Abstrak
Protein terdiri atas polimer linear dari asam amino dan terdapat kurang lebih 17% dari
jumlah seluruh polimer yang berada di dalam tubuh. Fungsi molekul protein adalah untuk
memelihara struktur tubuh (seperti kolagen), untuk fasilitas pergerakan (seperti actin dan myosin
untuk kontraksi otot), dalam transportasi (seperti transportasi oksigen oleh hemoglobin, system
transportasi pada membran sel), dalam metabolism (seperti enzim), dalam regulasi (seperti factorfaktor pertumbuhan, dan factor-faktor transkripsi), dan dalam fungsi imun (seperti
immunoglobulin). Meskipun bermacam-macam fungsi dari protein tubuh, dapat disimpulkan pada
satu nomor besar dari perbedaan jenis-jenis protein, setengah dari protein tubuh berisi hanya
empat yaitu struktur protein kolagen, actin, dan myosin, dan juga protein transportasi oksigen yaitu
hemoglobin.
Pembahasan I : Protein Penyimpanan
Salah sau fungsi protein ialah sebagai penyimpan zat zat yang dibutuhkan oleh tubuh serta
penyimpan cadangan makanan yang berguna untuk tumbuh dan kembang dari makhuk hidup
tersebut. Diantara protein yang berfungsi untuk penyimpanan adalah ferritin, albumin, dan kasein.
A. Ferritin
Feritin merupakan protein cadangan besi utama yang dijumpai pada
jaringan tubuh manusia. Feritin terdiri dari 24 subunit dengan 2 tipe yaitu di
hati (L) dan jantung (H), dengan berat molekul 19 dan 21 kDa. Subunit H
memiliki peranan yang penting dalam mendetoksifikasi besi secara cepat
oleh karena aktivitas feroksidasenya, dimana oksidasi besi menjadi bentuk
Fe(III). Sedangkan subunit L memfasilitasi nukleasi besi, mineralisasi dan
cadangan besi jangka panjang. Feritin merupakan tempat penyimpanan zat
besi terbesar dalam tubuh terutama di dalam hati, limpa dan sumsum
tulang.
Zat besi yang berlebihan akan disimpan dan bila diperlukan dapat
dimobilisasi kembali. Hati merupakan tempat penyimpanan feritin terbesar
di dalam tubuh dan berperan dalam mobilisasi feritin serum. Sintesis feritin
dipengaruhi oleh konsentrasi cadangan besi intrasel dan berkaitan pula dengan cadangan
zat besi intrasel (hemosiderin).
Ferritin adalah protein berbentuk glubular dan mempunyai dua lapisan dengan diameter
luarnya berukuran 12 nm dan diameter dalamnya berukuran 8 nm. Bila dilihat dari stuktur
kristalnya, satu monomer ferritin mempunyai lima helix penyusun yaitu blue helix, orange
helix, green helix, yellow helix dan red helix dimana ion Fe berada di tengahkelima helix
tersebut.
Besi bebas bersifat toxic untuk sel, karena besi bebas merupakan katalisis pembentukan
radikal bebasdari Reactive Oxygen Species (ROS) melalui reaksi Fenton. Untuk itu, sel
membentuk suatu mekanisme perlindungan diri yaitu dengan cara membuat ikatan besi
dengan ferritin. Asupan zat besi yang masuk kedalam tubuh kita kira - kira 10 20 mg
setiap harinya, tapi hanya 1 2 mg atau 10% saja yang di absorbsi oleh tubuh. 70% dari
zat besi yang di absorbsitadi di metabolisme oleh tubuh dengan proses eritropoesis
menjadi Hemoglobin, 10 - 20% di simpan dalam bentuk ferritin dan sisanya 5 15%
digunakan oleh tubuh untuk proses lain. Besi Fe3+ yang disimpan di dalam ferritin bisa
saja di lepaskan kembali bila ternyata tubuh membutuhkannya.
Sumber : https://www.chemistry.wustl.edu
B. Albumin
Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total plasma protein,
dengan nilai normal 3,5 5,5 g/dl. Albumin juga didapatkan pada ruang ekstrasel (40%
terdapat pada plasma dan 60% di ruang ekstrasel). Albumin berperan dalam membantu
mempertahankan tekanan osmotik koloid darah (75-80% tekanan osmotic plasma),
sebagai protein pembawa untuk substansi lipofilik dalam darah seperti: asam lemak rantai
panjang, bilirubin, beberapa hormon steroid, vitamin, obat-obatan (a.l sulfonamide,
penicillin-G, dicumarol, dan aspirin), ion Cu (10% Cu diikat oleh albumin), methane dan ion
kalsium (Soewoto, 2003). Peran albumin tersebut di atas semakin penting disebabkan oleh
beberapa alasan, antara lain keadaan hipoalbumin yang sering dijumpai pada pasien
dengan pra bedah, masa pemulihan setelah tindakan operasi ataupun dalam proses
penyembuhan.
Selain itu albumin dapat digunakan sebagai prediktor terbaik harapan hidup penderita.
Serum albumin merupakan salah satu parameter penting dalam pengukuran status gizi
pada penderita dengan penyakit akut maupun kronik. Banyak penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan hubungan yang signifikan antara kadar albumin yang rendah
dengan peningkatan resiko komplikasi infeksi, lama rawat inap / LOS (Length Of Stay) di
rumah sakit, tingkat kematian pada pasien baik pasien yang tidak memerlukan
pembedahan maupun pasien pasca bedah.
C. Kasein
Protein susu memiliki protein-protein spesifik. Salah satunya adalah kasein. Kasein
merupakan komponen terbesar dalam susu dan sisanya berupa whey protein. kadar kasein
pada protein susu mencapai 80%. Kasein terdiri atas beberapa fraksi seperti alpha-casein,
beta casein, dan kappa-casein. Kasein merupakan salah satu komponen organik yang
melimpah dalam susu bersama dengan lemak dan laktosa. Kasein merupakan protein
konjugasi antara protein dengan fosfat membentuk fosfoprotein. Kasein berupa serbuk
amorf warna putih.
Dalam kasein tidak hanya terdiri dari zat-zat organik, melainkan mengandung juga zat
anorganik seperti kalsium, fosfor, dan magnesium. Dalam keadaan murni, kasein berwarna
putih seperti salju, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa yang khas. Kasein murni tidak
larut dalam air dingin dan garam netral. Kasein terdispersi dalam air panas, basa, dan
garam basa seperti natrium asetat, dan natrium oksalat.
Kasein dapat diendapkan oleh asam, enzim rennet, dan alkohol. Kasein digunakan untuk
sumber protein dalam tubuh, sebagai suplai asam-asam amino esential dan pencernaan
kasein di dalam tubuh sangat lambat, sehingga dapat mencegah penyusutan otot lebih baik
daripada whey protein.
Insulin merupakan hormone peptida yang disekresikan oleh sel dari Langerhans
pankreas. Fungsi insulin adalah untuk mengatur kadar normal glukosa darah. Insulin
C. Hormon Paratiroid
Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroid (parathyroid hormone, PTH)
atau parat hormon. Fungsi utama hormon paratiroid adalah mengatur kadar kalsium
fosfat dalam darah. Tidak seimbangnya kalsium dan fosfat dalam darah akan
mengakibatkan gangguan transmisi impuls saraf, kerusakan jaringan tulang, gangguan
pertumbuhan tulang, dan tetani otot. Hormon paratiroid bekerja langsung pada tulang
untuk meningkatkan resorpsi tulang dan memobilisasi Ca 2+. Selain meningkatkan Ca2+
plasma dan menurunkan fosfat plasma, PTH meningkatkan ekskresi fosfat dalam urin.
Hormon paratiroid mempunyai dua efek pada tulang dalam menimbulkan absorpsi
kalsium dan fosfat. Pertama merupakan suatu tahap cepat yang dimulai dalam waktu
beberapa menit dan meningkat secara progresif dalam beberapa jam. Tahap ini diyakini
disebabkan oleh aktivasi sel-sel tulang yang sudah ada (terutama osteosit) untuk
meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat.
Tahap yang kedua adalah tahap yang lebih lambat, dan membutuhkan waktu beberapa
hari atau bahkan beberapa minggu untuk menjadi berkembang penuh; fase ini
disebabkan olehadanya proses proliferasi osteoklas, yang diikuti dengan sangat
meningkatnyareabsorpsi osteoklastik pada tulang sendiri, jadi bukan hanya absorpsi
garam fosfat kalsium dari tulang.
Pembahasan III : Protein Transport
Protein transport adalah protein yang dapat mengikat dan membawa molekul atau ion yang khas
dari satu organ ke organ lainnya. Contoh protein transport yang mudah adalah mioglobin yang
menyimpan dan mendistribusikan oksigen ke dalam otot. Hemoglobin juga merupakan protein
transport yang terdapat dalam sel darah merah. Hemoglobin dapat mengikat oksigen ketika darah
melalui paru-paru. Oksigen dibawa dan dilepaskan pada jaringan periferi yang dapat dipergunakan
untuk mengoksidasi nutrient (makanan) menjadi energi.
A. Hemoglobin
Hemoglobin adalah metal protein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel
merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin,
apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi.
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung)
terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah
merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan.
Tetramer 4 rantai globin dengan gugus heme-nya membangun molekul hemoglobin.. Setiap
atom besi dapat berikatan secara reversibel dengan 1 molekul O2 ;dengan demikian,
setiap molekul Hb dapat mengangkut empat O2. Selain mengangkut O2,hemoglobin juga
dapat berikatan dengan zat-zat lain, seperti karbondioksida serta ion hidrogen asam (H+)
dari asam karbonat yang terionisasi (reaksi penyangga). Dengan demikian, Hb berperan
penting dalam pengangkutan O2 sekaligus ikut serta dalam pengangkutan CO2 dan
menentukan kapasitas penyangga dari darah.
B. Myoglobin
Mioglobin (BM 16700, disingkat Mb) merupakan protein pengikat oksigen yang relatif
sederhana, ditemukan dalam konsentrasi yang besar pada tulang dan otot jantung,
membuat jaringan ini berwarna merah yang berfungsi sebagai penyimpan oksigen dan
sebagai pembawa oksigen yang meningkatkan laju transport oksigen dalam sel otot.
Mamalia yang menyelam seperti ikan paus yangmenyelam dalam waktu lama, memiliki
mioglobin dalam konsentrasi tinggi dalamototnya. Protein seperti mioglobin juga banyak
ditemukan pada organisme sel tunggal. Mioglobin merupakan polipeptida tunggal dengan
153 residu asam amino dan satu molekul heme. Komponen protein dari mioglobin yang
disebut globin,merupakan rantai polipeptida tunggal yang berisi delapan heliks. Sekitar
78% residu asam amino dari protein ditemukan dalam -heliks ini.
A. Miosin
Filamen-filamen tebal pada vertebrata hampir sebagian besar tersusun dari sejenis protein
yang disebut Miosin. Molekul miosin terdiri dari enam rantai polipeptida yang disebut rantai
berat dan dua pasang rantai ringan yang berbeda (disebut rantai ringan esensial dan
regulatori, ELC dan RLC). Miosin termasuk protein yang khusus karena memiliki sifat
berserat (=fibrous) dan globular. Struktur tersebut dapat dilihat pada. Secara umum,
molekul miosin dapat dilihat sebagai segmen berbentuk batang sepanjang1600 Angstrom
dengan dua kepala globular. Miosin hanya berada dalam wujud molekul-molekul tunggal
dengan kekuatan ioniknya yang lemah. Struktur tersebut ialah struktur dari filamen tebal
yang telah dibicarakan sebelumnya. Pada struktur itu, filamen tebal merupakan suatu
bentuk yang bipolar dengan kepala-kepalamiosin yang menghadap tiap-tiap ujung filamen
dan menyisakan bagian tengah yang tidak memiliki kepala satupun (=bare zone / jalur
kosong).
Kepala kepala miosin itulah yang merupakan wujud dari cross-bridges dalam
perhubungannya dengan miofibril - miofibril. Sebenarnya, rantai berat miosin berupa
sebuah ATPase yang menghidrolisis ATP menjadi ADPdan Pi dalam suatu reaksi yang
membuat terjadinya kontraksi otot. Jadi, otot merupakan alat untuk mengubah energi
bebas kimia berupa ATP menjadi energi mekanik. Sementara itu, fungsi rantai ringan
miosin diyakini sebagai modulator aktivitas ATPase dari rantai berat yang bersambungan
dengannya. Di tahun 1953, Andrew Szent-Gyorgi menunjukkan bahwa miosin yang diberi
tripsin secukupnya akan memecah miosin menjadi dua fragmen yaitu Meromiosin
ringan(LMM) dan Meromiosin berat (HMM). HMM dapat dipecah dengan papain menjadi
dua bagian lagi yaitu dua molekul identik dari subfragmen-1 (S1) dan sebuah subframen-2
(S2) yang berbentuk mirip batang.
B. Aktin, Tropomosin, dan Troponin
Komponen penyusun utama filamen tipis ialah Aktin. Aktin merupakan protein eukariotik
yang umum, banyak jumlahnya, dan mudah didapati. Aktin didapati dalam wujudmonomermonomer bilobal globular yang disebut G-aktin yang secara normal mengikat satumolekul
ATP untuk tiap-tiap monomer. G-aktin itu nantinya akan berpolimerisasi untuk membentuk
fiber-fiber yang disebut F-aktin. Polimerisasi ini merupakan suatu proses
yangmenghidrolisis ATP menjadi ADP dengan ADP yang nantinya terikat pada unit
monomer F-aktin. Sebagai hasilnya, F-aktin akan membentuk sumbu rantai utama dari
filamen tipis. Tiap-tiap unit monomer F-aktin mampu mengikat sebuah kepala miosin (S1)
yang ada pada filamen tebal. Mikrograf elektron juga menunjukkan bahwa F-aktin
merupakan deretanmonomer terkait dengan urutan kepala ekor-kepala. Maka dari itu, Faktin memiliki wujud yang polar. Komposisi miosin dan aktin masing-masing sebesar 6070% dan 20- 25% dari protein total pada otot. Sisa protein lainnya berkaitan dengan
filamen tipis yakni Tropomiosindan Troponin. Troponin terdiri dari tiga subunit yaitu TnC
(protein pengikat ion Ca), TnI(protein yang mengikat aktin), dan TnT (protein yang mengikat
tropomiosin). Dari sini, dapatdisimpulkan bahwa kompleks tropomiosin - Troponin mangatur
kontraksi otot dengan cara mengontrol akses cross-bridges S1 pada posisi -posisi pengikat
aktin.
Enzim terdiri dari bagian protein dan bagian non protein. Bagian protein enzim yang disebut
apoenzim sangat menentukan fungsi biokatalisator dari enzim. Bagian ini akan rusak pada suhu
terlampau panas atau bersifat termolabil. Bagian non protein dari enzim disebut kofaktor atau
gugus prostetik, yang dapat berupa senyawa organik (koenzim) atau senyawa non organik, seperti
ion-ion logam. Gugus prostetik ini berukuran kecil, tahan panas (termostabil), dan diperlukan
enzim untuk aktivitas katalitiknya. Gabungan kedua bagian ini membentuk haloenzim, yaitu bentuk
enzim yang sempurna dan aktif.
Enzim bekerja dengan dua cara, yaitu menurut Teori Kunci-Gembok (Lock and KeyTheory) dan
Teori Kecocokan Induksi (Induced Fit Theory). Menurut teori kunci-gembok, terjadinya reaksi
antara substrat dengan enzim karena adanya kesesuaian bentuk ruang antara substrat dengan
situs aktif (active site) dari enzim, sehingga sisi aktif enzim cenderung kaku. Substrat berperan
sebagai kunci masuk ke dalam situs aktif, yang berperan sebagai gembok, sehingga terjadi
kompleks enzim-substrat. Pada saat ikatan kompleks enzim-substrat terputus, produk hasil reaksi
akan dilepas dan enzim akankembali pada konfigurasi semula
Berdasarkan sistem penamaan enzim internasional dari IUB (International Union of Biochemistry),
enzim dapat digolongkan dalam enam golongan berdasarkan reaksi yang dikatalisisnya
(Lehningher, 1995), yaitu:
1. Oksidoreduktase
Oksidoreduktase (dehidrogenase atau oksidase) mengkatalisis reaksi oksidasi reduksi, seperti
glukosa oksidase, alkohol dehidrogenase dan piruvat hidrogenase.
2. Transferase
Transferase mengkatalisis pemindahan suatu gugus tertentu, seperti transmetilase, transaldolase,
dan transketolase.
3. Hidrolase
Hidrolase berperan dalam reaksi hidrolisis, seperti protease, amilase, selulase, pektinase, dan
maltase.
4. Liase
Liase mengkatalisis penghilangan gugus tertentu dari substrat dengan atau tanpa melalui proses
hidrolisis atau melalui pemutusan ikatan rangkap. Contoh: piruvat dekarboksilase.
5. Isomerase
Isomerase adalah semua enzim yang mengkatalisis reaksi isomerisasi, seperti alanin rasemase.
6. Ligase
Ligase berperan dalam reaksi pembentukan ikatan kimia, termasuk diantaranya enzim-enzim yang
mengkatalisis pembentukan ikatan C-O, C-S, C-N, dan C-C. Contoh: tiokinase.
Enzim protease merupakan biokatalisator untuk reaksi pemecahan protein menjadi oligopeptida
atau asam-asam amino. Enzim-enzim ini bekerja mengkatalisis reaksi hidrolisis, yaitu reaksi yang
melibatkan air pada ikatan spesifik dengan substrat, sehingga juga dapat digolongkan sebagai
enzim hidrolase. Protease dinamakan juga peptidase, karena memecah ikatan peptida pada rantai
polipeptida.
Ada dua macam peptidase, yaitu endo peptidase dan eksopeptidase. Endopeptidase adalah enzim
yang mengkatalisis pemecahan ikatan peptida pada bagian dalam rantai polipeptida.
Eksopeptidase adalah enzim yang mengkatalisis pemecahan ikatan peptida pada ujung rantai
polipeptida.
Protease dapat dihasilkan secara ekstraseluler (protease disekresikan ke luar sel atau ke
lingkungannya) dan secara intraseluler (protease berada dalam sel). Pada protease ekstraseluler,
enzim bekerja di luar sel mikroorganisme tanpa perlindungan membran dan dinding sel, sehingga
harus memiliki kestabilan yang tinggi terhadap berbagai pengaruh kimia dan fisika. Karakteristik ini
menyebabkan protease ekstraseluler dapat digunakan dalam berbagai proses industri.
B. Kolagen
Protein dalam badan manusia dibentuk oleh 20 asam amino. Beberapa asam amino
bergabung untuk membentuk rantai peptida; satu atau beberapa peptida membentukan
protein. 3 rantai polipeptida kolagen bergabung membentuk Kolagen. Beberapa fungsi
kolagen :
Bagan 6. Perbedaan antara Kolagen yang berumur Muda (Atas) dengan yang Berumur Tua
(Bawah).
Tubulin adalah suatu dimer protein pada sel yang berpoli-merisasi ke pembentukan
mikrotubula. Mikrotubula atau mikrotubulus adalah tabung yang disusun dari mikrotubulin.
Mikrotubulus mengatur posisi organel di dalam sel. Mikrotubulus memiliki dua ujung: ujung
negatif yang terhubung dengan pusat pengatur mikrotubulus, dan ujung positif yang berada
di dekat membran plasma. Organel dapat meluncur di sepanjang mikrotubulus untuk
mencapai posisi yang berbeda di dalam sel, terutama saat pembelahan sel.
Pada fase lag, tiap molekul tubulin berasosiasi untuk membentuk agregat yang agak stabil.
Beberapa di antaranya berlanjut membentuk mikrotubulus. Saat elongasi, tiap subunit
berikatan dengan ujung ujung mikrotubulus. Saat fase plato, (mirip fase lag pada
pembelahan sel), polimerisasi dan depolimerisasi berlangsung secara seimbang karena
jumlah tubulin bebas yang ada pas-pasan.
Limfosit T terkadang, untuk sebab yang belum diketahui sepenuhnya, tidak dapat membedakan
dirinya dengan yang bukan dirinya. Hal ini menyebabkan gangguan autoimun, dimana tubuh
menyerang jaringan tubuhnya sendiri.
c. Antibodi
Ketika limfosit B bertemu dengan antigen, limfosit B akan terstimulasi untuk berkembang
menjadi sel plasma atau sel pengingat (memory B cell). Sel plasma kemudian akan
menghasilkan antibodi (yang disebut juga immunoglobulin-Ig). Antibodi melindungi tubuh
dengan berbagai cara, yaitu membantu fagosit mencerna antigen, menonaktifkan zat-zat
racun yang dihasilkan oleh bakteri, menyerang bakteri dan virus secara langsung, dan
mengaktifkan sistem komplemen. Antibodi penting untuk melawan infeksi bakteri dan
jamur tertentu. Antibodi juga dapat membantu melawan infeksi virus.
Terdapat lima struktur yang menentukan pengelompokan antibodi :
Ig M : dihasilkan ketika terpapar dengan suatu antigen untuk pertama kalinya. Respon
imun yang dipicu oleh paparan suatu antigen untuk pertama kalinya disebut respon imun
primer. Ig M berikatan dengan antigen, kemudian mengaktifkan sistem komplemen dan
membuat antigen lebih mudah untuk dicerna. Normalnya Ig M terdapat di dalam aliran
darah dan bukan di jaringan tubuh.
Ig G : dihasilkan dalam jumlah besar ketika antibodi terpapar lagi dengan antigen tertentu.
Antibodi yang dihasilkan (terutama Ig G) lebih banyak, lebih cepat, dan lebih efektif
daripada yang dihasilkan oleh respon imun primer, keadaan ini disebut respon imun
sekunder. Ig G memberi perlindungan terhadap infeksi bakteri, virus, jamur, dan zat-zat
berbahaya lainnya.
Ig G terdapat dalam aliran darah dan jaringan-jaringan tubuh. Ig G merupakan satu
satunya antibodi yang dapat masuk melalui plasenta dari ibu ke janin. Ig G ibu memberi
perlindungan terhadap janin dan bayi sampai sistem kekebalan tubuh bayi dapat
menghasilkan antibodinya sendiri. Selain itu, Ig G merupakan antibodi yang paling sering
digunakan untuk pengobatan.
Ig A : antibodi ini membantu pertahanan tubuh dari serangan mikroorganisme pada
permukaan tubuh yang dilapisi membran mukosa, seperti hidung, mata, paru-paru, dan
saluran pencernaan. Ig A terdapat dalam aliran darah, kolostrum (cairan yang dihasilkan
payudara pada beberapa hari pertama setelah melahirkan, sebelum air susu dibentuk),
dan pada sekret yang dihasilkan oleh membran mukosa.
Ig E : merupakan antibodi yang memicu terjadinya reaksi alergi segera. Ig E berikatan
dengan basofil (salah satu jenis sel darah putih) di dalam aliran darah dan dengan sel
mast pada jaringan tubuh. Ketika basofil atau sel mast dengan Ig E berikatan dengan
alergen (yaitu suatu antigen yang menyebabkan timbulnya reaksi alergi), maka basofil
atau sel mast akan melepaskan zat-zat (seperti histamin) yang menyebabkan peradangan
dan kerusakan pada jaringan-jaringan sekitarnya. Karena hal tersebut, Ig E merupakan
satu-satunya golongan antibodi yang sepertinya lebih banyak memberi efek buruk
daripada efek baik bagi tubuh. Meskipun begitu, Ig E membantu pertahanan tubuh
terhadap infeksi parasit tertentu yang sering terjadi pada negara-negara berkembang.
Ig E terdapat dalam jumlah kecil pada aliran darah dan cairan mukus di dalam sistem
pencernaan. Jumlah Ig E lebih banyak pada orang yang terinfeksi parasit dan pada
penderita asma atau gangguan alergi lain.
Ig D : terutama terdapat pada permukaan limfosit B yang immatur. Ig D membantu
perkembangan sel ini menjadi matur. Ig D terdapat dalam jumlah kecil pada aliran darah.
Kesimpulan
Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan
virus. Protein memiliki peran penting dalam pembentukan sistem kekebalan (imunitas)
sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon. Di samping menjadi salah satu
sumber gizi, pada prinsipnya protein berperan menunjang keberadaan setiap sel
tubuh dan proses kekebalan tubuh. Protein merupakan zat gizi yang sangat penting,
karena hubungannya dengan prosesproses kehidupan. Semua hayat hidup sel
berhubungan dengan zat gizi protein. Molekul protein tersusun dari sejumlah asam
amino sebagai bahan dasar, di mana dalam molekul protein asamasam amino itu
saling dihubungkan oleh suatu ikatan yang disebut ikatan peptida (-CONH-).
Referensi