Anda di halaman 1dari 3

Akhlak Rasulullah SAW Terhadap Hewan

Posted on 14 Juni 2010

by abizakii

Suatu hari untuk suatu tujuan Rasulullah keluar rumah dengan


menunggangi untanya. Abdullah bin Jafar ikut membonceng di
belakang. Ketika mereka sampai di pagar salah salah seorang kalangan
Anshar, tiba-tiba terdengar lenguhan seekor unta.

Unta itu menjulurkan lehernya ke arah Rasulullah saw. Ia merintih. Air


matanya jatuh berderai. Rasulullah saw. mendatanginya. Beliau
mengusap belakang telinga unta itu. Unta itu pun tenang. Diam.

Kemudian dengan wajah penuh kemarahan, Rasulullah saw. bertanya,


Siapakah pemilik unta ini, siapakah pemilik unta ini?

Pemiliknya pun bergegas datang. Ternyata, ia seorang pemuda Anshar.

Itu adalah milikku, ya Rasulullah, katanya.

Rasulullah saw. berkata, Tidakkah engkau takut kepada Allah karena


unta yang Allah peruntukkan kepadamu ini? Ketahuilah, ia telah
mengadukan nasibnya kepadaku, bahwa engkau membuatnya
kelaparan dan kelelahan.

Subhanallah! Unta itu ternyata mengadu kepada Rasulullah saw.


bahwa tuannya tidak memberinya makan yang cukup sementara
tenaganya diperas habis dengan pekerjaan yang sangat berat. Kisah ini
bersumber dari hadits nomor 2186 yang diriwayatkan Abu Dawud
dalam Kitab Jihad.

Bagaimana jika yang mengadu adalah seorang pekerja yang gajinya


tidak dibayar sehingga tidak bisa membeli makanan untuk

keluarganya, sementara tenaganya sudah habis dipakai oleh orang


yang mempekerjakannya? Pasti Rasulullah saw. lebih murka lagi.

Di kali yang lain, Abdullah bin Umar menceritakan bahwa Rasulullah


saw. pernah bersabda, Seorang wanita disiksa karena menahan
seekor kucing sehingga membuatnya mati kelaparan, wanita itupun
masuk neraka. Kemudian Allah berfirman Allah Mahatahu
kepadanya, Kamu tidak memberinya makan, tidak juga memberinya
minum saat ia kamu pelihara; juga engkau tidak membiarkannya pergi
agar ia dapat mencari makanan sendiri dari bumi ini. (HR. Bukhari,
kitab Masafah, hadits nomor 2192).

Yang ini cerita Amir Ar-Raam. Ia dan beberapa sahabat sedang


bersama Rasulullah saw. Tiba-tiba seorang lelaki mendatangi kami,
kata Amir Ar-Raam. Lelaki itu dengan kain di atas kepadanya dan di
tangannya terdapat sesuatu yang ia genggam.

Lelaki itu berkata, Ya Rasulullah, saya segera mendatangimu saat


melihatmu. Ketika berjalan di bawah pepohonan yang rimbun, saya
mendengar kicauan anak burung, saya segera mengambilnya dan
meletakkannya di dalam pakaianku. Tiba-tiba induknya datang dan
segera terbang berputar di atas kepalaku. Saya lalu menyingkap kain
yang menutupi anak-anak burung itu, induknya segera mendatangi
anak-anaknya di dalam pakaianku, sehingga mereka sekarang ada
bersamaku.

Rasulullah saw. berkata kepada lekaki itu, Letakkan mereka.

Kemudian anak-anak burung itu diletakan. Namun, induknya enggan


meninggalkan anak-anaknya dan tetap menemani mereka.

Apakah kalian heran menyaksikan kasih sayang induk burung itu


terhadap anak-anaknya? tanya Rasulullah saw. kepada para sahabat
yang ada waktu itu.

Benar, ya Rasulullah, jawab para sahabat.

Ketahuilah, kata Rasulullah saw. Demi Dzat yang mengutusku


dengan kebenaran, sesungguhnya Allah lebih penyayang terhadap
hamba-hamba-Nya melebihi induk burung itu kepada anak-anaknya.

Kembalikanlah burung-burung itu ke tempat di mana engkau


menemukannya, bersama dengan induknya, perintah Rasulullah.
Lelaki yang menemukan burung itupun segera mengembalikan burungburung itu ke tempat semula.

Begitulah Akhlak terhadap hewan yang diajarkan Rasulullah saw.


Bahkan, membunuh hewan tanpa alasan yang hak, Rasulullah
menggolongkan suatu kezhaliman. Kabar ini datang dari Abdullah bin
Amr bin Ash, bahwa Rasulullah saw. bersabda, Barangsiapa yang
membunuh seekor burung tanpa hak, niscaya Allah akan
menanyakannya pada hari Kiamat.

Seseorang bertanya, Ya Rasulullah, apakah hak burung tersebut?

Beliau menjawab, Menyembelihnya, dan tidak mengambil lehernya


lalu mematahkannya. (HR. Ahmad, hadits nomor 6264)

Jika kepada hewan saja kita memenuhi hak-haknya, apalagi kepada


manusia. Adakah hak-hak orang lain yang belum kita tunaikan?

Oleh: Mochamad Bugi

Anda mungkin juga menyukai