I. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 menyatakan bahwa bumi, air, dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, sehingga
penggunaannya harus memperhitungkan generasi yang akan datang.
Penggunaan sumberdaya alam khususnya air di Indonesia semakin hari
semakin meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan
pembangunan di segala bidang. Dengan demikian limbah cair yang dihasilkan
oleh kegiatan tersebut juga semakin meningkat, sehingga apabila kualitas air
tersebut tidak dikendalikan secara bijaksana, maka
dikhawatirkan akan
berdampak negatif terhadap generasi mendatang.
Dampak pada kualitas air merupakan konsekuensi terhadap terjadinya
penurunan kualitas air dan pencemaran air sebagai akibat dari berbagai jenis
kegiatan, baik alami maupun oleh ulah manusia. Hal-hal yang akan dibahas
dalam dampak pada kualitas air meliputi : pengertian (air, kualitas air,
peruntukan air, limbah cair, penurunan kualitas air, pencemaran air, beban
pencemaran air, baku mutu air, ekosistem perairan); sifat dan karakteristik air;
proses dan sumber-sumber pencemaran air; dampak pencemaran air;
pengendalian pencemaran air.
Air sangat dibutuhkan untuk kehidupan manusia, sehingga kualitasnya perlu
dijaga dan dilindungi. Kegiatan pembangunan jelas akan menghasilkan limbah
cair, sehingga kegiatan tersebut perlu dilakukan secara berkelanjutan agar
dampak terhadap penurunan kualitas air masih layak, baik secara teknisekonomis maupun lingkungan, sehingga masih dapat digunakan untuk berbagai
kepentingan manusia. Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan tersebut
antara lain meliputi : pembangunan berdasarkan pemikiran aspek lingkungan
sedini mungkin, pembangunan yang menekankan pengelolaan sumberdaya
alam secara bijaksana, dan pembangunan yang memperhitungkan dayadukung
lingkungan serta pembangunan di bawah nilai ambang batas. Hal tersebut harus
dilakukan mengingat kapasitas dan daya pulih lingkungan relatif tetap,
sementara kontribusi limbah cair ke badan air penerima semakin lama semakin
besar. Oleh karena itu proses pencemaran air harus dapat dicegah dan
ditanggulangi melalui pengendalian lingkungan sejak dini.
d. Nitrogen
Unsur Nitrogen sangat dibutuhkan oleh protista dan tanaman. Unsur ini
merupakan makanan perangsang pertumbuhan. Nitrogen dalam limbah
cair merupakan gabungan protein dan urea yang oleh mikroba diubah
menjadi amonia, sehingga kondisi kualitas air dapat ditunjukkan oleh
kandungan amonia yang ada. Dalam kondisi aerob, amonia dapat
dioksidasi oleh mikroba menjadi nitrat dan nitrit. Nitrit (NO 2-) kurang begitu
stabil dan penting, sehingga mudah dioksidasi menjadi nitrat (NO 3-).
Adanya unsur Nitrogen yang terlalu banyak akan menyebabkan gangguan
terhadap kehidupan biota air.
e. Phosphor (P)
Unsur P dalam air juga merupakan unsur penting untuk pertumbuhan
protista dan tanaman. Unsur P merupakan penyubur algae dan biota air
lainnya, sehingga dapat dijadikan tolok ukur kualitas air. Namun bila terlalu
banyak juga akan mengganggu kehidupan biota air.
f. Sulfur (S)
Unsur S dibutuhkan untuk sintesa protein dan dibebaskan saat terurai.
Sulfat (SO4) dapat direduksi menjadi sulfida dan gas H 2S oleh mikroba
dalam kondisi anaerob. H2S kemudian dioksidasi menjadi sulfat. Sulfat
direduksi menjadi sulfida yang akan mengganggu lumpur biologis apabila
konsentrasinya > 200 ppm. H 2S yang dibebaskan akan bergabung dengan
gas-gas CH4 dan CO2 dalam air buangan.
3. Sifat-Sifat Kimia Bahan Organik
a. Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak bersifat cair yang keduanya mempunyai komponen
karbon dan hidrogen yang bersifat tidak larut dalam air. Sifat lainnya
adalah tidak mudak terurai oleh mikroba. Dengan adanya minyak dan
lemak dalam air akan mengakibatkan DO dalam air menjadi semakin kecil,
sehingga akan mengganggu kehidupan biota air.
b. Kebutuhan Oksigen Biologis (Biological Oxygen Demand = BOD)
BOD adalah jumlah kebutuhan oksigen untuk mikroba dalam air secara
biologis untuk mengoksidasi bahan organik yang mudah terurai pada
waktu tertentu (umumnya 5 hari/BOD 5) sehingga bahan organik tersebut
dapat terurai. Semakin tinggi BOD semakin rendah DO, sehingga kualitas
air semakin jelek dan kehidupan biota air menjadi semakin terganggu. BOD
ini merupakan salah satu parameter kunci untuk kualitas air.
c. Kebutuhan Oksigen Kimia (Chemical Oxygen Demand = COD)
COD adalah jumlah kebutuhan oksigen untuk mikroba dalam air secara
kimia untuk mengoksidasi bahan organik, baik yang mudah terurai maupun
tidak mudah terurai. Test COD merupakan informasi tambahan terhadap
test BOD sebagai parameter pencemaran air. Dibanding test BOD, test
COD memerlukan waktu yang lebih singkat. Test COD ini juga merupakan
parameter kunci untuk pencemaran air.
d. Deterjen
4
Bahan ini banyak digunakan untuk keperluan rumah tangga yaitu untuk
mencuci. Bahan aktif deterjen di Indonesia sebelum tahun 1993 masih
menggunakan ABS (Alkyl Benzene Sulfonat) yang bersifat sulit terurai
dalam air, sehingga dapat menimbulkan pencemaran air. Setelah tahun
1993 bahan aktif tersebut telah diganti oleh bahan yang relatif mudah
terurai yaitu ALS (Alkyl Linier Sulfonat), namun harganya relatif lebih
mahal.
e. Phenol
Bahan ini merupakan unsur bahan organik yang bersifat racun terhadap
kulit dan tenggorokan serta merupakan bahan yang dapat menyebabkan
iritasi yang kuat pada kulit. Toleransi maksimum dalam air adalah 2 mg/l.
IV. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR
1. Limbah Cair Rumah Tangga/Domestik
Limbah cair ini antara lain berasal dari buangan rumah tangga, hotel, rumah
sakit, dan sebagainya. Limbah ini umumnya berasal dari buangan mandi,
cuci, dan dapur. Pada umumnya limbah cair ini mempunyai karakteristik BOD
rata2 220 mg/l, COD rata-rata 500 mg/l, Padatan terlarut rata-rata 500 mg/l,
padatan tersuspensi rata-rata 220 mg/l, minyak dan lemak rata-rata 100 mg/l.
2. Limbah Cair Pertanian
Limbah cair ini berasal air larian yang masih mengandung sisa pupuk
anorganik (N-P-K) dan pestisida yang tidak terserap dalam tanah. Pupuk
anorganik dan pestisida tidak semuanya terserap oleh tanah, sehingga
sisanya menjadi limbah yang sebagian terakumulasi dalam tanah dan
sebagian lagi terikut dalam air larian sehingga dapat menimbulkan limbah cair
yang nantinya akan masuk ke saluran, sungai, waduk dan sebagainya dan
akhirnya akan mengganggu kesehatan manusia dan kehidupan biota
perairan.
3. Limbah Cair Pertambangan
Limbah cair ini berasal dari air larian yang mengandung unsur-unsur dalam
tambang seperti misalnya tambang batubara adalah unsur S yang
menimbulkan air asam bila dibuang ke badan air. Sedangkan untuk tambang
lainnya sangat tergantung dari unsur yang dikandungnya.
4. Limbah Cair Industri
Limbah cair ini berasal dari kegiatan industri yang membuang limbah cairnya
ke badan air. Limbah cair industri umumnya mempunyai kandungan
pencemar yang tinggi yang ditandai oleh kandungan COD dan BOD yang
tinggi (untuk COD umumnya di atas 1000 mg/l, sedangkan untuk BOD
umumnya setengah dari COD).
Curah hujan di suatu daerah akan berbeda denga daerah lainnya. Hal ini
akan berpengaruh terhadap kualitas air di sekitarnya. Daerah yang
mempunyai curah hujan yang tinggi relatif mempunyai dayadukung terhadap
kualitas air yang relatif tinggi pula. Namun hal ini tidak berlaku bila di daerah
tersebut mempunyai tingkat polusi udara yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh
air hujan yang membawa pencemar udara ke dalam air berupa hujan asam
yang membahayakan kehidupan biota air.
Penurunan kualitas air dan pencemaran air sebagai akibat adanya limbah
cair yang bersifat korosif dapat menimbulkan kerusakan benda, terutama
pada benda-benda logam yang terkena limbah cair tersebut. Dengan
demikian benda-benda tersebut akan mengalami kerusakan yang lebih cepat,
sehingga dibutuhkan biaya pemeliharaan yang lebih besar.
a. Proses Aerobik
10
11
VIII. PENUTUP
Dengan mengetahui, mendalami dan memahami tentang proses pencemaran air
dan pengendaliannya, maka diharapkan dapat bermanfaat bagi peserta serta
dapat diimplementasikan di daerah masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
1. Corbitt, R.A.1990. Standard Hanbook Of Environmental Engineering.
McGraw Hill. Inc. New York.
2. Djajadiningrat, A.1994. Pengolahan Limbah Cair. Pelatihan Pengolahan
Limbah., ITB, Bandung.
3. Suratmo, F. Gunarwan. 1991. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
4. Metcalf and Eddy. 1979. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal,
Reuse. 2nd Edition. McGraw Hill Series Water Resources
and Environmental Engineering, New York.
5. Nugroho, A. 1997. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Lanjut Bagian I.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro, Semarang.
6. Sugiarto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Limbah Cair., Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
7. RTM Sutamihardja. 1990. Dampak pada Ekologi Perairan. Kursus AMDAL A,
LSM BINTARI, Semarang.
12