Anda di halaman 1dari 3

Faktor Resiko

1. Umur, terutama mengenai bayi dan anak-anak.


2. Jenis kelamin; lebih sering pada laki-laki.
3. Trauma; hematoma akibat trauma pada daerah metafisis.
4. Lokasi; pada daerah metafisis, karena merupakan daerah aktif terjadinya pertumbuhan
tulang.
5. Nutrisi; lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya fokus infeksi sebelumnya. 1,2,3
Penegakan Diagnosis

Keluhan pasien biasanya : nyeri, pyrexia, kemerahan dan perlunakan jaringan yang
dikenal dengan flare disertai dengan gangguan sinus. Pada kasus-kasus yang lama
akan terjadi penebalan jaringan, dapat terjadi parut atau terbentuk sinus-sinus dibawah
tulang. Dapat terbentuk cairan seropurulen dan excoriasi disekitar kulit. Biasanya
terdapat riwayat fraktur terbuka atau osteomyelitis pada penderita. 2,3

Pada Pemeriksaan Fisik : adanya sinus, fistel, atau sikatrik bekas operasi dengan nyeri
tekan, mungkin dapat ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar melalui kulit.

Laboratorium
-

Peningkatan LED

Leukositosis

Peningkatan titer antibody anti staphylococcus

Pemeriksaan kultur dan uji sensitifitas diperlukan untuk menentukan organisme


penyebabnya

Pemeriksaan radiologi
-

Foto polos

: ditemukan tanda-tanda porosis dan sclerosis tulang, penebalan

periost, elevasi periosteum dan mungkin adanya sekuetrum dengan fragmen yang
tak natural. Terlihat adanya excavasi disekitar implan, dengan penebalan dan
sclerosis disekeliling tulang.
-

CT Scan dan MRI : bermanfaat untuk membuat rencana pengobatan serta untuk
melihat sejauh mana kerusakan tulang yang terjadi.1,2,3,4

Terapi
1. Antibiotik
Infeksi kronik jarang dieradikasi dengan menggunakan antibiotik saja. Obat-obat
bakterisidal penting untuk menghentikan penyebaran infeksi ketulang yang sehat dan
untuk mengontrol flare akut. Antibiotik yang digunakan yang mampu menembus tulang
yang sclerotik dan non toksik digunakan dalam jangka waktu lama.
2. Pengobatan lokal
Pada daerah sinus, rasa nyeri dapat berkurang dan perlu dibersihkan untuk mencegah
terjadinya penggumpalan abses yang akut memerlukan insisi dan drainase yang segera
tapi ini hanya penilaian sementara.
3. Operasi
Untuk mengontrol flare digunakan antibiotik dan bed rest sampai pasien dinyatakan layak
operasi radikal seperti adanya simptom yang berarti dan adanya sequester atau tulang
yang mati.
4. Perawatan setelah tindakan
Kesuksesan terapi sulit diperkirakan, akan selalu ada kemungkinan fokus infeksi tidak
sesuai dengan lokasi pemberian terapi sehingga ada harapan untuk terjadinya
osteomielitis beberapa bulan yang akan datang. (2,3,4)
Komplikasi
1. Kontraktur sendi
2. Penyakit ameloid
3. Fraktur patologis
4. Perubahan menjadi ganas pada jaringan epidermis
5. Kerusakan epiphisis sehingga terjadi gangguan pertumbuhan.
6. Septicaemia yang menyebabkan kematian, akhir-akhir ini jarang ditemukan, karena
dengan pemberian antibiotika, anak-anak biasanya akan terlindungi, dan tulang akan
kembali lagi normal. (4)
Prognosis
Prognosis penyakit ini bervariasi, tergantung pada waktu diagnosis dan pemberian
terapi yang adekuat (4).
Terdapat empat factor yang menentukan efektifnya terapi antibiotic pada osteomielitis
akut yang mempengaruhi pada prognosisnya, yaitu (1) :

1. Interval waktu antara onset infeksi dan pemberian pengobatan.


2. Keefektifan antibiotic melawan kuman penyebab.
3. Dosis antibiotic.
4. Lama pemberian antibiotic. 1,3

1. Staf Pengajar Bagian Bedah FK UI. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Cetakan Pertama,
Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, 1995 : 472 7
2. Rasjad Chairuddin. Pengantar Ilmu Orthopedi, Cetakan I, FK Hasanuddin, Ujung
Pandang, 2000 : 139 162
3. Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, Cetakan I, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 1997 : 1221 1236
4. Apleys. System of Orthopedics and Fractures, 7th Editions, A. Graham Apley, Louis
Solomon, 1999 : 31 50

Anda mungkin juga menyukai