Anda di halaman 1dari 53

Tugas Perencanaan Sistem Drainase

Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak


Jawa Tengah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Drainase berasal dari bahasa inggris, drainase mempunyai arti menguras, membuang.
Dalam bidang teknik sipil, drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan
teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan maupun rembesan,
sehingga fungsi kawasan atau lahan tidak terganggu. Drainase juga dapat diartikan sebagai
sanitasi. Jadi, drainase tidak hanya menyangkut air tanah. Secara umum sistem drainase dapat
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan
secara optimal ( Suripin, 2003:7-8 ).
Drainase merupakan suatu sistem pembuangan air menggenang pada suatu daerah
yang berfungsi untuk mengalirkan kelebihan air hujan menuju ke badan air menerima dengan
aman, sehingga dapat mengalihkan terjadinya banjir ( Masduki, 1998:1-1 ).
Jaringan drainase perkotaan meliputi seluruh alur, baik alur alam maupun alur buatan
yang hulunya terletak di kota dan bermuara di sungai yang melewati kota tersebut atau ke laut
di tepi kota tersebut.
Secara umum, kegunaan drainase adalah sebgai berikut :
1. Mengeringkan daerah becek dan genangan air.
2. Menurunkan permukaan air tanah.
3. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan sarana bangunan-bangunan lain.
4. Mengendalikan limbah air hujan yang berlebihan.
2.1

Peran Drainase
Sistem Drainase diperlukan unutk melakukan tindakan teknis dalam mengendalikan :
2.1.1

Kelebihan Air.

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-1

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
Sistem drainase dapat mengendalikan terhadap kemungkinan adanya banjir,
genangan air pada lahan produktif, erosi tanah serta kerusakan dan gangguan fisik,
kimia dan biologi pada tanah produktif.
2.1.2

Elevasi Badan Air Permukaan.


Adanya arus limpasan air hujan menuju badan air penerima maka akan timbul

kemungkinan naiknya elevasi badan air permukaan. Selain itu, dampak lain yang
dapat mengganguadalah kemungkinan terjadinya air balik ( back water ) dan
kerusakan terhadap badan air permukaan yang disebabkan oleh melimpahnya air
permukaan.
2.1.3

Elevasi Permukaan Air Tanah Pada Lahan Produktif.


Bila ada air hujan tanpa adanya saluran drainase, maka yang akan terjadi

adalah menggenangnya jalan tanah dan lain sebagainya tanpa terkendali. Jadi
kegunaan drainase secara umum adalah sebagai alat pematusan daerah dari kelebihan
air permukaan dan air tanah. Apabila tidak adanya pematusan atau pengendali dan
pengontrol, maka kiriman air hujan akan masuk secara tidak terkendali ke dalam
badan penerima. Selain fungsi utama dari drainase adalah sebagai pemelihara dan
pengendali sumber air yaitu untuk memelihara elevasi air baik air tanah maupun air
permukaan.
2.2

Macam-macam Drainase
2.2.1

Drainase Sistem Gravitasi


Drainse sistem gravitasi adalah sistem drainase yang paling sederhana, yaitu

pengaliran air dari tempat yang lebih tinggi ke lebih rendah. Pada daerah perbukitan
biasanya kemiringan tanahnya cukup curam dan menyebabkan kecepatan aliran di
saluran melampui batas maksimum, sehingga diperlukan bangunan terjun agar tidak
merusak permukaan saluran
2.2.2

Drainase Sistem Sub Surface


Drainase sistem sub surface yaitu sistem pematusan permukaan tanah akibat

adanya curah hujan dengan cara meresapkan ke dalam tanah untuk kemudian
ditampung, disalurkan melalui pipa berpori (dengan kedalaman tertentu) ke sistem
ELVIRA ASTRIANA SARI
21080111130053

II-2

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
jaringan drainase yang ada disekitar lokasi pori tersebut. Penentuan kedalaman pipa
berdasarkan pada perbedaan muka tanah dan muka air banjir. Semakin dalam pipa
maka jarak antara pipa semakin jauh. Apabila kedalaman pipa dangkal, maka jarak
pipa semakin dekat. Untuk pertimbangan ekonomi sehingga perlu dicari kedalaman
pipa yang paling murah dan mudah dilaksanakan (Sugiyanto, 2001).
Perhitungan sub surface drainase berdasarkan asumsi sebagai berikut:
1. Tidak adanya aliran runoff (aliran permukaan).
2. Kondisi lapisan dan permukaan kering.
3. Tidak ada air yang keluar / masuk daerah tangkapan.
2.2.3

Drainase Sistem Polder


Drainase sistem polder digunakan apabila penggunaan drainase sistem

gravitasi sudah tidak memungkinkan lagi, walaupun biaya dan operasinya lebih mahal.
Drainase sistem polder akan digunakan pada kondisi sebagai berikut ini:
1. Elevasi atau ketinggian muka tanah lebih rendah dari pada elevasi muka air
laut pasang. Pada daerah tersebut sering terjadi genangan akibat air pasang
(rob).
2. Elevasi muka tanah lebih rendah dari pada muka air banjir di sungai yang
merupakan outlet saluran drainase kota.
3. Daerah yang mengalami penurunan, sehingga daerah tersebut yang semula
lebih tinggi dari muka air laut pasang maupun muka air banjir di sungai
diprediksikan akan tergenang
Sesuai dengan kondisi di lapangan, maka ada enam bentuk sistem polder yaitu:
1. Drainase sistem polder dengan menggunakan pompa dan kolam retensi di
satu tempat. Digunakan apabila lahan untuk keperluan kolam retensi tidak
ada masalah.
2. Drainase sistem polder dengan menggunakan pompa dan kolam retensi.
Digunakan apabila kondisi di lapangan tidak memiliki lahan yang cukup
(pemukiman padat).
3. Drainase sistem polder dengan pompa dan tampungan memanjang.
ELVIRA ASTRIANA SARI
21080111130053

II-3

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
4. Drainase sistem polder dengan pompa dan kolam retensi tidak di satu
tempat.
5. Drainase sistem polder dengan kolam retensi dan kolam air.
6. Drainase sistem polder tanpa kolam retensi dan kolam air.
2.3

Analisa Hidrologi
Analisa hidrologi merupakan analisa awal dalam perencanaan konstruksi
bangunan air yaitu untuk mengetahui besarnya debit yang akan disalurkan sehingga
dapat ditentukan dimensi bangunan air tersebut secara ekonomis. Besar debit yang
dipakai sebagai dasar dasar perencanaan adalah debit hujan rencana tidak boleh terlalu
besar untuk menghindari ukuran bangunan yang terlalu besar dan tidak ekonomis.
Penetapan besarnya banjir rencana memang merupakan masalah pertimbangan
hidro ekonomis. Untuk memperkirakan besarnya banjir rencana yang sesuai,
Pengetahuan analisa hidrologi mempunyai peranan penting. Dalam perhitungan dapat
digunakan data suatu sungai atau saluran atau curah hujan yang nantinya akan diolah
menjadi debit rencana.
2.3.1

Karakteristik Hujan
Hujan pada tiap-tiap wilayah memiliki karakteristik masing-masing sesuai

dengan kondisi wilayah tersebut. Karakteristik hujan antara lain :


1. Durasi hujan, adalah lama kejadian hujan (menitan, jam-jaman, harian) yang
diperoleh dari hasil pencatatan alat pengukur hujan otomatis.
2. Intensitas hujan, adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau
volume hujan tiap satuan waktu. Nilai ini tergantung dari lamanya curah hujan dan
frekuensi kejadiannya serta diperoleh dengan cara analisis data hujan baik secara
statistik maupun empiris.
3. Lengkung intensitas hujan adalah grafik yang menyatakan hubungan antara
intensitas hujan dengan durasi hujan.
4. Waktu konsentrasi (tc) adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari
titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian
hilir suatu saluran. Rumus untuk menghitung waktu konsentrasi :
t c = to + t d
ELVIRA ASTRIANA SARI
21080111130053

II-4

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
Waktu konsentrasi terdiri atas dua komponen, yaitu :
a. Inlet time (to), yaitu waktu yang diperlukan air untuk mengalir di atas
permukaan tanah menuju saluran drainase. Untuk menghitung t o pada
daerah pengaliran yang kecil dengan panjang limpasan sampai dengan
300 meter, menggunakan rumus :
to =
keterangan :
to = inlet time (menit)
C = koefisien pengaliran
Lo = panjang aliran limpasan (m)
So = kemiringan (%)
b. Conduit time (td), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
sepanjang saluran sampai ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir.
Penentuan td dengan rumus :
td =
keterangan :
td = conduit time (menit )
Ld = panjang saluran (m)
Vd = kecepatan air dalam saluran (m/detik)
Kecepatan air dalam saluran tergantung kepada kondisi salurannya. Untuk
saluran alami, sifat-sifat hidroliknya sulit ditentukan sehingga td dapat ditentukan
dengan menggunakan perkiraan kecepatan air seperti pada tabel 2.1

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-5

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah

Tabel 2.1 Kecepatan untuk Saluran Alami


Kemiringan Rata-rata Dasar Saluran (%)
<1

Kecepatan Rata-rata (m/detik)


0,40

12

0,60

24

0,90

46

1,20

6 10

1,50

10 - 15
Sumber : Drainase Perkotaan, 1997
2.3.2

2,40

Pengolahan Data Hujan


Pengolahan data curah hujan dimaksudkan

untuk mendapatkan

kurva

Intensitas Durasi (Intensity Duration Curve). Dari kurva ini akan diubah menjadi
debit limpasan hujan pada suatu daerah yang ditinjau .
1. Melengkapi data curah hujan yang hilang
Data hujan hasil pencatatan yang ada biasanya ada dalam kondisi yang tidak
menerus atau terputus rangkaiannya. Menghadapi kondisi tersebut perlu adanya
pengisian data yang kosong (hilang). Untuk melengkapi data hujan yang hilang dapat
dengan cara mengambil data dari stasiun pengamat tetangga terdekat, dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Jika selisih antara hujan tahunan normal dari stasiun yang datanya tdak
lengkap dengan hujan tahunan normal semua stasiun kurang dari 10 %,
maka perkiraan data yang hilang bisa mengambil harga rata-rata hitung
dari stasiunstasiun yang mengelilinginya atau metode aritmatik .
b. Jika selisihnya lebih dari pada 10 %, maka dapat menggunakan metoda
perbandingan rasio normal, yaitu ;

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-6

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah

di mana :
rx = curah hujan yang dilengkapi
Rx = rata-rata curah hujan pada stasiun pengamat yang salah satu tinggi
curah hujannya sedang dilengkapi
n = Banyaknya stasiun pengamat hujan untuk perhitungan n > 2
rn = Curah hujan pada tahun yang sama dengan

rx pada stasiun

pembanding.
Rn = Curah hujan rata-rata tahunan pada stasiun pengamat hujan
pembanding
2. Uji Konsistensi Data Curah Hujan
Suatu rangkaian data curah hujan bisa mengalami ketidakkonsistensian atau
non homogenitas yang bisa mengakibatkan hasil perhitungan menjadi tidak tepat.
Ketidakkonsistensian data curah hujan disebabkan :
a. Perubahan mendadak pada sistem lingkungan
b. Pemindahan alat ukur
c. Perubahan cara pengukuran
Ketidakkonsistensian data hujan ditandai dengan beloknya grafik garis lurus
yang terdiri dari:

Absis, yaitu oleh harga rata-rata curah hujan dari paling sedikit 5 (lima)
stasiun hujan yang datanya dipakai dalam perhitungan perencanaan sistem
drainase .

Ordinat, yaitu oleh curah hujan dari stasiun yang diuji konsistensiannya.

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-7

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
Keduanya harus dalam tahun yang bersamaan dan diplot dalam koordinat
kartesius, yang dimulai dari data yang terbaru. Harga rata-rata yang diplot merupakan
harga kumulatif .
Konsistensi data hujan diuji dengan garis massa ganda (double mass curves
technique). Dengan metoda ini dapat juga dilakukan koreksi datanya. Dasar metoda ini
adalah membandingkan curah hujan tahunan akumulatif dari jaringan stasiun dasar.
Curah hujan yang konsisten seharusnya membentuk garis lurus, namun apabila tidak
membentuk garis lurus, maka diadakan koreksi sebgai berikut :
Fk =

Rk = Fk. R
dimana :
, = sudut kemiringan data hujan dari stasiun yang dicari
Fk

= faktor koreksi

= curah hujan asli

Rk

= curah hujan setelah dikoreksi

Menghitung Hujan Wilayah Rata-rata Daerah Aliran

Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan


air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah
yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini
disebut curah hujan wilayah/daerah dan dinyatakan dalam mm (Soemarto, C.D., Ir.,
B.I.E DIPL.H., Hidrologi Teknik, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1995). Curah hujan
daerah ini harus diperkirakan dari beberapa titik pengamatan curah hujan. Cara-cara
perhitungan curah hujan daerah dari pengamatan curah hujan di beberapa titik adalah
sebagai berikut :

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-8

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
-

Cara Rata-rata Aljabar

Cara ini adalah perhitungan rata-rata secara aljabar curah hujan di dalam dan di
sekitar daerah yang bersangkutan.

R=

(R1 + R2 + R3 + +Rn)

di mana :
R

= curah hujan daerah (mm)

= jumlah titik (pos-pos) pengamatan

R1 , R2 , R3 Rn = curah hujan di tiap titik pengamatan (mm)


-

Cara Polygon Thiessen

Jika titik-titik pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar merata, maka cara
perhitungan curah hujan rata-rata dilakukan dengan memperhitungkan daerah
pengaruh tiap titik pengamatan (Varshney, R.S., Engineering Hydrology, India, 1979).
Curah hujan daerah itu dapat dihitung dengan persamaan sbb :

R =

A1R1 + A2R2 + A3R3 + + AnRn


A1 + A2 + A3 + + An

= A1R1 + A2R2 + A3R3 + + AnRn


A
= W1R1 + W2R2 + W3R3 + + WnRn
di mana :
R = curah hujan daerah
ELVIRA ASTRIANA SARI
21080111130053

II-9

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
R1, R2, R3,Rn = curah hujan di tiap titik pengamatan dan n adalah jumlah titik-titik
pengamatan
A1, A2, A3,An=bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan

Dimana :
I = Stasiun I dengan luas Poligon A1
II = Stasiun II dengan luas poligon A2
III = Stasiun III dengan luas poligon A3
A1 = Luas daerah yang dibatasi POQ
A2 = Luas daerah yang dibatasi POR
A3 = Luas daerah yang dibatasi ROQ

2.3.3

Pengukuran Dispersi

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-10

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
Pada kenyataannya bahwa tidak semua varian dari suatu variabel hidrologi
terletak atau sama dengan nilai rata-ratanya. Variasi atau dispersi adalah besarnya
derajat dari sebaran varian disekitar nilai rata-ratanya. Cara mengukur besarnya
dispersi disebut pengukuran dispersi.
Adapun cara pengukuran dispersi antara lain :
1. Deviasi Standart (S)

dimana :
S = Deviasi standar
Xi = Nilai varian ke i
X = Nilai rata-rata varian
N = jumlah data
2. Koefisien Skewness (CS)

dimana :
CS = koefesien Skewness
Xi = Nilai varian ke i
X = Nilai rata-rata varian
n = Jumlah data
S = Deviasi standar
3. Pengukuran Kurtosis (CK)

CK = Koefisien Kurtosis
Xi = Nilai varian ke i
X = Nilai rata-rata varian
n = Jumlah data
S = Deviasi standar

4. Koefisien Variasi (CV)

CV = Koefisien variasi
ELVIRA ASTRIANA SARI
21080111130053

II-11

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
X = Nilai rata-rata varian
Dari nilai-nilai di atas, kemudian dilakukan pemilihan jenis sebaran yaitu
dengan membandingan koefisien distribusi dari metode yang akan digunakan.
2.3.4

Pemilihan Jenis Sebaran


Ada berbagai macam distribusi teoritis yang kesemuanya dapat dibagi menjadi

dua yaitu distribusi diskrit dan distribusi kontinyu. Yang diskrit adalah binomial dan
poisson, sedangkan yang kontinyu adalah Normal, Log Normal, Gama, Beta, Pearson
dan Gumbel.
Untuk memilih jenis sebaran, ada beberapa macam distribusi yang sering
dipakai yaitu :
1. Distribusi Normal
Dalam analisis hidrologi distribusi normal sering digunakan untuk
menganalisis frekuensi curah hujan, analisis statistik dari distribusi curah hujan
tahunan, debit rata-rata tahunan. Distribusi tipe normal, mempunyai koefisien
kemencengan (Coefisien of \ skewness) atau CS = 0
2. Distribusi Log Normal
Distribusi Log Normal, merupakan hasil transformasi dari distribusi
Normal, yaitu dengan mengubah varian X menjadi nilai logaritmik varian X.
Distribusi ini dapat diperoleh juga dari distribusi Log Person Tipe III, apabila nilai
koefisien kemencengan CS = 0 . Distribusi tipe Log Normal, mempunyai koefisien
kemencengan (Coefisien of skewness) atau CS. Besarnya CS = 3 CV + CV2
3. Distribusi Gumbel I
Distribusi Tipe I Gumbel atau Distribusi Ekstrim Tipe I digunakan untuk
analisis data maksimum, misalnya untuk analisis frekuensi banjir. Distribusi Tipe I
Gumbel, mempunyai koefisien kemencengan (Coefisien of skewness) atau CS =
1,1396.
4. Distribusi Log Person Tipe III
ELVIRA ASTRIANA SARI
21080111130053

II-12

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
Distribusi Log Person Tipe III atau Distribusi Ekstrim Tipe III digunakan
untuk analisis variabel hidrologi dengan nilai varian minimum misalnya analisis
frekuensi distribusi dari debit minimum (low flows). Distribusi Log Person Tipe
III, mempunyai koefisien kemencengan (Coefisien of skewness) atau CS 0.
Setelah pemilahan jenis sebaran dilakukan maka prosedur selanjutnya yaitu
mencari curah hujan rencana periode ulang 2, 5, 10 , 25, 50 dan 100 tahun.
Tabel 2.2

2.3.5

Syarat Distribusi Data

Curah Hujan Rencana dengan Periode Ulang Tertentu


Analisa curah hujan rencana ini ditujukan untuk mengetahui besarnya curah

hujan harian maksimum dalam periode ulang tertentu yang nantinya digunakan untuk
perhitungan debit banjir rencana.
Metode yang umum digunakan untuk perhitungan curah hujan rencana ini
adalah metode gumbel, metode normal, metode log normal dan metode log pearson
tipe III.

1. Metode Gumbel

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-13

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah

Dimana:
Yn : Harga rata-rata reduced mean (Tabel 2.3).
Sn : Reduced Standard Deviation (Tabel 2.4).
Yt : Reduced variate (Tabel 2.5).
Xt : Hujan dalam periode ulang tahun.
Xr : Curah hujan rata-rata (mm).
Sx : Standar deviasi.
N : Banyaknya data.
(Sumber : Dr. Ir. Suripin, M. Eng. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan hal 51 )
Tabel 2.3
Reduced Mean (Yn)

Tabel 2.4

Reduced Standard Deviation (Sn)

Tabel 2.5 Reduced Varaite (Yt)


ELVIRA ASTRIANA SARI
21080111130053

II-14

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah

2. Metode Normal

Dimana :
XT : Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang
T-tahun.
S : Deviasi standar nilai variat.
X : Curah hujan rata-rata.
Kt : Faktor frekuensi (variabel reduksi Gauss), yang besarnya
diberikan pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6

Nilai Variabel Reduksi Gauss

3. Metode Log Normal


Dimana :
XT : Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang
T-tahun.
S : Deviasi standar nilai variat.
X : Curah hujan rata-rata.
Kt : Faktor frekuensi (variabel reduksi Gauss), yang besarnya
diberikan pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7
Nilai Variabel Reduksi Gauss
ELVIRA ASTRIANA SARI
21080111130053

II-15

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah

4. Metode Log Pearson Tipe III


Parameter-parameter statistik yang diperlukan oleh distribusi Person Tipe III
adalah :
a. Nilai tengah (mean)
b. Standar Deviasi
c. Koefisien Kepencengan
Untuk menghitung banjir perencanaan dalam praktek, The Hydroloy
Committee of The Water Resources Council USA, menganjurkan, pertama kali
mentransformasi data ke nilai-nilai logaritmanya, kemudian menghitung parameterparameter statistiknya. Karena transformasi tersebut, maka cara ini disebut Log
Pearson Tipe III.
Langkah-langkah perhitungannya :
1. Menyusun data-data curah hujan ( R ) mulai dari harga yang terbesar
sampai dengan harga terkecil
2. Merubah sejumlah N data curah hujan ke dalam bentuk logaritma
Xi = log Ri
3. Menghitung besarnya harga rata-rata besaran tersebut dengan persamaan

4. Menghitung besarnya Cs dengan rumus :

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-16

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah

Harga Cs yang didapat digunakan untuk mencari nilai Kx pada tabel


yang telah disediakan sesuai dengan PUH yang ditentukan.
5. Menentukan harga Xt dengan rumus :
Xt = X + Kx.x
6. Harga Xt yang didapatkan, diantilogkan, maka akan didapatkan nilai dari
HHM yang dicari.
Rt = Antilog Xt
5.Distribusi Log Normal Dua Parameter
Distribusi

log

normal

dua

parameter

mempunyai

persamaan

transformasi :
Log X =
Keterangan :
Log X

= nilai variat X yang diharapkan tarjadi pada peluang atau periode


tertentu
= rata- rata nilai X hasil pengamatan
= deviasi standar logaritmik nilai X hasil pengamatan

= karakteristik dari distribusi normal.

Momen peringkat 1 dari X terhadap titik asal adalah :


M0 =

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-17

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
Varian dari X :

6. Distribusi Log Normal Tiga Parameter


Distribusi log normal tiga parameter memiliki batas bawah tidak selalu sama
dengan nol, oleh karena itu perlu di modifikasikan suatu parameter dengan nilai
sebagai batas bawah.
Fungsi dari pada distribusi log normal 3 parameter adalah :

Keterangan :
P(X) = fungsi densitas peluang log normal variat X
X

= variabel random kontinyu

= parameter batas bawah

= 3,14159

= 2,71828

= rata rata populasi , trnsformasi dari variat In X

= deviasi standar populasi ,transformasi dari variat IN X

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-18

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
Dengan demikian diperlukan tiga parameter untuk penyelesaian , yaitu parameter :
n, n,

Persamaan garisnya merupakan model matematik :


Y=
Keterangan :
Y

= logaritma dari kejadian X , pada periode ulang tertentu.

= rata rata kejadian Y

= deviasi standar kejadian Y

= karakteristik dari distribusi log normal 3 parameter

Atau dapat ditulis sbb:


In
Dengan metode momen, maka untuk menghitung adalah :

dimana :

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-19

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah

keterangan :
CV = koefesien variasi dari kejadian
CVt = koefesien variasi dari
Untuk menghitung

Berdasarkan perhitungan keenam jenis metoda tersebut, maka yang dipilih


untuk menentukan intensitas hujan berdasarkan hasil analisa frekuensi adalah yang
mempunyai penyimpangan maksimum yang terkecil.

2.3.6

Plotting Data
Sebelum dilakukan penggambaran, data harus diurutkan dahulu, dari kecil ke
besar. Penggambaran posisi (plotting positions) yang dipakai adalah cara yang
dikembangkan oleh Weinbull dan Gumbel, yaitu :

Dimana :
P (Xm) : data sesudah dirangking dari kecil ke besar

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-20

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
m : nomor urut
n : jumlah data
Dalam kertas probabilitas titik-titik plotting merupakan nilai P=m/(n+1)
sedangkan garis lurus merupakan curah hujan rencana dengan periode ulang tertentu
(Xt=Xrt + k.S). Plotting data dilakukan pada kertas probabilitas Normal, Log Normal,
Gumbel dan Log Pearson III bertujuan untuk mencocokkan rangkaian data dengan
jenis sebaran yang dipilih, dimana kecocokan dapat dilihat dengan persamaan garis
yang membentuk garis lurus.
2.3.7

Uji Keselarasan
Untuk menentukan pola distribusi data curah hujan rata-rata yang paling sesuai
dari beberapa metode distribusi statistik yang telah dilakukan maka dilakukan uji
keselarasan.
Pada tes ini biasanya yang diamati adalah hasil perhitungan yang diharapkan.
1. Uji Keselarasan Chi Square
Uji keselarasan chi square menggunakan rumus :

Dimana :
X2 : Harga chi square terhitung.
Oi : Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke-1.
Ei : Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke-1.
N : Jumlah data.
Suatu distrisbusi dikatakan selaras jika nilai X2 hitung < dari X2 kritis. Dari
hasil pengamatan yang didapat dicari penyimpangannya dengan chi square kritis
paling kecil. Untuk suatu nilai nyata tertentu (level of significant) yang sering diambil
adalah 5 %. Derajat kebebasan ini secara umum dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-21

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah

Tabel 2.8

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

Nilai Kritis untuk Distribusi Chi-Square

II-22

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-23

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
2.3.8

Intensitas Curah Hujan


Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut
dengan Intensitas Curah Hujan. Hujan dalam intensitas yang besar umumnya terjadi
dalam waktu yang pendek. Hubungan intensitas curah hujan dengan waktu hujan
banyak dirumuskan, yang pada umumnya tergantung pada parameter setempat.
Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda biasanya disebabkan oleh lamanya
curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas curah hujan rata-rata digunakan
sebagai parameter perhitungan debit banjir dengan menggunakan cara Rasional atau
Storage Function. Ada banyak model untuk mengestimasi intensitas curah hujan ratarata dari curah hujan harian. Beberapa rumus intensitas curah hujan yang berhubungan
dengan hal ini disusun sebagai rumus-rumus empiris yang dapat dituliskan sebagai
berikut:
1. Menurut Prof. Talbot (1881)
Untuk hujan dengan waktu < 2 jam, Prof. Talbot (1881) menuliskan rumus :
Dimana :
I : Intensitas curah hujan (mm/jam).
t : Waktu (durasi) curah hujan (menit).
a,b : Konstanta yang tergantung dari keadaan setempat.

2. Menurut Prof. Sherman (1905)


Untuk hujan dengan waktu > 2 jam, Prof. Sherman (1905) menuliskan rumus :

Dimana :
ELVIRA ASTRIANA SARI
21080111130053

II-24

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah

3.

I : Intensitas curah hujan (mm/jam).


t : Waktu (durasi) curah hujan (menit).
a : Konstanta yang tergantung pada lama curah hujan di
daerah aliran.
Menurut Dr. Ishiguro (1953)
Rumus diatas dikembangkan oleh Dr. Ishiguro (1953) menjadi :

Dimana :
I : Intensitas curah hujan (mm/jam).
t : Waktu (durasi) curah hujan (menit).
a,b : Konstanta yang tergantung pada lam curah hujan di
daerah aliran.
Intensitas curah hujan yang dipakai adalah rumus Talbot karena
berdasarkan hasil perhitungan intensitas curah hujan, rumus Talbot yang paling
mendekati hasil pengukuran intensitas curah hujan sesungguhnya.

2.3.9

Debit Banjir Rencana


Metode yang sering digunakan untuk mendapatkan debit banjir adalah
hubungan empiris antara curah hujan limpasan namun dalam perencanaan sistem
drainase ini digunakan perangkat lunak (software) EPA SWMM (Storm Water
Management Model) Version 5.0. EPA SWMM adalah model simulasi limpasan
(runoff) curah hujan periodik yang digunakan untuk mensimulasi kejadian tunggal
atau kejadian terus-menerus dengan kuantitas dan kualitas limpasan dari wilayah yang
ditinjau. Komponen limpasan SWMM dioperasikan dengan menjumlahkan luas
daerah tangkapan (subcatchment) yang menerima hujan total dan membangkitkannya
dalam bentuk limpasan (runoff) dan beban polusi. Aliran limpasan di SWMM dapat
ditelusuri melalui sistem pipa, saluran terbuka, kolam tampungan dan pompa. SWMM
merupakan kuantitas dan kualitas limpasan yang dibangkitkan pada masing-masing
daerah tangkapan (subcatchment), rata-rata aliran, kedalaman aliran, kualitas air di

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-25

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
masing-masing pipa dan saluran terbuka waktu simulasi dimasukkan dalam
penambahan waktu (Rossman, 2005).
2.4

Analisa Hidrolika
Hidrolika adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat zat cair. Analisis
hidrolika dimaksudkan untuk mengetahui kapasitas alur sungai dan saluran pada
kondisi sekarang terhadap banjir rencana, yang selanjutnya digunakan untuk
mendesain alur sungai dan saluran.
2.4.1

Perencanaan Pintu Air


Pintu air (Gate, Sluice) yang biasanya dibangun memotong tanggul sungai atau

antara sungai utama dengan saluran drainase berfungsi sebagai pengatur aliran air
untuk pembuang (drainage), penyadap dan pengatur lalu-lintas air. Ditinjau dari
konstruksinya, secara garis besarnya pintu air dapat dibedakan dalam dua tipe yaitu
pintu air tipe saluran terbuka atau disebut pintu air saluran (gate) dan pintu air tipe
saluran tertutup atau disebut pintu air saluran terowongan (sluice). Pintu air saluran
pada umumnya dibangun pada sistem saluran air yang besar-besar, sedangkan pintu air
terowongan dibangun pada sistem saluran air yang relatif kecil. Fungsi pintu air adalah
mengatur aliran air untuk pembuang, penyadap dan pengatur lalu-lintas air. Sebagai
pembuang yang dibangun di muara sistem drainase biasanya senantiasa dalam
keadaan terbuka dan penutupnya dilakukan manakala elevasi muka air di dalam sungai
induk lebih tinggi dari elevasi air yang terdapat didalam saluran drainase.
Dengan demikian, dapat dicegah masuknya sungai ke dataran yang dilindungi.
Sedangkan pintu air sebagai penyadap untuk mengatur besarnya debit air yang
dialirkan ke dalam sistem saluran air yang dibelakanginya, sehingga daun pintunya
senantiasa diatur disesuaikan debit yang diinginkan. Selain itu bangunan pintu air
harus dapat pula berfungsi sebagai tanggul banjir, karenanya bidang kontak antara
bangunan pintu air yang terdiri dari beton dan tubuh tanggul yang terdiri dari urugan
tanah haruslah benar-benar rapar air, agar tidak terjadikebocoran melalui kontak
tersebut yang dapat menjebolkan tanggul disekitar bangunan pintu tersebut
(Sosrodarsono dan Takeda, 1985).
ELVIRA ASTRIANA SARI
21080111130053

II-26

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
Tahap-tahap yang dilakukan dalam perencanaan pintu air adalah :
1. Penentuan Dimensi Pintu Air
Dimensi pintu air ditetapkan berdasarkan debit yang akan dilewatkan
melalui pintu. Untuk dimensi pintu drainase ditentukan berdasarkan elevasi muka
air banjir di sungai, elevasi banjir dan debit drainase yang dibuang melalui pintu
tersebut. Apabila banjir pada sungai bersamaan dengan terjadinya hujan pada
daerah pengaliran pintu drainasenya, maka genangan air hujan tersebut tidak dapat
dihindarkan, tetapi durasinya, kedalaman serta luas kedalaman haruslah dibatas
pada tigkat yang tidak membahayakan. Apabila persyaratan tersebut tidak
terpenuhi, maka haruslah dipertimbangkan untuk pemasangan pompa drainase.
Kecepatan aliran air yang diinginkan melalui adalah antara 1 2 m/dt, tetapi untuk
pintu-pintu air berdimensi kecil dapat mencapai kecepatan 3,5 m/dt.
2. Penentuan Penampang Pintu Drainase
Meskipun penampang pintu tidak berubah, akan tetapi debit yang akan
dialirkan melalui pintu tersebut tidaklah selalu sama. Tetapi penampang pintu
ditentukan berdasarkan debit hasil perhitungan limpasan, genangan yang diijinkan
di areal yang diamankan dan pertimbangan-pertimbangan ekonomi lainnya.
Kapasitas pintu drainase umumnya diperoleh dari hasil perhitungan aliran uniform
atau aliran non uniform yang dimulai dari elevasi muka air sungai.
2.4.2

Perencanaan Tinggi Jagaan Saluran


Besarnya tinggi jagaan yang paling baik adalah berkisar antara 0,75 m 1,5 m.
Hal-hal lain yang mempengaruhi basarnya nilai tinggi jagaan adalah penimbunan
sedimen di dalam saluran, berkurangnya efisiensi hidrolik karena tumbuhnya tanaman,
penurunan tebing dan kelebihan jumlah aliran selama terjadinya hujan.

2.4.3

Perencanaan Kolam Tampungan (Pond)


Pengendalian banjir direncanakan dengan memanfaatkan waduk-waduk di
daerah pegunungan dan rawa-rawa (Retarding Basin), di daerah dataran, atau diantara

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-27

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
sungai dan retarding basin dibuat suatu tanggul yang sebagian dimanfaatkan sebagai
pelimpah guna memotong puncak debit banjir sehingga retarding basin berubah
menjadi kolam pengatur.
Hal ini dianggap lebih menguntungkan dari pada penanganan debit banjir
rencana yang dilakukan dengan perbaikan dan pengaturan sungai. Kolam pengatur
berfungsi sebagai pemotong puncak debit banjir, dengan demikian kolam yang tidak
luas pun dapat mengendalikan banjir secara efektif. Dalam perencanaan pengendalian
banjir, penentuan dimensi dari masing-masing komponen sistem pengendalian banjir
harus ditelaah dari segi teknis, ekonomis maupun sosial dalam rangka perencanaan
persungaian secara keseluruhan (Sosrodarsono dan Tominaga, 1985).
1. Perencanaan Kapasitas Kolam.
Perhitungan kapasitas kolam dimaksudkan untuk menentukan batasan
maksimum yang dapat ditampung oleh kolam penampungan. Volume air hujan yang
terjadi dihitung dengan metode hidrograf satuan Snyder.

Dimana :
Qp : Debit banjir rencana (m3/detik).
W : air * h * A
H : Tinggi permukaan air dari dari dasar saluran.
A : Luas daerah pelayanan.

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-28

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
air : 1 (ton/m3)
Tp : Time rise to peak (detik).
Jika Tc > Tr maka Tp = tp + 0,5 tr (tr = 1 jam)
tp = tp + 0.25 tr ( tr tc )
tc = tp / 5,5
tp = Ct ( L . Lc ) 0,3
Ct = Koefisien antara = 1,35 1,65 diambil = 1,5
Lc = jarak antara centeroid dengan mulut aliran
Jika tc < tr maka Tp = tp = 0,5 tr
( Sumber : Ir. Joesron Lubis M.Eng,Banjir Rencana Untuk Bangunan Air, DPU,
Badan Penerbit PU, 1987)

Gambar 2.1

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

Kolam Penampungan dan Bangunan Pelengkapnya

II-29

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah

Gambar 2.2
2.4.4

Kolam Penampungan

Perencanaan Stasiun Pompa


Dataran rendah di kanan kiri sungai, ada yang lebih rendah daripada muka air
banjirnya dan dapat terendam apabila terjadi luapan air banjir sungai atau saluran
tersebut. Air genangan pada dataran semacam ini akan meluas dan genangan akan
cukup lama. Untuk mencegah terjadinya genangan yang lama, maka pada dataran
rendah tersebut dibangun pompa air drainase. Sebagai pompa pengangkat air dari
elevasi yang lebih rendah ke elevasi yang lebih tinggi. Pompa drainase umumnya
beroperasi pada saat terjadi banjir dan tinggi tekan serta debitnya berubah-ubah
sepanjang waktu.
Terdapat berbagai jenis pompa, tergantung dari konstruksi, kapasitas, dan
spesifikasinya. Untuk pompa drainase umumnya digunakan jenis pompa turbin seperti
pompa aliran (axial flow) atau pompa aliran semi aksial (mix flow) untuk tinggi
tekanan yang lebih rendah dan sedang dengan kapasitas yang besar, dan pompa volut
(volute pump) untuk tekanan yang tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pompa antara lain :
a. Debit air
b. Pengoperasian pompa
c. Kapasitas pompa

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-30

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
Sedangkan rumus yang digunakan untuk menghitung daya pompa (Dp)
tersebut adalah sebagai berikut :

Dimana :
Dp : Daya pompa
Hp : Hs + hf
Q : Debit air
w : Berat jenis air
: Efisiensi pompa
2.5

DASAR PERENCANAAN
Sistem yang akan direncanakan adalah sistem terpisah. Di dalam perencanaan
sistem penyaluran air hujan ini digunakan beberapa parameter yang merupakan dasar
perencanaan sistem. Dalam menentukan arah jalur saluran air hujan yang
direncanakan terdapat batasan batasan sebagai berikut :
-

Arah pengaliran dalam saluran mengikuti garis ketinggian yang ada sehingga
diharapkan

pengaliran secara gravitasi dan menghindari pemompaan.

Pemanfaatan sungai/anak sungai sebagai badan air penerima dari outfall yang
direncanakan.
Dalam parameter tersebut ditunjukkan adanya faktor pembatas yaitu kondisi

geografi setempat. Dari kondisi ini dikembangkan suatu sistem dengan berbagai
alternatif dengan mempertimbangkan segi teknis dan ekonomisnya.
2.5.1

Penentuan Jalur Saluran dan Daerah


Saluran air hujan terdiri dari tiga macam :

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-31

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
1.

Saluran tersier, yaitu saluran yang terdapat pada jalan-jalan


kecil, dimana saluran tersebut menyalurkan air hujan menuju saluran yang
lebih besar.

2.

Saluran sekunder, yaitu saluran lanjutan dari saluran tertier,


dimana kuantitas air merupakan kumulatif dari saluransaluran yang kecil,
lalu disalurkan menuju saluran utama /saluran primer.

3.

Saluran primer/utama, adalah saluran yang menampung air


hujan dari beberapa daerah pengaliran lewat saluran sekunder.
Dalam merencanakan jalur saluran air hujan untuk seluruh daerah perencanaan

ini, prinsip-prinsip yang harus diperhatikan adalah :


1.

Pengaliran air hujan di usahakan disalurkan ke badan air terdekat.

2. Saluran diusahakan harus sependek mungkin dan secepatnya.


3. Sistem air hujan tidak ada penggelontoran.
4. Merupakan saluran terbuka, dengan dimensi tertentu yang dapat mencegah
banjir, dan prinsip penyalurannya secara gravitasi .
5. Aliran tidak boleh terputus-putus, kecepatan aliran lebih kecil dari 3,0
m/detik untuk mencegah erosi dan lebih besar dari 0,6 m /detik agar tak terjadi
pengendapan.

2.5.2

Pembagian Blok Daerah Pengaliran


Pembagian

blok

daerah

pengaliran

ini

berdasarkan

atas

beberapa

pertimbangan, dengan melihat peta dan kemudian menganalisanya. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan antara lain :
a. Topografi daerah

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-32

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
Dalam hal ini dapat diketahui kondisi topografi daerah dan dapat diperkirakan
bahwa air akan cenderung mengalir dari daerah yang berelevasi tinggi menuju daerah
berelevasi rendah dengan kemiringan tanah yang paling tajam.
b. Luas daerah
Blok daerah pengaliran dapat dibatasi yaitu dengan melihat daerah yang luas
pengalirannya dapat tertampung pada saluran dengan panjang tertentu, karena luas
daerah akan menentukan debit yang dialirkan pada saluran.
c. Jarak pengaliran
Dalam hal ini berhubungan dengan daerah, untuk suatu titik yang terlalu jauh
dengan jarak inlet, lebih baik dibuat blok aliran yang baru, yang lebih dekat dengan
titik tersebut. Sebab hal ini akan memperlama waktu pengaliran.
2.5.3

Pemilihan Profil Saluran


Pada umumnya saluran air hujan menggunakan saluran terbuka. Hal ini karena
air hujan tidak berbahaya bila dilihat dari segi kondisi airnya, dan saluran terbuka
relatif

efektif, sebab pemasukan air hujan akan lebih cepat dibandingkan bila

memakai saluran tertutup.


Untuk saluran air hujan yang melewati daerah ramai dan sibuk seperti daerah
pertokoan, pasar industri, perkantoran dan rumah sakit umumnya menggunakan
saluran tertutup. Hal ini untuk menghindari orang agar tidak terperosok dan pada
daerah ramai umumnya sangat diperlukan sekali lahan, sehingga bila saluran tertutup
di atas saluran tersebut dapat digunakan untuk kepentingan lain, misalnya untuk
tempat parkir, trotoar dan sebagainya.
Pada saluran terbuka profil yang biasa di gunakan adalah bentuk segi tiga,
trapesium, segi empat, setengah lingkaran. Untuk perencanaan ini saluran dibuat
segi empat, dengan pertimbangan :
a. Menyalurkan limbah air hujan dengan debit aliran besar yang sifat alirannya terus
menerus dengan fluktuasi kecil.
ELVIRA ASTRIANA SARI
21080111130053

II-33

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
b. Cukup praktis jika bagian atas saluran harus ditutup.
Faktor faktor yang diperlukan dipertimbangkan untuk perancangan saluran
tahan erosi adalah :
1. Jenis material yang membentuk tubuh saluran untuk menentukan koefisien
kekasarannya.
2. Kecepatan aliran minimum yang diijinkan agar tidak terjadi pengendapan apabila
air mengandung lumpur dan sisa sisa kotoran.
3. Kemiringan dasar dan dinding saluran.
4. Penampang yang efisien, baik yang hidrolis maupun empiris.
Beberapa kriteria perancangan dapat diuraikan berikut ini :
1. Koefisien larian (run off)
Ketepatan dalam menetapkan besarnya debit air yang harus dialirkan melalui
saluran drainase pada daerah tertentu, sangatlah penting dalam penentuan dimensi
saluran. Menghitung besarnya debit rancangan drainase perkotaan pada umumnya
digunakan metode rasional dan modifikasinya.Besarnya koefisien pengaliran dapat
dilihat pada tabel 2.9

Tabel 2.9
Koefisien Pengaliran Berdasarkan Jenis Permukaan dan Tata Guna Tanah

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-34

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
No Jenis Permukaan / Tata Guna Koefisien Pengaliran
Tanah
1

Perumputan
-

Tanah pasir, slope 2 0,05 0,10


%

0,10 0,15
Tanah pasir, slope 2

7%
2

Tanah pasir, slope 7


0,75 0,95

0,50 0,70

Business
3

0,15 - 0,20

Pusat kota

Daerah pinggiran

0,50 0,60
0,60 0,80

Perumahan

Kepadatan 20 rumah 0,70 0,90

/ Ha
4

Kepadatan 20 60
rumah / Ha

Kepadatan 60 160

0,50 0,80

rumah /Ha

0,60 0,90

Daerah Industri

0,45 0,55

Industri Ringan

0,20 0,30

Industri Berat

0,10 0,50

Daerah Pertanian

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

0,20 0,35

II-35

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
No Jenis Permukaan / Tata Guna Koefisien Pengaliran
Tanah
9

Daerah Perkebunan
Tanah Kuburan

0,70 - 0,95

Tempat Bermain

0,80 0,95

Jalan Aspal

0,70 0,85

Jalan Beton
Jalan Batu
Sumber : Imam Subarkah, Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air,1998
2. Bentuk bentuk saluran
Bentuk bentuk untuk saluran drainase tidak terlampau jauh berbeda dengan
saluran air untuk irigasi pada umumnya. Dalam perancangan dimensi saluran harus
diusahakan dapat memperoleh dimensi penampang yang ekonomis.
Bentuk saluran drainase terdiri dari :
a. Bentuk trapesium
Pada umumnya saluran ini dari tanah, tetapi dimungkinkan juga dari pasangan
batu kali. Saluran ini membutuhkan ruang yang cukup.
b. Bentuk segi empat
Saluran ini tidak banyak membutuhkan ruang. Sebagai konsekuensi saluran ini
harus dari pasangan atau beton.
c. Bentuk lingkaran, parabola, dan bulat telur
Saluran ini berupa saluran dari pasangan atau kombinasi pasangan dan pipa
beton. Dengan bentuk dasar saluran yang bulat memudahkan pengangkutan bahan
endapan/limbah.
ELVIRA ASTRIANA SARI
21080111130053

II-36

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
d. Bentuk tersusun
Saluran ini dapat berupa tanah maupun pasangan. Tampang saluran yang
bawah berfungsi mengalirkan air rumah tangga pada kondisi tidak hujan, apabila
terjadi hujan maka kelebihan air dapat ditampung pada saluran bagian atas.
3. Macam material
Lapisan dasar dan dinding saluran drainase tanah erosi bisa dibuat dari beton,
pasangan batu kali, pasangan batu merah, aspal, kayu, besi cor, baja, dan lain lain.
Pilihan material tergantung pada tersedianya lahan serta harga bahan konstruksi
saluran. Penampang melintang saluran drainase perkotaan pada umumnya berbentuk
segi empat, karena dipandang lebih efisien di dalam pembebasan tanahnya jika
dibandingkan dengan trapesium.
4. Kemiringan saluran
Yang dimaksud dengan kemiringan saluran adalah kemiringan dasar saluran
dan kemiringan dinding saluran.
Kemiringan dasar saluran merupakan kemiringan dasar saluran arah
memanjang dimana umumnya dipengaruhi oleh kondisi topografi, serta tinggi tekanan
yang diperlukan untuk adanya pengaliran sesuai dengan kecepatan yang diinginkan.
Kemiringan dasar saluran maksimum yang diperbolehkan adalah 0,005 0,008
tergantung pada bahan saluran yang digunakan. Kemiringan yang lebih curam dari
0,002 bagi tanah lepas sampai dengan 0,005 untuk tanah padat akan menyebabkan
erosi.
5. Kecepatan yang diijinkan
Kecepatan minimum yang diijinkan adalah kecepatan terkecil yang tidak
menimbulkan pengendapan dan tidak merangsang pertumbuhan tanaman akuatik serta
lumut. Pada umumnya dalam praktek kecepatan sebesar 0,60 3,0 m/det dapat
digunakan dengan aman apabila prosentase lumpur yang ada di air cukup kecil.
Kecepatan maksimum yang diijinkan berdasarkan material :
ELVIRA ASTRIANA SARI
21080111130053

II-37

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
a. Untuk saluran berdinding tanah : v maks = 0,75 m/det
b. Untuk saluran berdinding batu : v maks = 2,5 m/det
c. Untuk saluran berdinding beton : v maks = 3 m/det
6. Jagaan (freeboard)
Yang dimaksud dengan jagaan dari suatu saluran adalah jarak vertikal dari
puncak tanggul sampai permukaan air pada kondisi perencanaan. Jagaan direncanakan
untuk dapat mencegah peluapan air akibat gelombang serta fluktuasi permukaan air,
akibat gerakan angin serta pasang surut. Jagaan tersebut direncanakan antara 5 %
sampai dengan 30 % dari dalamnya aliran.
7. Koefisien kekasaran Manning
Dari macam macam jenis saluran, baik berupa saluran tanah maupun dengan
pasangan, besarnya koefisien mengacu pada tabel 2.10
Di samping kriteria kriteria yang disiapkan berdasarkan kondisi alam di atas,
ada pula kriteria kriteria yang dibuat kondisi batas yang lain. Kondisi batas ini
meliputi antara lain aspek biaya, sosial, lingkungan dan lain sebagainya. Salah satu
kriteria yang berdasarkan pada aspek biaya adalah kala ulang untuk debit rencana
yaitu sebagai berikut :
- saluran kwarter

periode ulang 1 tahun

- saluran tersier

periode ulang 2 tahun

- saluran sekunder

periode ulang 5 tahun

- saluran primer

periode ulang 10 tahun

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-38

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
Tabel 2.10
Koefisien Kekasaran Manning

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-39

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
2.6

PERHITUNGAN LIMPASAN HUJAN


Untuk menentukan besarnya debit aliran air berdasarkan curah hujan, perlu
ditinjau hubungan antara aliran dengan curah hujan. Besarnya aliran dalam saluran
ditentukan terutama oleh besarnya hujan, intensitas hujan, luas daerah hujan, lama
waktu hujan, luas daerah aliran saluran, dan ciri-ciri daerah aliran tersebut.
Metode pengukuran yang sering dipakai untuk menghitung besarnya aliran air
dalam hubungannya dengan faktor-faktor diatas adalah Metode Rasional, dimana
perumusannya adalah sebagai berikut :
Q = C . I . A (cubic feet per second)
Atau apabila menggunakan satuan metrik, maka rumus diatas menjadi :
Q = 0,278 C . I . A
Dimana :
Q = debit aliran (m3/detik)
C = koefisien pengaliran, tidak berdimensi
A = Luas daerah aliran saluran (m)
I = Intensitas Hujan Maksimum yang direncanakan untuk PUH tertentu (mm/detik)
Rumus rasional diatas, dipakai untuk menentukan besarnya banjir rencana
maksimum bagi saluran-saluran dengan daerah aliran kecil, tidak lebih dari 80 ha.
Untuk daerah aliran yang lebih besar dari 80 ha, maka perhitungan dengan rumus
rasional tersebut harus dikalikan dengan koefisien penampungan (Cs). Sehingga untuk
daerah aliran yang lebih besar dari 80 ha perhitungan dilakukan dengan Metode
Modifikasi Rasional yaitu :
Q = 0,278 . C . Cs . I . A m3/detik (metode metrik)

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-40

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah

1.

Time of Overland Flow


Adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan yang jatuh di daerah pematusan

untuk masuk ke dalam saluran/badan air penerima yang terdekat. Perumusannya


adalah sebagai berikut :
t0 = 3,26 ( 1,1 C ) Lo0,5/S0,3, untuk tali air 300 m
to = 108 n Lo0,3/S0,2, untuk tali air sampai 1000 m
Dimana :
Lo = Panjang jarak dari tempat terjauh (awal pengaliran) sampai pada saluran/badan
air penerima
H = Beda ketinggian antara tempat terjauh dengan saluran/badan air penerima yang
terdekat.
So = Perbandingan antara H dengan L
2.

Overland Flow (Lo)


Merupakan suatu aliran limpasan permukaan alamiah pada daerah yang kita

amati sebelum aliran tersebut masuk ke dalam saluran atau badan air penerima yang
terdekat. Besarnya pengaliran tergantung pada koefisien pengaliran, koefisien
penampungan, serta keadaan daerah tersebut.
3.

Slope of Overland Flow


Adalah kemiringan dari aliran pada daerah yang kita tinjau. Slope ini dapat kita

peroleh dari dari hasil perbandingan selisih tinggi antara tempat terjauh (awal aliran)
dengan badan air penerima (akhir aliran), dengan panjang/jarak aliran tersebut dari
awal hingga ke badan air penerima.

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-41

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah

4.

Time of Drain
Adalah waktu yang dibutuhkan air untuk mengalir selama berada di dalam

saluran, sampai pada titik pengamatan yang kita tentukan.


Perumusannya adalah sebagai berikut :
td = L
V
Dimana :
L = panjang saluran (m)
V = Kecepatan aliran air di dalam saluran (m/dt)
5.

Time of Concentration
Adalah waktu yang dibutuhkan air hujan untuk mengalir mulai dari awal

pengalirannya sampai pada titik pengamatan yang kita tentukan. Perumusannya adalah
sebagai berikut :
tc = to + td
Lama dari waktu konsentrasi ini tergantung pada kondisi daerah aliran,
terutama jarak pengaliran dan kemiringan daerah pengaliran, dan koefisien
pengaliranya.
Besarnya time of inlet dipengaruhi banyak faktor, antara lain :
a. Kekasaran tanah, makin kasar permukaan tanah maka aliran makin kecil
sehingga time of inlet makin besar

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-42

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
b. Adanya legokan pada permukaan tanah sehingga menghambat aliran, bahkan
dapat mengurangi jumlah air yang mengalir
c. Kemiringan tanah yang akan mempengaruhi kecepatan aliran
d. Luas daerah pengaliran atau jarak daerah pengaliran ke stream inlet
e. Kepadatan rumah dan jenis permukaan tanah
Dalam perencanaan saluran air hujan, sebagian faktor yang disebutkan di atas
sulit untuk diperhitungkan, sehingga untuk perencanaan selanjutnya time of inlet
diperhitungkan berdasarkan besarnya koefisien pengaliran dan kemiringan rata rata
permukaan tanah.
Sedangkan kecepatan rata rata aliran dapat diperkirakan berdasarkan
kemiringan rata rata dasar saluran, seperti tertera pada tabel 2.11
Tabel 2.11
Hubungan Kemiringan Rata Rata Dasar Saluran dan Kecepatan Aliran
Kemiringan rata rata dasar

Kecepatan aliran rata rata (m/det)

saluran (%)
Kurang dari 1

0,40

12

0,60

24

0,90

4-6

1,20

6 10

1,50

10 15

2,40

Sumber : Drainage Design for Bandung, BUDS Project, 1978


6.

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

Rumus Kirpich

II-43

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
Rumus ini bisa digunakan untuk menginghitung t d, to, maupun tc. Untuk
menghitung td, maka yang digunakan adalah Ld, sedangkan untuk menghitung to yang
digunakan adalah Lo, dan untuk menghitung tc, yang digunakan adalah jumlah dari L o
dan Ld. Dirumuskan sebagai berikut :

to = 0.0195

Lo
S

Sedangkan untuk tc dan td, maka yang diganti adalah koefisien Lo, seperti yang
telah dijelaskan di atas.
7.

Koefisien Penampungan
Merupakan efek penampungan dari suatu aliran terhadap banjir puncak

(maksimum), dimana koefisien ini akan semakin besar kalau daerah alirannya semakin
luas. Efek penampungan terhadap banjir maksimum diperhitungkan sebagai koefisien
penampungan (Cs = Coefficient of Storage), dengan rumus :
Cs =

2tc g
2tc + td

dimana :
Cs = koefisien penampungan
tc = waktu konsentrasi
td = waktu mengalir dalam saluran
8.

Koefisien Pengaliran
Besar suatu pengaliran dapat kita nyatakan dalam ukuran tinggi, dan kita sebut

sebagai tinggi aliran. Kalau ukuran besarnya hujan (dalam mm) untuk luas daerah
yang sama, kita sebut tinggi hujan, maka perbandingan antara tinggi aliran dengan
ELVIRA ASTRIANA SARI
21080111130053

II-44

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
tinggi hujan (yang ditentukan untuk jangka waktu yag cukup panjang) disebut
koefisien pengaliran, jadi :
C = tinggi aliran k
tinggi hujan
Koefisien pengaliran ini dipengaruhi oleh : keadaan hujan, luas dan bentuk
DAS, kemiringan DAS dan dasar saluran, daya infiltrasi dan perkolasi tanah
kebasahan tanah, letak DAS terhadap arah angin, dan lain-lain. Harga C berubah dari
waktu ke waktu, sesuai dengan perubahan pada DAS.
9.

Kecepatan aliran dalam saluran ( V )


Kecepatan aliran yang diijinkan dalam suatu saluran telah memiliki suatu

ketentuan-ketentuan tertentu. Secara umum, kecepatan aliran dalam saluran


diisyaratkan sebesar 0,3 meter/detik atau lebih, dengan maksud agar tidak terjadi
pengendapan material di dasar saluran. Dan kecepatan maksimumnya biasanya
diisyaratkan antara 1 sampai 3 m/detik dengan maksud agar saluran tidak mudah
tergerus, terutama untuk saluran berbentuk segi empat.
10.

Intensitas Hujan
Penentuan intensitas hujan untuk perencanaan saluran mempertimbangkan :

a.

Periode ulang hujan rata-rata yang diperoleh

b.

Waktu konsentrasi
Untuk keperluan perencanaan, digunakan intensitas hujan yang memiliki

durasi sama dengan waktu konsentrasi pada PUH yang dipilih.


2.7

PERANCANGAN SALURAN
Sebelum merencanakan dimensi saluran, langkah pertama yang harus diketahui
adalah berapa debit rencananya. Untuk menghitung debit rencana perlu diketahui
berapa luas daerah yang harus dikeringkan oleh saluran tersebut. Perhitungan besar air

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-45

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
yang dibuang adalah berdasarkan tata guna lahan. Langkah pertama adalah
merencanakan tata letak. Tata letak direncanakan berdasarkan peta kota dan peta
topografi. Tentukan letak letak saluran saluran, kemudian hitung beban saluran
saluran tersebut, dari yang terkecil sampai ke saluran induk. Setelah debit masing masing saluran diketahui, barulah dilakukan perhitungan dimensi saluran. Untuk
merencanakan dimensi penampang saluran drainase digunakan pendekatan rumus
rumus aliran seragam.
1. Trase Saluran
Pada ruas sungai yang belok-belokannya sangat tajam atau meander-nya
sangat kritis, maka tanggul yang akan dibangun biasanya akan menjadi lebih panjang.
Selain itu pada ruas sungai yang demikian, gerusan pada belokan luar sangat
meningkat dan terjadi kerusakan tebing sungai yang akhirnya mengancam kaki
tanggul. Sebaliknya pada belokan dalamnya terjadi pengendapan yang intensif pula.
Jadi alur sungai menjadi lebih panjang dan dapat mengganggu kelancaran aliran
banjir. Guna mengurangi keadaan yang kurang menguntungkan tersebut, maka pada
ruas sungai tersebut pula dipertimbangkan pembuatan alur baru (sudetan) agar pada
ruas tersebut alur sungai mendekati garis lurus dan lebi pendek (Sosrodarsono dan
Tominaga, 1985). Pada perencanaan drainase perkotaan, alinyemen saluran
disesuaikan dengan kondisi Rencana Umum Tataruang Kota (RUTK).
2. Bentuk Penampang Melintang Saluran
Ada beberapa bentuk penampang melintang saluran banjir yang umum
dilaksanakan, yaitu penampang berganda, penampang tunggal trapesium, penampang
tunggal persegi. Potongan melintang saluran yang paling ekonomis adalah saluran
yang dapat melewatkan debit maksimum untuk luas penampang basah, kekasaran dan
kemiringan dasar tertentu. Faktor yang terpenting dalam menentukan pilihan bentuk
penampang saluran adalah pertimbangan ekonomis (Suripin, 2004).
Pada perencanaan ini akan direncanakan suatu jaringan saluran limpasan air
hujan yang dapat melayani semaksimal mungkin daerah yang direncanakan, dengan
anggapan bahwa datadata yang ada adalah data pada periode perencanaan .
ELVIRA ASTRIANA SARI
21080111130053

II-46

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
Bentuk penampang saluran drainase dapat merupakan saluran terbuka maupun
saluran tertutup tergantung pada kondisi daerahnya. Rumus kecepatan rata rata pada
perhitungan dimensi penampang saluran menggunakan rumus Manning, karena rumus
ini mempunyai bentuk yang sangat sederhana tetap.
1. Penampang saluran segi empat

a. Angka kekasaran (n) dapat ditentukan berdasarkan jenis bahan yang


dipergunakan.
b. Kemiringan tanah asli = kemiringan dasar saluran (S) dapat diketahui
berdasarkan kondisi topografinya
c. Luas penampang (A) =
d. Keliling basah (P) =
e. Jari jari hidrolis ( R ) =
f. Tinggi jagaan = 30 % h
g. Tinggi saluran (H) = h + tinggi jagaan
Untuk menentukan dimensi saluran dianjurkan untuk melakukan pendekatan
terhadap perbandingan antara lebar dasar saluran (b) dengan kedalaman aliran dalam
saluran (h) yang dihubungkan dengan kapasitas saluran, seperti terlihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.12
Perbandingan Lebar Dasar Saluran dengan Tinggi Air yang Dianjurkan Berdasarkan
Kapasitas Saluran
ELVIRA ASTRIANA SARI
21080111130053

II-47

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
Kapasitas Saluran (m3/det)

b : h

0,0 0,5

1,0

0,5 1,0

1,5

1,0 1,5

2,0

1,5 3,0

2,5

3,0 4,5

3,0

4,5 6,0

3,5

6,0 7,5

4,0

7,5 9,0

4,5

9,0 11,0

5,0

Sumber : Imam Subarkah, Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air, Bandung, 1980
2. Penampang Saluran Trapesium

a. Angka kekasaran ditentukan berdasarkan jenis bahan yang digunakan.


b. Kemiringan dasar saluran (S) ditentukan berdasarkan topografi (atau disebut S
= 0,0006)
c. Kemiringan dinding saluran berdasarkan bahan yang digunakan, dapat dilihat
pada tabel 2.7
b. Luas Penampang (A) = (b + mh)h
c. Keliling Basah
d. Jari jari hidrolis
ELVIRA ASTRIANA SARI
21080111130053

2
= b + 2h 1 m

= A/P
II-48

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
e. Tinggi jagaan = 25 % h
f. Tinggi saluran = h + tinggi jagaan
Tabel 2.13
Kemiringan Dinding Saluran yang Dianjurkan Berdasarkan Bahan yang Digunakan
Bahan Saluran

Kemiringan Dinding

Batuan cadas

Mendekati vertikal

Tanah Lumpur

0,25 : 1

Lempung keras atau tanah dengan lapisan

(0,5 1) : 1

beton
Tanah dengan pasangan batu atau tanah
dengan saluran besar

1:1

Lempung atau tanah untuk saluran - saluran


kecil

1,5 : 1

Tanah berpasir lepas


Lumpur berpasir atau lempung porous

2:1
3:1

Sumber : Ven Te Chow, Open Channel Hydraulics, 1978

2.8

PERANCANGAN BANGUNAN
Dalam perancangan drainase , diperlukan bermacam macam bangunan yang
berfungsi sebagai sarana untuk :
1.

Memperlancar surutnya genangan yang mungkin timbul di atas permukaan


jalan karena Q hujan rencana.

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-49

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
2.

Memperlancar arus saluran

3.

Mengamankan dari bahaya degradasi pada dasar saluran

4.

Mengatur saluran terhadap pasang surut, khususnya di daerah pantai

Adapun bangunan bangunan sebagaimana tersebut di atas adalah :


1.

Inlet tegak
Ditempatkan pada jarak jarak tertentu di sepanjang tepi jalan (KERB) atau

pada pertemuan KERB di perempatan jalan


2.

Inlet datar
Ditempatkan di pertigaan jalan, dimana pada arah melintang jalan terdapat

saluran
3.

Grill
Ditempatkan pada perempatan jalan, dimana di bawahnya terdapat saluran,

yang berfungsi menerima air yang melewatinya. Berada pada tempat yang terendah
dari jalan yang menurun.
4.

Manhole
Bangunan ini diletakkan pada jarak jarak tertentu di sepanjang trotoar,

berfungsi untuk pemeliharaan saluran.


5.

Gorong - gorong
Bangunan ini dibuat untuk menghubungkan saluran di kaki bukit melintang

jalan di bawahnya dan berakhir di sisi bawah dari bangunan penahan tanah yang
mendukung struktur jalan tersebut.
Perhitungan dimensi gorong gorong :

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-50

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah

Keterangan :
Q

= debit aliran (m3/det)

= koefisien debit (dapat dilihat pada tabel 2.4)

= luas gorong gorong (m2)

= percepatan gravitasi (= 9,81 m/det2)

= kehilangan tinggi energi pada gorong gorong

Tabel 2.14
Koefisien Debit
Tinggi dasar dibangun

Tinggi dasar dibangun lebih tinggi dari

sama dengan saluran

dasar saluran

Sisi

Ambang

Sisi

Segi

0,8

Segi empat

Segi empat

0,72

0,9

Bulat

Segi empat

0,76

Bulat

Bulat

0,85

empat
Bulat

Sumber : Modul Prinsip Prinsip Dasar Sistem Drainase


Kehilangan tinggi tenaga
Hmasuk = koefisien masuk . (va v)2/2g
Keterangan :
Koefisien masuk
ELVIRA ASTRIANA SARI
21080111130053

= 0,8
II-51

Tugas Perencanaan Sistem Drainase


Desa Prigi, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Demak
Jawa Tengah
va

= kecepatan aliran pada saluran

= kecepatan dalam gorong gorong

= percepatan gravitasi (= 9,81 m/det2)

Kecepatan dalam gorong gorong 1 2 m/det


6.

Jembatan
Bangunan ini dimaksudkan untuk mendukung pipa (saluran air/minyak) atau

jalan yang melintang saluran drainase.


7.

Bangunan Terjun
Bangunan ini diperlukan bila penempatan saluran terpaksa harus melewati

jalur dengan kemiringan dasar (S) yang cukup besar.


8.

Ground Sill
Bangunan ini ditempatkan melintang saluran pada jarak jarak tertentu

sehingga dapat berfungsi sebagai pengaman terhadap bahaya degradasi terhadap dasar
saluran.
9.

Pintu Air
Bangunan pintu air dapat berupa manual maupun otomatis, berfungsi sebagai

penahan air pasang atau banjir.

ELVIRA ASTRIANA SARI


21080111130053

II-52

Anda mungkin juga menyukai