Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
Ari Widiyastuti
Jayanti
Meilyana Anggra Rani
Rifa Muflihah
(1302048)
(1302064)
(1302070)
(1302074)
A. Latar Belakang
Pemikiran tentang integrasi atau Islamisasi ilmu pengetahuan dewasa ini
yang dilakukan oleh kalangan intelektual muslim, tidak lepas dari kesadaran
beragama. Secara totalitas ditengah ramainya dunia global yang sarat dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan sebuah konsep bahwa
ummat Islam akan maju dapat menyusul menyamai orang-orang barat apabila
mampu menstransformasikan dan menyerap secara aktual terhadap ilmu
pengetahuan dalam rangka memahami wahyu, atau mampu memahami wahyu
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Disamping itu terdapat asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari
negara-negara barat dianggap sebagai pengetahuan yang sekuler oleh
karenanya ilmu tersebut harus ditolak, atau minimal ilmu pengetahuan tersebut
harus dimaknai dan diterjemahkan dengan pemahaman secara islami. Ilmu
pengetahuan yang sesungguhnya merupakan hasil dari pembacaan manusia
terhadap ayat-ayat Allah swt, kehilangan dimensi spiritualitasnya, maka
berkembangkanlah ilmu atau sains yang tidak punya kaitan sama sekali dengan
agama. Tidaklah mengherankan jika kemudian ilmu dan teknologi yang
seharusnya memberi manfaat yang sebanyak-banyaknya bagi kehidupan
manusia ternyata berubah menjadi alat yang digunakan untuk kepentingan
sesaat yang justru menjadi penyebab terjadinya malapetaka yang merugikan
manusia.
Dipandang dari sisi aksiologis ilmu dan teknologi harus memberi manfaat
sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia. Artinya ilmu dan teknologi menjadi
instrumen penting dalam setiap proses pembangunan sebagai usaha untuk
mewujudkan kemaslahatan hidup manusia seluruhnya.
Untuk mencapai sasaran tersebut maka perlu dilakukan suatu upaya
mengintegrasikan ilmu-ilmu umum dengan ilmu-ilmu keislaman, sehingga
ilmu-ilmu umum tersebut tidak bebas nilai atau sekuler. Pendekatan
interdisciplinary dan inter koneksitas antara disiplin ilmu agama dan umum
perlu dibangun dan dikembangkan terus-menerus tanpa kenal henti. Serta
bukan masanya ilmu agama menyendiri.
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Agar mahasiswa mengerti dan memahami tentang integrasi islami dan ilmu
pengetahuan, serta mampu menjelaskan tentang hubungan lmu pengetahuan
dengan ayat-ayat qauliyah dan kauniyah.
b. Tujuan khusus
1) Mahasiwa mengerti dan memahami tentang hakekat ayat-ayat allah.
2) Mahasiwa mengerti dan memahami tentang Kesatuan ayat qauliyah dan
kauniyah.
3) Mahasiwa mengerti dan memahami tentang interkoneksi antara ayat
qauliyah dan kauniyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian integrasi islami dan ilmu pengetahuan
Secara etimologis, integrasi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris
integrate; integration- yang kemudian diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia
menjadi integrasi yang berarti menyatu-padukan; penggabunganatau penyatuan
menjadi satu kesatuan yang utuh; pemaduan.
Adapun secara terminologis, integrasi ilmu adalah pemaduan antara ilmuilmu yang terpisah menjadi satu kepaduan ilmu, dalam hal ini penyatuan antara
ilmu-ilmu yang bercorak agama dengan ilmu-ilmu yang bersifat umum.
Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem, dan
terukur, serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Ilmu menurut Al-
Quran adalah rangkaian keterangan yang bersumber dari Allah yang diberikan
kepada manusia baik melalui Rasul-Nya atau langsung kepada manusia yang
menghendakinya tentang alam semesta sebagai ciptaan Allah yang bergantung
menurut ketentuan dan kepastian-Nya.
Berbeda dengan pengertian di atas, Harold H. Titus sebagaimana
termaktub dalam buku Ilmu Pendidikan Islam: Filsafat dan Pengembangan
karya Mahfud Junaedi, menjelaskan bahwa science atau ilmu adalah
1.
A method of obtaining knowledge that is objective and veriviable
2. A body of systematic knowledge built up through experimentation ang
observation and having a valid theoretical base.
Dari definisi yang dikemukakan tersebut dapat dipahami bahwa ilmu
meliputi tiga kompenen yang saling bertautan dan merupakan kesatuan logis
yang mesti ada serta berurutan. (1) ilmu harus diusahakan dengan aktifitas
manusia, (2) aktifitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan (3)
akhirnya aktifitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis.
Sementara itu, pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum
tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan bahwa
pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, sedangkan ilmu
sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari itu karena memiliki metode dan
mekanisme tertentu.
Islam adalah agama yang mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan dan
agama merupakan sesuatu yang saling berkaitan dan saling melengkapi. Agama
merupakan sumber ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan merupakan sarana
untuk mengaplikasikan segala sesuatu yang tertuang dalam ajaran agama. Di
dalam Al-Quran terdapat sekitar 750 ayat yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan dan itu merupakan bukti bahwa Islam adalah agama yang sangat
menekankan pada pengembangan ilmu pengetahuan.
Marpuji Ali dalam karyanya yang berjudul Buku Kultum: Integritas
Iman, Ilmu, dan Amal menjelaskan bahwa penopang utama kegemilangan
peradaban ialah ilmu pengetahuan dan teknologi. Peradaban Barat berkembang
dari perpaduan unsur-unsur kebudayaan-kebudayaan, filsafat, nilai-nilai, dan
aspirasi Yunani dan Roma Kuno, fusi dengan agama Yahudi, agama Kristen,
segala
sesuatu
di
alam
semesta
yang
memperlihatkan
dan
yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
memikirkan.
c. 12) Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu.
Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya),
d. 13) dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di
bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
mengambil pelajaran.
e. 14) Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu
dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu
mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat
bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari
karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.
f. 15) Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak
goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalanjalan agar kamu mendapat petunjuk,
g. 16) dan Dia ciptakan) tanda-tanda (penujuk jalan). Dan dengan bintangbintang itulah mereka mendapat petunjuk.
h. 17) Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak
dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran?.
Di dalam Al-Qur'an, Allah mengajak orang-orang yang berakal agar
memikirkan hal-hal yang biasa diabaikan orang lain, atau yang biasa dikatakan
sebagai hasil "evolusi", "kebetulan", atau "keajaiban alam" belaka.
190) Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, 191) (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Rabb kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka. (QS. Aali 'Imraan, 3:191)
C. Kesatuan ayat qauliyah dan kauniyah
Allah swt. tidak menampilkan wujud Dzatnya Yang Maha Hebat di
hadapan makhluk-makhluknya secara langsung dan dapat dilihat seperti kita
melihat sesama makhluk. Maka, segala sesuatu yang tampak dan dapat dilihat
dengan mata kepala kita, pasti itu bukan tuhan. Allah menganjurkan kepada
manusia untuk mengikuti Nabi saw. supaya berpikir tentang makhluk-makhluk
Allah. Jangan sekali-kali berpikir tentang Dzat Allah. Makhluk-makhluk yang
menjadi tanda kebesaran dan keagungan Allah inilah yang disarankan di dalam
banyak ayat Al-Quran agar menjadi bahan berpikir tentang kebesaran Allah.
AyatQauliyah
Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah swt. di dalam
Al-Quran. Ayat-ayat ini menyentuh berbagai aspek, termasuk tentang cara
mengenal Allah.
QS. At-Tin (95): 1-5
Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota
(Mekah) ini yang aman; sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang
serendah-rendahnya (neraka).
Ayat Kauniyah
Ayat kauniah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling yang diciptakan
oleh Allah. Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan
sebagainya yang ada di dalam alam ini. Oleh karena alam ini hanya mampu
dilaksanakan oleh Allah dengan segala sistem dan peraturanNya yang unik,
maka ia menjadi tanda kehebatan dan keagungan Penciptanya.
QS. Nuh (41): 53
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di
segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka
bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya
Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
memberi sumbangan pada upaya pemaknaan Kitab Suci (Al-Quran) dan hadits
(Suprayogo dalam Kurniasih, 2010). Dengan kata lain sains dan agama berdiri
sendiri dan keduanya saling mendukung serta saling membantu dalam
kemaslahatan umat manusia.
Selanjutnya disebutkan pula, sains identik dengan pemenuhan kebutuhan
duniawi, seperti teknologi, intelektual, kesehatan, dan kemakmuran. Sementara
agama lebih focus terhadap pemenuhan kebutuhan rohani dan tata cara
pergaulan hidup. Dengan demikian agama memerlukan sains, dan begitu pula
sebaliknya. Jika agama mempersenjatai diri dengan sains maka kepentingan
keduniaan seperti pengentasan kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan bisa
dicarikan penyelesaiannya. Sebaliknya sains harus memberikan kesempatan
pada agama untuk mengisi dan menyempurnakan kekosongan jiwa manusia
dengan esensi nilai-nilai spiritual.
Golshani dalam Kurniasih (2010) menyatakan bahwa salah satu ciri yang
membedakan Islam dengan yang lain adalah penekanannya terhadap ilmu
(sains). Al Quran dan Al Sunnah mengajak kaum Muslim untuk mencari dan
mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang
berpengetahuan pada derajat yang tinggi.
Selanjutnya dijelaskan bahwa Al Quran menghargai orang-orang yang
berilmu, yang dapat menunjukkan keagungan dan kehebatan ciptaan Allah dan
yang memiliki kerendahan hati bahwa apa yang dihasilkan oleh ilmu mereka
menunjukkan kekuatan Ilahi dan kebesaran-Nya. Hal-hal tersebut ditekankan
oleh ayat-ayat dalam Al-Quran seperti :
Dan perumpamaan- perumpamaan ini kami buatkan untuk manusia, dan tiada
yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu (QS 29-43).
Sebenarnya Al-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orangorang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami
kecuali orang-orang yang zalim (QS 29:49).
Sebagaimana disebutkan oleh ayat-ayat di atas, memahami tanda-tanda
Pencipta, hanya mungkin bagi orang terdidik dan bijak yang berjuang menggali
rahasia-rahasia alam dan yang telah mendapatkan ilmu di bidang-bidang studi
masing-masing. Oleh karena itu, penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu
itu
ditundukkan
(untukmu)
dengan
perintah-Nya.
Hermeneutical).
Elemen
ilmu
pengetahuan
tersebut
NAFSIYAH(Ilmu Kemanusiaan,
Hermeneutical)
Hubungan Elemen Ilmu Pengetahuan(Sumber : Said dalam Kurniasih , 2010)
Ilmu bersifat tidak terbatas karena obyek ilmu tidak ada batasnya. Di sisi
lain, ada suatu batas kebenaran dalam setiap obyek ilmu, sehingga pencarian
ilmu yang benar adalah suatu pencarian yang tanpa akhir. Ilmu mengenai
kebenaran-kebenaran dunia lahiriah dapat dicapai dan bertambah melalui
penelitian yang dilakukan para ahli.
Kebenaran adalah dirinya sendiri, yang tidak lebih dan tidak kurang. Bagi
setiap kebenaran, ada batas yang sepadan dengannya. Ilmu tentang batas
tersebut adalah kearifan atau hikmah. Dengan hikmah setiap kebenaran
mendapatkan makna yang tepat.
Melalui kajian ilmiah, mungkin sekali manusia menemukan kebenaran,
tapi kebenaran yang dicapai manusia adalah kebenaran nisbi. Novrianto dalam
Kurniasih (2010) menjelaskan, dalam sebuah hadits disebutkan bahwa bahkan
Nabi menyebutkan bahwa kebenaran adalah barang tercecer (dlallat) yang
perlu dipungut oleh setiap muslim. Dengan demikian, dalam konsep Islam
pemilik kebenaran mutlak hanyalah Tuhan semata.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Integrasi ilmu adalah pemaduan antara ilmu-ilmu yang terpisah menjadi
satu kepaduan ilmu, dalam hal ini penyatuan antara ilmu-ilmu yang bercorak
agama dengan ilmu-ilmu yang bersifat umum.
Hubungan ilmu agama dan ilmu pengetahuan yaitu sama-sama perlu
dipahami sebab salingberkaitan satu sama lain dan menuntut ilmu itu adalah
kewajiban seluruh umat manusia serta di ibaratkan ilmu agama itu fardu ain
sedangkan ilmu pengetahuan itu fardu kifayah.
B. Saran
Akhirnya, berangkat dari ketidaksempurnaan, yakni segala sesuatu tiada
yang sempurna kecuali dzat-Nya, maka terlebih makalah ini. Makalah yang
disusun oleh sesuatu yang tidak sempurna ini, tentu tidak wajar apabila tidak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon maaf atas segala
keterbatasan. Di samping itu, kami pun mengharapkan kritik dan saran
konstruktif dari rekan pembaca guna meningkatkan kualitas penyusunan
makalah kami di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA