Anda di halaman 1dari 18

LTM Biologi Molekuler : Fungsi Protein

Oleh : Harly Ilyasaakbar / 1206263313

Abstrak
Protein terdiri atas polimer linear dari asam amino dan terdapat kurang lebih 17% dari
jumlah seluruh polimer yang berada di dalam tubuh. Fungsi molekul protein adalah untuk
memelihara struktur tubuh (seperti kolagen), untuk fasilitas pergerakan (seperti actin dan myosin
untuk kontraksi otot), dalam transportasi (seperti transportasi oksigen oleh hemoglobin, system
transportasi pada membran sel), dalam metabolism (seperti enzim), dalam regulasi (seperti factorfaktor pertumbuhan, dan factor-faktor transkripsi), dan dalam fungsi imun (seperti
immunoglobulin). Meskipun bermacam-macam fungsi dari protein tubuh, dapat disimpulkan pada
satu nomor besar dari perbedaan jenis-jenis protein, setengah dari protein tubuh berisi hanya
empat yaitu struktur protein kolagen, actin, dan myosin, dan juga protein transportasi oksigen yaitu
hemoglobin.
Pembahasan I : Protein Penyimpanan
Salah sau fungsi protein ialah sebagai penyimpan zat zat yang dibutuhkan oleh tubuh serta
penyimpan cadangan makanan yang berguna untuk tumbuh dan kembang dari makhuk hidup
tersebut. Diantara protein yang berfungsi untuk penyimpanan adalah ferritin, albumin, dan kasein.
A. Ferritin
Feritin merupakan protein cadangan besi utama yang dijumpai pada
jaringan tubuh manusia. Feritin terdiri dari 24 subunit dengan 2 tipe yaitu di
hati (L) dan jantung (H), dengan berat molekul 19 dan 21 kDa. Subunit H
memiliki peranan yang penting dalam mendetoksifikasi besi secara cepat
oleh karena aktivitas feroksidasenya, dimana oksidasi besi menjadi bentuk
Fe(III). Sedangkan subunit L memfasilitasi nukleasi besi, mineralisasi dan
cadangan besi jangka panjang. Feritin merupakan tempat penyimpanan zat
besi terbesar dalam tubuh terutama di dalam hati, limpa dan sumsum
tulang.

Zat besi yang berlebihan akan disimpan dan bila diperlukan dapat
dimobilisasi kembali. Hati merupakan tempat penyimpanan feritin terbesar
di dalam tubuh dan berperan dalam mobilisasi feritin serum. Sintesis feritin
dipengaruhi oleh konsentrasi cadangan besi intrasel dan berkaitan pula dengan cadangan
zat besi intrasel (hemosiderin).
Ferritin adalah protein berbentuk glubular dan mempunyai dua lapisan dengan diameter
luarnya berukuran 12 nm dan diameter dalamnya berukuran 8 nm. Bila dilihat dari stuktur
kristalnya, satu monomer ferritin mempunyai lima helix penyusun yaitu blue helix, orange
helix, green helix, yellow helix dan red helix dimana ion Fe berada di tengahkelima helix
tersebut.
Besi bebas bersifat toxic untuk sel, karena besi bebas merupakan katalisis pembentukan
radikal bebasdari Reactive Oxygen Species (ROS) melalui reaksi Fenton. Untuk itu, sel
membentuk suatu mekanisme perlindungan diri yaitu dengan cara membuat ikatan besi
dengan ferritin. Asupan zat besi yang masuk kedalam tubuh kita kira - kira 10 20 mg
setiap harinya, tapi hanya 1 2 mg atau 10% saja yang di absorbsi oleh tubuh. 70% dari
zat besi yang di absorbsitadi di metabolisme oleh tubuh dengan proses eritropoesis
menjadi Hemoglobin, 10 - 20% di simpan dalam bentuk ferritin dan sisanya 5 15%

digunakan oleh tubuh untuk proses lain. Besi Fe3+ yang disimpan di dalam ferritin bisa
saja di lepaskan kembali bila ternyata tubuh membutuhkannya.

Bagan 1. Struktur Ferritin

Sumber : https://www.chemistry.wustl.edu

B. Albumin
Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total plasma protein,
dengan nilai normal 3,5 5,5 g/dl. Albumin juga didapatkan pada ruang ekstrasel (40%
terdapat pada plasma dan 60% di ruang ekstrasel). Albumin berperan dalam membantu
mempertahankan tekanan osmotik koloid darah (75-80% tekanan osmotic plasma),
sebagai protein pembawa untuk substansi lipofilik dalam darah seperti: asam lemak rantai
panjang, bilirubin, beberapa hormon steroid, vitamin, obat-obatan (a.l sulfonamide,
penicillin-G, dicumarol, dan aspirin), ion Cu (10% Cu diikat oleh albumin), methane dan ion
kalsium (Soewoto, 2003). Peran albumin tersebut di atas semakin penting disebabkan oleh
beberapa alasan, antara lain keadaan hipoalbumin yang sering dijumpai pada pasien
dengan pra bedah, masa pemulihan setelah tindakan operasi ataupun dalam proses
penyembuhan.
Selain itu albumin dapat digunakan sebagai prediktor terbaik harapan hidup penderita.
Serum albumin merupakan salah satu parameter penting dalam pengukuran status gizi
pada penderita dengan penyakit akut maupun kronik. Banyak penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan hubungan yang signifikan antara kadar albumin yang rendah
dengan peningkatan resiko komplikasi infeksi, lama rawat inap / LOS (Length Of Stay) di
rumah sakit, tingkat kematian pada pasien baik pasien yang tidak memerlukan
pembedahan maupun pasien pasca bedah.
C. Kasein
Protein susu memiliki protein-protein spesifik. Salah satunya adalah kasein. Kasein
merupakan komponen terbesar dalam susu dan sisanya berupa whey protein. kadar kasein
pada protein susu mencapai 80%. Kasein terdiri atas beberapa fraksi seperti alpha-casein,
beta casein, dan kappa-casein. Kasein merupakan salah satu komponen organik yang
melimpah dalam susu bersama dengan lemak dan laktosa. Kasein merupakan protein
konjugasi antara protein dengan fosfat membentuk fosfoprotein. Kasein berupa serbuk
amorf warna putih.

Dalam kasein tidak hanya terdiri dari zat-zat organik, melainkan mengandung juga zat
anorganik seperti kalsium, fosfor, dan magnesium. Dalam keadaan murni, kasein berwarna
putih seperti salju, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa yang khas. Kasein murni tidak
larut dalam air dingin dan garam netral. Kasein terdispersi dalam air panas, basa, dan
garam basa seperti natrium asetat, dan natrium oksalat.
Kasein dapat diendapkan oleh asam, enzim rennet, dan alkohol. Kasein digunakan untuk
sumber protein dalam tubuh, sebagai suplai asam-asam amino esential dan pencernaan
kasein di dalam tubuh sangat lambat, sehingga dapat mencegah penyusutan otot lebih baik
daripada whey protein.

Pembahasan II : Protein Hormon


Hormon diturunkan dari unsur-unsur penting ; hormon peptida dari protein, hormon steroid dari
kolesterol, dan hormon tiroid serta katekolamin dari asam amino. Hormon-hormon ini bekerjasama
dengan sistem saraf pusat sebagai fungsi pengatur dalam berbagai kejadian dan metabolisme
dalam tubuh. Hormon peptida merupakan protein dengan beragam ukuran. Protein yang disintesis
disisipkan ke dalam vesikel untuk sekresi, dilipat, dan dapat diproses melalui proteolisis atau
modifikasi lain. Pelipatan ditentukan oleh rangkaian primer protein maupun oleh protein tambahan.
Berbagai hormon juga dapat diproses pada tempat yang berbeda.
Sebagian besar hormon polipeptida beredar pada konsentrasi rendah tak terikat dengan protein
lain. Hormon peptida mempunyai waktu paruh yang pendek (beberapa menit) dalam sirkulasi,
seperti yang terjadi dengan ACTH, insulin, glukagon, dan hormon pelepas (releasing hormone) .
Walaupun kemungkinan terdapat sejumlah degradasi dari hormon oleh protease dalam sirkulasi,
mekanisme utama dari degradasi hormon adalah pengikatan oleh reseptor permukaan sel hormon
atau melalui tempat pengikatan-hormon permukaan sel non-reseptor, selanjutnya dengan ambilan
ke dalam sel dan degradasi oleh enzim dalam membran sel atau di dalam sel.
A. Hormon Pertumbuhan
Growth Hormone adalah hormon peptida yang berbentuk protein. GH merangsang
pertumbuhan , reproduksi sel dan regenerasi pada manusia dan binatang. GH terdiri dari
191 asam amino, polipeptida rantai tunggal yang disintesa, disimpan dan disekresikan oleh
sel-sel somatotrop di area lateral kelenjar hipofise anterior. HGH ini terus dikeluarkan oleh
Kelenjar Pituitary sejak dari kita kecil sampai seterusnya dan sepanjang hidup tubuh kita
akan memerlukannya untuk pertumbuhan tubuh (khususnya ketika kita masih anak-anak),
membantu dalam pertumbuhan tulang (sampai usia 25 tahun), memelihara kesehatan serta
jaringan dan organ vital tubuh (jantung, hati, pankreas, limpa dan ginjal), mengaktifkan
fungsi detoksifikasi (pembuangan racun dalam tubuh), dan lain sebagainya.
Hormon Pertumbuhan Manusia akan berkurang seiring dengan pertambahan usia. Pada
umur 60 tahun volume Hormon Pertumbuhan hanya tinggal sebesar 25% jika dibandingkan
dengan usia 21 tahun. Terlebih lagi jika pola hidup dan pola makan kita tidak sehat akan
membuat proses penuaan jauh lebih cepat dari yang seharusnya. Pengurangan hormon
pertumbuhan menyebabkan sistem metabolisme tubuh menurun serta munculnya gejala
penuaan, seperti: daya ingat menurun, warna rambut berubah, kerutan-kerutan di wajah,
stamina tidak prima, mudah lelah, sangat rentan terhadap penyakit, daya seksual menurun.
B. Hormon Insulin

Insulin merupakan hormone peptida yang disekresikan oleh sel dari Langerhans
pankreas. Fungsi insulin adalah untuk mengatur kadar normal glukosa darah. Insulin

bekerja melalui memperantarai pengangkutan glukosa seluler, regulasi metabolisme


karbohidrat, lemak, dan protein, serta mendorong pemisahan dan pertumbuhan sel
melalui efek motigenik pada insulin. Insulin memiliki struktur dipeptida, yang terdiri dari
rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan dengan jembatan sulfida yang
menghubungkan struktur helix terminal N-C dari rantai A dengan struktur central helix
dari rantai B. Insulin mengandung 51 asam amino, dengan berat molekul 5802. Rantai
A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino (Wilcox, 2005).
Sekresi insulin dapat dipengaruhi oleh perubahan pada transkripsi gen, translasi,
modifikasi post-translasi di badan Golgi, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
pelepasan insulin oleh granula sekretorik. Modifikasi jangka panjang dapat terjadi
melalui perubahan pada jumlah sel dan differensiasinya. Glukosa mempengaruhi
biosintesis dan sekresi insulin dengan beberapa cara. Asam amino, asam lemak,
asetilkolin, pituitary adenylate cyclase-activating polypeptide (PACAP), glucosedependent insulinotropic polypeptide (GIP), glucagon-like peptide-1 (GLP-1) dan
agonis yang lain juga berpengaruh pada proses biosintesis dan pelepasan insulin.
Peningkatan kadar glukosa menginduksi fase pertama dalam glucose-mediated
insulin secretion yakni dengan pelepasan insulin yang baru saja disintesa dan
penyimpanan dalam granula sekretorik sel . Masuknya glukosa ke dalam sel
dideteksi oleh glukokinase, sehingga glukosa tadi difosforilasi menjadi glukosa-6-fosfat
(G6P). Proses ini membutuhkan ATP. Penutupan kanal K+-ATP-dependent
mengakibatkan depolarisasi membran plasma dan aktivasi kanal kalsium yang voltagedependent yang menyebabkan peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler.
Peningkatan kadar kalsium inilah yang menyebabkan sekresi insulin.
Mediator lain yang berperan dalam pelepasan insulin adalah aktivasi fosfolipase dan
protein kinase C (sebagai contoh oleh asetilkolin) serta rangsangan dari aktivitas
adenil-siklase dan protein kinase-A sel . Mekanisme induksi sekresi insulin juga
melibatkan aktivitas hormone, seperti vasoactive intestinal peptide (VIP), PACAP, GLP1, dan GIP. Factor-faktor ini memegang peranan penting dalam fase kedua sekresi
insulin, yakni pelepasan insulin baik yang baru saja disintesa maupun yang disimpan
dalam granula sekretorik .

Bagan 2. Mekanisme Kerja Hormon Insulin

Sumber : https:// www.precisionnutrition.com

C. Hormon Paratiroid
Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroid (parathyroid hormone, PTH)
atau parat hormon. Fungsi utama hormon paratiroid adalah mengatur kadar kalsium
fosfat dalam darah. Tidak seimbangnya kalsium dan fosfat dalam darah akan
mengakibatkan gangguan transmisi impuls saraf, kerusakan jaringan tulang, gangguan
pertumbuhan tulang, dan tetani otot. Hormon paratiroid bekerja langsung pada tulang
untuk meningkatkan resorpsi tulang dan memobilisasi Ca 2+. Selain meningkatkan Ca2+
plasma dan menurunkan fosfat plasma, PTH meningkatkan ekskresi fosfat dalam urin.
Hormon paratiroid mempunyai dua efek pada tulang dalam menimbulkan absorpsi
kalsium dan fosfat. Pertama merupakan suatu tahap cepat yang dimulai dalam waktu
beberapa menit dan meningkat secara progresif dalam beberapa jam. Tahap ini diyakini
disebabkan oleh aktivasi sel-sel tulang yang sudah ada (terutama osteosit) untuk
meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat.
Tahap yang kedua adalah tahap yang lebih lambat, dan membutuhkan waktu beberapa
hari atau bahkan beberapa minggu untuk menjadi berkembang penuh; fase ini
disebabkan olehadanya proses proliferasi osteoklas, yang diikuti dengan sangat
meningkatnyareabsorpsi osteoklastik pada tulang sendiri, jadi bukan hanya absorpsi
garam fosfat kalsium dari tulang.
Pembahasan III : Protein Transport
Protein transport adalah protein yang dapat mengikat dan membawa molekul atau ion yang khas
dari satu organ ke organ lainnya. Contoh protein transport yang mudah adalah mioglobin yang
menyimpan dan mendistribusikan oksigen ke dalam otot. Hemoglobin juga merupakan protein
transport yang terdapat dalam sel darah merah. Hemoglobin dapat mengikat oksigen ketika darah
melalui paru-paru. Oksigen dibawa dan dilepaskan pada jaringan periferi yang dapat dipergunakan
untuk mengoksidasi nutrient (makanan) menjadi energi.
A. Hemoglobin
Hemoglobin adalah metal protein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel
merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin,
apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi.
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung)
terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah
merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan.
Tetramer 4 rantai globin dengan gugus heme-nya membangun molekul hemoglobin.. Setiap
atom besi dapat berikatan secara reversibel dengan 1 molekul O2 ;dengan demikian,
setiap molekul Hb dapat mengangkut empat O2. Selain mengangkut O2,hemoglobin juga
dapat berikatan dengan zat-zat lain, seperti karbondioksida serta ion hidrogen asam (H+)
dari asam karbonat yang terionisasi (reaksi penyangga). Dengan demikian, Hb berperan
penting dalam pengangkutan O2 sekaligus ikut serta dalam pengangkutan CO2 dan
menentukan kapasitas penyangga dari darah.

B. Myoglobin
Mioglobin (BM 16700, disingkat Mb) merupakan protein pengikat oksigen yang relatif
sederhana, ditemukan dalam konsentrasi yang besar pada tulang dan otot jantung,
membuat jaringan ini berwarna merah yang berfungsi sebagai penyimpan oksigen dan
sebagai pembawa oksigen yang meningkatkan laju transport oksigen dalam sel otot.
Mamalia yang menyelam seperti ikan paus yangmenyelam dalam waktu lama, memiliki
mioglobin dalam konsentrasi tinggi dalamototnya. Protein seperti mioglobin juga banyak
ditemukan pada organisme sel tunggal. Mioglobin merupakan polipeptida tunggal dengan
153 residu asam amino dan satu molekul heme. Komponen protein dari mioglobin yang
disebut globin,merupakan rantai polipeptida tunggal yang berisi delapan heliks. Sekitar
78% residu asam amino dari protein ditemukan dalam -heliks ini.

Bagan 3. Pengikatan Oksigen oleh Hemoglobin

Sumber : https://www. withfriendship.com

Pembahasan IV : Protein Pergerakan


Sebagian besar pergerakan seluler dihasilkan oleh protein motor yang berhubungan dengan
komponen sitoskeleton, baik mikrofilamen maupun mikrotubul. Miosin merupakan protein motor
yang bekerja dengan mikrofilamen aktin pada kontraksi otot. Dua protein motor yang lain, dinein
dan kinesin, menghasilkan pergerakan di sepanjang mikrotubul. Protein motor menggunakan
energi untuk menghasilkan pergerakan. Suplai energi ini disediakan oleh fosfat dari molekul
energi, ATP.

A. Miosin
Filamen-filamen tebal pada vertebrata hampir sebagian besar tersusun dari sejenis protein
yang disebut Miosin. Molekul miosin terdiri dari enam rantai polipeptida yang disebut rantai
berat dan dua pasang rantai ringan yang berbeda (disebut rantai ringan esensial dan
regulatori, ELC dan RLC). Miosin termasuk protein yang khusus karena memiliki sifat
berserat (=fibrous) dan globular. Struktur tersebut dapat dilihat pada. Secara umum,
molekul miosin dapat dilihat sebagai segmen berbentuk batang sepanjang1600 Angstrom
dengan dua kepala globular. Miosin hanya berada dalam wujud molekul-molekul tunggal
dengan kekuatan ioniknya yang lemah. Struktur tersebut ialah struktur dari filamen tebal
yang telah dibicarakan sebelumnya. Pada struktur itu, filamen tebal merupakan suatu
bentuk yang bipolar dengan kepala-kepalamiosin yang menghadap tiap-tiap ujung filamen
dan menyisakan bagian tengah yang tidak memiliki kepala satupun (=bare zone / jalur
kosong).
Kepala kepala miosin itulah yang merupakan wujud dari cross-bridges dalam
perhubungannya dengan miofibril - miofibril. Sebenarnya, rantai berat miosin berupa
sebuah ATPase yang menghidrolisis ATP menjadi ADPdan Pi dalam suatu reaksi yang
membuat terjadinya kontraksi otot. Jadi, otot merupakan alat untuk mengubah energi
bebas kimia berupa ATP menjadi energi mekanik. Sementara itu, fungsi rantai ringan
miosin diyakini sebagai modulator aktivitas ATPase dari rantai berat yang bersambungan
dengannya. Di tahun 1953, Andrew Szent-Gyorgi menunjukkan bahwa miosin yang diberi
tripsin secukupnya akan memecah miosin menjadi dua fragmen yaitu Meromiosin
ringan(LMM) dan Meromiosin berat (HMM). HMM dapat dipecah dengan papain menjadi
dua bagian lagi yaitu dua molekul identik dari subfragmen-1 (S1) dan sebuah subframen-2
(S2) yang berbentuk mirip batang.
B. Aktin, Tropomosin, dan Troponin
Komponen penyusun utama filamen tipis ialah Aktin. Aktin merupakan protein eukariotik
yang umum, banyak jumlahnya, dan mudah didapati. Aktin didapati dalam wujudmonomermonomer bilobal globular yang disebut G-aktin yang secara normal mengikat satumolekul
ATP untuk tiap-tiap monomer. G-aktin itu nantinya akan berpolimerisasi untuk membentuk
fiber-fiber yang disebut F-aktin. Polimerisasi ini merupakan suatu proses
yangmenghidrolisis ATP menjadi ADP dengan ADP yang nantinya terikat pada unit
monomer F-aktin. Sebagai hasilnya, F-aktin akan membentuk sumbu rantai utama dari
filamen tipis. Tiap-tiap unit monomer F-aktin mampu mengikat sebuah kepala miosin (S1)
yang ada pada filamen tebal. Mikrograf elektron juga menunjukkan bahwa F-aktin
merupakan deretanmonomer terkait dengan urutan kepala ekor-kepala. Maka dari itu, Faktin memiliki wujud yang polar. Komposisi miosin dan aktin masing-masing sebesar 6070% dan 20- 25% dari protein total pada otot. Sisa protein lainnya berkaitan dengan
filamen tipis yakni Tropomiosindan Troponin. Troponin terdiri dari tiga subunit yaitu TnC
(protein pengikat ion Ca), TnI(protein yang mengikat aktin), dan TnT (protein yang mengikat
tropomiosin). Dari sini, dapatdisimpulkan bahwa kompleks tropomiosin - Troponin mangatur
kontraksi otot dengan cara mengontrol akses cross-bridges S1 pada posisi -posisi pengikat
aktin.

Bagan 4. Mekanisme Kerja Aktin dan Miosin

Sumber : https://www. scholar.vt.edu

C. Dinein dan Kinesin


Dinein adalah protein motor di dalam sel yang mengubah energi kimia yang terkandung di
dalam ATP menjadi energi mekanis gerakan. Dinein mengangkut berbagai muatan sel
melalui mikrotubulus sitoskeleton menuju ujung negatif mikrotubulus, yang biasanya
mengarah ke inti sel, berkebalikan dengan arah gerakan kinesin.
Dinein adalah kompleks protein multi-subunit yang memiliki gugus yang berperan sebagai
ATPase sehingga bertanggung jawab terhadap terjadinya hidrolisis ATP agar dapat
memulai suatu gerakan. Dinein merupakan kelompok protein motor mikrotubulus yang
bergerak ke arah ujung negatif (minus end) yang tersusun atas 2 atau 3 rantai tebal (yang
termasuk motor domain) dan berhungan dengan beberapa macam rantai tipis.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, dinein terbagi dalam dua kelas yaitu: dinein
sitoplasmik (cytoplasmic dynein) dan dinein aksonemal (axonemal dynein). Dinein
aksonemal memiliki rantai tebal heterodimer dan homodimer dengan 2 atau 3 motor
domain kepala dan bertanggung jawab untuk pergerakan mikrotubulus (sliding movement)
seperti pada silia dan flagella. Dinein sitoplasmik memiliki rantai tebal homodimer dengan 2
motor domain sebagai kepala dan berperan penting pada mitosis, polarisasi sel, transpor
vesikel dan organel (transpor intraseluler) serta mengarahkan perpindahan sel, seperti
untuk lokalisasi apparatus golgi ke bagian tengah sel.
Pembahasan IV : Protein Katalis (Enzim)
Enzim merupakan biokatalisator/katalisator organik yang diproduksi oleh makhluk hidup untuk
mengkatalisis dan mengendalikan reaksi kimia yang penting dalam tubuh makhluk hidup tersebut.

Enzim terdiri dari bagian protein dan bagian non protein. Bagian protein enzim yang disebut
apoenzim sangat menentukan fungsi biokatalisator dari enzim. Bagian ini akan rusak pada suhu
terlampau panas atau bersifat termolabil. Bagian non protein dari enzim disebut kofaktor atau
gugus prostetik, yang dapat berupa senyawa organik (koenzim) atau senyawa non organik, seperti
ion-ion logam. Gugus prostetik ini berukuran kecil, tahan panas (termostabil), dan diperlukan
enzim untuk aktivitas katalitiknya. Gabungan kedua bagian ini membentuk haloenzim, yaitu bentuk
enzim yang sempurna dan aktif.
Enzim bekerja dengan dua cara, yaitu menurut Teori Kunci-Gembok (Lock and KeyTheory) dan
Teori Kecocokan Induksi (Induced Fit Theory). Menurut teori kunci-gembok, terjadinya reaksi
antara substrat dengan enzim karena adanya kesesuaian bentuk ruang antara substrat dengan
situs aktif (active site) dari enzim, sehingga sisi aktif enzim cenderung kaku. Substrat berperan
sebagai kunci masuk ke dalam situs aktif, yang berperan sebagai gembok, sehingga terjadi
kompleks enzim-substrat. Pada saat ikatan kompleks enzim-substrat terputus, produk hasil reaksi
akan dilepas dan enzim akankembali pada konfigurasi semula

Bagan 5. Cara Kerja Enzim

Sumber : https:// www.mrschutz.com


Menurut teori kecocokan induksi reaksi antara enzim dengan substrat berlangsung karenaadanya
induksi substrat terhadap situs aktif enzim sedemikian rupa sehingga keduanyamerupakan struktur
yang komplemen atau saling melengkapi. Menurut teori ini situs aktif tidak bersifat kaku, tetapi
lebih fleksibel.

Berdasarkan sistem penamaan enzim internasional dari IUB (International Union of Biochemistry),
enzim dapat digolongkan dalam enam golongan berdasarkan reaksi yang dikatalisisnya
(Lehningher, 1995), yaitu:
1. Oksidoreduktase
Oksidoreduktase (dehidrogenase atau oksidase) mengkatalisis reaksi oksidasi reduksi, seperti
glukosa oksidase, alkohol dehidrogenase dan piruvat hidrogenase.
2. Transferase
Transferase mengkatalisis pemindahan suatu gugus tertentu, seperti transmetilase, transaldolase,
dan transketolase.

3. Hidrolase
Hidrolase berperan dalam reaksi hidrolisis, seperti protease, amilase, selulase, pektinase, dan
maltase.

4. Liase
Liase mengkatalisis penghilangan gugus tertentu dari substrat dengan atau tanpa melalui proses
hidrolisis atau melalui pemutusan ikatan rangkap. Contoh: piruvat dekarboksilase.
5. Isomerase
Isomerase adalah semua enzim yang mengkatalisis reaksi isomerisasi, seperti alanin rasemase.

6. Ligase
Ligase berperan dalam reaksi pembentukan ikatan kimia, termasuk diantaranya enzim-enzim yang
mengkatalisis pembentukan ikatan C-O, C-S, C-N, dan C-C. Contoh: tiokinase.
Enzim protease merupakan biokatalisator untuk reaksi pemecahan protein menjadi oligopeptida
atau asam-asam amino. Enzim-enzim ini bekerja mengkatalisis reaksi hidrolisis, yaitu reaksi yang
melibatkan air pada ikatan spesifik dengan substrat, sehingga juga dapat digolongkan sebagai
enzim hidrolase. Protease dinamakan juga peptidase, karena memecah ikatan peptida pada rantai
polipeptida.
Ada dua macam peptidase, yaitu endo peptidase dan eksopeptidase. Endopeptidase adalah enzim
yang mengkatalisis pemecahan ikatan peptida pada bagian dalam rantai polipeptida.
Eksopeptidase adalah enzim yang mengkatalisis pemecahan ikatan peptida pada ujung rantai
polipeptida.
Protease dapat dihasilkan secara ekstraseluler (protease disekresikan ke luar sel atau ke
lingkungannya) dan secara intraseluler (protease berada dalam sel). Pada protease ekstraseluler,
enzim bekerja di luar sel mikroorganisme tanpa perlindungan membran dan dinding sel, sehingga
harus memiliki kestabilan yang tinggi terhadap berbagai pengaruh kimia dan fisika. Karakteristik ini
menyebabkan protease ekstraseluler dapat digunakan dalam berbagai proses industri.

Pembahasan V : Protein Sruktural


Protein struktural berperan untuk menyangga atau membangun struktur biologi makhluk hidup.
Misalnya kolagen adalah protein utama dalam urat dan tulang rawan yang memiliki kekuatan dan
liat. Persendian mengandung protein elastin yang dapat meregang dalam dua arah. Jenis lain
adalah kuku, rambut dan bulu-buluan merupakan protein keratin yang liat dan tidak larut dalam air.
A. Keratin
Keratin merupakan protein yang kaya akan asam amino bersulfur yaitu sistin. Diantara
asam amino sistin terdapat ikatan disulfida yang menghubungkan kedua asam amino
tersebut. Keratin adalah protein yang tidak reaktif secara kimiawi dan tahan lama secara
mekanik, terdapat dalam semua vertebrata tingkat tinggi. Keratin adalah protein yang
berfungsi untuk melindungi jaringan epitel dari kerusakan dan tegangan yang mengganggu
lapisan sel tersebut.

B. Kolagen
Protein dalam badan manusia dibentuk oleh 20 asam amino. Beberapa asam amino
bergabung untuk membentuk rantai peptida; satu atau beberapa peptida membentukan
protein. 3 rantai polipeptida kolagen bergabung membentuk Kolagen. Beberapa fungsi
kolagen :

1. Membentuk rangkaian organ-organ:


Kolagen merupakan pelekat di antara sel-sel. Bentuknya yang unik, memberi sokongan
dan menyambung sel-sel untuk membentuk bentuk rangkaian organ - organ, menjadikan ia
kuat dan elastik.
2. Alam yang sesuai untuk kehidupan sel-sel:
Struktur serat Kolagen yang unik manjadikan ia tingkap di antara sel-sel dan dunia luar.
Metabolisme sel-sel di seluruh badan memerlukan nutrisi, oksigen dan pembuangan sisa
melalui serat Kolagen. Jika grid serat Kolagen tidak normal (penuaan metabolisme Kolagen
menyebabkan banyak cabang yang melekat satu sama lain), maka pengangkutan nutrisi
dan pembuangan sisa akan terganggu, melambatkan metabolisme sel-sel, serta
mempengaruhi kesehatan semua bagian badan.

Bagan 6. Perbedaan antara Kolagen yang berumur Muda (Atas) dengan yang Berumur Tua
(Bawah).

Sumber : https://www. collagen-science.html


C. Elastin
Elastin adalah protein ekstraseluler yang memiliki sifat elastisitas bagi jaringan atau organ.
Elastin banyak terdapat pada organ-organ yang mengandalkan elastisitas pada sistem
kerjanya, seperti pembuluh darah, otot, paru-paru dan kulit. Salah satu jenis protein pada
elastin adalah tropoelastin.
Protein ini mempu membentuk ikatan antar asam aminonya secara fisiologis atau disebut
sebagaiikatan rantai samping intermolekuler. Hal inilah yang menyebabkan elastin memiliki
waktu paruhhingga 70 tahun dan merupakan satu-satunya jenis protein yang paling stabil.
Regenerasi jaringan dapat dipengaruhi oleh kehadiran molekul-molekul, terutama
induksisintesis elastin yang dapat mempercepat penyembuhan jaringan karena ini
merupakan elemen kunci.
D. Tubulin

Tubulin adalah suatu dimer protein pada sel yang berpoli-merisasi ke pembentukan
mikrotubula. Mikrotubula atau mikrotubulus adalah tabung yang disusun dari mikrotubulin.
Mikrotubulus mengatur posisi organel di dalam sel. Mikrotubulus memiliki dua ujung: ujung
negatif yang terhubung dengan pusat pengatur mikrotubulus, dan ujung positif yang berada
di dekat membran plasma. Organel dapat meluncur di sepanjang mikrotubulus untuk
mencapai posisi yang berbeda di dalam sel, terutama saat pembelahan sel.
Pada fase lag, tiap molekul tubulin berasosiasi untuk membentuk agregat yang agak stabil.
Beberapa di antaranya berlanjut membentuk mikrotubulus. Saat elongasi, tiap subunit
berikatan dengan ujung ujung mikrotubulus. Saat fase plato, (mirip fase lag pada
pembelahan sel), polimerisasi dan depolimerisasi berlangsung secara seimbang karena
jumlah tubulin bebas yang ada pas-pasan.

Pembahasan V : Protein Reseptor


Sebagian besar reseptor sinyal merupakan protein membran plasma. Reseptor ini menyalurkan
informasi dari lingkungan ekstraselular ke bagian dalam sel dengan berubah bentuk atau
mengumpul ketika ligan (sinyal) melekat. Reseptor membran bekerja dengan tiga tipe utama:
reseptor terkait protein G, reseptor tirosin-kinase, dan reseptor saluran ion.
A. Reseptor Terkait Protein G
Reseptor tergandeng protein G yang merupakan satu rantai polipeptida tunggal, yang
keluar masuk menembus membran sel sampai tujuh kali sehingga dikatakan memiliki tujuh
trans membran. Reseptor ini terutama mengaktivasi rangkaian peristiwa yang mengubah
konsentrasi satu atau lebih suatu molekul signaling intraseluler atau yang disebut second
messenger untuk menimbulkan respons seluler. Beberapa second messenger yang terlibat
dalam transduksi signal melalui reseptor ini adalah siklik AMP (cAMP), protein kinase A
(PKA), Diasil gliserol (DAG), Inositol trifosfat (IP3), protein kinase C (PKC), dan kalsium
(Ca++).
Dalam kondisi tidak ada sinyal ekstraselular, ketiga protein berada dalam keadaan inaktif.
Protein G inaktif memiliki satu molekul GDP yang terikat padanya. Datangnya sinyal
menyebabkan reseptor berubah bentuk dan mengikat protein G. GDP digantikan GTP dan
protein G aktif mengikat pada dan mengatifkan enzim. Protein G meninggalkan enzim
sambil menghidrolisis GTP nya. Ketiga protein pun siap digunakan kembali

Bagan 7. Struktur Protein G

Sumber : https:// www.rcsb.org


B. Reseptor Tirosin Kinase
Saat tidak ada sinyal ekstraselular, reseptor T-K berupa polipeptida tunggal, bagian
ekstraselular protein dihubungkan oleh heliks . Bagian protein ini bertanggung jawab
untuk aktivitas tirosin- kinase reseptor, dan juga memiliki sederetan asam amino tirosin.
Ketika molekul sinyal melekat pada tempat pengikatan, dua polipeptida akan mengumpul
membentuk dimer. Dengan menggunakan ATP, daerah tirosin-kinase memfosforilasi tirosin
pada polipeptida lain. Setelah teraktivasi secara sepenuhnya, protein reseptor dapat
mengikat protein intraselular spesifik.
Protein yang teraktivasi mengawali transduksi sinyal yang menimbulkan respon selular
spesifik. Ketika molekul sinyal melekat pada tempat pengikatan, dua polipeptida akan
mengumpul membentuk dimer. Dengan menggunakan ATP, daerah tirosin-kinase
memfosforilasi tirosin pada polipeptida lain. Setelah teraktivasi secara sepenuhnya, protein
reseptor dapat mengikat protein intraselular spesifik.
C. Reseptor Saluran Ion
Reseptor sinyal ini merupakan protein transmembran dalam membran plasma yang
membuka untuk membiarkan aliran dari jenis ion spesifik melintasi membran ketika molekul
sinyal spesifik terikat pada sisi ekstrakurikuler protein tersebut. Fungsi reseptor saluran ion
mempengaruhi aktivitas intrasel melalui pengaturan perpindahan molekul-molekul kecil
seperti ion kalium dan natrium melintasi membran sel.
Pembahasan VI: Protein Pertahanan
A. Sistem Pertahanan Tubuh Nonspesifik
1. Pertahanan Tubuh Nonspesifik Eksternal
Merupakan pertahanan pertama yang berperan penting dalam menahan benda asing seperti
bakteri. Diantaranya kulit, membrane mukosa dan sekresi dari kulit dan membrane mukosa.
2. Pertahanan Tubuh Nonspesifik Internal

Merupakan garis pertahanan kedua, jika pertahanan pertama dapat ditembus.


Diantaranya sel darah putih fagositik, protein anti mikroba, dan respon
peradangan.
B. Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik
1. Struktur Sistem Kekebalan Tubuh
a. Limfosit B
Limfosit B dibentuk di sumsum tulang. Limfosit B memiliki reseptor pada permukaannya, yaitu
tempat dimana antigen dapat berikatan. Respon limfosit B terhadap antigen memiliki dua tahap :
- Respon imun primer : ketika limfosit B pertama kali bertemu dengan suatu antigen, antigen ini
akan berikatan pada reseptor di permukaan dan menstimulasi limfosit B. Beberapa limfosit B akan
berubah menjadi sel-sel pengingat (memory cells), yang akan mengingat antigen spesifik tersebut,
dan sebagian lagi berubah menjadi sel-sel plasma. Sel-sel plasma menghasilkan antibodi spesifik
untuk antigen tersebut. Pada paparan pertama dengan suatu antigen, antibodi spesifik akan
diproduksi dalam jumlah cukup setelah beberapa hari. Demikian sebab mengapa respon imun
primer bersifat lambat.
- Respon imun sekunder : Setelah paparan pertama dengan antigen, setiap kali limfosit B bertemu
kembali dengan antigen tersebut, sel-sel pengingat akan dengan cepat mengenali antigen dan
kemudian limfosit B akan bertambah banyak, berubah menjadi sel-sel plasma, dan menghasilkan
antibodi. Respon imun sekunder bersifat cepat dan sangat efektif.
b. Limfosit T
Limfosit T diproduksi di kelenjar thymus. Disana, mereka belajar bagaimana cara membedakan dirinya
dengan yang bukan dirinya. Hanya limfosit T yang tidak menyerang molekul antigen diri sendiri saja yang
dapat berkembang menjadi matang dan menginggalkan kelenjar thymus. Tanpa proses ini, limfosit T dapat
menyerang sel-sel dan jaringan tubuh.
Limfosit T dewasa disimpan di organ limfoid sekunder, yaitu kelenjar getah bening, limpa, tonsil, usus buntu,
dan plak Peyer di usus halus. Sel-sel ini kemudian masuk ke dalam aliran darah dan sistem limfatik. Ketika
limfosit T bertemu dengan sel asing atau sel abnormal untuk pertama kalinya, limfosit T akan teraktifasi
untuk mencari sel-sel asing atau abnormal tersebut, misalnya bakteri atau sel-sel yang terinfeksi oleh virus
tertentu.
Terdapat beberapa jenis limfosit T :

- Sel T Pembunuh (Cytotoxic / Killer T Cells)


Killer T Cells berikatan dengan sel-sel asing atau abnornal dan membunuh sel-sel tersebut dengan
membuat lubang pada membran sel dan memasukan enzim tertentu ke dalam sel asing/abnormal
tersebut.
- Sel T Pembantu (Helper T Cells)
Helper T Cells berfungsi untuk membantu sel-sel imun lain, misalnya membantu limfosit B dalam
menghasilkan antibodi untuk melawan antigen asing, atau membantu mengaktifkan Killer T
Cells untuk membunuh sel asing.
- Sel T Penekan (Suppressor T Cells)
Sel-sel ini menghasilkan suatu zat yang membantu mengakhiri respon imun dan juga mencegah
terjadinya respon imun tertentu yang berbahaya.

Limfosit T terkadang, untuk sebab yang belum diketahui sepenuhnya, tidak dapat membedakan
dirinya dengan yang bukan dirinya. Hal ini menyebabkan gangguan autoimun, dimana tubuh
menyerang jaringan tubuhnya sendiri.
c. Antibodi

Ketika limfosit B bertemu dengan antigen, limfosit B akan terstimulasi untuk berkembang
menjadi sel plasma atau sel pengingat (memory B cell). Sel plasma kemudian akan
menghasilkan antibodi (yang disebut juga immunoglobulin-Ig). Antibodi melindungi tubuh
dengan berbagai cara, yaitu membantu fagosit mencerna antigen, menonaktifkan zat-zat
racun yang dihasilkan oleh bakteri, menyerang bakteri dan virus secara langsung, dan
mengaktifkan sistem komplemen. Antibodi penting untuk melawan infeksi bakteri dan
jamur tertentu. Antibodi juga dapat membantu melawan infeksi virus.
Terdapat lima struktur yang menentukan pengelompokan antibodi :
Ig M : dihasilkan ketika terpapar dengan suatu antigen untuk pertama kalinya. Respon
imun yang dipicu oleh paparan suatu antigen untuk pertama kalinya disebut respon imun
primer. Ig M berikatan dengan antigen, kemudian mengaktifkan sistem komplemen dan
membuat antigen lebih mudah untuk dicerna. Normalnya Ig M terdapat di dalam aliran
darah dan bukan di jaringan tubuh.
Ig G : dihasilkan dalam jumlah besar ketika antibodi terpapar lagi dengan antigen tertentu.
Antibodi yang dihasilkan (terutama Ig G) lebih banyak, lebih cepat, dan lebih efektif
daripada yang dihasilkan oleh respon imun primer, keadaan ini disebut respon imun
sekunder. Ig G memberi perlindungan terhadap infeksi bakteri, virus, jamur, dan zat-zat
berbahaya lainnya.
Ig G terdapat dalam aliran darah dan jaringan-jaringan tubuh. Ig G merupakan satu
satunya antibodi yang dapat masuk melalui plasenta dari ibu ke janin. Ig G ibu memberi
perlindungan terhadap janin dan bayi sampai sistem kekebalan tubuh bayi dapat
menghasilkan antibodinya sendiri. Selain itu, Ig G merupakan antibodi yang paling sering
digunakan untuk pengobatan.
Ig A : antibodi ini membantu pertahanan tubuh dari serangan mikroorganisme pada
permukaan tubuh yang dilapisi membran mukosa, seperti hidung, mata, paru-paru, dan
saluran pencernaan. Ig A terdapat dalam aliran darah, kolostrum (cairan yang dihasilkan
payudara pada beberapa hari pertama setelah melahirkan, sebelum air susu dibentuk),
dan pada sekret yang dihasilkan oleh membran mukosa.
Ig E : merupakan antibodi yang memicu terjadinya reaksi alergi segera. Ig E berikatan
dengan basofil (salah satu jenis sel darah putih) di dalam aliran darah dan dengan sel
mast pada jaringan tubuh. Ketika basofil atau sel mast dengan Ig E berikatan dengan
alergen (yaitu suatu antigen yang menyebabkan timbulnya reaksi alergi), maka basofil
atau sel mast akan melepaskan zat-zat (seperti histamin) yang menyebabkan peradangan
dan kerusakan pada jaringan-jaringan sekitarnya. Karena hal tersebut, Ig E merupakan
satu-satunya golongan antibodi yang sepertinya lebih banyak memberi efek buruk
daripada efek baik bagi tubuh. Meskipun begitu, Ig E membantu pertahanan tubuh
terhadap infeksi parasit tertentu yang sering terjadi pada negara-negara berkembang.

Ig E terdapat dalam jumlah kecil pada aliran darah dan cairan mukus di dalam sistem
pencernaan. Jumlah Ig E lebih banyak pada orang yang terinfeksi parasit dan pada
penderita asma atau gangguan alergi lain.
Ig D : terutama terdapat pada permukaan limfosit B yang immatur. Ig D membantu
perkembangan sel ini menjadi matur. Ig D terdapat dalam jumlah kecil pada aliran darah.

Bagan 8. Macam - macam Antibodi

Sumber : https:// www.abdserotec.com

Kesimpulan
Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan
virus. Protein memiliki peran penting dalam pembentukan sistem kekebalan (imunitas)
sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon. Di samping menjadi salah satu
sumber gizi, pada prinsipnya protein berperan menunjang keberadaan setiap sel
tubuh dan proses kekebalan tubuh. Protein merupakan zat gizi yang sangat penting,
karena hubungannya dengan prosesproses kehidupan. Semua hayat hidup sel
berhubungan dengan zat gizi protein. Molekul protein tersusun dari sejumlah asam
amino sebagai bahan dasar, di mana dalam molekul protein asamasam amino itu
saling dihubungkan oleh suatu ikatan yang disebut ikatan peptida (-CONH-).

Referensi

Page, D.S. (1997). Prinsip-prinsip Biokimia. Erlangga: Jakarta


Poedjiadi, A. (1994). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit UI-Press

Anda mungkin juga menyukai