Anda di halaman 1dari 3

HARTA KARUN

Oleh: Endi R Syarifudin

isebuah desa yang sejuk,tinggal seorang petani beserta tiga anak lakilakinya. Setiap hari petani itu sibuk mencangkul ladang,menanam dan
menyirami tanamanya.Di sela-sela kesibukanya,ia tetap memperhatikan
ketiga anak-anaknya yang sejak kecil telah ditinggalkan oleh ibunya yang
meninggal karena sakit.
Tiada hari tanpa bekerja, itulah yang dilakukan petani tersebut.Berangkat
pagi,pulang petang.Dipundaknya membawa cangkul sambil membawa
terombong.Di lading ia mencangkul tanah,menyirami tanaman ,membersihkan
rumput-rumput liar.Di senja hari,ia pulang membawa hasil dari lading.Kadang
jagung,buah-buahan atau umbi-umbian
Kegiatan di ladang memang membuat petani kurang memperhatikan ketiga
anaknya.Ia sedikit lupa memperhatikan anaknya yang semakin hari semakin
besar.Tanpa terasa,petani itu beranjak tua.Tubuhnya tak lagi gagah,tenaganya
semakin lemah.Sementara ketiga anak-anaknya semakin dewasa.Sebenarnya
petani itu sangat bangga dengan ketiga anak-anaknya.Selain gagah,ketiga anakanaknya juga berwajah menawan, namun dibalik semua itu,di dalam hati petani
tersimpan rasa gundah.Sebab ternyata,ketiga anaknya itu semua pemalas.Mereka
enggan membantu bapaknya ke ladang.Mereka hanya terbiasa berleha-leha
,makan lalu bermain.
Sebenarnya,petani itu sudah mengajarkan anaknya untuk bekerja demi
kehidupan yang mereka hadapi.Tanpa bekerja keras,hanya kemalangan yang akan
mereka dapat,namun sering kali anak-anak nya enggan untuk bersusah payah
mencangkul.Apalagi musti berkotor-kotoran di lumpur sawah.Bagaimanapun
,petani itu merasa kewalahan merawat ketiga anaknya seorang diri.
Hingga akhirnya, petani itu terbaring lemas.Ia menderita sakit keras.Ia sudah
sadar bahwa hidupnya tidak akan lama lagi.Tapi, ia merasa masih mempunyai
tanggung jawab terhadap ketiga anak-anaknya.Hatinya sedih,melihat ketiga
anaknya pemalas itu.
Dengan suara sangat pelan,petani itu memanggil ketiga anakanaknya.Anak-anak, kemarilah, ada yang ingin bapak bicarakan
Ketiga anak tersebut mendekat dengan perasaan sedih.Anak-anaku,kini
bapak sudah tak kuat lagi.Bapak punya sesuatu yang sangat berharga untuk
kalian,jikalau bapak meninggal nantikata petani itu.
Apa itu? Buat aku saja,ucap seorang anaknya.aku juga anaknya,aku
kebagian dongkata seorang anak lainya tak mau kalah.Enak saja,memang kalian
saja yang berhak tanggap anak yang satunya lagi.
Sudah,kalian jangan ributpetani itu menengahi.Wasiat apa yang ingin
bapak berikan kepada kami? Tanya si anak sulung.
Begini nak,bapak sebenarnya punya harta karun yang tersembunyi di
ladang,tapi bapak lupa menyimpanya disebelah manakata petani itu.

Wah,pasti jumlahnya banyak ya pak?Tanya si anak bungsu.Bapak pikar


lumayan,cukup untuk bekal kalian hidup.Tapi yang terpenting,kalian harus
berusaha dan bekerja sama untuk mencarinya,lanjut petani itu.
Baik pak,kami akan mencarinya bersama-samatukas anak-anaknya.
Tak lama berselang,petani yang sakit itu meninggal,ketiga anaknya segera
menguburkan anaknya tak jauh dari rumahnya.Beberapa hari kemudian,ketiga
anaknya teringat akan pesan ayahnya.Mereka ingat bahwa ayahnya meninggalkan
harta karun yang banyak diladang.
Dengan penuh semangat,mereka bertiga pergi ke ladang dengan membawa
peralatan untuk menggali tanah.
Kamu cangkul bagian sini.Sementara kamu cangkul bagian sana
ya!perintah si anak sulung kepada kedua adiknya.
Tapi hati-hati mencangkulnya ya, jangan sampai ada tanah yang
terlewatkatanya lagi.
Awas,jangan sampai ada tanah yang terkena,agar harta karunya tidak
rusakkata anak yang lainya.
Berhari-hari mereka mencangkul ladang,tetapi mereka belum juga
menemukan apa yang dikatakan ayahnya,sang harta karun.
Waduh,sudah seluas ini belum juga ditemukankeluh si bungsu.Janganjangan sudah diambil orangKata anak yang lain.
Sudah,kalian jangan menyerah,ayo cangkul lagi,pasti ketemukata si SUlung
menyemangati adik-adiknya.
Mereka kembali mencangkul tanah dengan penuh semangat.Mereka tak kenal
lelah demi mendapatkan wasiat ayahnya yang diceritakan menjelang
meninggal.Akhirnya,karena melihat ladang sudah dicangkul ,mereka menebarkkan
biji jagung.Mereka hanya berfikir sayang jika sudah dicangkul kalau tidak ditanami
sesuatu.
Setiap hari mereka mencangkul bagian-bagian ladang lainya.Di sela-sela
mencangkul,setiap hari pula mereka menyiram biji jangung yang sudah di sebarnya
itu.Tanpa mereka sadari,biji jagung tersebut mengeluarkan tunas.Makin hari ,tunas
itu tumbuh menjadi pohon jagung yang besar.SEhingga pohon jagung tersebut
berbuah lebat sekali.
Jagung-jagung yang sudah besar akhirnya mereka petik.Mereka kumpulkan
,jumlahnya sangat banyak.Akhirnya mereka jual ke pasar,dan mereka mendapatkan
uang yang sangat banyak.Mereka sangat gembira,disaat itulah mereka
sadar,bahwa harta karun yang dimaksudkan ayahnya adalah semangat dan kerja
keras .Harta karun terpendam di ladang adalah kerja keras,yang pasti akan
,membuahkan hasil yang manis.
Sejak saat itu,ketiga pemuda yang pemalas menjadi pekerja keras.Bukan
hanya itu,mereka terus bekerja sama mengolah ladang dan hasilnya mereka
nikmati bersama-sama pula.Karena semangat dan kerja keras,mereka tak pernah
kekurangan.Mereka memiliki harta karun yang abadi.

Anda mungkin juga menyukai