menghitung unit cost dan anggaran yang diperlukan dalam pengelolaan pendidikan juga dapat menghitung tingkat
pengembaliannya dalam bentuk penyediaan sumber daya manusia, dan sebagainya.
Problematika Administrasi dan Manajemen Sekolah
a. Team Work Sekolah
Berbagai penelitian yang berkaitan dengan keefektifan sekolah menyimpulkan bahwa kelemahan utama manajemen
pendidikan adalah pada team working yang tidak solid. Tidak semua personal pada satuan pendidikan pimpinanya
selalu memiliki orang-orang tertentu sebagai orang kepercayaan, meskipun orang itu menurut pandangan personal
lainnya atas dasar pengalaman bekerja sama sesungguhnya tidak terlalu istimewa. Jika model manajemen yang
demikian ini berkepanjangan yaitu berlanjut terus menerus, seberapa besarpun anggaran yang disediakan oleh
pemerintah atau masyarakat terhadap lembaga tersebut untuk penyelenggaraan pendidikan, seberapa banyakpun
penataran dan pelatihan yang disediakan pemerintah untuk guru dan tenaga kependidikan tetap saja mutu
manajemen dalam keadaaan yang buruk dan hasilnya mengecewakkan karena mutunya rendah.
b. Kompleksitas Birokrasi Pendidikan
Dalam pasal 1 ayat 10 UUSPN No. 20 tahun 2003 mengatakan suatu pendidikan adalah kelompok layanan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada jenjang dan jines
pendidikan. Hal ini berarti Dinas Pendidikan di Provinsi dan Kabupaten/Kota merupakan unsur pelaksanaan

Pemerintah daerah. Oleh karena itu persyaratan pejabat yang ada pada lingkungan Dinas Pendidikan adalah
persyaratan pengangkatan jabatan pada Pemerintah Daerah yaitu pengangkatan jabatan pada pendidikan pada
umumnya atas dasar golongan pengangkatan, pendidikan kedinasan, eleson jabatan sebelumnya, dan DP3 terakhir
bukan atas dasar profesionalisasipendidikan dalam arti berijasah pendidikan dan pengalamannya dalm bidang
pengelolaan pendidikan. Pernyataan diatas ini diperjelas oleh PP No. 38 tahun 1992 Pasal 4 Ayat 1 mengatakn
hirarki yang diberlakukan untuk tenaga pendidik di masing-masing satuan pendidikan didasarkan atas dasar
wewenang dan tanggung jawab dalm kegiatan belajar mengajar, Ayat 2 mengatakan hirarki yang diberlakukan untuk
tenaga kependidikan yang bukan tenaga pendidik didasarkan pada pengaturan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing.
c. Sekolah dalam Birokrasi Pemerintah
Birokrasi cenderung memeprlakukan kepala sekolah hanya sebagai pelaksana teknis dari unit kerja mereka, bukan
dipandang sebagai pemimpin institusi professional kependidikan yang memiliki otonomi atas dasar professional
tersebut.
d. Kinarja Guru Kinerja Pengawas Sekolah
Kinerja guru selama ini terkesan tidak optimal.Guru melaksanakan tugasnya hanya sebagai kegiatan rutin, ruang
kreatifitas. Inovasi bagi guru relatif tertutup dan kreatifitasnya, guru tersebut cenderung dinilai membuang-buang
waktu dan boros.
e. Kinerja Pengawasan Sekolah
Ketika Dinas Pendidikan menyusun rencana strategi hasil kerja pengawas tidak menjadi bahan pertimbangan yang
penting untuk menyusun rencana kerja selanjutnya sebagai upaya perbaikan mutu pendidikan yang lebih baik.
f. Manajemen Sekolah
Tiga faktor yang menyebabkan manajemen sekolah tidak efektif yaitu (1) umunya kepala sekolah memiliki otonomi
sangat terbatas dalam mengelola sekolah dan memutuskan pengalokasian sumber daya;(2) kepala sekolah
diidentifikasi kurang memiliki keterampilan mengelola sekolah dengan baik; dan (3) kecilnya peran serta masyarakat
merupakan bagian dari peran kepemimpinan kepala sekolah.
II. Konsep Administrasi dan Manajemen Sekolah
Secara teoritik pengertian administrasi melayani secara intensif, sedangkan secara etimologis administrasi dalam
bahasa Inggris administer yaitu kombinasi dari kata latin yang terdiri dari AD dan MINISTRARE yang berarti to
serve melayani, membantu dan memenuhi. Lebih jelas lagi, kata AD berarti intensif sedang MINISTRARE berbentuk
kata benda yang berarti melayani secara intensif dan mengarahkan. Jadi, secara etimologis administrasi adalah
melayani secara intensif dan administrasi sekolah adalah melayani secara intensif yaitu pada intinya melaksanakan
layanan belajar. Kata administration dan kata administrativus yang kemudian dalam bahasa Inggris menjadi
administration dan dalam bahasa Indonesianya administrasi.
Selain itu Indonesia dikenal istilah administratie yang berasal dari bahasa Belanda yang pengertiannya lebih sempit,
sebab terbatasnya pada aktivitas ketatausahaan yaitu kegiatan penyusunan keterangan secara sistematis dan
pencatatan secara tertulis secara keterangan yang diperoleh dan diperlukan mengenai hubungannya satu sama
lain.dilihat dari kedudukan dan perananya administrasi dan manajemen bukanlah ilmu yang eksklusif berdiri sendiri,
tetapi ilmu ini tumbuh dan berkembang dengan didukung oleh ilmu-ilmu social sepereti sosiologi, antropologi, politik,
psikologi, ekonomi, dan hukum.
Administrasi sekolah sebagai proses manajemen ditunjukkan untuk melihat apakah pemanfaatan sumber-sumber
daya sekolah yang ada sudah diberdayakan secara optimal dalam mencapai tujuan dan apakah sudah mencapai
sasaran yang ditetapkan. Kemudian apakah dalam mencapaian tujuan tidak terjadi pemborosan dilihat dari
penggunaan sumber daya. Sumber daya yang dimaksud merupakan SDM, dana, fasilitas belajar, sarana dan
prasarana sekolah, serta waktu. Dari berbagai hasil penelitian tampak bahwa dalam proses belajar dan mengajar,
ternyata sumber daya sekolah yang tersedia belum dimanfaatkan secara baik, sering pula ditemukan waktu konta
guru dan peserta didik di kelas tidak dimanfaatkan secara baik hanya sekadar melepaskan waktu-waktu pelaksanaan
tugas.
Oleh karena itu, sekolah sebagai industri jasa proses linier atau sirkuler. Proses linier adalah model proses
manufaktur yang terapkan dalam organisasi sekolah. Sedangkan pada proses sirkuler, sekolah sebagai penghasilan
jasa pendidikan dan para pengelola sekolah adalah pengguna jasa internal yang dapat menerima masukan dari
pengguna jasa tertier, dalam arti kebutuhan dari pengguna jasa pendidikan yaitu siswa dan orang tua siswa.
Ruang lingkup pembahasan administrasi sekolah difokuskan pada profesionalisme pengelola sekolah oleh tenaga
kependidikan sebagai suatu sistem administrasi dilihat dari segi kelembagaan sekolah dan profesionalisme
pengajaran oleh tenaga pendidik dilihat dari manajemen pembelajaran di kelas maupun tempat kegiatan belajar

lainnya. Kedua hal ini sebagai bagian dari terintegrasi dalam kegiatan operasional sekolah untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Mempelajari administrasi sekolah bagi para pengelola sekolah dan masyarakat yang peduli terhadap sekolah
dimaksudkan untuk memberi pemahaman yang komprehensif dan mengembangkan keterampilan serta kemampuan
bidang administrasi sekolah untuk menunjang efektivitas dan efisiensi tugasnya sebagai guru dalam kegiatan
pembelajaran atau pimpinan sekolah dan tenaga kependidikan lainnya dalam pengelolaan sekolah.
Administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi komunikasi. Komunikasi memainkan peranan penting dalam
menggerakkan organisasi, komunikasi yang tersumbat menjadikan organisasi bergerak lambat dan tidak akan
mampu bersaing. Akhirnya para guru, tenaga kependidikan dan kepala sekolah harus memahami secara utuh
admistrasi sekolah, mampu dan terampil menerapkannya dalam penyelenggaraan program sekolah.
Manajemen didefinisikan oleh bParker Follet (Daft dan Steers, 1986) sebagai the art of getting things done through
people atau diartikan lebih luas sebagai proses pencapaian tujuan melalui pendayagunaan sumber daya manusia
dan materil secara efisien (Boford dan Bedeian, 1988).
Koont O Donnel (1984) mengemukakan bahwa:management is the process of designing and maintaining an
environtment in which individuals, working together in groups, efficiency accopmplish selected aims. This basic
definition needs to be expanded (1)as manager people carry out the managerial function of planning, oorganizing,
straffing, leading and controlling; (2) management applies to any kind of organization; (3) it applies to managers at all
organization level; (4) the aim of oll managers is the same to create a surplus: and (5) managing is concerned with
productivity; this implies effectiveness and afficiency.
Pengertian tersebut mengandung makna bahwa manajemen adalah proses merencanakan dan memeprtahankan
lingkungan di mana individu dapat bekerja sama dalam kelompok, secara efisien dalam rangka mencapaiu tujuan.
Pengertian ini memberi arti (1) sebagai manajer melaksanakan fungsi manajemen antara lain; perencanaan,
pengorganisasian, pembagian staf, mengarahkan dan pengawasan; (2) menerapkan manajemen untuk kebaikan
organisasi; (3) berlaku untuk manager pada setiap level organisasi; dan (4) tujuan setiap manager adalah sama
untuk mencapai surplus, dimana manajer concern terhadap produktifitas dan etos kerja yang tinggi berimplikasi
efektivitas dan efisiensi.
Uraian diatas menegaskan bahwa manajemen sekolah adalah proses dan intansi yang memimpin dan membimbing
penyelenggaraan penyelenggaraan pekerjaan sekolah sebagai suatu organisasi dalam mewujudkan tujuan
pendidikan dan tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Karena ini prinsip-prinsip manajemen sekolah yang dapat
dipegang adalah memperoleh hasil yang paling efektif melalui orang-orang yang professional mengacu pada visi dan
misi sekolah dengan jalan melakukan proses manajemen, yakni manjalankan fungsi pokok program sekolah yang
ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan sekolah sebagai penaggung jawab institusi sekolah, guru sebagai
penggung jawab pelayanan teknis kependidikan di sekolah yang menerapkan fungsi-fungsi manajemen yaitu:
perencanaan (planning) program kegiatan sekolah, pengorganisasian (organizing) tugas-tugas pokok sekolah,
penggerakkan (actuating) seluruh system sekolah, dan pengawasan (controlling) kinerja sekolah.
Focus manajemen sekolah memungsikan dan mengoptimalkan kemampuan menyusun rencana sekolah dan
rencana anggaran, dan memngsikan masyarakat untuk berpartisipasi mengelola sekolah.
Menurut UUSPN NO. 20 tahun 2003 Pasal 4 ayat 1 manajemen pendidikan dielenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan serta ntidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai cultural,
dan kemajemukan bangsa. Hal ini memberikan tuntuna bahwa kepala daerah sebagai penanggung jawab pendidikan
harus mampu membuat rencana pembangunan pendidikan yang lebih transparan berbasis keunggulan lokal.
Transparan berarti mengikutsertakan kelompok kepentingan pendidikan dan keunggulan lokal berarti mampu
mengangkat isu potensi local menjadi keunggulan. Di lihat dari hak dan kewajiban sekolah, maka setiap sekolah
dapat mengetahui kapan sekolah itu akan memperoleh sentuhan dan bantuan dari pemerintah daerah. Di lain pihak
kepala sekolah sebagai secara tim sekolah, sehingga semua keputusan merupakan keputusan sekolah, bukan
keputusan pribadi kepala sekolah.
III. Sekolah Sebagai Organisasi
Sekolah sebagai suatu institusi atau lembaga pendidikan merupakan sarana melaksanakan pelayanan belajar dan
proses pendidikan. Sekolah buan hanya dijadikan sebagai tempat berkumpul antara guru dan peserta didik,
melainkan suatu sistem yang sangat kompleks dan dinamis. Secara lebih mendalam perlu dipahami apa itu sekolah.
Beberapa pengertian ahli dikemukakan antara lain Nawawi (1982) sekolah tidak boleh diartikan hanya sebuah
ruangan atau gedung saja, tempat anak berkumpul dan mempelajari sejumlah materi pengetahuan. Tetapi sekolah
sebagai intitusi yang peranannya jauh lebih luas dari pada itu. Kemudian sekolah sebagai lembaga pendidikan terikat
akan norma dan budaya yang mendukungnya sebagai suatu sistem nilai. Postman dan Weingartner (1973)

mengemukakan bahwa School as institution is the specificset of essential fungtion is server in our society Sekolah
didefinisikan sebagai institusi yang spesifik dari seperangkat fungsi-fungsi yang mendasar dalam melayani
masyarakat.
Sebagai organisasi, sekolah merupakan suatu sistem terbuka, sekolah tidak mengisolasi diri dari lingkungannya,
karena mempunyai hubungan-hubungan (relasi) dengan lingkungan internal maupun lingkungan eksternal sekolah
dan bekerjasama. Selain sebagai wahana pembelajaran, lingkungan juga merupakan tempat berasalnya masukan
(input). Sekolah sebagai suatu system diorganisasikan untuk memudahkan pencapaian tujuan belajar peserta didik
secara efektif dan efisien. Input sekolah adalah segala masukan yang dibutuhkan sekolah untuk terjadinya
pemprosesan guna mendapatkan output yang diharapkan.
Tugas utama sekolah adalah menjalankan proses belajar mengajar, evaluasi kemajuan hasil belajar pesertadidik,
dan meluluskan peserta didik yang berkualitas memenuhi standar yang dipersyaratkan. Dilihat dari sudut pandang
siosial ekonomi, keadaan sekolah terdiri dari sekolah yang maju, sedang, dan tertinggal, kemudian secara ekstrim
lagi dibagi atas sekolah negeri yang pavorit dan sekolah swasta yang juga pavorit. Untuk itu sekolah tersebut perlu
penanganan kegiatan belajar mengajar dan manajemen sekolah yang spesifik sesuai kondisi objektifnya.
Berkaitan dengan struktur organisasi, penekanan desain organisasi sekolah adalah pada meningkatan kemampuan
manajemen sekolah yang semakin baik. Desain organisasi sekolah merupakan sarana pengembangan potensi
sekolah. Desainnya mengacu pada criteria yang dapat memperjelas fungsi dan tanggung jawab setiap personal
sekolah secara dinamis kea rah tujuan yang disepakati. Karena itu sekolah yang digerakkan kepala sekolah dan para
guru dalam pembangunan sumber daya manusia baik sebagai individu maupun menjalankan program sekolah.
Sekolah ialah kerjasama sejumlah orang menjalankan seperangkat fungsi mendasar melayani kelompok umur
tertentu dalam ruang-ruang kelas dibimbing oleh guru mempelajari kurikulum-kurikulum yang bertingkat untuk
mencapai tujuan instruksional terikat akan norma dan budaya ynag mendukungnya nsebagai suatu sistem nilai dan
kerjasama sejumlah orang dalam rangka mencapai tujuan instriksional sekaligus sebagai tujuan sekolah (segala,
2004:53). Kegiatan belajar mengajar di sekolah menekankan pembentukan kepribadian sebagai proses interaksi
yang dinamis dalam masyarakat sekolah.
Tugas pokok dan fungsi sekolah, adalah meneruskan, memeprtahankan, dan mengembangkan kebudayaan
masyarakat melalui pembentukan kepribadian peserta didik dengan memberikan ilmu pengetahuan dan penanaman
nilai-nilai yang mendukung.semakin kuatnya tuntutan masyarakat untuk menguasai ilmu pengetahuan, mutu telah
bergeser dari suatu keunggulan strategis menjadi suatu kebutuhan. Fakta di lapangan ada saja sekolah yang tidak
dapat diandalkan dalam menyelenggarakan layanan pendidikan dan manajemen sekolah yang bebas kecacatan.
Sekolah yang manajemenya cacat telah berhenti sebagai pesaing yang serius. Karena banyaknya perhatian yang
telah dicurahkan oleh sejumlah sekolah untuk meningkatkan mutu, mungkin hanya sedikit peluang bagi mutu untuk
menjadikan bagian dari keunggulan kompetitif. Bidang-bidang penting berfungsinya organisasi sekolah yang
membuat perbedaan kinerja dapat dilihat dari kinerja pembelajaran, kompetensi yang diperoleh peserta didik sebagai
hasil dari proses pembelajaran, dan pencapaian tujuan sesuai criteria keefektifan sekolah yang sudah ditetapkan.
Penelitian kinerja sekolah pada tahun berjalan harus memberikan rekomendasi kebijakan pada periode berikutnya
untuk menjadikan program kerja organisasi sekolah efektif dan berkualitas.
Investigasi berbagai permasalahan pendidikan di Indonesia oleh World Bank (1997) merekomendasikan lima strategi
yang perlu dicermati yaitu: kurikulum yang bersifat inklusif, proses belajar mengajar yang efektif, lingkungan sekolah
yang mendukung, sumber daya yang berasas pemerataan, standarisasi hal-hal tertentu, monitoring, evaluasi, dan
tes. Kelima strategi tersebut harus menyatu ke dalam empat lingkup fungsi pengelolaan sekolah yaitu manajemen
organisasi, kepemimpinan, proses belajar mengajar, sumber daya manusia, dan administrasi sekolah. Dalam
menempatkan kepala sekolah sebagai manajer dan dukungan masyarakat yang optimal diperlukan struktur
irganisasi yang mengakomodasikan semua kepentingan pendidikan.
Falsafat organisasi sebagai sekumpulan prinsip yang berfungsi sebagai pengarahan serta sikap yang mendarah
daging yang mampu mengkomunikasikan tujuan, rencana dan berbagai kebijakan serta prinsip-prinsip yang tampak
pada sikap, perilaku dan tindakan yang berlangsung di seluruh jenjang organisasi pengambilan kebijakan
pendidikan. Sebuah falsafah organisasi menempatkan nilai-nilai dan keyakinan organisasi yang membimbing tingkah
laku anggotanya dalam seluruh aspek kegiatan organisasi. Nilai-nilai tersebut menggambarkan kebijakan organisasi
yang dapat menyediakan garis pedoman organisasi yang di dalamnya rencana disusun, tujuan-tujuan ditetapkan dan
strategi-strategi ditentukan, diimplementasikan dan diawasi. Kebijakan berikutnya menyediakan manajer dengan
seperangkat tugas sebagai pembatas yang semua keputusan harus memuaskan.
Tampaklah bahwa unsure-unsur organisasi adalah factor manusia (human factor) yang bekerjasama yaitu ada
pemimpin dan ada yang dipimpin, tempat kedudukan, pekerjaan dan pembagian pekerjaan, struktur yang

menunjukkan adanya hubungan dan kerjasama, teknologi yang digunakan, dan lingkungan (environment external
social system). Unsur-unsur organisasi ini bergerak dengan dinamis terus menerus berkembang dan tumbuh dari
segi tugas, bidang kegiatan, ukuran dan sebagainya. Organisasi dan kepemimpinana pendidikan menurut
Engkoswara (2001:44) sebagai upaya pemersatu dan koordinasi, standar kebijakan diserahkan kepada satuan
pendidikan. Denga demikian organisasi merupakan kesatuan sosial atau pengelompokan manusia yang tersusun
atas dua orang atau lebih, berfungsi atas dasar yang relative terus menerus yang dibentuk secara sengaja dan
adanya ikatan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang terkoordinir secara sadar.
Berdasrkan uraian diatas secara struktural disimpulkan bahwa organisasi mempunyai lima unsure dinamis (1)
adanya struktur yang menggambarkan garis komando (hirarki kekuasaan) dan garis staf sebagai garis advisory atau
otoritas gagasan-gagasan; (2) adanya pembagian kerja yang berkaitan dengan kedudukan dan fungsi; (3) adanya
koordinasi untuk menyingkronkan tindakan-tindakan dalam pencapaian tujuan; (4) adanya skala yang
menggambarkan hierarki organisasi. Karena itu, desain struktur organisasi sekolah harus mengacu pada criteria
yang dapat memperjelaskan fungsi dan tanggung jawab pada setiap personal di sekolah secara dinamis ke arah
tujuan yang disepakati.
Sekolah yang efektif dan sekolah yang bermutu merupakan pembahasan yang tak kunjung habis-habisanya,
sepanjang sekolah itu masih menjalankan kegiatannya. Seiring dengan tuntutan akan berubah terus menerus dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan akan keefektifan dan mutu sekolah pun mengiringinya.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan sekolah antara lain sekolah sebagai organisasi krja
terdiri atas sejumlah unit kerja seperti kelas (guru kelas), bimbingan penyuluhan (petugas bimbingan penyuluhan),
usaha kesehatan sekolah (UKS). Personal guru, kepala sekolah, konselor, tenaga kependidikan dan lainnya
membutuhkan layanan kejiwaan, layanan kesehatan, layanan mengatasi keluhan, layanan kunjungan, layanan
mengikuti pelatihan, mengikuti seminar dan lokakarya, kenaikan pangkat, promosi jabata, dan sebagainya.
Prinsip ini penting dalam rangka memperlancar aktivitas, meningkatkan kreativitas dan inovasi personal sekolah
dalam melaksanakan tugasnya. Sifat dasar program-program dapat berbeda. Karena itu tugas administrator
bersama unsure lainnya menyusun struktur formal mengenai tanggung jawab, wewenang, kepengawasan,
komunikasi, dan koordinasi orang-orang yang mengelola program-program sehingga tugas-tugas dapat diselesaikan
dan tujuan-tujuan sekolah secara khusus dapat dicapai. Sekolah yang efektif adalah spesifikasi prosedur
pengembangan organisasi yang konsisten secara actual terhadap kebutuhan sekolah dan pembelajaran yang
berpusat pada proses manajerial kepala sekolah, berfungsinya struktur organisasi sekolah, performansi guru,
kesiapan belajar siswa, dan performansi kerja personil non guru sehingga tercapai tujuan dan target secara optimal.
Perlu menjadi perhatian sekolah efektif memepunyai arti yang berbeda bagi setiap orang bergantung pada acuan
yang dipakai. Sekolah bukan unit pelaksana teknis kantor pendidikan melainkan bekerja secara profesional dan
otonom menyelenggarakan program layanan belajar bagi peserta didik dan masyarakat yang membutuhkan. Sekolah
merupakan sarana mengembangkan potensi dan tanggung jawab agara mampu mencapai tujuan sebagai program
pembangunan sumber daya manusia melalui jalur pendidikan pada setiap jenis dan jenjang persekolahan.
Tercapainya tujuan pada hakikatnya tergantung tingkat berfungsinya seluruh komponen organisasi sekolah.
Memang berdasarkan sifatnya organisasi cenderung merupakan kesatuan yang kompleks berusaha mengalokasikan
sumber daya secara rasional demi tercapainya tujuan. Struktur organisasi sekolah menggambarkan unti kerja yaitu
telah dibentuknya pembagian tugas dengan tugas yang jelas telah ditentukan siapa penaggung jawabnya yang
digambarkan dalam bentuk organigram. Baik dalam struktur organisasi sekolah negeri maupun sekolah swasta
belum menggunakan perencanaan strategis dan semakin kompleksnya manajemen sekolah, keberadaan tenaga
kependidikan sesuatu yang tidak bias ditawar lagi. Untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai
struktur organisasi sekolah.
Kepala sekolah yang diberi tugas dan tanggung jawab mengelola sekolah menghimpun, memanfaatkan, dan
menggerakkan seluruh potensi sekolah secara optimal untuk mencapai tujuan. Kepala sekolah sebagai Human
resource manager. Menurut Mondy, Noe dan Premaux (1999:10) adalah individu yang biasanya menduduki jabatan
yang memainkan peran sebagai adviser (staf khusus) tatkala bekerja dengan manajer lain terkait dengan urusan
SDM (individuals who normally act in an advisory (or staff) capacity when working with other (line) managers
regarding human resource matters).
Wakil kepala sekolah sebagai bagian dari struktur organisasi sekolah yang sehat dan efisien pada umumnya terdiri
dari urusan kurikulum, urusan administrasi keuangan dan sarana serta prasaranan, serta urusan kepesertaan didikan
dan urusan hubungan masyarakat atau lainnya sesuai kebutuhan sekolah. Tugas tersebut sebenarnya menjadi
tanggung jawab kepala sekolah, namun sesuai dengan prinsip untuk efisiensi dan efektivitas manajemen sekolah
dalam mencapai tujuan dan target, sebagian tugas dan tanggung jawab tersebut didelegasikan kepada wakil kepala

sekolah.
Dalam proses pendidikan guru memiliki p0eranan sangat penting dan strategis dalam membimbing peserta didik kea
rah kedewasaan, kematangan dan kemandirian, sehingga guru seringdikatakan sebagai unjung tombak pendidikan.
Dalam melaksanakan tugasnya seorang guru tidak hanya menguasai bahan ajar dan memiliki kemampuan teknis
edukatif, tetapi harus memiliki juga kepribadian dan integritas pribadi yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok
panutan bagi peserta didik, keluarga maupun masyarakat. Dengan demikian perilaku guru patut dicontoh dan ditiru.
Kedudukan dan peranan guru semakin bermakna strategis dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas dalam menghadapi era global.secara sederhana mudah dikatakan bahwa peranan guru
menyelenggarakan proses belajar mengajar, yitu membantu dan memfasilitasi peserta didik agar mengalami dan
melaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas. Peran tersebut menempatkan guru pada posisi sebagai
pemegang kendali dalam menciptakan dan mengembangkan interaksinya dengan peserta didik, agar terjadi proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.
Secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai banttuan dalam bentuk bimbingan. Sedangkan secara khusus
bimbingan memberikan pelayanan kepada peserta didik untukmembantu peserta didik dalam mengatasi masalah
belajar yang dihadapinya dan melayani kebutuhan belajarnya. Bimbingan dan konseling membawa para peserta
didik mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada dalam dirinya. Peserta didik tidak mungkin dapat belajar dengan baik
jika banyak kesulitan yang dihadapi dalam diri yang menghambatnya. Kecenderungan perubahan pola-pola
pendidikan dan bimbingan karier akan berpengaruh terhadap peran-peran konselor di sekolah dalm melaksanakan
tugas pendidikan dan bimbingan karier. Hal yang paling mendasar dalam kegiatan bimbingan memahami dan
memenuhi kebutuhan peserta didik.
Tugas bimbingan penyuluhan secara umum (1) ikut melancarkan program pendidikan di sekolah;(2) berusaha
membantu menciptakan suasana pendidikan yang baik untuk mencapai tujuannya; (3) membantu para guru untuk
mengenal dan mengerti peserta didiknya lebih dekat; (4) memberikan informasi yang up to date tentang
kemungkinan-kemungkinan akan pemilihan pendidikan yang lebih lanjut dan lapangan-lapangan pekerjaan; (5)
membantu orang tua, guru-guru, dan orang lain untuk mencapai pengertian yang lebih lanjut dan membentuk kerja
sama yang baik antara guru, orang tua, dan murid. Bimbingan konseling sebagai usaha kerjasama yang harus
terpadu, akan berdaya dan berhasil guna apabila setiap personal mengetahui posisinya masing-masing serta
wewenang dan tanggung jawabnya. Etika bimbingan konseling adalah berdasarkan suatu filsafat moral yang
memenuhi syarat dalam kemungkinananya meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, sehingga menjaga
keberlangsungan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan norma yang berlaku.
Penyusunan strategi sekolah bukan sekedar program atau rencana yang sederhanan. Strategi sekolah merupakan
rencana besar yang memadukan seluruh aspek mendasar maupun yang operasional, yang dirasakan secara sadar
maupun tidak, dan aspek intern maupun ekstern. Dalam dunia pendidikan hakikat yang tersirat dalam strategi
sekolah adalah mengubah kondisi agar berpihak kepadanya, dengan menentukan kapan saat yang tepat untuk
mengambil keputusan dan kebijakan serta menentukan batas-batas keputusan yang dapat ditoleransi. Inilah pola
berfikir strategis tenaga ahli perencanaan pendidikan di sekolah maupun pada pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota dalam memajukan pendidikan dimana tanggung jawab diberikan kepadanya. Prinsip dari
perencanaan yang disusunnya adalah memenangkan persaingan, untuk itu tenaga ahli perencanaan pendidikan
tersebut selalu berfikir strategis, memiliki fleksibilitas rasional, mampu mengambil keputusan berupa reaksi yang
realistis terhadap tuntutan mutu. Perencanaan pendidikan pada kependidikan pada setiap satuan pendidikan adalah
penyedia informasi pendidikan di pemerintahan daerah dan di sekolah.
Kegiatan perencanaan selalu dianggap merupakan kegiatan rutin tahunan dan dapat dikerjakan dengan cara-cara
yang sederhana, karena secara umum program sekolah berjalan seperti apa saja yang direncanakan oleh masingmasing sekolah. Di antara penyelenggara pendidikan di sekolah dan manajemen pendidikan di pemerintah provinsi
dan kabupaten/kota beranggapan bahwa penyusunan perencanaan secara khusus, karena jika disediakan tenaga
perencana secara khusus tindakan yang demikian ini dianggap tidak efesien atu dianggap sebagai pemborosan.
Namun demikian jika diamati secara cermat apakah misi sekolah sesuai dengan visi, apakah program sekolah yang
dilaksanakan sesuai dengan visi dan misi, apakah tujuan yang tertuang dalam perencanaan dan yang
diselenggarakan sesuai dengan visi sesuai dengan tujuan.
Penggayaan dan pengembangan kurikulumoleh setiap guru bidang studi adalah penting untuk mengukur tingkat
pencapaian tujuan sekolah. Sergiovanni, Thomas J. dan Starratt (1983) mengemukakan bahwa guru sering terlibat
dalam kegiatan pengembangan kurikulum dengan mengubah, memperluas, mengorganisasian ulang, dan
menginterpretasikan apa yang telah disusun oleh ahli pengembangan kurikulum di luar kelas. Tenaga ahli kurikulum
di sekolah dalam mengembangkan kurikulum dikelompokkan dalam sejumlah yaitu memproses informasi,

pengembangan personil yang menekankan pada pengembangan keterampilan dinamika kelompok, dan perubahan
perilaku yang menekankan pada prinsip kontrol stimulus dan penguatan. Kewenangan pemerintah menurut PP No.
25 Tahun 2000 tentang nkebijakan kurikulum adalah menetapkan standar nasional, kemudian dijelaskan GBHN 1999
kurikulum, berupa diversifikasi kurikulum untuk melayani keberangkatan peserta didik, penyusunan kurikulum yang
berlaku nasional dan local dengan kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis pendidikan secara professional.
Supervise adalah pekerjaan memberi bantuan, sedangkan supervisor adalah orang yang berfungsi memberikan
bantuan kepada guru-guru dalam menstimulir guru-guru kea rah usaha mem[ertahankan suasana belajar dan
mengajar.program itu dapat berhasil jika supervisor memiliki keterampilan (skill) dan cara kerja yang efisien dalam
kerjasama dengan guru dan petugas pendidikan lainnya. Dictionary of Edication mengemukakan bahwa supervise
adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam
memperbaiki pengajaran termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru,
merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, metode mengajar, dan evluasi pengajaran (Sehertian,
1981:18).
Upaya yang mungkin dapat meningkatkan kualitas manajemen sekolah antara lain dengan meningkatkan kurikulum,
meningkatkan komunikasi antar unsure, meggunakan waktu dengan efisien, menjadikan belajar sebagai focus
manajemen sekolah, meningkatkan pertumbuhan profesionalismeguru dan performansi kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan, dan personal lainnya secara tegas harus mencerminkan organisasi sekolah yang efektif dan efisien.
IV. Manajemen Strategik Sekolah Menghadapi Persaingan mutu
Filosofi nmanajemen menurut Pearce dan Robinson (1988:76) diyakini akan menghasilkan citra yang baik di mata
public, dan akan memberikan imbalan keuangan dan psikologis bagi mereka yang bersedia menginvestasikan
tenaga dan dana untuk membantu keberhasilan institusi.
Manajemen strategic menurut Blocher dan Lin (1999) adalah the developmentof a sustainable competitive posisition
in which the firms competitive provides continued success. Manajemen strategic menurut d success. Manajemen
strategic menurut uwono dan Ikhsan (2004:11) biasanya dihubungkan dengan pendekatan menajemen yang
integrative yang mengedepankan secara bersama-sama seluruh elemen seperti planning, implementing, dan
controlling dari strategi bisnis. Dengan kata lain, manajemen strategic meliputi formulasi strategic dan implementasi
strategic. Manajemen strategic adalah proses formulasi dan implementasi rencana dan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan hal-hal vital, dapat menembus (pervasive), dan berkesinambungan bagi suatu organisasi
secara keseluruhan. Strategi yang digunakan dalam manajemen sekolah diatur sedemikian rupa, yaitu perencanaan
strategi sekolah berkaitan dengan operasi sekolah dalam menyelenggarakan programnya, sedangkan untuk
memperkuat kemampuan sekolah menghindari masalah dan dapat mencapai tujuan sesuai mutu yang
dipersyaratkan, maka akan diuji kemampuan kepala sekolah menentukan kebijakan. Manajemen strategic
khususnya pada strategi kebijakan dapat dilakukan jika keputusan merupakan keputusan bersama, bukan keputusan
sepihak dan keputusan itu dipilih dari alternatif terbaik.
Karena keterlibatan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru konselor, tenaga kependidikan, wali kelas, dan
personal sekolah lainnya dalam pengambilan keputusan akan meningkatkan pemahaman mereka terhadap
keputusan sekolah dan meningkatkan motifasi dalam bekerja. Konsep strategi ini ini melibatkan secara langsung
semua manager di semua level dalam planning dan implementasinya.
Dalam implementasinya strategi digerakkan dengan melakukan evaluasi strategi dan mengontrolnya apakah masih
konsisten dengan formulasi strategi. Manajemen strategis (Strategic management) dalam manajemensekolah adalah
suatu pendekatan yang sistematik dalam menyelenggarakan programnyauntuk mencapai tujuan sekolah. Unsureunsur strategic dalam manajemen sekolah tentu bertitik tolak pada ruang lingkup atau batasan di mana sekolah itu
bergerak, menetapkan mutu layanan belajar, mutu lulusan yang akan dihasilkan, memenuhi keinginan masyarakat
akan mutu pendidikan yang diselenggrakan di sekolah. Dalam menentukan strategi, baik untuk organisasi yang
memiliki marah dan sasaran yang tertulis mapun tidak, perlu memperhatikan berbagai hal, termasuk kemampuan
SDM dan anggaran. Langkah-langkah formulasi strategi dalam manajemen sekolah tentu dimulai dari penetapan visi
dan misi sekolah yang utuh dengan melibatkan masyarakat sekolah dan stekholder sekolah, melakukan assessment
sekolah merespon perubahan, dan menetapkan arah maupun sasaran sekolah agar tercapai tujuan dan targe yang
ditentukan sebelumnya.
Fase implementasi mencangkup langah penggerakkan strategic, melakukan evaluasi strategic, dan mengontrol atau
pengawasan strategik.
Performansi sekolah tentu akan sengat ditentukan oleh potensi dan kemampuan sekolah, khususnya dilihat dari
performansi perseolan apakah menunjukkan sikap profesional atau tidak, fasilitas yang tersedian apakah mendukung
pembelajaran atau tidak, input peserta didik apakah diseleksi dan ditempatkan serta dilayani sesuai kekhususannya,

pelayanan belajar yang bermutu tertentu dilakuakan dengan membangkitkan yang suasana belajar yang
menyenangkan, dan evaliasi kemajuran belajar yang stadar.
Perumusan visi dan misi dilakukan lebih dahulu dengan mengasesmen lingkungan, yaitu apa sebenarnya kebutuhan
mendasar lingkungan akan pendidikan yang dapat disediakan oleh sekolah. Tujuan sekolah tidak lain hanya
berusaha mengurangi tingkat gangguan public, tidak berusaha untuk menyembuhkan atau merehabilitasi
penderitaan publik. Pada prinsipnya semua organisasi memepunyai satu bagian formal yang diakui secara eksplisit
dan kadang-kadang bersifat khas menurut hokum yang berfungsi menentukan tujuan utama dan melakukan
perubahan seperlunya.pengukuran efektifitas dan efesiansi dapat menimbulkan problem yang jukup rumit. Karena itu
bila suatu organisasi mempunyai tujuan yang terbatas dan konkrit, secara komparatif biasanya efektifitas mudah
diukur, namun organisasi sosial lainnya, biasanya mengukur efektifitasnya lebih sulit dibanding korporasi.
Strategi merupakan instrument manajemen yang ampuh dan tidak dapat dihindari termasuk dalam mnajemen
sekolah. Strategi sekolah menjelaskan metode dan pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan sekolah,
evaluasi alternatif-alternatif strategic dengan menggunakan kriteria yang pasti pemilihan sebuah alternative atau
kelompok tang mungkin menjadi strategi sekolah. Secara umum dalam manajemen bisnis ada empat tingkat dalam
strategi organisasi yaiut: societal, corporate, perusahaan dan fungsional.
Strategi societal adalah peranan organisasi dalam masyarakat yang merupakan sebuah bagian, dengan proses yang
peranan-peranan itu akan didefinisikan dan dengan peningkatan organisasi dalam proses itu. Strategi societal dititik
beratkan pada kewarganegaraan perusahaan, tanggung jawab dan akuntabilitas social, dan etika bisnis. Jika dalam
organisasi memberikan pendidikan yang dibutuhkan masyarakat sebagai tanggung jawab sosial.
Strategi corporate adalah mengembangkan pertanyaan dasar yaitu (1) apakah perusahaan atau perusahaanperusahaan kita didalamnya? Jawabnya serupa dengan misi organisasi; (2) apakah perusahaan atau perusahaanperusahaan kita menjadi didalamnya? Jawabnya adalah kunci kehidupan organisasi sebab tinggal dalam sebuah
perusahaan yang salah mungkin membuktikan bunuh diri dalam perjalanan panjang; (3) bagaimana seharusnya
perusahaan atau perusahaan kita manaj dengan tujuan sepenuhnya mempertinggi kemempuan organisasi untuk
mecapai tujuan strategiknya? Jawabnya ditunjuk dengan memutuskan berapa banyak sumber perusahaan yang
harus diinvestasikan dalam perusahaan.
Strategi fungsional sekolah memperhatikan formulasi strategi dalam setiap area fungsional sekolah (manajemen
sekolah, manajemen kelas, layanan belajar, mutu lulusan, dan keuangan), yang diterapkan secara pantas, secara
bersama harus mencapai tujuan menggunakan strategi sekolah. Strategi pencapaian program sekolah dilakukan
dengan mengkokohkan penguatan standar pada komponene sumber daya pendidikan. Penguatan ini akan lebih
berarti bagi sekolah jika pembimbingan kreativitas manajemen sekolah dan manajemen pembelajaran secara
terstruktur terhadap implementasi pada tiap komponen, unit kerja dan program kerja .
Implementasi strategi dalam manajemen sekolah melibatkan upaya besar yang bertujuan mentransformasi tujuan
strategic ke dalamaksi yaitu penyelenggaraan program sekolah. Betapapun hebatnya suatu strategi, apabila tidak
diimplementasikan tentu saja strategi itu tidak akan bermakna bagi pengembangan sekolah.analisis SWOT dalam
penyelenggaraan sekolah dapat membantu pengalokasian sumber daya seperti anggaran, sarana dan prasarana,
sumber daya manusia, fasilitas sekolah, potensi lingkungan, dan sebagainya yang lebih efektif. Analisis SWOT
memungkinkan sekolah mengeksploitasi peluang-pluang masa depan ketika melawan tantangan dan persoalanpersoalan, dan melakukan penemuan strategis pada kompetensi dan kekuatan khusus, keseluruhan proses
manajemen strategic secara konseptual menjadi analisis SWOT, sebab sebuah SWOT mengkin memberi kesan
sebuah perubahan lainnya di dalam misi, tujuan, kebijakan dan strategi sekolah.
Balance scorecard mencakup berbagai aktivitas penciptaan nilai yang dihasilkan oleh para pertisipan perusahaan
yang memiliki kemampuan dan motivasi tinggi. Model balace scorecard menekankan bahwa semua ukuran finanasial
dan non financial harus menjadi bagian system informal untuk para personal disemua tingkat manajemen sekolah.
Balace scorecard lebih dari sistem pengukuran teknis atau operasional. Sekolah yang inovatif dapat menggunakan
scorecard sebagai sebuah sistem manajemen strategis, untuk mengelola strategi jangka panjang. Jika, sekolah
menggunakan fokus pengukuran scorecard untuk menghasilkan berbagai proses manajemen penting yaitu (1)
memperjelas dan menerjemahkan nvisi dan strategi; (2) mengkomunikasikan dan mengkaitkan berbagai tujuan dan
ukuran strategis; (3) merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis; dan (4)
meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis.
Dengan menerjemahkan strategi ke dalam arsitektur yang logis dari peta strategi dan balance scrocard, organisasi
sekolah menciptakan angka referensi umum dan dapat dipahami oleh semua unitnya dan para personilnya. Strategi
fokus organisasi sekolah, bagaimanapun harus diarahkan untuk memecahkan seluruh rintangan yang dihadapi oleh
sekolah dengan menggunakan strategi yang telah dirumuskan sebelumnya.seringkali, organisasi ad hoc muncul

untuk memfokuskan pada tema strategik, keberhasilan sekolah menggunakan balance scorecard dalam sebuah
tingkah laku yang terkordinasi untuk menjamin bahwa seluruh kelebihan dari bagian-bagian dapat dioptimalkan
sebagai potensi yang dapat dikembangkan.
Setiap personal sekolah perlu ditanamkan strategi kesadara, scorecard personal, dan pembayaran seimbang.
Mereka memerlukan konstribusi aktif dari setiap orang di sekolah. Focus strategi sekolah menghendaki seluruh
personalnya memahami strategi dan tingkah laku bisnis sehari-hari dengan cara berkonstribusi kepada keberhasilan
strategi itu. Sekolah dapat mendidik para guru, tenaga kependidikan, dan karyawannya tentang konsep bisnis
sekolah yang sangat canggih dan menantang. Memahami scorecard, para personal sekolah harus belajar tentang
segmentasi peserta didik, variable beban biaya, dan data lapangan kerja. Hal ini dimaksudkan untuk menyusun
strategi yang efektif. Sekolah kemudian mengalir dari sekolah dan unit bisnis (sekolah) scorecard ke abgian-bagian
lainnya dari sekolah. Dalam beberapa kasus scorecard individu digunakan untuk menentukan tujuan-tujuan individu.
Keberhasilan balance scorecard sekolah memperkenalkan sebuah proses unutk memanaj strategi yang disebut
sebagai proses putaran double salah satunya , menggambungkan manajemen taktis (tinjauan bulanan dan
anggaran keuangan) dan manajemen strategi kedalam proses tanpa klaim dan terus menerus. Mutu telah menjadi
faktor hygine, peserta didik dan orang tua peserta didik merasa sudah selayaknya sekolah menghasilkan produk
atau jasa layanan belajar sesuai spesifikasi yang diharapkan. Mutu yang istimewa masih memeberi peluang bagi
sekolah untuk memberikan dirinya dengan pesaingnya. Perubahan yang dilakukan oleh eksekutif (kepla sekolah)
adalah dengan melakukan pencerahan, beradaptasi tehadap proses pemerintahan, dan memantapkan system
manjemen strategik. Prinsip pertama manajemen strategik sekolah difokuskan pada alat-alat, fasilitas pembelajaran,
framework, dan dorongan proses yang bermutu.
Hal ini penting untuk menekankan bahwa kepala sekolah bersama personal sekolah lainnya memerlukan lebih
banyak proses dan alat-alat untuk menciptakan focus strategi sekolah. Strategi memerlukan perubahan dari setiap
bagian organisasi, karena itu strategi memerlukan perhatian secara kontinu yang difokuskan pada perubahan inisiatif
dan performa melawan hasil yang ditargetkan.
Muncullah penataan sekolah melalui konsep MBS (manajemen Berbasis Sekolah) yang diartikan sebagai wujud dari
reformasi pendidikan yang meredesain dan memodifikasi struktur pemerintah ke sekolah dengan pemberdayaan
sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional (Sagala, 2004).
Pada prinsipnya dengan menggunakan model manajemen berbasis sekolah ini, sekolah lebih madiri dan mampu
menentukan arah pengembangan sesuai kondisi dan tuntutan lingkungan masyrakatnya. MBs merupaka inovasi
pengelolaan sekolah yang pada dewasa ini sedang menjadi perhatian para pakar pendidikan, birokrasi pendidikan
mulai tingkat pusat , provinsi dan kabupaten/kota serta para pengelola sekolah. Bahkan akhir-akhir ini telah menjadi
perhatian lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang pedul terhadap kualitas pendidikan.
Dapat ditegaskan bahwa model manajemen berbasis sekolah memiliki potensi yang besar dalam menciptakan
kepala sekolah dan wakil sebagai pimpinana di sekolah, guru mata pelajaran sebagai pengelola pembelajaran,
tenaga kependidikan sebagai pelayan teknis pendidikan, konselor membantu meningkatkan kualitas belajra,
personal tata usaha yang memberikan pelayanan ketatausahaan, dan personal sekolah lainnya yang terkait dengan
sistem pendidikan lainnya yang terkait dengan system pendidikan di sekolah akan melaksanakan tugas dan
tanggung jawab lebih professional. Mutu pendidikan tidak saja ditentukan oleh sekolah sebagai lembaga pengajaran,
tetapi juga disesuaikan dnga apa saja menjadi pandangan dan harapan masyarakat yang cenderung selalu
berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Bertitik tolak pada kecenderungan ini penilaian masyarakat tentang
mutu lulusan sekolah pun terus menerus berkembang.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 053/U/2001 tanggal 19 april 2001 tentang pedoman penyusunan
standar pelayanan minimal penyelenggaraan persekolahan bidang pendidikan dasar dan menengah. Standar
pelayanan minimal (SPM) adalah spesifikasi teknis sebagai patokan pelayanan minimal yang wajib dilakukan oleh
daerah kabupaten/kota dalam menyelenggarakan kegiatan persekolahan. SPM manajemen sekolah pada berbagai
jenjang dan jenis menurut Kepmen tersebut dikemukanan yaitu; manajemen Taman Kanak Kanak (TK), (SD), (SMP),
(SMA), dan (SMK).
Tenaga kependidikan bukan pendidik menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 053/U/2001 tanggal
19 April 2001 tentang pedoman penyusunan standar pelayanan minimal penyelenggaraan persekolahan bidang
pendidikan dasar dan menegah adalah Sumber Daya Manusia (SDM) di sekolah yang tidak terlibat secara langsung
dalam pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah. Tenaga bukan pendidik menurut Keputusan
Menteri Nasional tersebut adalah (1) kepala bagian tata usaha; (2) pelaksanaan kegiatan kepegawaian; (3)
pelaksanaan urusan keuangan; (4) pelaksanaan urusan perlengkapan dan logistik; (5) pelaksanaan secretariat dan
kepeserta didikan; (6) pengemudi dan penjaga sekolah.

Semua personal ini di sekolah secara hierarki bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan dibina oleh organisasi
nvertikal yaitu Dinas Pendidikan pada pemerintah kabupaten/kota.
V. Penilaian Kinerja Sekolah
Penilaian dan pengukuran ialah upaya sistematis mengumpulkan, menyusun, mengolah dan menafsirkan data, fakta
dan informasi (yang dapat dipertanggung jawabkan) dengan tujuan menyimpulkan nilai atau peringkat kompetensi
seseorang dalam satu jenis atau bidang keahlian keprofesian kependidikan seperti kepala sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan berdasarkan norma criteria tertentu, serta menggunakan kesimpulan tersebut dalam proses
pengambilan keputusan kinerja yang direkomendasikan. Dalm penilaian kinerja sekolah ini perlu ditegaskan
keterkaitannya satu sama lain untuk menghindari kemungkinan terjadinya kekeliruan dalam proses pengambilan
keputusan karena kelemahandata dan informasinya serta kurang jelas criteria atau standar normatifnya akan
membuat keputusan menjadi keliru, padahal keputusan hasil pengukuran dan penilaian tersebut membawa dampak
langsung atau tidak langsung terhadap kinerja sekolah secara keseluruhan.
Kemudian pertimbangan mempertimbangkan kesatuan unit atau aspek yang perlu dinilai dalam kriterian yang telah
dirumuskan, dan kinerja manakah yang paling penting untuk dinilai. Sekolah harus memperbaiki kinerja melalui
perbaikan kineja untuk memperkuat diri dan menigkatkan daya tahan dalam menghadapi persaingan local dan global
yang pasti dan semakin ketat.
Kata kinerja dalam bahasa Indonesia adalah terjemah dari kata Bahasa Inggris performance yang berarti (1)
pekerjaan; perbuatan, atau (2) penampilan; pertunjukan. Dari pengertian tersebut tercakup beberapa usnur penting
pertama, adanya institusi, baik berupa lembaga (institute) seperti organisasi atau pranata (institutions) seperti system
pengaturan. Kedua, adanya instrument yang digunakan dalam pelaksanaan uji tuntas.
Performansi atau kinerja sekolah menunjukkan deskripsi kerja yang baik mengacu pada proses dan produk yang
diinginkan serta situasi kegiatan sekolah itu diselenggarakan. Penilaian kepala sekolah, guru dan tenaga
kependidikan dilihat dari kemampuannya menggunakan sumber daya seminimal mungkin untuk mencapai tujuan
yang maksimal mampu menentukan pilihan pekerjaan yang tepat untuk dilaksanakan.
Portofolio berasal dari bahasa inggris portofolio yang artinya kumpulan berkas atau arsip yang disimpan dalam
bentuk jilid dan dokumen atau surat-surat, atau sebagai kumpulan kertas berharga suatu pekerjaan tertentu.
Portofolio penampilan (show fartfolios) adalah bentuk yang digunakan untuk memilih fakta-fakta, bukti atau
keterangan (evidence) yang paling baik digunakan personal sekolah melaksanakan tugas dan tanggunbg jawabnya.
Karena portofolio digunakan sebagai alat penilaian yang dapat memberikan balikan baik peserta didik, bagi guru,
maupun personal lainnya disekolah penilaian portofolio dilakukan secara terus menerus/berkelanjutan. Portofolio
dinilai dengan cara menganalisis, membandingkan dan menyimpulkan.
Menjelaskan suatu fenomena yang terjadi nselalu dihadapkan pada fakta yang tidak menengakkan. Oleh karena itu
tidak dapat sungguh-sungguh dikontrol sebab-sebab yang mungkin. Dengan demikian penyelesaian masalahnya
harus ditempuh dengan jalur penelitian dengan menetapkan dan mendefinisikan setiap variabel yang menjadi subjek
penelitian. Prosedur penelitian adalah urutan-urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian. Teknik
penelitian adalah menggunakan alat-alat pengukur apa yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian. Metode
penelitian adalah pedoman penelitian tentang urutan bagaimana penelitian itu dilakukan. Penelitian memegang
peranan penting dalam membantu memperoleh pengetahuan dalam menyelesaikan masalah. Penelitian akan
menambah ragam pengetahuan dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode ilmiah. Salah satu
metode ilmiah yang dikembangkan para ahli adalah penelitian tindakan (action research). Perkembangannya
penelitian tindakan sesungguhnya telah diterapkan pada berbagai bidang aktivitas selain pendidikan seperti
administrasi, industri, sosial, pelayaran, pertambangan, dan bidang-bidang lainnya.
Tujuan penelitian tindakan peningkatan dan memperbaiki praktek pembelajaran secara berkesinambungan yang
seharusnya dilakukan oleh guru, dan manajemen sekolah oleh kepala sekolah maupun personal lainnya, sehingga
meningkatkan mutu hasil pendidikan secara berkelanjutan. Borg (1986) mengemukakan bahwa tujuan utama
penelitian pembelajaran yang dihadapi guru dikelasnya.
Ketertiban dan kedisiplinan merupakan dua macam nilai yang berdekatan. Ketertiban lebih dekat pada dimensi
ruang, sedangkan kediiplinan cenderung pada dimensi waktu. Kedua istilah ini sebenarnya dekat dengan makna
keteraturan.
Ukuran yang dilakukan dalam penilaian kinerja sekolah ini menggunakan model penyelidikan hanyalah alat saja, dan
hanya berate bila dinilai dalam hubungannya dengan unsur-unsur penting lain dalam rangka keseluruhan penilaian
kinerja sekolah pada situasi itu. Dari ukuran-ukuran tersebut diperoleh gambaran mengenai salah satu penyelidikan
dengan bukti angka jika menggunakan tes-tes kepribadian (attitude and personality) untuk penilaian (appraisal) dan
bukti lain hasil dari pengamatan, wawancara, maupun berbagai dokumentasi, kemudian dianalisis untuk

menemukakan permasalahan utama kinerja sekolah dan selanjutnya ditentukan solusi penyelsaian masalah.
VI. Manajemen Pembiayaan Dalam Organisasi Sekolah
Landasan konseptual ekonomi pendidikan menurut Cohn (1979:2) mengacu pada prinsip bahwa ekonomi adalah
keterbatasan atau kelangkaan (scarcity) dan keinginan (desirability). Ekonomi dapat dipahami sebagai suatu studi
bagaimana orang/masyarakat memilih dalam menggunakan unag dan sumber lain yang sifatnya terbatas atau
langka (desiribility) untuk menghasilkan atau mencapai keinginana (scarity) yang sifatnya tidak terbatas.

Pengertian ekonomi menurut Sam


son (1961) menekankan bahwa tidak ada definisi tunggal tentang ekonomi. Tetapi ia
membuatsuatu deskripsi perkenalan informative sebagai berikut: Ekonomi adalah studi tentang bagaimana
manusia dan masyarakat memilih, dengan atau tanpa memakai uang, untuk memanfaatkan sumber-sumber daya
produksi yang langka demi menghasilkan berbagai komoditi selama rentang waktu dan mendistribusikan mereka

untuk konsumsi, kini dan dalam masa depan, kepada macam-macam orang dan
kelompok dalam masyarakat. Intinya ekonomi adalah studi tentang produksi dan distribusi semua
sumber daya yang langka barang-barang fisik ataupun jasa-jasa yang tak dapat diraba yang diinginkan individuindividu (Sagala, 2004:180).
Aspek yang perlu diperhatikan (1) memprediksi kebutuhan pendidikan; (2) alokasi setiap komponen biaya; (3)
analisis sumber, dari mana dana dapat diperoleh; dan (4) pengawasan keuangan; cocok tidak hanya perencanaan
dan penggunaan anggaran, perlu dicatat bahwa biaya-biaya pendidikan adalah estimasi-estimasi terabaikan dari
kalkulasi-kalkulasi seperti biaya-biaya untuk perbustakaan, pendidikan di rumah, media berita, dan lain-lain. Dalam
konteks pemerintahan kabupaten/kota biaya-biaya pendidikan yang hasur dipenuhi seluruh penyelnggaraannya
mencakup pendidikan formal persekolahan dan nonformal.
Penggunaan dan alokasi dana rutin maupun pembangunan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah di
Indonesia dalam menetapkan alokasi anggaran belum menempatkan pendidikan sebagai prioritas, sehingga menjadi
wajar jika pendidikan. Karena itu kecekatan dan kecermatan Dinas Pendidikan merespon usul sekolah dan suratsurat yang diperlukan sekolah akan memperlancar manajemen sekolah.
Oleh karena itu kebijakan pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota mengupayakan perluasan
dan dan pemerataan kesemptan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia yang
berkualitas tinggi. Biaya berdampak terhadap pengelolaan pelayanan administrasi kepada peserta didik. Pelayanan
administrasi peserta didik ini merupakan pelayanan sekolah terhadap peserta didik dan masyarakat dalam rangka
pemenuhan kewajiban sekolah terhadap peserta didik.
Berdasarkan hasil pengamatan Mintarsih (2003) sementara mutu/kualitas lulusan ditentukan oleh besarnya
dukungan biaya yang menunjang kegiatan belajar mengajar, di samping lokasi lingkungan dan peran serta orang tua,
serta dedikasi guru. Biaya memberikan dampak positif, setiap program sekolah antara lain. (1) biasa meningkatkan
kesejahterakan guru dan peningkatan kesejahteraan personal tata usaha yang tentunya berimplikasi pada kegiatan
belajar mengajar di sekolah; dan (2) karena dengan dana yang cukup guru tidak usah mencari tambahan di luar
sekolah tempat ia bertugas dan bias mencurahkan perhatiannya ditempat dia mengajar. Ada beberapa factor
manajemen keuangan sekolah dikemukakan oleg Gaffar (1991) yaitu system manajemen pembiayaan harus diikuti
oleh pengelolaan keuangan, pengelolaannya tergantung apakah system itu cukup efisien atu tidak. Pembiayaan
(Finance) bukan factor yang mempengaruhi mutu, tetapi pembiayaan salah satu factor yang mempengaruhi mutu
pendidikan.
VII. Partisipasi Masyarakat Terhadap Sekolah
Dalam konteks sekolah, masyarakat sekolah adalah warga atau individu yang berada di sekolah dan di sekitar
sekolah yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung terhadap manajemen sekolah, memiliki
kesadaran sosial dan mempunyai pengaruh terhadap sekolah. Masyarakat pendidikan adalah adalah segenap
komponen terkait yang memiliki hak serta kewajiban yang sama dalam merencanakan, melaksanakan dan

melakukan pengawasan terhadap program pendidikan, sehingga lazim muncul pernyataan tentang stake holder atau
pihak yang berkepentingan yang berkenan untuk melakukan tugas tersebut.
Sekolah dan masyarakat merupakan dua komunitas yang saling melengkapi antara satu dengan lainnya, bahkan ikut
memberikan warna terhadap perumusan model pembelajwan tertentu di sekolah oleh suatu lingkungan masyarakat
tertentu itu pula.
Oleh karena itu hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan suatu proses komunikasi yang harmonis. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan pengertian masyarakat akan kebutuhan dan kegiatan yang diselenggarakan di
sekolah. Dengan mengetahui kebutuhan dan kegiatan sekolah tersebut, masyarakat terdorong untuk bersedia
bekerja sama dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan kualitas tetapi tetap mengacu pada kualitas.
Program mencerdaskan kehidupan bangsa melalui program pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Orang tua maupun anggota masyarakat yang lebih terpelajar akan
menganggap pemenuhan kebutuhan merupakan hak mereka. Melibatkan mereka bersama-sama dengan staf dan
peserta didik akan menjadikannya lebih sadar akan tanggung jawab terhadap isi dan pelaksanaan kurikulum serta
standar prestasi peserta didik.
Sekolah pada hakikatnya pelayanan pendidikan kepada masyarakat. Pelayanan pulik oleh oleh sekolah dapat
diartikan sebagai pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan
terhadap sekolah sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang ditetapkan.
Kepuasaan peserta didik sebagai pelanggan akan dapat meningkatkan citra sekolah yang baik dari masyarakat,
dengan dukungan dan kepercayaan masyarakat kepada sekolah yang tinggi, menjadikan sekolah itu semakin
bergengsi. Pelayana terbaik sangat diperlukan di sekolah agar murid-murid betah disekolah dan bias belajar dengan
optimal. Pelayanan pendidikan secara umum meliputi proses administrative, akomodasi, tuntutan kebutuhan dan
keterampilan yang dimiliki; kepemimpinan mnajerial kepala sekolah dalm memberikan orientasi pada masing-masing
personal pendidikan; hubungan harmonis antara pihak internal dan eksternal.
Ukuran partisipasi masyarakat menurut Fattah (2004:114) diukur dengan keikutsertaan masyarakat biaya sekolah
baik yang masuk kategori bantuan pembangunan yang populer dengan istilah Dana Sumbangan Pendidikan (DSP)
maupun iuran bulanan peserta didik. Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 Pasal 56 Ayat 3 komite sekolah adalah
sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan dengan memberikan
pertimbangan, arah dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan. Dewan pendidikan adalah suatu badan yang mewadahi peran serta masyarakat dalam peningkatan
mutu, pemerataan, dan efesiensi pengelolaan pendidikan.
Kepmendiknas No. 044/U/2002 tentang dewan Pendidikan dijelaskan bahw tujuan Dewan Pendidikan (1) mewadahi
dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program
pendidikan di sekolah; (2) meningkatkan tanggung jawab dan peran serta aktif dari seluruh masyarakat dalm
penyelenggaraan pendidikan; dan (3) menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis
dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu.
Mengelola stakeholder sekolah, pada umumnya stakeholder dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yakni
stakeholder internal dan stakeholder eksternal. Stakeholder internal relatif mudah untuk dikendalikan dan bekerja
untuk komunikasi interen bias diserahkan pada bagian lain seperti wakil kepala sekolah sejenis tidak hanya
mengagkat calon-calon peserta didik terbaik atau mempertahankannya, tetapi menagkap dan mempertahankan
manajer sekolah, guru, dan tenaga kependidikan serta karyawannya yang sudah teruji mampu mempertahankan
bahkan meningkatkan kualitas sekolah. Sedangkan stakeholder eksternal adalah unsur-unsur yang berada di luar
kendali sekolah. Peserta didik dan orang tua peserta didik sebagai konsumen sekolah adalah raja yang mempunyai
hak untuk memilih layanan belajarnya sendiri. Peserta didik dan orang tua peserta didik banyak diperebutkan oleh
sekolah, sedikit sekali sekolah yang bias membujuk pemerintah untuk memerbitkan peraturan yang menguntungkan.
Dalam lingkungan yang stabil sekolah cenderung didesain secara mekanisme, yaitu cenderung mengandalkan

peraturan, prosedur, dan lebih birokratis.


Manajemen sekolah akan lebih efektif jika para pengelola pendidikan (sekolah dan Dinas Pendidikan Provinsi dan
Kabupaten/Kota) mampu melibatkan stakeholder terutama peningkatan peran serta masyarakat dalam menentukan
kewenangan, pengadministras, dan inovasi kurikulum yang dilakukan oleh masing-masing sekolah. Inovasi kurikulum
lebih menekankan pada keadilan (equitas) peserta didik di atas rata-rata mendapatkan perlakuan dan penyesuaian
kurikulum demikian juga peserta didik sebaliknya. Kemudian pemerataan bagi semua peserta didik didasarkan atas
kebutuhan peserta didik dan masyarakat lingkungannya. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dan
kemampuannya mendayagunakan seluruh potensi sekolah dalam membangun kerja sama yang baik terhadap
seluruh unsure sekolah adalah sangat penting baik secara internal maupun external. Keefektifan merupakan hasil
sejumlah variable termasuk perkembangan lingkungan, teknologi, kesempatan baik, kecakapan perseorangan, dan
motivasi sehingga tercapai tujuan sekolah sesuai yang ditargetkan.
di 03.37
Label: Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Diposkan oleh Sutriyani
strategi, mutu manajemen, program sekolah.

Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pendidikan juga merupakan investasi dalam pengembangan
sumberdaya manusia, dimana peningkatan kecakapan dan kemampuan diyakini sebagai faktor pendukung
upaya manusia dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian. Sekolahmerupakan
sebuah institusi tempat dibentuknya sumber daya manusia untuk menjadi manusia-manusia yang
berkepribadian unggul di masa sekarang dan di masa yang akan datang. SekolahDasar sebagai
tingkat pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi
peserta didik.
Strategi manajemen peningkatan mutu pendidikan merupakan rencana bagaimana
sebuah pendidikan persekolahan harus dikelola secara efektif, efisien, dan berkeadilan untuk
mewujudkan mutupendidikan sebagaimana yang diharapkan. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan
usaha yang terencana dan terprogram dengan jelas dalam agenda sekolah dalam upaya
penyelenggaraanpendidikan. SD Muhammadiyah 9 Malang saat ini sedang berupaya dan berusaha
menjadi sekolah yang berkarakter dan berbasis keunggulan. Salah satu strategi dalam mempertahankan
dan meningkatkan prestasi yang telah diraih adalah dengan mengembangkan programprogram sekolah yang berpotensi untuk membentuk peserta didik menjadi manusiamanusia yang unggul
dan berkarakter di masa sekarang dan masa mendatang.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan beberapa hal yang mencakup proses
perencanaan strategi peningkatan mutu manajemen melalui program sekolah, proses pelaksanaan
program sekolah, proses evaluasi program sekolah, kendala-kendala serta pemecahan masalah yang
dihadapi dalam pelaksanaan strategi peningkatan mutu manajemen melalui program sekolah.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Dalam penelitian studi kasus, peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati dan menggali datadata dari objek penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara,
pengamatan, catatan lapangan dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
berupa instrumen manusia, yaitu peneliti sendiri. Untuk menjaga keabsahan, data dilakukan pengkroscekan
hasil wawancara berulang-ulang dengan beberapa informan yang berbeda. Tahapan penelitian ini meliputi
tahap persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan. Analisis data dimulai dari tahap identifikasi data, kategorisasi,
sintesisasi dan menyusun hipotesis kerja.
Berdasarkan hasil analisis data tersebut, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Pertama, kegiatan
perencanaan strategi peningkatan mutu manajemen melalui program sekolah di SD Muhammadiyah 9

pertama merupakan rancangan untuk menindaklanjuti program-progam terdahulu setelah dilakukan


evaluasi program. Kedua, program-program yang ada di SD Muhammadiyah 9 Malang adalah pembinaan
keagamaan, pembinaan anak cerdas, pembinaan guru simpatik dan penciptaan lingkungan asri. Ketiga,
pengawasan pelaksanaan program di SD Muhammadiyah 9 Malang dilakukan secara internal dan ekternal,
pengawasan internal dilakukan ole Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Kepala Urusan, guru an wali murid
melalui Majelis Ta'lim, pengawasan eksternal dilakukan oleh Dikdasmen Muhammadiyah,
Komite Sekolah dan Tim Pengembang Universitas Muhammadiyah Malang. Kelima, Kendala yang dihadapi
SD Muhammadiyah 9 Malang pada pelaksanaan program sekolah untuk
meningkatkan mutu manajemen pendidikan adalah pengelolaan sumber daya manusia serta pengelolahan
sarana dan prasarana sekolahnya yang masih lemah sehingga perlu dilakukan evaluasi pada pelaksanaan
program sekolah dan melakukan perbaikanperbaikan dengan lebih menertibkan pengelolaan sumber daya
manusia serta pengelolahan sarana dan prasarana sekolah.
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah (1) Kepala Sekolah selalu meningkatkan kedisplinan
dalam pelaksanaan manajemen pendidikan di SD Muhammadiyah 9 Malang melalui perencanaan,
pelaksanaan serta pengawasan yang baik dan menyeluruh, (2) kepala urusan bidang-bidang selalu
meningkatkan kerjasama dan profesionalisme dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab serta lebih
tertib sebagai kepala bidang, (3) Akademisi Jurusan Administrasi Pendidikan, lebih meningkatkan
kemampuan mengenai strategi peningkatan mutu manajemenpendidikan dan dapat memeberikan teori
serta praktek nyata kepada masyarakat mengenai strategi peningkatan mutu manajemen pendidikan, dan
(4) Peneliti lain dapat dijadikkan bahan referensi dan informasi awal untuk mengembangkan dan
melaksanakan penelitian sejenis mengenai strategi peningkatan mutu manajemen pendidikan khususnya,
penelitian untuk memingkatkan mutumanajemen bagi tenaga kependidikan (tata usaha) di sekolah yang
belum mampu dilakukan oleh peneliti.

Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan di


Sekolah Dasar
OPINI | 26 November 2011 | 22:00

Dibaca: 1248

Komentar: 9

Peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar harus diarahkan kepada


komponen-komponen penentu mutu proses belajar mengajar di sekolah, yaitu:
1. Peningkatan Profesionalisme Guru
Beberapa

pelatihan

profesionalisme

guru

dapat

dilakukan

tersebut,

yaitu:

dalam
(1)

rangka

pelatihan

mengembangkan
Sistem

Pembinaan

Profesionalisme, (2) Pelatihan Guru Pemandu Mata Pelajaran, (3) Pelatihan Tutor.
Di dalam Sistem Pembinaan Profesionalisme tercakup: pelatihan menjabarkan
kurikulum sehingga guru mampu menganalisis kurikulum dan menyusun
rancangan pengajaran yang siap digunakan di kelas, pelatihan metodologi
pembelajaran serta teknik evaluasi, pelatihan media pembelajaran, pelatihan
pembuatan medeia sederhana, dan pelatihan menggunakan media elektronik

2. Pembinaan Manajemen Pendidikan


Dalam kaitan dengan manajemen kelas yang baik seorang guru perlu
memahami dengan baik berbagai hal, seperti aspek-aspek manajemen kelas,
tahap-tahap manajemen kelas, penataan dan pengorganisasian kelas. Untuk
mewujudkan disiplin di kelas diperlukan adanya pendekatan dan teknik yang
tepat sesuai situasi yang ada.
3. Peningkatan Buku dan Sarana Belajar
Buku dan sarana belajar merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam
rangka menciptakan kegiatan belajar mengajar yang bermutu.
4. Pembinaan Fisik dan Penampilan Sekolah
Lingkungan fisik sekolah cukup besar peranannya dalam menciptakan kondisi
dan suasana belajar yang menyenenangkan bagi siswa. Lingkungan ini akan
mengakibatkan siswa menjadi tertantang untuk terus belajar sehingga pada
akhirnya membawa kepada prestasi belajar.
5. Peningkatan Partisipasi Masyarakat
Masyarakat

akan

memberikan

kontribusinya

terhadap

peningkatan

mutu

pendidikan jika mereka tahu apa tujuan dan pentingnya pendidikan. Oleh karena
itu

sosialisasi

tentang

program

pengembangan

disampaikan kepada masyarakat luas.


Semoga bermanfaat!
Tags: mutu pendidikan halim malik

pendidikan

perlu

terus

Anda mungkin juga menyukai