Anda di halaman 1dari 8

Nama :

NIM
Shift
Kelompok

Jackson
: 03111403049
: Selasa Siang
: Satu

METODE PEMBUATAN BIODIESEL SELAIN ESTERIFIKASI


DAN TRANSESTERIFIKASI
1. Latar Belakang
Bertambahnya jumlah populasi penduduk dan meningkatnya kebutuhan
makan energi yang semakin tinggi sehingga persediaan energi ( khususnya energi
dari bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui ) semakin menipis dan
semakin lama akan semakin habis. Bahan bakar fosil mempunyai banyak
kelemahan dalam berbagai segi terutama dari segi harga yang cenderung naik
(price escalation) sebagai akibat dari faktor faktor seperti berkurangnya
cadangan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, sementara permintaan terus
meningkat serta dampaknya terhadap lingkungan yang ditimbulkan sangat
berpengaruh terhadap pemanasan global (global warming). Indonesia dan
beberapa negara lainnya kini berusaha untuk mencari sumber sumber energi
lainnya sebagai bahan bakar alternatif.
Salah satu sumber energi yang terbarukan adalah minyak nabati yang
dapat diolah menjadi bahan bakar mesin diesel yang dikenal dengan biodiesel. Di
Indonesia, biodiesel masih merupakan tahap pengembangan. Hal ini sangat
menggembirakan karena di Indonesia yang merupakan negara tropis mempunyai
sumber minyak nabati yang cukup banyak dan beragam. Mulai dari minyak
pangan seperti minyak sawit, minyak kelapa, dan lain lain. Tidak terkecuali juga
sampai kepada minyak non pangan seperti minyak jarak pagar, nyamplung, dan
lain sebagainya. Pada prinsipnya, semua minyak nabati dapat digunakan sebagai
pengganti minyak diesel. Namun, kekentalan minyak nabati yang tinggi
menyebabkan penggunaan secara langsung akan menimbulkan kerumitan teknis
yang serius.
Tujuan pembuatan biodiesel adalah untuk menurunkan kekentalan
minyak melalui suatu reaksi yang mempertukarkan gugus ester pada minyak
dengan gugus alkil pada alkohol ( methanol / ethanol ), sehingga terbentuk
molekul alkil ester ( biodiesel ) dan gliserin . Reaksi ini disebut dengan reaksi
trans esterifikasi. Biodiesel mempunyai titik beku yang lebih rendah ketimbang

Nama :
NIM
Shift
Kelompok

Jackson
: 03111403049
: Selasa Siang
: Satu

minyak nabati, sehingga dapat digunakan di daerah daerah yang bersuhu rendah.
Lebih jauh, biodiesel ini mempunyai sifat fisis yang mirip dengan minyak diesel
mineral sehingga dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar pengganti
minyak diesel.
2. Biodiesel
Secara sederhana biodiesel didefinisikan sebagai bentuk bahan bakar
diesel yang menyebabkan lebih sedikit kerusakan lingkungan dibandingkan bahan
bakar diesel standar. Biodiesel biasanya dibuat dari minyak nabati melalui proses
kimia yang disebut transesterifikasi. Semua kendaraan keluaran baru dapat
menggunakan biodiesel. Dalam kebanyakan kasus biodiesel tidak digunakan
dalam bentuk murni (B100) melainkan dicampur dengan diesel standar. Hal ini
terutama karena diesel standar lebih baik daripada biodiesel murni saat berurusan
dengan suhu rendah dan juga diduga memiliki dampak yang lebih baik pada daya
tahan mesin.
Ada beberapa metode berbeda yang memungkinkan pencampuran bahan
bakar diesel standar dengan biodiesel, meskipun yang paling umum adalah
pencampuran dalam tangki pada saat diproduksi sebelum pengiriman ke truk
tangki. Biodiesel lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan diesel standar, dan
tidak hanya itu, biodiesel juga biodegradable dan tidak beracun. Mengenai
perbandingan tingkat emisi CO2 dari biodiesel dan diesel standar, biodiesel
muncul sebagai pemenang dengan menghasilkan sampai 75% lebih sedikit emisi
CO2 dibandingkan dengan diesel standar. Artinya dengan menggunakan lebih
banyak biodiesel daripada diesel standar, kita dapat mengurangi dampak
perubahan iklim.
Menggunakan biodiesel sebagai pengganti diesel standar tidak hanya
akan membantu lingkungan, tetapi juga akan membantu meningkatkan
kemandirian energi dan keamanan energi negara. Kelemahan dari penggunaan
biodiesel lebih karena biodiesel sebagian besar masih diproduksi dari tanaman
pangan yang dalam skenario terburuk menyebabkan peningkatan harga pangan
dan bahkan meningkatkan kelaparan di dunia. Inilah alasan utama mengapa para
ilmuwan melihat berbagai bahan baku biodiesel potensial lainnya.

Nama :
NIM
Shift
Kelompok

Jackson
: 03111403049
: Selasa Siang
: Satu

3. Metode proses Esterifikasi dan Transesterifikasi


3.1 Metode Esterifikasi
Salah satu reaksi yang digunakan dalam pembuatan biodiesel dari
minyak jelantah adalah reaksi esterifikasi. Esterifikasi adalah reaksi yang terjadi
karena adanya pengubahan suatu asam karboksilat dan alkohol menjadi suatu
ester dengan menggunakan katalis asam. Reaksi ini sering disebut dengan
esterifikasi Fischer. Ester adalah suatu senyawa yang mengandung gugus COOR
dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Esterifikasi adalah tahap konversi
dari asam lemak bebas menjadi ester. Esterifikasi mereaksikan asam lemak
dengan alkohol. Katalis-katalis yang cocok digunakan berupa asam kuat, seperti
asam sulfat, asam sulfonat, asam sulfonat organik atau resin penukar kation asam
kuat. Asam-asam tersebut biasa dipilih dalam praktek industrial (Soerawidjaja,
2006).
Alkohol yang digunakan sebagai pereaksi untuk minyak nabati
adalah methanol, namun dapat pula digunakan ethanol, isopropanol atau butyl.
Kandungan air pada alkohol juga perlu diperhatikan. Bila kandungan air tinggi
akan mempengaruhi hasil metil ester, kualitasnya menjadi rendah karena
kandungan sabun, asam lemak bebas dan trigliserida tinggi.
3.2 Metode Transesterifikasi
Tahapan setelah reaksi esterifikasi pada pembuatan biodiesel yaitu reaksi
transesterifikasi. Transesterifikasi ini merupakan proses transformasi kimia
molekul trigliserida yang besar, bercabang dari minyak nabati dan lemak menjadi
molekul yang lebih kecil, molekul rantai lurus, dan hampir sama dengan molekul
dalam bahan bakar diesel. Minyak nabati atau lemak hewani bereaksi dengan
alkohol (biasanya methanol) dengan bantuan katalis (biasanya basa) yang
menghasilkan alkil ester (atau untuk methanol, metil ester) (Knothe et al., 2005).
Tidak seperti esterifikasi yang mengonversi asam lemak bebas menjadi ester,
Pada transesterifikasi yang terjadi adalah mengubah trigliserida menjadi
ester. Perbedaan antara transesterifikasi dan esterifikasi menjadi sangat penting
ketika pemilihan bahan baku dan katalis. Transesterifikasi dikatalisis oleh asam
atau basa (Nourredine, 2010).

Nama :
NIM
Shift
Kelompok

Jackson
: 03111403049
: Selasa Siang
: Satu

4. Metode Mikro Elmusi, Pirolisis, Dry wash


Biodiesel merupakan senyawa mono alkil ester dari asam lemak rantai
panjang yang diturunkan dari sumber lipida yang dapat diperbaharui. Ada
beberapa jenis proses pembuatan biodiesel, diantaranya adalah sebagai berikut :
4.1 Metode Mikroelmusi
Mikroemulsi secara termodinamika stabil (jadi tidak akan
memisah/pecah seperti pada emulsi), transparan, dispersi dari minyak dan air
distabilkan oleh film antar muka molekul surfaktan. Surfaktan dapat murni,
berupa campuran, atau dikombinasi dengan aditif lain. Sistem homogen ini dapat
dibuat dengan rentang konsentrasi surfaktan dan perbandingan minyak terhadap
air yang lebar (20-80%), semuanya encer dengan viskositas rendah. Pada saat ini
minat terhadap sistem penghantaran koloidal (liposom, nanopartikel, mikrosfer,
komplek obat makromolekul) untuk tujuan: obat bersasaran (drug targeting),
pelepasan terkendali & perlindungan terhadap bahan berkasiat sedang diteliti &
dikembangkan secara luas. Mikroemulsi yang merupakan agregat stabil, mampu
melarutkan sejumlah kuantitas bahan larut minyak, larut air dan ampifilik karena
antar mukanya yang ekstensif, keberadaan air dan minyak. Mikroemulsi relatif
mudah di manufaktur (preparasi); terbentuk secara spontan tanpa peralatan
pengadukan intensif dan suhu tinggi, dan mikro struktur sistem tidak tergantung
dari urutan penambahan eksipiens selama proses manufaktur.
Metode mikroemulsi merupakan salah satu upaya untuk menurunkan
viskositas minyak nabati. Metode ini dilakukan dengan melarutkan minyak nabati
ke dalam larutan methanol, ethanol atau 1-buthanol, tetapi menurut hasil
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan alkohol yang digunakan sebagai
pengemulsi cukup besar, sehingga dapat menaikkan volatilitas dan menurunkan
titik nyala.
Proses mikroemulsifikasi ini merupakan suatu proses yang tepat untuk
mengurangi viskositas minyak nabati yang kemudian dapat digunakan sebagai
bahan bakar mesin diesel. Mikroemulsifikasi didefenisikan sebagai dispersi koloid
yang secara termodinamika stabil dengan diameter partikel fasa yang terdispersi
kurang dari 1-4 kali panjang gelombang cahaya yang tampak. Bahan bakar

Nama :
NIM
Shift
Kelompok

Jackson
: 03111403049
: Selasa Siang
: Satu

mikroemulsi kadangkala disebut dengan bahan bakar hibrida. Kandungan utama


dari bahan bakar mikroemulsi ini adalah minyak nabati, metanol, 2 oktanol, dan
bahan untuk meningkatkan nilai setana (Knothe, 2000). Reaksi ini terbentuk
secara spontan dari dua larutan yang secara normal larut sama lain dan dari satu
atau lebih ampopil ion atau ampopil non ion. Untuk waktu pengujian pembakaran
dalam waktu singkat, bahan bakar mikroemulsi menunjukkan kinerja yang hampir
sama dengan bahan bakar diesel konvensional (Khan, 2002).
4.2 Metode Pirolisis ( Thermal Cracking)
Cracking dalam bahasa Indonesia sering juga diterjemahkan sebagai
perengkahan. Secara garis besar reaksi perengkahan adalah reaksi pemutusan
ikatan C-C dari suatu senyawa hidrokarbon. Perengkahan dibagi menjadi dua
jenis yaitu perengkahan termal (Thermal cracking) dan perengakahan katalitik
(Catalytic cracking). Perengakahan termal pemutusan ikatan C-C dapat
berlangsung sebagai akibat kenaikan temperatur yang tinggi, sedangkan pada
perengkahan katalitik, reaksi pemutusan C-C berlangsung dengan peran serta
katalis dalam reaksi. Sejak 1940 cracking adalah proses penting dalam industri
minyak bumi. Proses ini digunakan untuk memproduksi gasolin (fraksi bensin dan
kerosin) dari minyak berat atau crude oil. Proses dapat berlangsung melalui dua
mekanisme yaitu mekanisme radikal yang dilakukan secara termal (dengan
temperatur tinggi) atau secara katalitik.
Thermal cracking atau pirolisis dilakukan pada temperatur bervariasi
dari 455oC hingga 730oC dan tekanan bervariasi dari tekanan normal hingga
1000 psig. Mekanisme yang terjadi adalah pemutusan ikatan C-C homolitik.
Reaksi bersifat ireversibel endotermis . Thermal cracking dari molekul parafin
umumnya akan menghasilkan rantai dengan ukuran molekul yang lebih rendah
yang umumnya masuk dalam golongan parafin dan olefin.
Pirolisis adalah proses dekomposisi minyak nabati secara termal atau
dapat juga menggunakan bantuan katalis untuk memutuskan rantai hidrokarbon.
Pemutusan rantai minyak nabati secara katalik dilakukan dengan menggunakan
katalis yang biasa digunakan pada pemutusan rantai minyak bumi, yaitu SiO2 atau
Al2O3 pada temperatur 450OC. Produknya kemudian difraksionasi untuk

Nama :
NIM
Shift
Kelompok

Jackson
: 03111403049
: Selasa Siang
: Satu

menghasilkan biodiesel dan biogasoline. Semakin tinggi temperatur, fraksi ringan


yang dihasilkan semakin banyak.
Thermal cracking atau pirolisis adalah suatu proses pengubahan suatu
zat menjadi zat lain dengan menggunakan panas, atau dengan kata lain proses
pemanasan tanpa udara atau oksigen pada temperatur 450-850C. Pada keadaan
tertentu proses pirolisis ini memerlukan katalis untuk menghasilkan pemutusan
ikatan kimia menjadi ikatan molekul yang lebih kecil (Helzamy, 2004).
Keuntungan produk biodiesel dari metode ini adalah adanya kemiripan dengan
struktur bahan bakar diesel dari minyak bumi, tetapi kelemahan metode ini adalah
karena prosesnya tidak boleh terdapat oksigen, maka bahan bakar yang dihasilkan
tidak teroksigenasi dan peralatan yang digunakan pada metode ini relatif mahal.
4.3 Metode Dry wash
Metode ini merupakan proses lanjutan dari proses transesterifikasi pada
proses ini minyak hasil dari proses transesterifikasi dan magnesol disiapkan.
Kemudian mengaktivasi magnesol dengan cara memasukkan ke dalam campuran
larutan asam dan air dengan pemanasan pada temperatur 80C selam 60 menit.
Selanjutnya memisah kan dari pelarut asam dengan cara di cuci dengan larutan
Aquadest hingga ph netral. Setelah itu magnesol dikeringkan di dalam oven
dengan suhu 250C selama 90 menit. Kemudian lakukan pencampuran magnesol
dengan perbandingan pada biodiesel hasil transesterifikasi seberat 0,5%, 1%, dan
1,5% dari minyak yang dihasilkan pada suhu 55C. Selanjutnya memisahkan
biodiesel hasil pencucian dengan corong pemisah. Pada proses ini biodiesel hasil
pencucian dry wash dijernihkan melalui proses penyaringan dengan menggunakan
pompa vakum.
Produksi biodiesel dengan pencucian model dry wash dan mengetahui
karakteristik biodiesel dari minyak jelantah yaitu : flash point, pour point, water
content, heating value, densitas, viskositas dan kadar FFA (Free Fatty Acid).
Biodiesel yang telah terbentuk dicuci dengan prosentase pemberian magnesium
silicate 0,5%, 1% dan 1,5%. Proses produksi biodiesel yang diperoleh
dimasukkan dalam tabel dan ditampilkan dalam bentuk grafik selanjutnya
dideskripsikan dengan kalimat sederhana. Berdasarkan hasil penelitian dapat

Nama :
NIM
Shift
Kelompok

Jackson
: 03111403049
: Selasa Siang
: Satu

disimpulkan bahwa persentase pemberian magnesium silicate sebanyak 1% adalah


yang terbaik untuk karakteristik biodiesel dari minyak jelantah hasil pencucian dry
wash. Hal ini dibuktikan dengan nilai flash point yang tinggi yaitu 145 0C, nilai
pour point yang rendah yaitu 2 0C, water content sebanyak 0,15%, heating value
sebesar 17.697 Btu/lb, densitas yaitu 0,9025 g/cm, Viskositas yaitu 13,24 cSt dan
kadar FFA sebanyak 0,12%.

Nama :
NIM
Shift
Kelompok

Jackson
: 03111403049
: Selasa Siang
: Satu

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Biodiesel Dari Minyak Nabati. http://che.unsyiah.ac.id/wpconten
t/uploads/sites/4/2014/01/Biodiesel-Dari-MinyakNabati.pdf(diakses pada tan
-ggal 10 september 2014).
Arifu. 2010. Pirolisis. http://arumaarifu.wordpress.com/2010/02/05/apa-itu-Piro
lisis/(diakses pada tanggal 10 September 2014).
Clark, Jim. 2003. Cracking Alkanes. http://www.chemguide.co.uk/organicprops/
alkanes/cracking.html(diakses pada tanggal 10 September 2014).
Kaur, Simer. 2012. Mikroemulsi. http://awesome-shima.blogspot.com/2012/10/mi
cro-emulsion-novel-drug-carriersystem.html(diakses pada tanggal 10 Septem
-ber 2014).
Mirmanto. 2011. Karateristik Biodiesel Minyak Kelapa Yang Dihasilkan Dengan
Cara Proses Pirolisis Kondensasi. http://ejournal.ftunram.ac.id/FullPaper/Art
-ikel_Pak_Sinarep_Mirmanto%20final.pdf(diakses pada tanggal 10
Septembe
-r 2014).
Putra, Pratama. 2011. Mikroemulsi. http://putrapratamat18.wordpress.com/2011
/04/20/mikroemulsi-for-farmasi/(diakses pada tanggal 10 September 2011).

Anda mungkin juga menyukai