Anda di halaman 1dari 18

Fenomena Keluarga dalam

Pendidikan IPA

DISUSUN OLEH :
M TEGUH ADANG DIANTARIS
RATNANINGSIH
RISTIANA NUGRAHANI
PRIYONO
ARI SANDI PRIANDANA
ELINA LESTARIYANTI

Fenomena Keluarga dalam Pendidikan IPA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan belajar dalam keluarga adalah merupakan lingkungan belajar yang pertama
bagi anak untuk mendapatkan berbagai hal, berperan memberikan warna dalam pembentukan
kepribadian anak didik. Lingkungan belajar juga merupakan segala sesuatu yang berada di
sekitar kita, yang mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap perkembangan anak didik.
Berpengaruh artinya bermakna, berfungsi, dan berperan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak didik. Lingkungan yang nyaman, kondusif, dan bersih dapat menjadi
lingkungan belajar yang bermakna bagi anak didik.
Keluarga merupakan tempat utama anak-anak dapat menumbuhkan dan mengembangkan
karakter positif. Pembentukan karakter positif dapat dikembangkan melalui pembiasaan nilainilai, baik nilai sosial maupun agama yang diinternalisasikan melalui interaksi sosial. Karakter
yang telah terbentuk diharapkan kelak dapat mengakar kuat dan menjadi prinsip hidup dalam
kehidupan anak. Dalam konteks ini, orang tua sebagai penanggung jawab utama dalam proses
pembentukan karakter anak. Orang tua hendaknya dapat menjadi contoh teladan yang baik
pada anak karena sebagian besar waktu anak dihabiskan dalam keluarga. Teladan dan
pembiasaan yang baik menjadi langkah fundamental dalam pendidikan karakter.
Pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat mulai sering terjadi. Hal-hal yang dulunya
dianggap tabu, saat ini menjadi hal biasa. Kasus korupsi, fenomena penampilan para remaja
dengan pakaian ketat dan mininya, gaya pacaran yang berlebihan, sampai tragedi hamil di luar
nikah. Di sekolah pun terjadi aksi contek massal dimana hasil yang ditonjolkan dan proses
diabaikan. Pada saat ini terjadi split of personality (kepribadian yang terpecah) dimana individu
belum mampu menyatukan antara perkataan dengan perbuatan. Budaya malu tampaknya sudah
mulai terkikis. Oleh karena itu, pola asuh orang tua yang tepat diharapkan dapat membentuk
karakter anak sehingga anak memiliki karakter mental yang kokoh, yang senantiasa menjadikan
nilai-nilai sebagai pegangan dan prinsip hidup, tidak hanya sekedar tahu tapi juga mampu untuk
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Yaitu pola asuh yang demokratis, bukan pola asuh
Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan IPA-Prodi Pend. IPA-Biologi-2014-Khusus

Page 2

Fenomena Keluarga dalam Pendidikan IPA

permisif yang serba membolehkan ataupun pola asuh yang terlalu otoriter yang membatasi anak.
Berbagai aspek, baik pihak keluarga, sekolah, masyarakat dan bangsa (pemerintah) perlu
bersinergi dalam upaya mensukseskan pendidikan karakter.

B. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peranan keluarga
dalam pendidikan IPA (Sains), khususnya di indonesia berkaitan dengan pendidikan karakter.

C. Permasalahan
Berdasarkan beberapa paparan yang menjadi latar belakang penyusunan makalah ini, maka
permasalah yang akan dikaji adalah, Bagaimana fenomena keluarga dalam pendidikan IPA
(Sains), khususnya di Indonesia berkaitan dengan pendidikan karakter?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan IPA (Sains)
IPA dapat diartikan secara berbeda menurut sudut pandang yang dipergunakan. Orang
awam sering mendefinisikan IPA sebagai kumpulan informasi ilmiah. Di lain pihak ilmuwan
memandang IPA sebagai suatu metode untuk menguji hipotesis. Sedangkan filosof mungkin
mengartikannya sebagai cara bertanya tentang kebenaran dari apa yang diketahui.
Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan IPA-Prodi Pend. IPA-Biologi-2014-Khusus

Page 3

Fenomena Keluarga dalam Pendidikan IPA

Semua pandangan tersebut sahih, tetapi masing-masing hanya menunjukkan sebagian dari
definisi IPA. Kebulatan atau gabungan dari pandangan-pandangan tersebut mewakili pengertian
IPA sehingga dapat digunakan sebagai definisi yang komprehensif. Oleh karena itu IPA harus
dipandang sebagai cara berpikir, sebagai cara untuk melakukan penyelidikan dan sebagai
kumpulan pengetahuan tentang alam. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Collete dan
Chiappetta (1994) yang menyatakan bahwa Sains/IPA, pada hakekatnya merupakan : 1)
Sekumpulan pengetahuan (a body of knowledge); 2) Sebagai cara berpikir (a way of thinking);
dan 3) Sebagai cara penyelidikan (a way of investigating) tentang alam semesta ini.
1. IPA sebagai kumpulan pengetahuan (a body of knowledge)
Hasil-hasil penemuan dari kegiatan kreatif para ilmuan selama brabad-abad dikumpulkan
dan disusun secara sistematik menjadi kumpulan pengetahuan yang dikelompokkan sesuai
dengan bidang kajiannya, misalnya fisika, biologi, kimia dan sebagainya. Di dalam IPA,
kumpulan tersebut dapat berupa : fakta, konsep, prinsip, hukum, teori maupan model.
a. Fakta
Fakta-fakta sains memberikan landasan bagi konsep, proinsip dan teori Fakta merupakan
suatu kebenaran dan keadaan suatu objek atau benda, serta mempresentasikan pada apa
yang dapat diamati. Fakta sains dapat didefinisikan berdasarkan 2 (dua) kriteria yaitu: 1)
dapat diamati secara langsung; 2) dapat ditunjukkan atau didemonstrasikan setiap waktu.
Oleh karena itu, fakta terbuka bagi siapa saja untuk mengamatinya, Namun demikian, harus
diingat bahwa tidak semua fakta dapat ditunjukkan setiap saat, misalnya letusan gunung
api, tsunami, gerhana matahari atau gerhana bulan dan sebagainya.
b. Konsep
Konsep merupakan abstraksi dari kejadian-kejadian, ojek-objek atau fenomena yang
memiliki sifat-sifat atau atribut tertentu, misalnya konsep tentang bunyi, konsp tentang
panas atau kalor, konsep ion, atom, molekul dan sebagainya. Dalam pelajaran IPA ada
konsep-konsep yang sudah dipahami oleh siswa, tetapi ada juga yang sukar. Sukar
mudahnya suatu konsep untuk dipahami tergantung pada tigkat abstraksi atau keabstrakan
dari konsep tersebut.
c. Prinsip dan hokum
Prinsip dan hukum sering digunakan secara bergantian karna keduanya dianggap sebagai
sinonim. Kedua hal tersebut dibentuk dari fakta-fakta dan konsep-konsep, bersifat lebih
umum dari pada fakta, tetapi juga berkaitan dengan fenomen yang dapat diamati. Sebagai

Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan IPA-Prodi Pend. IPA-Biologi-2014-Khusus

Page 4

Fenomena Keluarga dalam Pendidikan IPA

contoh tentang hukum-hukum gas dan hukum Newton tentang gerak dapat diamati di
bawah kondisi tertentu.
d. Teori
Selain mendeskripsikan fenomena alam dan pengklasifikasiannya, IPA juga berusaha
menjelaskan sesuatu yang tersembunyi atau tidak dapat diamati secara langsung. Untuk
mencapai hal itu disusunlah teori, misalnya teori atom, teori kinetik gas, teori relativitas
dan sebagainya. Suatu teori tidak pernah berubah menjadi fakta atau hukum, melainkan
tetap bersifat tentatif sampai ia terbukti tidak benar atau direvisi.
e. Model
Model merupakan representasi atau wakil dari sesuatu yang tidak dapat kita lihat. Model
sangat berguna dalam membantu kita untuk memahami suatu fenomena alam. Selain itu
model juga membantu kita dalam menjelaskan dan memahami suatu teori. Misal, model
gerhana membantu kita dalam menjelaskan peristiwa gehana bulan maupun gerhana
matahari. Model sistem tata surya membantu kita dalam memahami gerak planet-planet
mengellingi matahari.
2. IPA sebagai cara berpikir (a way of thinking)
IPA merupakan aktifitas manusia yang ditandai dengan proses bepikir yang berlangsung di
dalam pikiran orang-orang yang berkecimpung alam bidang itu. Kegiatan mental para ilmuwan
memberikan gambaran tentang rasa ingin tahu (curiousity) dan hasrat manusia untuk memahami
fenomena alam. Para ilmuwan didorong oleh rasa ingin tahu, dan alasan yang kuat berusaha
menggambarkan dan menjelaskan fenomena alam. Pekerjaan mereka oleh para ahli filsafat IPA
dan para ahli psikologi kognitif, dipandang sebagai kegiatan yang kreatif dimana ide-ide dan
penjelasan dari sesuatu gejala alam disusun di dalam pikiran. Oleh karena itu, argumentasi para
ilmuwan dalam bekerja memberikan rambu-rambu penting yang berhubungan dengan hakikat
IPA.
Kecenderungan para ilmuwan untuk penemuan sesuatu nampaknya terdorong atau
termotivasi oleh rasa percaya bahwa hukum-hukum alam dapat disusun dari hasil observasi dan
dijelaskan melalui pikiran dan alasan. Selain itu rasa percaya bahwa alam semesta ini dapat
dipahami juga terdorong oleh keinginan untuk menemukan sesuatu (rasa ingin tahu bawaan
lahir). Rasa ingin tahu tersebut tampak pada anak-anak yang secara konstan melakukan
eksplorasi terhadap lingkungan mereka dan seringnya mereka bertanya mengapa sesuatu dapat
terjadi.
Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan IPA-Prodi Pend. IPA-Biologi-2014-Khusus

Page 5

Fenomena Keluarga dalam Pendidikan IPA

Lebih dari itu rasa ingin tahu merupakan karakteristik para ilmuwan yang memiliki
ketertarikan pada fenomena alam, yang bahkan kadang-kadang jauh di luar jangkauan pikiran
orang pada umumnya. Nicolas Copernicus, misalnya dengan berani menyatakan bahwa matahari
merupakan pusat sistem tata surya (helioscentris), pada hal saat itu paham yang dianut adalah
paham geosentris di mana bumi dianggap sebagai pusat sistem tata surya. Masih banyak contoh
ilmuwan-ilmuwan lain yang memiliki ras ingin tahu yang begitu besar, misalnya Newton,
Benjamin Franklin, Faraday dan sebagainya.
3. IPA sebagai cara penyelidikan (a way of investigating)
IPA sebagai cara penyelidikan memberikan ilustrasi tentang pendekatan-pendekatan ang
digunakan dalam menyusun pengetahuan. Di dalam IPA kita mengenal banyak metode, yang
menunjukkan usaha manusia untuk menyelesaikan masalah. Sejumlah metode yang digunakan oleh
para ilmuwan tersebut mendasarkan pada keinginan laboratorium atau eksperimen yang
memfokuskan pada hubungan sebab akibat.
Oleh karena itu, orang yang ingin memahami fenomena alam dan hukum-hukum yang berlaku
harus mempelajari objek-objek dan kejadian-kejadian di alam. Objek dan kejadian alam tersebut
harus diselidiki melalui eksperimen dan observasi serta dicari penjelasannya melalui proses
pemikiran untuk mendapatkan alasan atau argumentasinya. Jadi pemahaman tentang proses yaitu
cara bagaimana informasi ilmiah diperoleh, diuji, dan divalidasikan merupakan hal yang sangat
penting dalam IPA.

B. Peran Keluarga dalam Pendidikan


Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, yang didalamnya terdapat ayah, ibu
dengan anak-anaknya. Keluarga menempati posisi pertama sebagai pihak yang bertanggung
jawab atas kondisi generasi penerus bangsa, dalam hal ini adalah anakanaknya. Setiap orangtua
memiliki peran dan tanggung jawab penuh terhadap anak-anaknya. Peran orangtua memiliki
posisi yang tidak dapat tergantikan tingkat kepentingannya. Apabila mengaitkan peran orang tua
dengan pendidikan dalam pengembangan karakter anak, peran seorang ibu tidaklah dapat
dipungkiri merupakan peran sentral yang amat sangat penting. Agama Islam pun menyampaikan
bahwa ibu adalah tempat pendidikan yang pertama dan utama, artinya anak akan dapat
berkembang dengan baik sangat tergantung pada bagaimana ibu mampu mengoptimalkan
peranannya dalam mendidik anak-anaknya.
Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan IPA-Prodi Pend. IPA-Biologi-2014-Khusus

Page 6

Fenomena Keluarga dalam Pendidikan IPA

Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan anak. Sebagai orang tua
sudah seyogyanya memberikan yang terbaik pada anak agar nantinya anak menjadi insan yang
bermanfaat dan berkualitas. Upaya orang tua diantaranya diwujudkan dengan memberikan
stimulasi untuk tumbuh kembang yang optimal, memberikan asupan gizi dan nutrisi yang baik,
memilih lembaga pendidikan yang berkualitas, memberikan motivasi, menyalurkan minat dan
bakat anak melalui kegiatan, baik di sekolah maupun di luar sekolah, memfasilitasi anak dengan
berbagai sarana pendukung misalnya buku-buku bacaan, komputer, laptop, internet, dan
sebagainya (Wright, 2009:). Upaya-upaya tersebut menitikberatkan pada aspek kognitif dan
termasuk upaya orang tua dalam memberikan makanan jasmani pada anak.
Faktor keluarga atau orang tua sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam
belajar. Anak akan mempunyai semangat belajar yang tinggi bila situasi keluarga mendukung
kegiatan belajarnya, artinya penuh pengertian, penuh perhatian serta hubungan anggota keluarga
yang cukup harmonis. Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan yang terpenting
karena sejak timbulnya adab kemanusiaan sampai kini (Dewantara dalam Shochib, 2000).
Keluarga dikatakan utuh apabila disamping lengkap anggotanya, juga dirasakan lengkap
oleh anggotanya terutama anak-anaknya. Keutuhan orang tua (ayah dan ibu) dalam sebuah
keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan dasardasar disiplin diri. Dalam usaha saling melengkapi dan saling menyempurnakan diri itu
terkandung perealisasian peran dan fungsi sebagai orang tua (Soelaeman dalam Shochib, 2000).
Faktor-faktor tersebut apabila berjalan sesuai dengan fungsi dan peranannya masing-masing
dengan baik, kemungkinan dapat menciptakan situasi dan kondisi yang dapat mendorong anak
untuk lebih giat belajar. Sikap orang tua yang kasar dan keras, perilaku orang tua yang
menyimpang, dinginnya Orang tua sebagai coordinator keluarga harus berperilaku proaktif. Jika
anak menentang otoritas, segera ditertibkan karena didalam keluarga terdapat aturan-aturan dan
harapan. Farrington dalam Shochib (2000) dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa hubungan
antara anak dengan orang tua dan antara ayah dengan ibu, orang tua yang bercerai, dan ekonomi
yang lemah menjadi pendorong utama anak untuk berperilaku agresif yang negatif.
Keberhasilan belajar sangat tergantung kepada sejumlah variabel yang saling berinteraksi
dalam bentuk faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor ekstrinsik menyangkut sarana dan prasarana
sekolah, fasilitas belajar di sekolah dan di rumah, keadaan guru dan sekolah, dan lain-lain.
Sedangkan faktor intrinsic mencakup motivasi belajar siswa, disiplin belajar, IQ, kesehatan serta
keyakinan untuk berhasil dalam belajar, kematangan dalam belajar serta kesiapan siswa
Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan IPA-Prodi Pend. IPA-Biologi-2014-Khusus

Page 7

Fenomena Keluarga dalam Pendidikan IPA

menerima pelajaran di sekolah. Orang tua yang membantu anak untuk mengembangkan minat
belajar berarti melakukan tindakan:
1. Tidak sekedar memberi contoh, tetapi perilakunya yang disiplin patut dicontoh oleh anak.
2. Anak-anak perlu didorong untuk berdialog dengan perilaku-perilaku yang taat moral dalam
kehidupannya sehari-hari.
3. Membantu anak-anak memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan pelajaran.
4. Membantu anak agar mampu untuk mengobservasi dirinya sendiri.
Berdasarkan data penelitian (Yositha, 2007) menunjukkan bahwa mayoritas orang tua siswa
tidak pernah mengawasi kegiatan anak di luar rumah sebanyak 28 orang (65,12%) dengan alasan
bahwa mereka sibuk dengan pekerjaan mereka, orang tua memberikan kepercayaan sepenuhnya
kepada anaknya untuk menjaga dirinya dan aktif terhadap kegiatan diluar rumah, adanya orang
tua siswa yang acuh tak acuh terhadap aktivitas yang dikerjakan anknya diluar rumah. Kemudian
orang tua siswa yang memberikan pernyataan bahwa anaknya harus meminta izin bila
melakukan kegiatan di luar rumah sebanyak 15 orang (34,88%). Dari data penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa peranan orang tua dalam meningkatkan hasil belajar siswa kurang terlaksana.
Peranan orang tua dalam memberikan pengawasan kepada anak akan sangat menentukan
tingkat prestasi belajar yang dicapai anaknya. Orang tua dalam mengembangkan dan
meningkatkan potensi dasar siswa merupakan faktor utama dalam menentukan berhasil tidaknya
pengembangan potensi anak. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tingkat prestasi siswa
tergantung dari tingkat pengawasan orang tua secara otomatis akan berperan pada daya dan
kemampuan anak terutama dalam mencapai prestasi belajarnya di sekolah.
Upaya orang tua menciptakan situasi minat belajar anak adalah mengupayakan anak
mempunyai kesadaran tinggi yang secara otonom berasal dari diri sendiri. Cara orang tua dalam
mendidik anak kemungkinan akan berpengaruh terhadap belajar anak. Hal ini berkaitan dengan
peran orang tua dalam memikul tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik, guru dan pemimpin
bagi anak-anaknya. Orang tua yang menginginkan prestasi anaknya meningkat harus menjadi
orang tua yang teladan, cermat, tidak memilih-milih kasih antara anak yang satu dengan yang
lainnya. Memiliki anak yang bermoral, cerdas, dan berprestasi merupakan dambaan setiap orang
tua. Akan tetapi, tidak ada anak yang tumbuh dan berkembang sendiri menuju apa yang dicitacitakan orangtua tanpa ada bimbingan dari orangtua sendiri

Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan IPA-Prodi Pend. IPA-Biologi-2014-Khusus

Page 8

Fenomena Keluarga dalam Pendidikan IPA

BAB III
PEMBAHASAN
A. Fenomena Pendidikan IPA dalam Keluarga
Keluarga merupakan tempat utama anak-anak dapat menumbuhkan dan mengembangkan
karakter positif. Pembentukan karakter positif dapat dikembangkan melalui pembiasaan nilainilai, baik nilai sosial maupun agama yang diinternalisasikan melalui interaksi sosial. Karakter
yang telah terbentuk diharapkan kelak dapat mengakar kuat dan menjadi prinsip hidup dalam
kehidupan anak. Dalam konteks ini, orang tua sebagai penanggung jawab utama dalam proses
pembentukan karakter anak. Orang tua hendaknya dapat menjadi contoh teladan yang baik
pada anak karena sebagian besar waktu anak dihabiskan dalam keluarga. Teladan dan
pembiasaan yang baik menjadi langkah fundamental dalam pendidikan karakter.
Pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat mulai sering terjadi. Hal-hal yang dulunya
dianggap tabu, saat ini menjadi hal biasa. Kasus korupsi, fenomena penampilan para remaja
dengan pakaian ketat dan mininya, gaya pacaran yang berlebihan, sampai tragedi hamil di luar
nikah. Di sekolah pun terjadi aksi contek massal dimana hasil yang ditonjolkan dan proses
diabaikan. Pada saat ini terjadi split of personality (kepribadian yang terpecah) dimana individu
Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan IPA-Prodi Pend. IPA-Biologi-2014-Khusus

Page 9

Fenomena Keluarga dalam Pendidikan IPA

belum mampu menyatukan antara perkataan dengan perbuatan. Budaya malu tampaknya sudah
mulai terkikis. Oleh karena itu, pola asuh orang tua yang tepat diharapkan dapat membentuk
karakter anak sehingga anak memiliki karakter mental yang kokoh, yang senantiasa menjadikan
nilai-nilai sebagai pegangan dan prinsip hidup, tidak hanya sekedar tahu tapi juga mampu untuk
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Yaitu pola asuh yang demokratis, bukan pola asuh
permisif yang serba membolehkan ataupun pola asuh yang terlalu otoriter yang membatasi anak.
Berbagai aspek, baik pihak keluarga, sekolah, masyarakat dan bangsa (pemerintah) perlu
bersinergi dalam upaya mensukseskan pendidikan karakter.
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, yang didalamnya terdapat ayah, ibu
dengan anak-anaknya. Keluarga menempati posisi pertama sebagai pihak yang bertanggung
jawab atas kondisi generasi penerus bangsa, dalam hal ini adalah anakanaknya. Setiap orangtua
memiliki peran dan tanggung jawab penuh terhadap anak-anaknya. Peran orangtua memiliki
posisi yang tidak dapat tergantikan tingkat kepentingannya. Apabila mengaitkan peran orang tua
dengan pendidikan dalam pengembangan karakter anak, peran seorang ibu tidaklah dapat
dipungkiri merupakan peran sentral yang amat sangat penting. Agama Islam pun menyampaikan
bahwa ibu adalah tempat pendidikan yang pertama dan utama, artinya anak akan dapat
berkembang dengan baik sangat tergantung pada bagaimana ibu mampu mengoptimalkan
peranannya dalam mendidik anak-anaknya.
Orang tua hendaknya janganlah merasa bahwa tanggung jawab keluarga, hanya dalam
bidang materi saja, namun perlu diketahui oleh seluruh orang tua bahwa kebutuhan rohani dan
pendidikan adalah hal yang lebih utama anak. Pengetahuan agama, sudah semestinya ditanamkan
sejak kecil, sejak usia dini, sehingga apa yang ditanamkan dapat lebih melekat kuat pada diri
anak. Pemikiran dan pandangan bahwa pendidikan itu dapat diperoleh anak nanti pada saat anak
duduk di bangku sekolah dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru, adalah pemikiran dan
pandangan yang salah, sehingga perlu diluruskan. Keluarga tempat pertama dan utama bagi anak
mendapatkan pendidikan, sedangkan sekolah memberikan tambahan dan pengayaan saja.
Keluarga ditempatkan sebagai pembentuk dan pengembang moral anak. Kalau anak sudah
dibimbing sejak dini dengan hal positif maka anak itu akan tumbuh menjadi anak yang takut
akan dosa. Impian semua orangtua adalah dalam mendidik anak-anak dengan dan menjadi baik.
Setiap orang tua pasti ingin agar anaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan perilaku sopan,
mulia dan penuh dengan kasih sayang, artinya tumbuh dan berkembang suatu karakter positif
dalam dirinya.
Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan IPA-Prodi Pend. IPA-Biologi-2014-Khusus Page 10

Fenomena Keluarga dalam Pendidikan IPA

Peran orangtua adalah sebagai teladan dalam segala hal bagi anak-anaknya, karena pada
mula dan awalnya anak akan selalu belajar dari lingkungan terdekatnya, yaitu orang tua. Mereka
menyerap informasi dengan baiknya dari kelima indera mereka, bukan hanya perkataan orang
tua tetapi sikap serta perilaku orang tua akan mereka serap juga, baik disadari ataupun tidak.
Tanggung jawab orangtua sudah semestinya mampu mengevaluasi diri, seberapa berhasilkah
orang tua sudah menjalankan peranannya, suatu cara yang paling mudah adalah dengan melihat
bagaimana karakter anak-anak yang ditunjukkan dalam perilakunya. Secara kongkritnya,
bagaimana kualitas karakter anak dapat dilihat dari bagaimana pergaulannya, cara bersikap,
berbicara, menyelesaikan masalah.
Mengutip apa yang diungkapkan Dorothy Law Nollte :
a. Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki
b. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi
c. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia belajar rendah diri
d. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia belajar menyesali diri
e. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar mengendalikan diri
f. Jika anak dibesarkan dengan motivasi, maka ia belajar percaya diri
g. Jika anak dibesarkan dengan kelembutan, maka ia belajar menghargai
h. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, maka ia belajar percaya
i. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia belajar menghargai diri sendiri
j. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia belajar menemukan kasih
dalam kehidupannya

B. Peran Keluarga dalam Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus yang melibatkan aspek
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Pendidikan karakter ini
penting agar tidak terjadi split of personality (kepribadian yang terpecah) yaitu belum mampu
menyatukan perkataan dengan perbuatan, ada kesenjangan antara teori dengan praktik
(http://aminabd.wordpress.com). Sebagian orang telah mengetahui dan memahami nilai-nilai
atau ilmu, tapi masih minim dalam mempraktikkannya.
Mahatma Gandhi juga memperingatkan tentang salah satu tujuh dosa fatal, yaitu
education without character (pendidikan tanpa karakter). Selain itu, Dr. Martin Luther King
juga pernah berkata: Intelligence plus character.that is the goal of true education yang
Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan IPA-Prodi Pend. IPA-Biologi-2014-Khusus Page 11

Fenomena Keluarga dalam Pendidikan IPA

artinya kecerdasan ditambah karakter, itulah tujuan akhir dari pendidikan sebenarnya. Tokoh
dunia terkenal lainnya adalah Theodore Roosevelt juga mengatakan: To educate a person in
mind and not in morals is to educate a menace to society yang artinya mendidik seseorang
dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman membahayakan
(http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/pendidikan/umum1.htm).
Pada saat ini telah terjadi pergeseran beberapa nilai di masyarakat tentang makna
tabu/tidak patut dan patut. Budaya malu tampaknya sudah mulai terkikis. Hal-hal yang
dahulu dianggap tabu/tidak patut seperti menggunakan baju yang terlalu ketat atau minim,
pakaian mini, pacaran yang berlebihan, hamil di luar nikah dan beberapa hal tabu lainnya saat ini
seolah-olah dianggap lumrah. Sebagian masyarakat mulai permisif dengan tindakan tersebut.
Oleh karena itu peran orang tua sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada anak agar
mereka mampu membedakan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Sebagian orang tua sudah mencoba memperingatkan anaknya untuk lebih berkarakter,
tapi mereka kurang atau tidak mau mendengarkan. Tentunya dalam hal ini orang tua perlu
mencari strategi lain, sehingga anak lebih memahami masukan dari orang tua yang pada intinya
sebenarnya demi kebaikan anak. Sebagian orang tua ada yang bersikap acuh tak acuh karena
dalih kesibukan dan sudah termakan oleh pergeseran nilai tersebut. Orang tua menganggap sikap
anaknya tidak salah karena sudah menjadi kebiasaan dalam masyarakat. Anggapan seperti ini
dapat melunturkan budaya sopan santun dan tata krama yang sudah ada dalam masyarakat dan
hal ini menjadi racun yang mengancam pendidikan karakter.
Pendidikan karakter juga dinodai dengan aksi contek massal dalam ujian. Lembaga
pendidikan yang seharusnya ikut aktif menyukseskan program pembentukan karakter dipaksa
untuk menyukseskan hasil ujian peserta didiknya dalam ujian dengan mengabaikan proses. Guru
dipaksa untuk buta dan tuli, mengijinkan anak melakukan kegiatan yang merusak karakter
kejujuran dan disiplin. Bahkan yang lebih ironis ketika seorang ibu yang tidak setuju dengan
aktivitas contek massal ini, justru dicemooh dan diusir. Selain itu kasus korupsi juga merajalela
di negara kita. Bukankah kejujuran harus dijunjung tinggi? Bukankah orang yang jujur itu patut
diacungi jempol? Apakah benar jargon orang jujur itu ajur ataukah orang jujur itu mujur.
Kemanakah Indonesiaku dulu yang berkarakter? Dimanakah karaktermu kini?
Menurut Megawangi (2003), kualitas karakter meliputi sembilan pilar, yaitu: (1) cinta
Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; (2) tanggung jawab, disiplin dan mandiri; (3) jujur/amanah dan
arif; (4) hormat dan santun; (5) dermawan, suka menolong, dan gotong-royong; (6) percaya diri,

Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan IPA-Prodi Pend. IPA-Biologi-2014-Khusus Page 12

Fenomena Keluarga dalam Pendidikan IPA

kreatif dan pekerja keras; (7) kepemimpinan dan adil; (8) baik dan rendah hati; dan (9) toleran,
cinta damai dan kesatuan.
Anak harus belajar memahami aturan main dalam hubungan kemasyarakatan, sehingga
mampu mengaplikasikan aturan main tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua perlu
membiasakan anak dengan pembiasaan positif, meskipun hal kecil Misalnya kebiasaan anak
sejak dini untuk menempatkan Tuhan dalam hati mereka, mencintai kebersihan, berkata lembut
(tidak kasar), memiliki kepekaaan nurani, tidak merugikan atau menyakiti orang lain (tidak
egois), peduli pada orang lain, membantu yang membutuhkan, mau bekerjasama/gotong royong,
menjunjung tinggi kejujuran, tidak mementingkan hasil semata dan mengabaikan proses, tidak
mencontek saat ulangan, menjaga kesopanan (tata karma), mandiri, kebiasaan membuang
sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan dimanapun berada, mau antri, tidak menyeberang
jalan dan parkir sembarangan, serta perilaku-perilaku lain yang menunjukkan adanya
pemahaman yang baik terhadap aturan sosial.
Menurut Megawangi (2003), anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter
apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak yang
dilahirkan suci dapat berkembang segara optimal. Mengingat lingkungan anak bukan saja
lingkungan keluarga yang sifatnya mikro, maka sekolah, masyarakat, media massa, atau
komunitas lainnya juga ikut mengambil peran dalam perkembangan karakter anak.
Mengembangkan generasi penerus bangsa yang berkarakter baik adalah tanggung jawab
bersama.
Sebagian besar waktu anak dihabiskan dalam keluarga. Dalam keluarga, umumnya anakanak tidak mengembangkan sifat-sifat dengan sendirinya, tapi orang dewasa atau orang tua
memiliki andil dalam mengarahkan anak. Menurut resolusi (Pamilu: 2007). Majelis Umum PBB
(Megawangi: 2003), fungsi utama keluarga adalah sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh,
dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat
menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan
yang sehat guna tercapainya keluarga, sejahtera.
Pola asuh merupakan hal yang fundamental dalam pembentukan karakter. Teladan sikap
orang tua sangat dibutuhkan bagi perkembangan anak-anak karena anak-anak melakukan
modeling dan imitasi dari lingkungan terdekatnya. Keterbukaan antara orang tua dan anak
menjadi hal penting agar dapat menghindarkan anak dari pengaruh negatif yang ada di luar
lingkungan keluarga. Orang tua perlu membantu anak dalam mendisiplinkan diri. (Sochib:

Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan IPA-Prodi Pend. IPA-Biologi-2014-Khusus Page 13

Fenomena Keluarga dalam Pendidikan IPA

2000). Selain itu, pengisian waktu luang anak dengan kegiatan positif untuk mengaktualisasikan
diri penting dilakukan. Pengisian waktu luang juga merupakan salah satu wadah katarsis
emosi. Di sisi lain, orang tua hendaknya kompak dan konsisten dalam menegakkan aturan.
Apabila ayah dan ibu tidak kompak dan konsisten, maka anak akan mengalami kebingungan dan
sulit diajak disiplin.
Era modern yang serba ada dan instant ini menyebabkan beberapa dampak negatif pada
generasi muda diantaranya agak malas dan kurang tangguh. Kemampuan remaja untuk
menulis masih rendah, bahkan mereka cenderung suka copy paste untuk menyelesaikan tugas
sekolah/kampus. Bahan atau materi difotokopi, sehingga kebiasaan mencatat pun semakin
berkurang. Tugas yang yang banyak apalagi berat membuahkan keluh kesah. Artikel Perlunya
Sekolah Hidup Susah tampaknya cukup menggelitik pikiran. Generasi muda yang sudah
terbiasa dengan fasilitas serba ada dan instant ini bisa saja terlena karena menjadikan
dependence semakin tinggi dan kurang siap untuk hidup prihatin, memanfaatkan sesuatu yang
ada dan belajar dalam keterdesakan. Orang tua perlu membentuk karakter anak agar
ketahanmalangannya (adversity quotient) teruji dengan tidak selalu mengenakkan anak,
sehingga mempunyai mental yang tangguh.
Pola asuh orang tua dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :(1) pola asuh otoriter; (2)
pola asuh demokratis, dan ;(3) pola asuh permisif. Pola asuh otoriter mempunyai karakteristik
dimana orangtua yang membuat semua keputusan, anak harus tunduk, patuh, dan tidak boleh
bertanya. Pola asuh demokratis mempunyai karakteristik dimana orangtua mendorong anak
untuk membicarakan apa yang ia inginkan. Sedangkan pola asuh permisif mempunyai ciri
orangtua memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berbuat. Orang tua berkewajiban untuk
memberikan contoh/teladan, memberitahu dan atau mengingatkan, mengajar, membiasakan,
berperan serta atau terlibat dan memberikan wewenang dan tanggung jawab pada anak.
Sebagian orang tua berharap terlalu banyak dengan anaknya sehingga terkesan bersikap
otoriter dan berdampak pada banyaknya kasus anak yang menjadi korban ambisi orang tuanya.
Tentunya hal ini membuat anak menjadi tertekan secara psikologis dan terhambat
perkembangannya. Kita semua mengakui bahwa setiap orang tua mempunyai niat dan maksud
yang baik untuk anak-anaknya, namun barangkali cara atau metodenya yang perlu dievaluasi.
Sikap orang tua yang permisif juga tidak dibenarkan. Memberi kebebasan yang berlebihan akan
membuat anak menjadi salah arah. Orang tua tetap perlu mendampingi dan mengarahkan anak.

Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan IPA-Prodi Pend. IPA-Biologi-2014-Khusus Page 14

Fenomena Keluarga dalam Pendidikan IPA

Upaya membentuk karakter anak memerlukan syarat-syarat mendasar bagi terbentuknya


kepribadian yang baik. Menurut Megawangi (2003), ada tiga kebutuhan dasar anak yang harus
dipenuhi, yaitu maternal bonding, rasa aman, dan stimulasi fisik dan mental. Maternal bonding
(kelekatan psikologis dengan ibunya) merupakan dasar penting dalam pembentukan karakter
anak karena aspek ini berperan dalam pembentukan dasar kepercayaan kepada orang lain (trust)
pada anak. Kelekatan ini membuat anak merasa diperhatikan dan menumbuhkan rasa aman
sehingga menumbuhkan rasa percaya. Selain itu, anak memerlukan rasa aman, yaitu lingkungan
yang stabil dan aman. Lingkungan yang berubah-ubah akan membahayakan perkembangan
emosi anak. Anak juga memerlukan stimulasi fisik dan mental dalam pembentukan karakter anak
sehingga anak bias tampil lebih percaya diri.
Studi yang dilakukan oleh Fagan (Badingah: 1993) menunjukkan ada keterkaitan antara
faktor keluarga dan tingkat kenakalan keluarga. Keluarga broken home menunjukkan kurangnya
kebersamaan dan interaksi antar keluarga. Sedangkan pola asuh yang terlalu otoriter cenderung
memunculkan remaja yang bermasalah. Pola asuh permisif yang cenderung memberi kebebasan
terhadap anak untuk berbuat apa saja sangat tidak kondusif bagi pembentukan karakter anak.
Dengan memberi kebebasan yang berlebihan, apalagi terkesan membiarkan, akan membuat anak
bingung dan berpotensi salah arah. Menurut Arkoff (Badingah: 1993), anak yang dididik dengan
cara demokratis umumnya cenderung mengungkapkan agresivitasnya dalam tindakan tindakan
yang konstruktif atau dalam bentuk kebencian yang sifatnya sementara saja. Di sisi lain, anak
yang dididik secara otoriter atau ditolak memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan
agresivitasnya dalam bentuk tindakantindakan merugikan. Sementara itu, anak yang dididik
secara permisif cenderung mengembangkan tingkah laku agresif secara terbuka atau terangterangan.
Hasil penelitian Rohner juga menunjukkan bahwa pola asuh orang tua yang menerima
membuat anak merasa disayang, dilindungi, dianggap berharga, dan diberi dukungan oleh orang
tuanya. Pola asuh ini sangat kondusif mendukung pembentukan kepribadian yang pro-sosial,
percaya diri, dan mandiri namun sangat peduli dengan lingkungannya. Sementara itu, pola asuh
yang menolak dapat membuat anak merasa tidak diterima, tidak disayang, dikecilkan, bahkan
dibenci oleh orang tuanya. Anak-anak yang mengalami penolakan dari orang tuanya akan
menjadi pribadi yang tidak mandiri, atau kelihatan mandiri tetapi tidak mempedulikan orang lain.
Selain itu anak ini akan cepat tersinggung, dan berpandangan negatif terhadap orang lain dan

Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan IPA-Prodi Pend. IPA-Biologi-2014-Khusus Page 15

Fenomena Keluarga dalam Pendidikan IPA

terhadap kehidupannya, bersikap sangat agresif kepada orang lain, atau merasa minder dan tidak
merasa dirinya berharga.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga,
khususnya orang tua sangat memegang peranan penting bagi tumbuh kembang anak, baik secara
jasmani maupun rohani. Keseimbangan perkembangan jasmani dan rohani dengan pondasi
agama yang kuat akan menciptakan suatu karakter terpuji (akhlak mulia), sebagaimana esensi
hidup yang sebenarnya.

B. Saran
Anak merupakan investasi masa depan bagi orang tua. Setiap orang tua menginginkan
kebaikan bagi anaknya, baik di dunia maupun di akhirat. Anak merupakan tanggung jawab
utama orang tua. Bagi anak, keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi pendidikan
karakter anak. Orang tua memiliki peranan penting dalam memberikan teladan dan meletakkan
dasar-dasar penting melalui pembiasaan. Berkaitan dengan pendidikan karakter, maka orang tua
perlu menerapkan pola asuh yang tepat, sehingga anak memiliki karakter positif, kepribadian
yang tangguh, dan menjadikan karakter-karakter tersebut mengakar kuat dan selamanya akan
menjadi prinsip hidup anak untuk mencapai kemuliaan hidup.

Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan IPA-Prodi Pend. IPA-Biologi-2014-Khusus Page 16

Fenomena Keluarga dalam Pendidikan IPA

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Amin. 2010. Pendidikan Karakter: Mengasah Kepekaan
http://aminabd.wordpress.com/2010/04/16/pendidikan-karaktermengasahnurani/ diunduh pada tanggal 22 Nopember 2014

Hati Nurani.
kepekaan-hati-

Badingah, S. (1993). Agresivitas Remaja Kaitannya dengan Pola Asuh, Tingkah Laku Agresif
Orang Tua dan Kegemaran Menonton Film Keras. Program Studi Psikologi Pascasarjana,
UI. Depok.
(http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/pendidikan/umum1.htm) diunduh pada tanggal
22 Nopember 2014
Collette, Alfred T., dan Eugene L. Chiappetta. 1994. Science Instruction In the Middle and
Secondary Schools. 2nd Edition. New York: Macmillan Pub. Co.
Megawangi, Ratna. (2003). Pendidikan Karakter untuk Membangun Masyarakat Madani. IPPK
Indonesia Heritage Foundation.
Sochib, Moch. 2000. Pola Asuh Orang Tua. Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin
Diri. Rineka Cipta: Jakarta
Wright, Norman. 2009. Menjadi Orang Tua Yang Bijaksana. Andi Offset: Yogyakarta
Yoshita, 2013. http://www.unimed-undergraduate-231113-061244420135-babp1 diunduh pada
tanggal 22 Nopember 2014

Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan IPA-Prodi Pend. IPA-Biologi-2014-Khusus Page 17

Fenomena Keluarga dalam Pendidikan IPA

LAMPIRAN
PRINT OUT POWER POINT (PPT)

Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan IPA-Prodi Pend. IPA-Biologi-2014-Khusus Page 18

Anda mungkin juga menyukai