Anda di halaman 1dari 3

Mentoring

Definisi mentoring adalah sebuah proses dari rangkaian pembentukan karakter manusia. Dari mentoring akan dihasilkan berbagai hal yang terpenting adalah ketangguhan karakter. Sedangkan definisi dari mentoring agama Islam adalah kegiatan pendidikan dan pembinaan agama Islam dalam bentuk pengajian kelompok kecil yang diselenggarakan rutin tiap pekan dan berkelanjutan. Kajian yang dibahas lebih mendalam dengan pokok bahasan fokus pada masalah akidah, akhlak, dan ibadah. Tiap kelompok pengajian biasanya terdiri atas 6-12 orang, dengan dibimbing oleh seorang pembina. Dengan adanya mentoring kita akan memperoleh banyak manfaat. Pertama, dapat melatih diri untuk selalu melakukan perbaikan diri pada beberapa aspek seperti: 1. Perbaikan membaca Al Quran. 2. Penambahan jumlah hafalan Al Quran. 3. Melatih berkomunikasi dalam penyampaian suatu hal. 4. Melatih berkomunikasi dalam diskusi. Kedua, kita juga dapat menambah banyak teman dan tentunya kita tidak keliru memilih lingkungan pergaulan. Karena di era globalisasi ini semakin banyak penyimpangan yang dilakukan oleh para remaja. Apalagi dengan adanya internet yang sebenarnya dapat memudahkan kita untuk mengakses informasi. Sayangnya, masih ada beberapa orang yang menyalahgunakan kegunaan internet tersebut untuk menipu orang lain. Ketiga, pemahaman wawasan tentang islam kita akan bertambah. Jika wawasan kita bertambah, maka kita dapat hidup lebih terarah.

Akhlakul Karimah, Buah Rukun Islam


Allah berfirman di dalam al-Quran, Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (Q.S. alAnbiyaa : 107). Maksud dari ayat ini adalah kedatangan Muhammad SAW yang membawa agama Islam kepada kita mestinya menjadi rahmat bagi seluruh alam. Ada orang yang mengaku lebih pintar mengatakan, bahwa seluruh alam maknanya seluruh manusia. Jadi kedatangan agama Islam itu harus menjadi rahmat bagi seluruh manusia.Tidak hanya bagi umat muslim saja, bahkan bagi orang-orang kafir. Di sinilah yang perlu kita perhatikan baik-baik. Beberapa arti rahmat di antaranya: anugerah, faedah, manfaat, guna. Sehingga sampailah kita pada kesimpulan, bahwa agama Islam diturunkan Allah kepada kita karena ada manfaatnya, tidak menyusahkan, dan malah sebaliknya memudahkan kita. Dalam Islam kita mengenal Rukun Islam yang terdiri dari membaca dua kalimah syahadat, menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa, dan menunaikan ibadah haji. Jika kita membaca syahadat, apakah orang lain mendapatkan manfaatnya atau berguna bagi yang lain. Jawabannya tidak, berarti ayat di atas belum terbukti. Kemudian setiap hari kita shalat, apakah yang didapatkan orang lain dari shalat itu. Pahala hanya untuk kita yang melaksanakannya, tidak untuk orang lain. Zakat ada manfaatnya, tapi tidak untuk orang kafir, apalagi puasa, kita merasakan lapar sementara orang lain tidak mendapatkan apapun. Dan yang terakhir adalah haji, sama juga. Paling-paling oleh-oleh. Itupun hanya untuk orang-orang tertentu saja. Makanya, banyak yang tidak senang kepada Islam karena tidak ada gunanya, menurut sedikit uraian saya tadi. Tapi kita tidak berhenti sampai di sini karena Islam itu harus berguna bagi siapa saja menurut surat al-Anbiyaa : 107 di atas. Islam seharusnya mulia (bersinar) tetapi malah sebaliknya terkutuk akibat ulah orang-orang tertentu seperti Teroris (begitu orang Barat menyebutnya). Karena itu

kita kembali lagi kepada pembahasan di atas bahwa, buah dari pelaksanaan 5 Rukun Islam ditambah dengan yang lainnya adalah akhlakul karimah. Akhlakul karimah inilah yang mampu memberikan manfaat, memberikan guna atau memberikan faedah untuk semua orang. Sebagai contoh, jika di sebuah kampung yang penduduknya berakhlak baik meskipun orang-orangnya lupa menutup kunci pintu tapi mereka merasa aman karena tidak ada barang yang kehilangan atau dicuri. Tetapi jika sebaliknya maka akan membuat sulit, susah, bahkan kerugian bagi orang lain. Islam sebagai rahmat dan akhlakul karimah ini ibarat pohon dengan buahnya. Kalau kita ambil bagian dari pohon tersebut misalkan akarnya, maka pohon itu akan mati. Berbeda jika kita mengambil buahnya, maka pohon tersebut akan tetap berbuah dan bermanfaat terus bagi orang lain. Akhlakul karimah itulah buah dari pengamalan Islam yang benar. Dengan akhlakul karimah ini jangan sampai kita bertengkar hanya karena perbedaan dalam masalah ibadah (khilafiyah) misalkan shalatnya tidak memakai Usholli. Akhlak yang mulia inilah yang akan menentramkan dunia. Sekarang ini Indonesia sedang mengalami Krisis Kemanusiaan dalam bahasa Antropologi bukan krisis politik, hukum atau ekonomi. Hakekatnya adalah krisis akhlak. Imam al-Ghozali menjelaskan akhlak dengan beberapa tingkatan. Tingkatan pertama (paling rendah) adalah selalu merasa dilihat Allah. Sampai disini belum muncul akhlakul karimah. Barulah ketika merasa melihat Allah (tingkatan kedua) akan muncul akhlak tersebut dan tingkatan yang paling tinggi takkala merasa bersatu dengan Allah, seseorang akan memiliki akhlak yang paling tinggi.

Anda mungkin juga menyukai