Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apendiksitis adalah penyebab utama akut abdomen yang
tercatat lebih dari 40.000 pasien dirawat di rumah sakit di inggris
setiap tahunnya. Appendiksitis sebagian besar terjadi usia 10 dan 20
tahun, tapi tidak menutup kemungkinan usia lain. Laki-laki memiliki
angka predisposisi lebih besar daripada wanita yaitu 1,4 : tahun. 4
Apendiksitis adalah kegawat daruratan dalam bidang bedah
yang umum. Pada appendicitis akut tidak mungkin diagnose ditegakan
dengan gold standart (histopatologi) sebelum operasi, kita dapat
menggunakan tes sederhana seperti Alvarado skor dimana ada
ataupun tidak adanya gejala pada penderita pada variable akan
menentukan kondisi pasien. Diagnose yang tepat dan kecepatan
intervensi dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas tahun. 4
Apendicitis adalah peradangan yang terjadi pada appendix
vermicularis dan merupakan penyebab penyakit abdomen akut yang
paling sering pada anak-anak maupun dewasa. Terdapat sekitar
250.000 kasus appendicitis yang terjadi di Amerika Serikat setiap
tahunnya dan terutama terjadi pada anak usia 6-10 tahun. 4
Semua kasus appendicitis memerlukan tindakan pengangkatan
dari appendiks yang terinflamasi, baik dengan laparotomy maupun
dengan laparoscopy. Apabila tidak dilakukan tindakan pengobatan,
maka angka kematian akan tinggi, terutama disebabkan karena
peritonitis dan shock tahun. 4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Apendisitis akut adalah proses keradanga pada usus.
Apendisitis adalah keradangan dari apendiks dan merupakan
penyebab akut abdomen yang paling sering. 1
2.2 Anatomi
Apendiks merupakan merupaka suatu evaginasi dari sekum
yang ditandai dengan sebuah lumen kecil, sempit, dan tidak teratur.
Struktur tersebut disebabkan oleh folikel limfoid yang banyak pada
apendiks.7
Apendiks memiliki panjang 3-15 cm dan diameter 0,5-1 cm.
pada bagian proksimal, lumen apendiks sempit dan melebar di bagian
distal. Pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, dimana bagian pangkal
melebar, dan semakin menyempit pada bagian ujung. Hal ini
merupakan faktor insidensi apendisitis yang rendah pada umur
terseut. 7
Sekitar 65 % apendiks terletak di intraretroperotoneal. Kedudukan
apendiks menyebabkan apendiks dapat bergerak sesuai dengan
panjang apendiks yang menggantungnya. Apendiks juga dapat
terletak terletak retroperitoneal, yaitu di belakang sekum, dibelakang
kolon asendens, atau ditepi lateral kolon asendens, atau di tepi kolon
asendens, lekuk apendiks dapat menentukan manifestasi klinis
apendiks. 7
Apendiks

tampak

pertama

kali

pada

minggu

ke-8

perkembangan embriologi yaitu bagian ujung protuberans sekum.


Pada saat antenatal dan postnatal, pertumbuhan dari sekum yang
berlebih akan menjadi apendiks, kemudian berpindah dari medial
menuju katup ileosekal.7
Apendiks memiliki 4 lapisan yaitu, mukosa, submukosa,
muskularis, eksterna/propria (otot longitudinal dan sirkuler), dan
serosa. Apendiks dapat tidak terlihat karena membrane jakson yang
2

(lapisan peritoneum menyebar ke bagian lateral abdomen ke ileum


terminal, menutup sekum dan apendiks. Lapisan mukosa terdiri dari
satu lapis epitel bertingkat dan crypta lieberkuhn. Dinding dalam
( inner circular layer) berhubungan dengan sekum dan dinding luar
(outer longitudinal muscle) dilapisi oleh pertemuan ketiga taenia coli
pada pertemuan sekum dan apendiks. Taenia anterior digunakan
sebagai pegangan untuk mencari apendiks, dimana mukosa dan
submukosa terdapat lymphonodes. Lapisan submukosa terdiri dari
jaringan ikat longgar dan jaringan elastic yang membentukjaringan
saraf, pembuluh darah dan limfe.7
Persarafan parasimpatis apendiks berasal dari cabang n.
vagus yang mengikuti a. mesentrika superior dan a. apendikularis,
sedangkan persarafan simpatis berasal dari n. torakalis X. oleh karena
itu, nyeri visceral pada apendiks bermula disekitar umbilicus.
Perdarahan pada apendisitis bermula di sekitar umbilicus. Perdarahan
apendiks berasal dari a. pendikularis yang merupakan arteri tanpa
kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena thrombosis pada
infeksi, apendiks akan mengalami ganggren. 7
Presentase variasi anatomis dari appendiks:
Retrocaecal

74%

Pelvic

21%

Subcaecal

1.5 %

Preileal

1%

Postileal

0.5%

Gambar Apendiks dan Variasi Posisinya. 7


Appendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari. Lendir itu
normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke
caecum. Hambatan aliran lender di muara appendiks tampaknya
berperan pada pathogenesis appendicitis.9
Immunoglobulin yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated
lymphoid Tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk
appendiks, ialah IgA. Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai
pelindung

terhadap

infeksi.

Namun

demikian,

pengangkatan

appendiks tidak mempengaruhi system imun tubuh karena jumlah


jaringan limfoid disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya
di saluran cerna.9
2.3 Etiologi
Apendisitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen
appendiks sehingga terjadi kongesti vaskuler, iskemik nekrosis dan
akibatnya terjadi infeksi. Appendicitis umumnya terjadi karena infeksi
bakteri. Penyebab obstruksi yang paling sering adalah fecalit. Fecalit
ditemukan pada 20% anak dengan appendicitis. Penyebab lain dari
obstruksi appendiks meliputi:
1. Hiperplasia folikel lymphoid
2. Carcinoid atau tumor lainnya
3. Benda asing (biji-bijian)
4

4. Parasit & bakteri


Penyebab lain yang diduga menimbulkan Appendicitis adalah
ulserasi mukosa appendiks oleh parasite E.histolytica. Berbagai
spesies bakteri yang dapat diisolasi pada pasien appendicitis yaitu:

Tabel etiologi apendisitis 2


2.4 Epidemiologi
Terdapat sekitar 250.000 kasus appendicitis yang terjadi di
Amerika Serikat setiap tahunnya dan terutama terjadi pada anak usia
6-10

tahun.

Appendicitis

lebih

banyak

terjadi

pada

laki-laki

dibandingkan dengan perempuan dengan perbandingan 3:2. Bangsa


Caucasia lebih sering terkena dibandingkan dengan kelompok ras
lainnya. 2
Insidensi Appendicitis acuta di Negara maju lebih tinggi
daripada di Negara berkembang. Tetapi beberapa tahun terakhir
angka kejadiannya me nurun secara bermakna. Hal ini disebabkan
oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat dalam menu
sehari-hari. Appendicitis dapat ditemukan pada semua umur. Insidensi
tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun. 2
5

Insiden tertinggi usus buntu (appendicitis) umumnya ditemukan


pada orang berusia 10-19 tahun (23,3 per 10.000 penduduk per
tahun) di amerika serikat. Laki-laki memiliki tingkat yang lebih tinggi
dibandingkan perempuan untuk semua kelompok umur (keseluruhan
tingkat rasio, 1.4).Perbedaan ras, geografis dan musiman juga
diperhatikan. angka apendisitis adalah 1,5 kali lebih tinggi untuk putih
daripada untuk nonwhites, tertinggi (15.4 per 10.000 penduduk per
tahun) di wilayah Tengah Utara Barat, dan 11,3% lebih tinggi di musim
panas daripada di musim dingin. angka tertinggi dari usus buntu
insidental ditemukan pada wanita berusia 35-44 tahun (43,8 per
10.000 penduduk per tahun), 12.1 kali lebih tinggi untuk laki-laki usia
yang sama. Antara 1970 dan 1984, insiden apendisitis menurun
sebesar 14,6%; alasan untuk penurunan ini tidak diketahui. 14
Apendisitis adalah akut abdomen yang paling umum dan
angka ini tercatat di rumah sakit sekitar 40 000 di Inggris setiap year.2
usus buntu umumnya antara usia 10 sampai 20 tahun, tetapi pada
decade ke 3 dominan laki-laki, dengan perbandingan 1.4. Risiko
terkena usus buntu dapat terjadi selama hidup adalah 8,6% untuk
laki-laki dan 6,7% untuk perempuan di Inggris. Sejak tahun 1940-an
kejadian masuk rumah sakit untuk apendisitis akut telahmenurun,
tetapi alasan untuk penurunan ini tidak diketahui. 14

Epidemiologi apendisitis13
2.5 Patofisiologi
Apendisitis terjadi dari proses inflamasi ringan hingga
perforasi, khas dalam 24-36 jam setelah munculnya gejala, kemudian
diikuti dengan pembentukan absess setelah 2-3 hari. Appendicitis
dapat terjadi karena berbagai macam penyebab, antara lain obstruksi
oleh fecalit, tumor ataupun parasite.2
Secara patologis faktor penting terjadinya apendisitis adalah
adanya obstruksi lumen apendiks yang biasanya disebabkan oleh
fecalit. Obstruksi lumen apendiks merupakan faktor penyebab
dominan pada apendisitis akut. Peradagan pada apendiks berawal di
mukosa dan kemudian melibatkan seluruh lapisan dinding apendik
salam waktu 24 -48 jam. Obstruksi pada bagian yang lebih proximal
dari lumen menyebabkan statis bagian distal apendikks, sehingga
mucus yang terbentuk secara terus menerus akan terakumulasi.
Selanjutnya akan menyebabkan tekanan intraluminal meningkat,
kondisi ini akan memicu proses translokasi kuman dan terjadi kuman
dan terjadi peningkatan jumlah kuman dalam lumen apendiks.
Selanjutnya terjadi ganguan sirkulasi limfe yang menyebabkan udem.
Kondisi ini memudahkan invasi bakteri dari lumen menembus mukosa
dan menyebabkan ulserasi mukosa apendiks maka terjadi keadaan
yang disebut apendisitis fokal.7
Obstruksiyang terus menerus menyebabkan tekanan intra
luminal semakin tinggi dan menyebabkan terjadinya gangguan
sirkulasi vaskuler. Keadaan ini akan menyebabkan udem bertambh
berat, terjadi iskemik, dan invasi bakteri semakin berat sehingga
terjadi penumpukan nanah pada dinding apendiks atau disebut
dengan apendiks akut supuratif. Pada keadaan yang lebih lanjut,
dimana tekanan intra luminar semakin tinggi, udem menjadi lebih
berat, terjadi gangguan sirkulasi arterial. Hal ini menyebabkan terjadi
7

gangrene. Gangrene biasnya

di tengah-tengah apendiks dan

berbentuk ellipsoid, keadaan ini disebut apendisitis gangrenosa. Bila


tekanan

terus

meningkat,

maka

akan

terjadi

perforasi

yang

mengakibakan cairan mukosa apendiks akan tercurahkan ke dalam


rongga peritoneum dan terjadilah peritonitis.7
Awalnya, pasien akan merasa gejala gastrointestinal ringan
seperti berkurangnya nafsu makan, perubahan kebiasaan BAB yang
minimal. Distensi appendiks menyebabkan perangsangan serabutserabut saraf viscera; dan dipersepsikan sebagai nyeri di daerah
periumbilical. Nyeri awal ini bersifat dalam, tumpul. Adanya distensi
yang semakin bertambah menyebabkan mual dan muntah, dalam
beberapa jam setelah nyeri. 2
Perforasi appendiks akan menyebabkan terjadinya abses
local atau peritonitis. Proses ini bergantung pada kecepatan
progresifitas ke arah perforasi dari kemampuan pasien berespon
terhadap adanya perforasi. Tanda perforasi appendiks mencakup
peningkatan suhu melebihi 38.6 C, leukositosis > 14.000, dan gejala
peritonitis pada pemeriksaan fisik. Peritonitis difus lebih sering
dijumpai pada bayi karena tidak adanya jaringan lemak omentum.
Anak yang lebih tua atau remaja lebih memungkinkan untuk terjadinya
absess yang dapat diketahui dari adanya massa pada pemeriksaan
fisik.2
2.6 Klasifikasi
Klasifikasi apendisiis menurut patologi klinik
a.

Apendisitis akut
Apendisitis akut

adalah

keadaan

akut

abdomen

yang

memerlukan pembedahan segera untuk mencegah komplikasi yang


lebih buruk jika terjadi perforasi, maka komlikasi dapat terjadi

seperti peritonitis generalisata, terjadi abses dan komplikasi pasca


bedah seperti fistula dan infeksi luka operasi.
Klasifikasi apendisitis akut
1.

Apendisitis akut simple : peradangan baru terjadi di mukosa


dan submukosa. Gejala diawali dengan rasa nyeri di daerah
umbilicus, mual muntah, anoreksia, malaise dan demam
ringan. Apendis hiperemi dan tidak ada eksudat.

2.

Apendisitis supuratif : ditandai dengan rangsangan peritoneum


local seperti myeri tekan, nyeri lapas di MC Burney, defens
muskuler dan nyeri pada gerak aktif dan pasif.

3.

Apendisitis akut gangrenosa : didapatkan tanda tanda


supuratif, apendik mengalami gangrene pada bagian tertentu.
Dinding apendik berwarna ungu, hijau keabuan atau merah
kehitaman.

b.

Apendik infiltrate
Apendik

infiltrate

adalah

proses

radang

apendiks

yang

penyebarannya dapat dibatasi omentum, usus buntu, sekum,


kolon dan peritoneum sehingga membentuk gumpalan massa
flegmon yg melekat erat satu dengan yang lainnya
c.

Apendisitis abses
Apendisitis abses terjadi bila massa lokal yg terbentuk berisi nanah

d.

Apendik perforasi
Apendik perforasi adalah pecahnya apendik yang sudah gangrene
yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut shingga
terjadi peritonitis generalitasa.

e.

Apendisitis kronik

Apendisitis kronik adalah nyeri perut kanan bawah lebih dari 2


minggu atau terjadi secara menahun. Apendisitis kronis sangat
terjadi.

Prevalansinya hanya 1-5%. Diagnosis apendisitis kronis

sulit ditegakan. Terdapat nyeri perut kanan bawah yang terjadi


secara berulang. 12
2.6 Manifestasi klinis
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari
oleh radang mendadak apendiks yang memberikan tanda setempat,
disertai maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal. Umumnya
nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke
kanan bawah ke titik McBurney. Di sini nyeri dirasakan lebih tajam dan
lebih jelas letaknya sehingga merupakan somatik setempat. Kadang
tidak ada nyeri epigastrium tetapi terdapat konstipasi sehingga
penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan itu dianggap
berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforata. Bila
terdapat perangsangan peritoneum biasanya pasien mengeluh sakit
perut bila berjalan atau batuk.9
Bila letak apendiks retrosekal di luar rongga perut, karena
letaknya terlindung sekum maka tanda nyeri perut kanan bawah tidak
begitu jelas dan tidak ada rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih ke
arah perut sisi kanan atau nyeri timbul pada saat berjalan, karena
kontraksi otot psoas mayor yang menegang dari dorsal. 9
Radang pada apendiks yang terletak di rongga pelvis dapat
menimbulkan gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rektum
sehingga peristaltis meningkat dan pengosongan rektum menjadi
lebih cepat serta berulang. Jika apendiks tadi menempel ke kandung
kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kencing akibat rangsangan
apendiks terhadap dinding kandung kemih. 9
Gejala apendisitis akut pada anak tidak spesifik. Gejala awalnya
sering hanya rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa
melukiskan rasa nyerinya dalam beberapa jam kemudian akan timbul
10

muntah-muntah dan anak akan menjadi lemah dan letargik. Karena


gejala yang tidak khas tadi, sering apendisitis diketahui setelah
perforata. Pada bayi, 80-90 % apendisitis baru diketahui setelah
terjadi perforata. 9
2.7 Diagnosis
Pada anamnesis penderita akan mengeluhkan nyeri atau
sakit perut. Ini terjadi karena hiperperistaltik untuk mengatasi
obstruksi dan terjadi pada seluruh saluran cerna sehingga nyeri
viseral dirasakan pada seluruh perut. Muntah atau rangsangan
viseral akibat aktivasi n.vagus. Obstipasi karena penderita takut
untuk mengejan. Panas akibat infeksi akut jika timbul komplikasi.
Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, antara 37,5-38,5
C. Tetapi jika suhu lebih tinggi, diduga sudah terjadi perforasi. 9
Pada pemeriksaan fisik yaitu pada inspeksi, penderita
berjalan membungkuk sambil memegangi perutnya yang sakit,
kembung bila terjadi perforasi, dan penonjolan perut bagian kanan
bawah terlihat pada apendikuler abses. 9
Pada palpasi, abdomen biasanya tampak datar atau sedikit
kembung. Palpasi dinding abdomen dengan ringan dan hatihati
dengan sedikit tekanan, dimulai dari tempat yang jauh dari lokasi
nyeri. Status lokalis abdomen kuadran kanan bawah:
Nyeri tekan (+) Mc. Burney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri
tekan kuadran kanan bawah atau titik Mc. Burney dan ini
merupakan tanda kunci diagnosis.
Nyeri lepas (+) karena rangsangan peritoneum. Rebound
tenderness (nyeri lepas tekan) adalah nyeri yang hebat di
abdomen kanan bawah saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan
setelah sebelumnya dilakukan penekanan pada perut bagian kiri.

11

Defens muskuler (+) karena rangsangan m. Rektus abdominis.


Defensmuskuler adalah nyeri tekan seluruh lapangan abdomen
yang menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale.
Rovsing sign (+). Rovsing signadalah nyeri abdomen di kuadran
kanan bawah apabila dilakukan penekanan pada abdomen
bagian kiri bawah, hal ini diakibatkan oleh adanya nyeri lepas
yang dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi yang
berlawanan.
Psoas sign (+). Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan
muskulus psoas oleh peradangan yang terjadi pada apendiks.
Obturator sign (+). Obturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi
bila panggul dan lutut difleksikan kemudian dirotasikan ke arah
dalam dan luar secara pasif, hal tersebut menunjukkan
peradangan apendiks terletak pada daerahhipogastrium.
Tenhorn sign (+). Dengan cara menarik testis kanan, timbul nyeri
perut kuadran kanan bawah.
Auskultasi akan terdapat peristaltik normal, peristaltik tidak ada
pada illeus paralitik karena peritonitis generalisata akibat
apendisitis perforata. Auskultasi tidak banyak membantu dalam
menegakkan diagnosis apendisitis, tetapi bila sudah terjadi
peritonitis maka tidak terdengar bunyi peristaltik usus.
Pada pemeriksaan colok dubur (Rectal Toucher) akan
terdapat nyeri pada jam 10.00 11.00. Namun penggunaan RT
sebagai dasar diagnosis apendisitis masih diperdebatkan. 9

12

Table Alvarado score3


Alvarado score:
Skor <3 : Tidak dipertimbangkan mengalami apendisitis akut (low
probability).
Skor 4-6 : meragukan, Dipertimbangkan kemungkinan mengalami
Skor >7

apendisitis akut.
:
secara diagnostik dipastikan apendisitis (high
probability)

Kriteria Ohmann Score15

13

Kriteria Ohmann Score15

Kriteria lintula score 16

14

Kriteria RIPASA score 16

Guideline RIPASA score 16


Pemeriksaan penunjang:
1. Laboratorium
pemeriksaan leukosit membantu menegakkan

diagnosis,

pada kebanyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus


dengan komplikasi.
2. USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan
pemeriksaan USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai
adanya abses. Dengan USG dapat dipakai untuk menyingkirkan
diagnosis banding seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan
sebagainya

15

Gambar USG 10
3. Barium enema
Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan
barium ke colon melalui anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan
komplikasi-komplikasi dari appendicitis pada jaringan sekitarnya
dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding.9
4. CT-Scan
Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu
juga dapat menunjukkan komplikasi dari appendicitis seperti bila
terjadi abses.9
2.8 Diagnosis banding
Pada semua pasien dengan dugaan apendisitis, diferensial
diagnosis mencakup enteritis (khususnya Yersinia, Campylobacter,
dan Salmonella), infark omentum, appendigitis epiploika, infeksi
saluran

kemih

(ISK),

nefrolitiasis,

hernia,

obstruksi

usus,

diverticulitis cecal, volvulus cecal, dan Torsio testis (pada laki-laki).


16

pada pasien wanita, diferensial yang selanjutnya mencakup


penyakit radang panggul (PID), ruptur ovarium folikel, tubo-ovarium
abses, torsi ovarium, dan kehamilan ektopik. Pada anak-anak,
diferensial Diagnosis juga termasuk necrotizing enterocolitis,
intususepsi, adenitis mesenterika, dan Meckel diverticulitis. 9
2.9 Terapi
Bila diagnosis sudah jelas apendisitis akut, maka
tindakan yang paling tepat adalah segera dilakukan apendiktomi.
Apendektomi dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu cara terbuka
dan cara laparoskopi. Apabila apendisitis baru diketahui setelah
terbentuk massa periapendikuler, maka tindakan yang pertama kali
harus dilakukan adalah pemberian/terapi antibiotik kombinasi
terhadap penderita. Antibiotik ini merupakanantibiotik yang aktif
terhadap kuman aerob dan anaerob. Setelah gejala membaik,
yaitusekitar 6-8 minggu, barulah apendiktomi dapat dilakukan. Jika
gejala berlanjut, yang ditandai dengan terbentuknya abses, maka
dianjurkan melakukan drainase dan sekitar 6-8 minggu kemudian
dilakukan apendiktomi. Namun, apabila ternyata tidak ada keluhan
atau gejala apapun dan pemeriksaan klinis serta pemeriksaan
laboratorium tidak menunjukkan tanda radang atau abses setelah
dilakukan terapi antibiotik, maka dapat dipertimbangkan untuk
membatalkan tindakan bedah. 9
Prosedur Insisi Apendektomi dapat menggunakan

Insisi

bisa gridion, lanz, para rektal, midline infra umbilikal Laparoskopi.


Appendektomi antegrade:
Insisi yang paling sering digunakan adalah gridirons sebagai
berikut:
1. Insisi pada titik gridiron yaitu irisan kulit dengan arah oblique
melalui titik mc burney, tegak lurus garis sias dan umbulicus
sampai dengan memotong lemak dan tampak aponeurosis m.
Obliqus abdominis externus.
17

2. Moe dibuka sedikit dengan skapel mesh no 2.0 searah seretnya


kemudian diperlebar ke lateral dan medial dengan pinset
anatomi. Pasang wond hak tumpul dibawah moe. Tampak m.
Obliqus internus dibawah moe.
3. MOI dan m. Transversus abdominis dibuka secara tumpul
dengan gunting metzenbum atau klemp arteri bengkok searah
seratnya tampak peritoneum. Dengan langenbeck otot tersebut
dipisahkan searah seratnya. Pasang wond hak dibawah m.
Transversus abdominis
4. Preperitoneal fat disingkirkan, peritoneum dipegang 2 pinset
chirurgis dibuka secara tajam dengan gunting pada waktu
peritoneum dibuka tampak pus, udara, cairan lain (darah, fesef,
dll) catat.
5. Tampak didalam cavum abdomen seku, apabila tidak tampak,
cari sekum dengan tanda tanda: Warna lebih putih, Ada taenia
coli, Ada haustrae, Ada appendices epiploica
6. Cari apendix yang biasanya pada pertemuan tiga taenia dengan
posisi antetecal, retrotecal, anteilal, retroileal, dan pelvinal
7. Setelah sekum ditemukan, pegang dengan bebcocks forceps
dan tarik keluar, kemudian dengan kasa steril dan bash sekum
dikeluarkan dengan menarik kearah medio caudal. Setelah
keluar, sekum ditarik ke kranio lateral sehingga apendiks keluar.
8. Dengan memakai kassa yang basah sekum dipegang oleh
asisten dengan ibu jari berada di atas.
9. Mesenterium pada ujung apendiks dipegang dengan krom klem
kemudian meso apendiks dipotong dan diligasi sampai basis
apendiks dengan benang sutera 3.0
Pada pangkal apendiks dicrush dedngan klem cocher dan pada
crush diikat dengan chromic catgut no. 1 atau no. 1.0
Dibuat jahitan tabakzaaknaad atau jahitan pursestring pada
serosa sekitar pangkal apendiks dengan benang sutera 3.0
10. Dibagian distal ikatan pangkal apendiks diklem dengan krom
klem dan ikatan apendiks dipotong dengan pisau yang diolesi
betadine.

18

11. Sisa

apendiks

ditanam

didalam

dinding

sekum

dengan

pertolongan pinset anatomi didorong ke dalam dan jahitan


dieratkan
12. Dibuat jahitan penguat diatasnya memakai benang 3.0
13. Setelah yakin tidak ada perdarahan, sekum dikembalikan ke
kavum abdomen
14. Peritoneum ditutup dengan jahitan.
Appendektomi retrograde
1. Dikerjakan bila appendiks melekat kedalam dan sukar dicari.
2. Mencari pangkal appendiks yakni pada pertemuan ketiga taenia
coli
3. Dengan krom klem atau sonde, pangkal appendiks dipisahkan
dari sekum, kemudian kita ikat pangkal apendiks dengan cromic
catgut setelah dilakukan crush.
4. Appendiks di bagian distal dari ikata dikocer dan dipotong
dengan pisau no 20 yang diolesi betadine.
5. Pangkal apendiks ditanam didalam dinding abdomen
6. Appendiks dibebaskan kearah ujung dengan hati hati.
NB: hasil appendektomi harus diperiksakan ke patologi anatomi
untuk mengetahui causanya 5
Laparoskopi
Laparoskopi appendektomi pertama kali dilakukan pada
tahun

1983

oleh

ilmuan

German.

Saat

ini

laparoskopi

appendektomi di klaim lebih aman dan memiliki komplikasi post-op


yang lebih kecil, meskipun begitu sampai saat ini belum ada
kesepakatan

tentang

penggunaan

laparoskopi

pada

kasus

appendisitis akut.8
2.10
Komplikasi
Dengan medika mentosa sebagian besar dapat sembuh,
tetapi dapat disusul dengan krisis krisis berikutnya yang lebih
berat :
1.
Pembentukan infiltrat, dapat berlanjut sebagai pembentukan
2.

abses
Timbul perforasi hingga peritonitis umum. Timbul gejala- gejala
sepsis dengan febris tinggi dan lekositosis sampai 20.000/mm3.

3.

Morbiditas dan mortalitas menjadi lebih tinggi.


foie appendiculaire: terjadi emboli kuman-kuman lewat system
porta ke hepar sehingga timbul mikro-mikro abses di hepar.
19

Penderita jatuh dalam keadaan icterus toksis. Prognosis sangat


jelek.1
2.11 Prognosis
Kebanyakan pasien setelah operasi appendektomi
sembuh spontan tanpa penyulit, namun komplikasi dapat terjadi
apabila

pengobatan

peritonitis/peradangan

tertunda
di

dalam

atau
rongga

telah
perut.

Cepat

terjadi
dan

lambatnya penyembuhan setelah operasi usus buntu tergantung


dari usia pasien, kondisi, keadaan umum pasien, penyakit
penyerta misalnya diabetes mellitus, komplikasi dan keadaan
lainya yang biasanya sembuh antara 10 sampai 28 hari.9
Alasan adanya kemungkinan ancaman jiwa dikarenakan
peritonitis di dalam rongga perut ini menyebabkan operasi usus
buntu akut/emergensi perlu dilakukan secepatnya. Kematian
pasien dan komplikasi hebat jarang terjadi karena usus buntu akut.
Namun hal ini bisa terjadi bila peritonitis dibiarkan dan tidak diobati
secara benar. 9

20

Anda mungkin juga menyukai