Anda di halaman 1dari 26

TUGAS

TEKNIK PRODUKSI MIGAS


PENGENALAN INDUSTRI MIGAS

OLEH :

ABDI FATRA WIJAYA

(103 12 11 001)

AGNES EVELINA SAMOSIR

(103 12 11 002)

AHMAD REZA SETIAWAN

(103 12 11 003)

ALEO SAPUTRA

(103 12 11 005)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
BALUNIJUK, 27 FEBRUARI 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu
barometer tingkat kemajuan suatu bangsa dan negara. Ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak terbatas, dan tidak dapat dibatasi pula oleh wilayah suatu
negara, artinya ilmu pengetahuan dan teknologi bersifat universal.
Dunia semakin maju, menuntut perkembangan teknologi industri yang
memerlukan energi. Salah satu jenis bahan baku industri adalah minyak dan
gas bumi. Kemajuan industri selalu menuntut inovasi untuk bersaing
merebut pasar. Oleh sebab itu negara-negara industri tidak mau kehilangan
kesempatan untuk mendapatkan bahan baku energi dalam bentuk minyak
dan gas bumi, dan dengan berbagai cara termasuk mengembangkan
teknologi eksplorasi, eksploitasi dan pengolahan minyak serta gas bumi.
Produk akhirnya seperti yang terdapat di pasaran saat ini, antara lain dalam
bentuk bensin, minyak tanah, oli, asphalt, plastik, styrofoam, berbagai bahan
bakar minyak lainnya.

1.2 Deskripsi Singkat


Industri adalah

bidang

mata

pencaharian

yang

menggunakan

keterampilan dan ketekunan kerja (bahasa Inggris: industrious) dan


penggunaan

alat-alat

di

bidang

pengolahan

hasil-hasil

bumi

dan

distribusinya sebagai dasarnya


Minyak bumi mulai dikenal oleh bangsa Indonesia mulai abad
pertengahan. Orang Aceh menggunakan minyak bumi untuk menyalakan bola
api saat memerangi armada Portugis. Perkembangan migas secara modern di
Indonesia dimulai saat dilakukan pengeboran pertama pada tahun 1871, yaitu
di desa Maja, Majalengka, Jawa Barat, oleh pengusaha belanda bernama Jan

Reerink. Akan tetapi hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkandan


akhirnya ditutup.
Penemuan sumber minyak yang pertama di Indonesia terjadi pada
tahun 1883 yaitu lapangan minyak Telaga Tiga dan Telaga Said di dekat
Pangkalan Brandan oleh seorang Belanda bernama A.G. Zeijlker. Penemuan
ini kemudian disusul oleh penemuan lain yaitu di Pangkalan Brandan dan
Telaga Tunggal. Penemuan lapangan Telaga Said oleh Zeijlker menjadi modal
pertama suatu perusahaan minyak yang kini dikenal sebagai Shell. Pada waktu
yang bersamaan, juga ditemukan lapangan minyak Ledok di Cepu, Jawa
Tengah, Minyak Hitam di dekat Muara Enim, Sumatera Selatan, dan Riam
Kiwa di daerah Sanga-Sanga, Kalimantan.
Menjelang akhir abad ke 19 terdapat 18 prusahaan asing yang
beroperasi di Indonesia. Pada tahun 1902 didirikan perusahaan yang
bernama Koninklijke Petroleum Maatschappij yang kemudian denganShell
Transport Trading Company melebur menjadi satu bernamaThe Asiatic
Petroleum Company atau Shell Petroleum Company. Pada tahun 1907
berdirilah Shell Group yang terdiri atas B.P.M., yaituBataafsche Petroleum
Maatschappij dan Anglo Saxon. Pada waktu itu di Jawa timur juga terdapat
suatu perusahaan yaitu Dordtsche Petroleum Maatschappij namun kemudian
diambil alih oleh B.P.M.
Pada tahun 1912, perusahaan minyak Amerika mulai masuk ke
Indonesia. Pertama kali dibentuk perusahaan N.V. Standard Vacuum
Petroleum Maatschappij atau disingkat SVPM. Perusahaan ini mempunyai
cabang di Sumatera Selatan dengan nama N.V.N.K.P.M (Nederlandsche
Koloniale Petroleum Maatschappij) yang sesudah perang kemerdekaan
berubah menjadi P.T. Stanvac Indonesia. Perusahaan ini menemukan lapangan
Pendopo pada tahun 1921 yang merupakan lapangan terbesar di Indonesia
pada jaman itu.
Untuk

menandingi

perusahaan

Amerika,

pemerintah

Belanda

mendirikan perusahaan gabungan antara pemerintah dengan B.P.M.


yaitu Nederlandsch Indische Aardolie Maatschappij. Dalam perkembangan

berikutnya setelah perang dunia ke-2, perusahaan ini berubah menjadi P.T.
Permindo dan pada tahun 1968 menjadi P.T. Pertamina.
Pada tahun 1920 masuk dua perusahaan Amerika baru yaituStandard
Oil of California dan Texaco. Kemudian, pada tahun 1930 dua perusahaan ini
membentuk N.V.N.P.P.M (Nederlandsche Pasific Petroleum Mij) dan
menjelma menjadi P.T. Caltex Pasific Indonesia,sekarang P.T. Chevron
Pasific Indonesia. Perusahaan ini mengadakan eksplorasi besar-besaran di
Sumatera bagian tengah dan pada tahun 1940 menemukan lapangan Sebangga
disusul pada tahun berikutnya 1941 menemukan lapangan Duri. Di daerah
konsesi perusahaan ini, pada tahun 1944 tentara Jepang menemukan lapangan
raksasa Minas yang kemudian dibor kembali oleh Caltex pada tahun 1950.
Pada tahun 1935 untuk mengeksplorasi minyak bumi di daerah Irian
Jaya dibentuk perusahaan gabungan antara B.P.M., N.P.P.M., dan N.K.P.M.
yang bernama N.N.G.P.M. (Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Mij)
dengan hak eksplorasi selama 25 tahun. Hasilnya pada tahun 1938 berhasil
ditemukan lapangan minyak Klamono dan disusul dengan lapangan Wasian,
Mogoi, dan Sele. Namun, karena hasilnya dianggap tidak berarti akhirnya
diseraterimakan kepada perusahaan SPCO dan kemudian diambil alih oleh
Pertamina tahun 1965.
Setelah perang kemerdekaan di era revolusi fisik tahun 1945-1950
terjadi pengambilalihan semua instalasi minyak oleh pemerintah Republik
Indonesia. Pada tahun 1945 didirikan P.T. Minyak Nasional Rakyat yang pada
tahun 1954 menjadi perusahaan Tambang Minyak Sumatera Utara. Pada tahun
1957 didirikan P.T. Permina oleh Kolonel Ibnu Sutowo yang kemudian
menjadi P.N. Permina pada tahun 1960. Pada tahun 1959, N.I.A.M. menjelma
menjadi P.T. Permindo yang kemudian pada tahun 1961 berubah lagi menjadi
P.N. Pertamin. Pada waktu itu juga telah berdiri di Jawa Tengah dan Jawa
Timur P.T.M.R.I (Perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia) yang
menjadi P.N. Permigan dan setelah tahun1965 diambil alih oleh P.N. Permina.
Pada tahun 1961 sistem konsesi perusahaan asing dihapuskan diganti
dengan sistem kontrak karya. Tahun 1964 perusahaan SPCO diserahkan

kepada P.M. Permina. Tahun 1965 menjadi momen penting karena menjadi
sejarah baru dalam perkembangan industri perminyakan Indonesia dengan
dibelinya seluruh kekayaan B.P.M. Shell Indonesia oleh P.N. Permina. Pada
tahun itu diterapkan kontrak bagi hasil (production sharing) yang menyatakan
bahwa seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah konsesi P.N. Permina dan
P.N. Pertamin. Perusahaan asing hanya bisa bergerak sebagai kontraktor
dengan hasil produksi minyak dibagikan bukan lagi membayar royalty.
Sejak tahun 1967 eksplorasi besar-besaran dilakukan baik di darat
maupun di laut oleh P.N. Pertamin dan P.N. Permina bersama dengan
kontraktor asing. Tahun 1968 P.N. Pertamin dan P.N. Permina digabung
menjadi P.N. Pertamina dan menjadi satu-satunya perusahaan minyak
nasional. Di tahun 1969 ditemukan lapangan minyak lepas pantai yang diberi
nama lapangan Arjuna di dekat Pemanukan, Jabar. Tidak lama setelah itu
ditemukan lapangan minyak Jatibarang oleh Pertamina. Kini perusahaan
minyak kebanggaan kita ini tengah berbenah diri menuju perusahaan
bertarafinternasional.

BAB II
PENGENALAN KEGIATAN MIGAS

2.1 Proses Pengangkatan


Secara umum naiknya minyak ke permukaan dipengaruhi oleh dua
metode pengangkatan, yaitu mengalir dengan sendirinya atau alami (natural
flow) dan pengangkatan buatan (artificial lift).
1.

Natural Flow
Bila tekanan reservoir cukup besar, sehingga mampu mendorong fluida
reservoir sampai ke permukaan disebut sebagai sumur sembur alam.
Sumur sembur alam dapat diproduksikan dengan atau tanpa jepitan
(choke)

di

permukaan.

Sebagian

besar

sumur

sembur

alam

menggunakan choke di permukaan dengan berbagai alasan, antara lain:


a. Sebagai pengaman
b. Untuk mempertahankan produksi, sebesar yang diinginkan
c. Mempertahankan batas atas laju produksi, untuk mencegah
masuknya pasir
d. Untuk memproduksikan reservoir pada laju yang paling efisien
e. Untuk mencegah water atau gas coning
Biasanya choke dipasang pada awal produksi (choke / bean
performance), kemudian dengan bertambahnya waktu ukuran choke
akan bertambah, dan pada akhirnya choke akan dilepaskan seluruhnya
agar tetap diperoleh laju produksi yang optimum.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan laju
produksi maupun menganalisa kelakuan sumur sembur alam, yaitu:
a. Inflow Performance Relationship
b. Tubing(Vertical Flow)Performance
c. Sistim di permukaan
d. Fasilitas peralatan di permukaan

e. Fasilitas peralatan bawah permukaan


Semua faktor di atas berkaitan erat satu dengan yang lain, dan akan
mempengaruhi aliran minyak, gas, dan air dari reservoir sampai ke
fasilitas di permukaan.

2.

Artificial Lift
Artificial lift, yaitu metode dimana sumur-sumur yang dipasangi
peralatan pengangkatan buatan. Salah satu pertimbangan untuk
memasang alat bantu tersebut adalah karena faktor kecilnya tekanan
reservoir. Reservoir yang telah diproduksikan akan mengalami
penurunan tekanan reservoir, dimana akan tercapai suatu harga dimana
perbedaan tekanan reservoir dengan tekanan hidrostatik sumur tidak
dapat mengangkat fluida ke permukaan secara alami. Untuk itulah
metode artificial lift digunakan. Tetapi selain itu, bisa juga karena
alasan untuk meningkatkan target produksi, sehingga sumur-sumur
yang memiliki tekanan bagus pun bisa di pasang peralatan artificial.
Jenis-jenis artificial lift method antara lain:
a.

Electric Submergible Pump (ESP)


Alat ini merupakan rangkaian dari jenis pompa centrifugal sebagai
penghisap yang terdiri dari shaft, diffuser yang bersifat diam dan
impeler yang berputar secara dinamik yang berada pada setiap
stage. Bentuk dari alat ini tersusun dengan satu poros memanjang
atau bertingkat serta terhubung ke motor penggerak, motor
penggerak tersebut terhubung langsung dengan arus listrik yang
disuplai sebagai energi penggerak motor. Ukuran dari setiap stage
menentukan jumlah fluida yang dapat dipompa, sedangkan jumlah
susunan stage menentukan total daya angkat atau gaya dorong ke
permukaan. Sistem ESP ini terdiri dari pump, gas separator, motor,
protector, DMT (Downhole Monitoring Tool) dan electric cable.

Prinsip Kerja ESP:


Electric sybmergible pump mempunyai karakteristik yang tidak
berbeda jauh dengan pompa centrifugal pada umumnya. Pada
susunan perangkat ini memiliki beberapa stage yang terdiri dari
diffuser dan impeller, pada prosesnya fluida akan dialirkan ke arah
impeller yang terus berputar secara dinamik, gerak putar impeller
diberikan kepada cairan oleh sudu-sudu impeller sehingga
membuat cairan terangkat dengan kecepatan yang tinggi menuju
pada stage berikutnya dan kembali akan diarahkan ke impeller
begitupun seterusnya. Cairan yang telah ditampung di dalam rumah
pompa selanjutnya akan dievaluasikan melalui pipa keluar, dimana
tenaga kinetis diubah menjadi tenaga potensial yang berupa
tekanan sehingga fluida tersebut naik ke atas permukaan.

b.

Gas Lift
Metode ini merupakan salah satu cara pengangkatan buatan dengan
bantuan injeksi gas bertekanan tinggi (850 psi) yang ditujukan
untuk mengangkat cairan ke atas permukaan. Gas di injeksikan
melalui lubang anulus tubing-casing pada kondisi tekanan dan
temperatur tertentu.
Prinsip Kerja Gas Lift:
Cairan yang berada di dalam anulus antara tubing dan casing diberi
tekanan dengan injeksi gas, sehingga permukaan cairan akan turun
ke bawah valve, selanjutnya akan terbuka dan injeksi gas akan
memasuki tubing, dengan adanya pencampuran gas dengan fluida
resorvoir maka densitas minyak akan menurun sehingga akan
mengkibatkan

tekanan

gradien

pada

fluida

menurun

dan

mempermudah fluida resorvoir mengalir ke atas permukaan.

c.

Jet Pump
Pompa ini dikenal sebagai pompa yang memiliki kecepatan tinggi
untuk mengangkat minyak bumi ke atas permukaan, penggunaan
jenis pompa ini biasanya diperuntuhkan untuk sumur yang baru
diproduksi, setelah sumur bersih dari padatan-padatan maka akan
diganti dengan pompa piston hidrolik. Jet pump digolongkan
sebgai free pump (bongkar pasang) sehingga mudah untuk di
angkat jika akan mengalami perbaikan maupun pembersihan.
Prinsip Kerja Jet Pump :
Cara kerja dari alat ini berdasarkan dengan transfer momentum
antar kedua fluida, dimana fluida yang betekanan tinggi akan
dipompakan dengan menggunakan pompa di atas permukaan
melewati nozzle dan selanjutnya akan bercampur dengan fluida
produksi di pipa pencampur. Perubahan tekanan pada nozzle akan
menghasilkan kecepatan yang tinggi untuk membawa cairan ke atas
permukaan.

d.

Sucker Rod Pump (Pompa Angguk)


Pompa ini lebih sering ditemui pada sumur-sumur minyak,
dikarenakan biaya dari jenis pompa ini cukup murah. Pompa ini
salah satu alat yang digunakan untuk meaikan minyak ke atas
permukaan, penggunaan pompa ini biasanya lebih diperuntuhkan
untuk sumur-sumur tua yang sudah tidak mampu mengangkat
cairannya ke atas permukaan.
Prinsip kerja Pompa Angguk :
Pompa ini memiliki prinsip kerja yaitu mengubah gerak putar pada
prime mover menjadi gerak naik turun, sehingga menyebabkan
pompa dapat bekerja menaikkan fluida dari dalam sumur.

e.

PCP (Progressive Cavity Pump)


Alat ini menerapkan metode pengangkatan dengan prinsip
progressing cavity, pompa ini dapat dirancang dan diaplikasikan
secara tepat dalam berbagai kondisi sehingga dapat menekan biaya
instalasinya (pemasangan) serta memiliki komponen-komponen
yang sederhana dan mudah dijangkau.
Prinsip Kerja Progressive Cavity Pump :
Pompa ini memiliki gesekan yang renah selama proses operasinya
sehingga

menghasilkan

efesiensi

mekanik

yang

tinggi.

Keseragaman kompresi dan stator hanya menghasilkan slip yang


rendah, sehingga menjamin efesiensi volumetrik tetap terjaga.
Pompa ini memiliki belt atau kontrol hidrolik yang dapat
memudahkan saat akan dilakukan perubahan kecepatan pompa
untuk berbagai jenis laju produksi suatu sumur.Tenaga yang
digunakan oleh pompa hanya untuk mrngangkat minyak bumi ke
atas permukaan.

2.2

Kegiatan di Lapangan Produksi


Alur proses produksi minyak mentah, dari sumur sampai produk
minyak mentah yang telah terpisahkan dengan air sesuai dengan BS & W.
1. Sumur
Satu perangkat pipa yang dipasang pada waktu pengeboran, kemudian
menjadi tempat laluan minyak gas dan air dari reservoir ke permukaan,
selanjutnya disebut sumur. Terdapat dua cara pengambilan minyak
mentah dari dalam sumur yang digunakan yaitu Sucker Rod Pump dan
Electric Submersible Pump (ESP).
2. Manifold
Manifold merupakan kumpulan dari valve-valve yang berfungsi untuk
mengatur aliran fluida produksi untuk mengatur aliran fluida produksi
dari masing-masing sumur. Untuk itu produksi dari masing-masing

10

sumur itu perlu dikelompokkan terlebih dahulu ke suatu pemusatan well


centre.

Gambar 1. Manifold
3. Header
Header merupakan pipa berukuran lebih besar dari flowline yang
berfungsi

untuk

menyatakan

fluida

produksi.

Secara

keseluruhan header mempunyai fungsi sebagai berikut:


a. Menampung fluida produksi dari beberapa gate valve pada suatu
unit manifold.
b. Membantu terjadinya suatu proses pemisahan dengan adanya
penginjeksian chemical demulsifier.
Terdapat tiga macam header yaitu header produksi, header test
dan header cadangan. Minyak mentah yang dialirkan dari sumur
disatukan dalam header produksi. Penginjeksian demulsifier ditempatkan
pada header produksi. Apabila header produksi mengalami kerusakan
atau dalam perawatan, aliran dialihkan menuju header cadangan.
Sedangkan header test berfungsi untuk mengetahui laju aliran fluida.

4. Free Water Knock Out / FWKO


FWKO digunakan untuk memisahkan air dan minyak dari fluida
hidrokarbon. Air dan minyak dipisahkan dengan gaya gravitasi serta
tekanan 39 psi. Air menuju ke bagian bawah FWKO sedangkan
minyak menuju bagian atas FWKO. Air kemudian tersekat-sekat di

11

bawah yang kemudian dikeluarkan ke Skimming Pit. Sedangkan minyak


keluar melalui flowline menuju kedalam heater treater.

Gambar 2. Free Water Knock Out


5. Heater Treater
Minyak

mentah seluruh manifold yang

telah

mengalami

proses

pemisahan di FWKO di pompa kan ke heater treater. Alat ini digunakan


untuk memisahkan air dan minyak pada fluida hidrokarbon. Pemisahan
dilakukan dengan cara menginjeksikan uap panas dari boiler. Suhu pada
heater treater berkisar antara 120-125 0F.

Gambar 3. Heater Treater


6. Storage Tank
Fungsi storage tank ada dua, yaitu sebagai penampung minyak sementara
di manifold dan SPU serta sebagai tempat untuk memisahkan minyak dan
air di PPP. Pada PPP, storage tank ini dialirkan minyak dari FWKO. Di
dalam storage tank ini, minyak dan air yang masih menyatu akan
didiamkan selama beberapa jam untuk dilakukan settling, agar minyak
berada diatas dan air berada dibawah.

12

Secara umum kegunaan Skimming Pit yaitu sebagai kolam tempat


penampungan air pemisahan. Namun, sekarang Skimming Pit disini
digunakan untuk tempat pemisahan kembali air yang masih mengandung
minyak dari storage tank, dan kebocoran pipa dari triplex-pump. Air
keluaran dari skimming pit ini selanjutnya dipompa kan ke sand filter dan
ditampung di water injection tank dan selanjutnya digunakan untuk water
injection. Sedangkan minyak yang terpisahkan dipompakan kembali
ke storage tank.
8. Heat Exchanger
Digunakan untuk mempercepat proses pemisahan fluida dengan
menggunakan steam atau penguapan. Serta untuk menaikan suhu dari
Tangki

PPP

agar sesuai

dengan suhu

yang diinginkan pada

saat trucking. Suhu di Tangki PPP adalah 1400F dan suhu pada
saat trucking adalah 1800F.
9. Boiler
Boiler merupakan alat yang mempunyai cara kerja sama dengan
karburator. Di boiler di operasikan menggunakan campuran minyak
mentah yang

disemprotkan

dengan

udara

untuk

menghasilkan

steam/uap. Steam/uap digunakan untuk memanaskan storage tank dan


menjaga temperature storage tank agar terjaga antara 132-140 0F serta
untuk steam/uap di dalam heat exchanger.
10.HRSG
Heat Recovery Steam Gas (HRSG) merupakan alat yang mempunyai
cara kerja sama dengan boiler. HSRG di operasikan menggunakan gas
yang

disemprotkan

dengan

udara

untuk

menghasilkan

steam/uap. Steam/uap digunakan untuk memanaskan storage tank dan


menjaga temperature storage tank agar terjaga antara 132-140 0F.
11. Pompa Triplex
Pompa triplex digunakan untuk memompakan minyak dari storage
tank menuju trucking. Terdapat dua pompa triplex, yaitu pompa produksi
dan pompa emergency.

13

12. Trucking
Minyak dari storage tank yang telah disampling terlebih dahulu untuk
mengetahui kadar WOC kemudian akan di trucking ke dalam mobil
tangki. Minyak yang akan di trucking ke mobil tangki harus minyak
yang mempunyai kadar WOC tidak lebih dari 0,5%.

2.3

Fasilitas di Lapangan Produksi


Fasilitas produksi adalah suatu kumpulan alat-alat yang berfungsi
pada proses produksi pada lapangan sumur produksi yang membantu kinerja
performance pada sumur produksi.
Fasilitas produksi terbagi menjadi 2 yaitu :
1.

Down Hole Facility :


Tubular Product (Drill Pipe,Casing and tubing)
Packer
Sliding Sleeve

2.

Surface Facility:
Wellhead(Kepala sumur)
Gathering system
Manifold system
Separator
Oil storage
Pompa

A. Down Hole Facility


Down Hole Facility terdiri dari :
a.

Tubular Product
Tabular Product dalam industri oil and gas adalah pipa-pipa baja yang
diperlukan untuk dipasang pada sumur-sumur minyak dan gas sebagai
penghubung ke reservoir.

14

Tubular Product terbagi 3 yaitu :


1.

Drill Pipe

Drill Pipe adalah suatu pipa berat dimana mata bor (bit) berputar dan
fluida pemboran serta lumpur disirkulasikan.
Drill Pipe digunakan untuk mengebor dan membuat lubang dari
surface hingga reservoir.
Drill Pipe mempunyai sambungan 30 ft setiap sambungannya dan
tidak dipasang secara permanen.

Gambar 4. Drill pipe


2.

Casing
Casing adalah pipa selubung dengan panjang antara 16ft (5m)
sampai dengan 40 ft (13m) dengan diameter bervariasi dari 4
inci sampai 30 inci.
Melindungi lubang bor dari pengaruh fluida formasi dan tekanan
di sekitarnya.
Memisahkan formasi produktif satu dengan yang lainnya.
Bersama-sama

semen

memperkuat

dinding

lubang

serta

mempermudah operasi produktif nantinya.


Macam-macam casing :
Conductor casing: dipasang pada awal pengeboran umumnya
berukuran 20 dan 30.
Surface casing : dipasang untuk melindungi lubang sumur serta
dimanfaatkan sebagai kedudukan BOP(Blow Out Preventer).
Ukurannya(20 atau 16)

15

Intermediate casing : dipasang pada sumur-sumur yang dalam


ukuran casing ini biasanya 13 3/8 atau 10 .
Production casing : sesuai dengan namanya casing ini berhadapan
langsung dengan formasi.

Gambar 5. Casing
3.

Tubing
Pipa baja dengan panjang antara 20ft (6m) sampai 34ft (10m)
Dan berdiameter antara 11/4inci smapai 41/2 inci.rangkaian ini
adalah rangkaian pipa terakhir yang dimasukkan ke dalam sumur
produksi.
Fluida yang berasal dari formasi yang berupa minyak dan gas,
mengalir dari dasar lubang ke permukaan melalui tubing yang
pada umumnya disebut rangkaian pipa produksi (string).

Gambar 6. Tubing

16

b.

Packer
Packer adalah penyekat antara casing dengan dinding casing/annulus
selain itu juga menjaga casing dari fluida formasi.
Packer juga berfungsi untuk mempertahankan efisiensi kinerja
produksi minyak dan gas bumi dari suatu formasi.

Gambar 7. Packer
c.

Sliding Sleeve
Merupakan suatu alat yang dipasang pada rangkaian tubing dengan
tujuan untuk dapat dibuka dan ditutup yang memungkinkan adanya
komunikasi atau menutup komunikasi antara tubing dengan annulus atau
formasi.

Gambar 7. sliding sleeve

B.

Surface Facility
Surface Facility berfungsi:
1.

Media Pengangkut

2.

Pemisah

3.

Penimbun (penampung)

17

a.

Wellhead ( Kepala Sumur)


Wellhead merupakan peralatan sumur di permukaan yang terbuat dari
besi baja membentuk suatu sistem seal/penyekat untuk menahan
semburan atau kebocoran fluida sumur ke permukaan yang tersusun
atas casing head (casing hanger) dan tubing head(tubing hanger).
Wellhead memiliki fungsi sebagai penyangga casing string, setiap
casing dan tubing dimasukkan ke dalam sumur secara fisik bergantung
pada wellhead.
Wellhead

juga

dirancang

agar

dapat

mengakomodasi

dan

menghubungkan dengan alat pengontrol aliran fluida dari dan ke dalam


sumur.
Pada tahap pengeboran, alat pengontrol ini disebut sebagai blow out
preventer stack (BOP) . BOP ini digunakan pada permukaan wellhead
dan digunakan terus hingga tubing masuk ke dalam sumur.
Pada tahap completion, tugas BOP diganti dengansistem pengontrol
aliran atau yang dikenal sebagai X-mass tree.

Gambar 8. Wellhead

b.

Gathering System
Berfungsi mengatur jalannya minyak dari masing-masing sumur, agar
mendapatkan laju produksi yang optimum, karena masing-masing
mempunyai karakter (laju, tekanan, GOR, dsb) yang berbeda-beda.

18

Gambar 9. Gathering system


c.

Manifold System
Manifold adalah sekumpulan pipa salur atau choke yang bertujuan
untuk mengatur jalannya laju produksi dan pengetesan dari masingmasing sumur ke separator.
Macam-macam sumur (kapasitas produksi, tekanan, GOR, ada tidaknya
kandungan material, sifat fisik dan kimia fluida pada sumur) berbedabeda.

Gambar 10. Manifold System


d.

Separator
Separator adalah alat yang mempunyai fungsi memisahkan gas dari
cairan yang ikut terproduksi dari sumur.
Komponen separator:

Bagian pemisah utama berfungsi memisahkan cairan/slug cairan


masuk separator juga butir-butir cairan yang ikut terbawa gas akan
cepat dipisahkan.

Bagian pemisah cairan berfungsi sebagai tempat penampung cairan


telah terpisahkan.

19

Bagian pemisah kedua berfungsi sebagai pemisah butir-butir cairan


yang sangat kecil yang tidak terpisahkan pada bagian utama,
Prinsip kerjanya adalah gravity setting dari aliran gas.

Mist extraction section memisahkan cairan yang berbentuk kabut.

Gambar 11. Skema Separator

Gambar 12. Separator Horizontal

Gambar 13. Separator Vertikal

20

e.

Oil Storage
Setelah fluida reservoir dipisahkan, minyak hasil pemisahan diharapkan
hanya mengandung air / solid sangat kecil ( < 0,2 %) dialirkan ke
penampungan sementara di dalam kompleks block station kemudian
melalui sistem pipa dialirkan ke pusat penampungan/penimbum (PPM)
untuk kemudian dipersiapkan akan dikirim ke refenery unit,gas plant
pada jadwal yang sudah ditentukan melalui sale-line.
Adapun test tank yang berfungsi sebagai tangki pengukur jumlah
produksi dari satu atau beberapa sumur.
Tangki penimbum adalah tangki penyimpan gas dan minyak mentah.

Gambar 14. Kilang Penampungan


f.

Pompa
Pompa adalah alat yang berfungsi untuk meningkatkan kinerja aliran
sumur agar mendapat jumlah produksi pada suatu sumur
Macam-macam pompa terdiri dari:

Sucker rod pump (SRP) adalah pompa yang umum digunakan


dalam kegiatan produksi pada sumur karena relatif murah dan
mudah

pengoperasiannya.

Prinsip

kerjanya

adalah

dengan

mengangkat fluida melalui energi dari prime mover (di permukaan)


ditransfer ke subsurface pump yang diletakkan dalam sumur.

21

Gambar 15. Sucker Rod Pump

Electric submersible pump (ESP) adalah pompa jenis sentrifugal


yang digerakkan oleh tenaga motor listrik. Pompa ini disebut
submersible karena dalam pengoperasiannya pompa dan motor
berada di bawah fluid level atau tercelup di dalam fluida.

Gambar 16. ESP

Pompa PCP(Progressive Cavity Pump) adalah pompa putar untuk


mengangkat fluida ke permukaan dengan menggunakan rotor dan
stator. Mekanisme kerjanya dalah dengan rongga-rongga yang
terbentuk antara rotor dan stator saat berputar dengan arah keatas
akan mengangkat fluida mengalir ke permukaan.

Gambar 17. Progressive Cavity Pump

22

Hydraulic pump unit (HPU) adalah HPU atau dikenal dengan


sebutan hydraulic pump unit. HPU merupakan penggerak utama
hydraulic system sebelum ke sistem hydraulic control lainnya
tanpa HPU, semua sistem hydraulic tidak akan bekerja dengan
sempurna.

Gambar 18. Hydraulic Pump Unit

2.3

Bahaya-bahaya di Lapangan Poduksi


1. Blowout
Blowout adalah keluarnya gas, minyak atau cairan formasi secara tidak
terkontrol dari dalam lubang sumur yang dapat memicu terjadinya
kebakaran, ledakan, kerusakan rig pengeboran, luka dan kematian.
Blowout muncul jika tekanan cairan formasi di annulus melebihi
tekanan hidrostatik cairan sirkulasi, perbedaan tekanan yang besar
terjadi secara tiba-tiba karena metode kontrol yang ditetapkan gagal atau
tidak berfungsi
2. H2S (Hydrogen Sulphide)
Gas H2S (Hydrogen Sulphide) merupakan gas tidak berwarna yang
sangat beracun. Gas ini di kategorikan hazard industri yang sangat
berbahaya karena menyebabkan tidak bisa mengendalikan penciuman

23

sebagai peringatan awal dan serangan kerusakan indra secara tiba-tiba.


Hidrogen Disulfida telah diidentifikasi oleh NIOSH sebagai penyebab
utama kematiansecara tiba-tiba di tempat kerja.

3.

Kebakaran
Bila akumulasi gas-gas yang tertahan dalam eksplorasi lepas pantai
mengalami suatu getaran hebat, yang diakibatkan oleh berbagai hal,
seperti gerakan roda-roda mesin, tiupan angin dari kompresor dan
sejenisnya, sehingga gas itu terangkat ke udara (beterbangan) dan
kemudian membentuk awan gas dalam kondisi batas ledak (explosive
limit) dan ketika itu ada sulutan api, maka akan terjadi ledakan yang
diiringi oleh kebakaran

4.

Badai pada area eksplorasi


Cuaca pada kegiatan eksplorasi lepas pantai sangat menentukan
berjalanya suatu proses penambangan. Dimana pada saat cuaca buruk
dapat menimbulkan badai pada areal disekitar eksplorasi .

Kecelakaan kerja pada pengeboran biasanya berhubungan dengan


semburan gas yang tak terduga dari sumur akibat tekanan yang tinggi.
Secara garis besar ada dua kategori utama kecelakaan pengeboran, pertama
adalah memancarnya hidrokarbon yang intens dan berkepanjangan, kedua
adalah tumpahan hidrokarbon dan semburan gas selama operasi pengeboran.
Sedangkan kecelakaan kerja pada transportasi dan penyimpanan migas,
penyebab

utamanya

adalah

kecelakaan

pada

kapal

tanker

yang

menyebabkan tumpahan minyak seperti tabrakan, menabrak karang,


kebakaran dan ledakan dari kargo. Sedangkan penyebab yang kedua adalah
tangki penyimpanan minyak dan pipa, karena retak, pecah dan lainnya yang
bisa menyebabkan ledakan.

24

BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari pembuatan makalah ini antara lain :
1.

Secara umum naiknya minyak ke permukaan dipengaruhi oleh dua metode


pengangkatan, yaitu mengalir dengan sendirinya atau alami (natural flow)
dan pengangkatan buatan (artificial lift).

2.

Jenis-jenis artificial lift method antara lain Electric Submergible Pump


(ESP), Gas Lift, Jet Pump, Sucker Rod Pump (Pompa Angguk) dan PCP
(Progressive Cavity Pump).

3.

Secara garis besar alur proses produksi minyak mentah adalah mulai dari
sumur produksi sampai produk minyak mentah yang telah terpisahkan
dengan air yang terkandung pada minyak mentah tersebut.

4.

Fasilitas produksi adalah suatu kumpulan alat-alat yang berfungsi pada


proses produksi pada lapangan sumur produksi yang membantu kinerja
performance pada sumur produksi.

5.

Fasilitas produksi terbagi menjadi 2 yaitu :


a. Down Hole Facility : Tubular Product (Drill Pipe,Casing and tubing),
Packer dan Sliding Sleeve.
b. Surface Facility: Wellhead(Kepala sumur), Gathering system, Manifold
system, Separator, Oil storage dan Pompa.

6.

Kecelakaan yang biasanya terjadi di lapangan produksi minyak dan gas


bumi antara lain terjadinya Blowout, munculnya gas H2S (Hydrogen
Sulphide), kebakaran maupun badai pada area eksplorasi lepas pantai.

25

DAFTAR PUSTAKA
Sukandarrumidi . 2013 . Geologi Minyak dan Gas Bumi . Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press

Fasya Ismail, Ali . 1998 . Teknologi Minyak dan Gas Bumi . Plaju: Universitas
Sriwijaya

Reizal Ath Thariq, Mochamad . 2013 . Makalah Keselamatan Industri.


https://aththariqmochamadreizal.wordpress.com. 26 Februari 2015

26

Anda mungkin juga menyukai