Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum terjadi dalam
masyarakat kita. Keadaan itu terjadi jika tekanan darah pada arteri utama didalam tubuh
terlalu tinggi. Hipertensi kini semakin sering dijumpai pada orang lanjut usia.Tekanan
darah tubuh yang normal adalah 120/80 (tekanan sistolik 120 mmHg dan tekanan
diastolik 80 mmHg). Namun, nilai tekanan darah tersebut tidak memiliki nilai yang baku.
Hal itu berbeda-beda tergantung pada aktifitas fisik dan emosi seseorang.
Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya
cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara
teratur. Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi
penyebab penyakitnya. Hipertensi sebenarnya dapat diturunkan dari orang tua kepada
anaknya. Jika salah satu orang tua terkena hipertensi, maka kecenderungan anak untuk
menderita hipertensi adalah lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki
orang tua menderita hipertensi.
Keluhan yang mungkin timbul akibat hipertensi antara lain yaitu nyeri di daerah kepala
bagian belakang, mimisan, penglihatan yang kabur, kelemahan pada otot, mual, muntah,
dan sebagainya.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Pengobatan tanpa obat, antara lain dengan diet rendah garam, kolesterol, dan
lemak jenuh; peredaan stres emosional; berhenti merokok dan alkohol; serta
latihan fisik secara teratur.
Pengobatan dengan menggunakan obat antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat
antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat antihipertensi yang
tepat, sebaiknya langsung menghubungi dokter.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari berbagai faktor penyebab
terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit tersebut sebenarnya dapat
ditekan.
Jenis Hipertensi
Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease. Umumnya penderita tidak
mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.
Penyakit ini dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat
menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial-ekonomi.
Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu primer dan sekunder.
Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas.
Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti
bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90 persen pasien
hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini.
Golongan kedua adalah hipertensi sekunder yang penyebabnya boleh dikatakan telah
pasti, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, dan
terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah.
Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas yang tidak dapat dikontrol (seperti
keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan yang dapat dikontrol (seperti kegemukan,
kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam). Hipertensi dapat dicegah
dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup.
Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah
sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg). Sistolik adalah
tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung
mengkerut). Diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan
menyedot darah kembali (pembuluh nadi mengempis kosong).
Tekanan darah normal (normotensif) sangat dibutuhkan untuk mengalirkan darah ke
seluruh tubuh, yaitu untuk mengangkut oksigen dan zat-zat gizi. Berdasarkan diastolik
dan sistolik, penggolongan tekanan darah serta saran yang dianjurkan adalah seperti pada
Tabel 1.
Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain pusing, muka
merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan
lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal,
pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta
kelumpuhan.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen
yang diproduksi di hati.
Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin
I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.
Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah
melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.
ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin
yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada
akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi
aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada
gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
Ambang Batas Rasa
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, natrium memegang peranan penting terhadap
timbulnya hipertensi. Natrium dan klorida merupakan ion utama cairan ekstraseluler.
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar,
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak
kepada timbulnya hipertensi.
Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber
natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan
(monosodium glutamat = MSG), dan sodium karbonat.
Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram
per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena
budaya masak-memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam.
Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas yang
tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang agak tawar.
Konsumsi garam ini sulit dikontrol, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi makanan di
luar rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain).
Sumber natrium yang juga perlu diwaspadai adalah yang berasal dari penyedap masakan
(MSG). Budaya penggunaan MSG sudah sampai pada taraf yang sangat
mengkhawatirkan. Hampir semua ibu rumah tangga, penjual makanan, dan penyedia jasa
katering selalu menggunakannya. Penggunaan MSG di Indonesia sudah begitu bebasnya,
sehingga penjual bakso, bubur ayam, soto, dan lain-lain, dengan seenaknya
menambahkannya ke dalam mangkok tanpa takaran yang jelas.
Imbangi Kalium
Berbeda halnya dengan natrium, kalium (potassium) merupakan ion utama di dalam
cairan intraseluler. Cara kerja kalium adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium
yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga
cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.
Dengan demikian, konsumsi natrium perlu diimbangi dengan kalium. Rasio konsumsi
natrium dan kalium yang dianjurkan adalah 1:1. Sumber kalium yang baik adalah buahbuahan, seperti pisang, jeruk, dan lain-lain. Secara alami, banyak bahan pangan yang
memiliki kandungan kalium dengan rasio lebih tinggi dibandingkan dengan natrium.
Rasio tersebut kemudian menjadi terbalik akibat proses pengolahan yang banyak
menambahkan garam ke dalamnya.
Sebagai contoh, rasio kalium terhadap natrium pada tomat segar adalah 100:1, menjadi
10:6 pada tomat kaleng dan 1:28 pada saus tomat. Contoh lain adalah rasio kalium
terhadap natrium pada kentang bakar 100:1, menjadi 10:9 pada keripik, dan 1:1,7 salad
kentang.
Dari data tersebut tampak bahwa proses pengolahan menyebabkan tingginya kadar
natrium di dalam bahan, sehingga cenderung menaikkan tekanan darah.
(Prof. DR. Ir. Made Astawan, MS.Guru Besar Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi IPB)
kategori
normal
normal tinggi
stadium 1
(hipertensi ringan)
stadium 2
(hipertensi sedang)
stadium 3
(hipertensi berat)
stadium 4
(hipertensi maligna)
140-159 mmhg
90-99 mmhg
160-179 mmhg
100-109 mmhg
180-209 mmhg
110-119 mmhg
hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah,yang apabila tidak diobati akan
menimbulkan kematian dalam 3-6 bulan,Hipertensi ini jarang terjadi,hanya 1 dari 200
orang yang menderita hipertensi.
1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya
2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak
dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang terjadi
pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklerosis.
dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu
mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. volume darah dalam tubuh
meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
Begitu juga sebaaliknya,tekanan darah rendah disebabakan oleh aktivitas memompa
jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi. Cara
yang paling baik dalam menghindari tekanan darah tinggi adalah dengan mengubah ke
arah gaya hidup sehat seperi akif berolahraga, Mengatur diet atau pola makan seperti
rendah garam, rendah kolesterol dan lemak jenuh, meningkatkan konsumsi buah dan
sayuran, tidak mengkonsumsi alcohol dan rokok
Namun apabila anda telah didiagnosa terkena Hypertensi,langkah awal terpenting adalah
agar menurunkan tekanan darah anda dengan mengikuti gaya hidup sehat seperti di atas
dan mengkonsumsi obat sesuai dengan petunjuk dokter.Selain itu dianjurkan juga untuk
Melakukan pemeriksaan laboratorium dengan panel evaluasi awal hipertensi atau panel
hidup sehat dengan hipertensi
Tujuan pemeriksaan laboratorium pada pasien hipertensi :
darah tinggi, penyakit jantung bawaan, penyakit otot dan selaput jantung, gangguan irama
jantung dan penyakit pembuluh darah perifer.
Menurut Santoso, yang paling penting adalah penyakit Jantung Koroner (PJK)
karena ini yang paling banyak terdapat pada usia produktif dan merupakan penyebab
kematian utama pada usia 45 tahun keatas. Penyakit darah tinggi (Hipertensi ) terdapat
pada 14% penduduk indonesia (MONICA), sedangkan penyakit jantung bawaan terdapat
pada 6-8 dari 1000 kelahiran.
PARADIGMA SEHAT :
Santoso mengatakan, upaya kuratif termasuk pembedahan dan intervensi non bedah
demikian juga upaya sekunder pada umunya memerlukan biaya yang mahal, maka
untuyk pencegahan di masyarakat sebaiknya di lakukan pencegahan primer bahkan
sedapat mungkin dilakukan pencegahan primodial.
Dengan demikian, kata santoso yang menjadi sasaran adalah orang yang masih sehat
dan mengingat bahwa dimulainya awal proses ateros-klerosis adalah sejak usia muda,
sasaran ini harus ditujukan terutama pada penduduk usia muda.
Pengalaman di negara-negara maju termasuk Australia ini kematian akibat penyakit
kardioveskular dapat diturunkan sampai 30% dan sampai saat ini masih cenderung
menurun. Upaya yang mempunyai peran utama adalah pengendalian lipid dan tekanan
darah melalui edukasi tentang gaya hidup sehat, konsumsi gizi seimbang serta
memelihara berat badan ideal; hidup aktif berolahraga serta tidak merokok. Upaya kuratif
yang mahal seperti perawatan intensif, tidak besar peranannya terhadap penurunan
moralitas dalam populasi.
Upaya dalam rangka paradigma sehat kardioveskular dapat digambarkan sebagai
berikut, lihat tabel :
Upaya yang
diperlukan
1. Merokok
3. Tekanan Darah
Memeriksa tekanan
darah sebelum usia
kerja dan sebelum usia
40 tahun
4. Berat Badan
Memelihara berat
badan ideal
6. Relaksasi
Upaya ini dicakup dalam slogan Panca upaya jantung kesehatan jantung yang
dicanangkan oleh Yayasan Jantung Indonesia sejak tahun ini , yaitu "SEHAT" yang
merupakan singkatan dari Seimbang gizi, Enyahkan rokok, Hindari Stress, Atasi tekanan
darah tinggi, Teratur berolah raga
MENDETEKSI PJKA SECARA DINI
"Apabila kita ingin mendeteksi penyakit jantung koroner (PJK) pada stadium yang
sangat dini sekali (artinya belum ada penyempitan ) sampai saat ini belum ada petanda
Marker yang bisa bener-bener menunjukan bahwa seseorang sudah menderita stadium
awal sekali dari PJK . Kateterisasi jantung, yaitu memasukan pipa lentur kedalam jantung
untuk memotret pembuluh darah itu, hanya dapat menunjukan bila sudah ada
penyempitan, jadi ini bukan deteksi dini.
Pemeriksaaan ini biayanya mahal dan mempunyai resiko kematian meskipun kecil"
Ujar santoso. Pemeriksaan uji latih jantung (treadmill Test) Mampu mendeteksi pada
80% orang yang sudah mempunyai penyempitan pembuluh koroner bermakna, meskipun
orang tersebut tidak mempunyai keluhan atau gejala sakit dada dalam keadaan biasa.
"Jadi tes ini sebenarnya juga bukan deteksi dini, namun penting apabila kita mencurigai
adanya PJK terutama pada usia 40 tahun keatas dan orang-orang yang mempunyai faktor
resiko. Biaya pemeriksaan relatif murah." Tuturnya lagi.
Pemeriksaan skening ultrafast bisa menunjukan adanya plak pengapuran sebesar 2
mm di pembuluh darah, namun lagi-lagi ini bukan petanda yang dini sekali. Pemeriksaan
ini juyga relatif mahal meskipun bahayanya praktis tidak ada.
Oleh karena itu, kata Santoso, sebenarnya yang penting adalah mendeteksi ada
tidaknya faktor resiko pada seseorang jauh sebelum terjadi kelainan di pembuluh darah.
Faktor resiko yang dengan mudah dan relatif sangat murah di periksa adalah : riwayat
keluarga yang menderita penyakit jantung atau stroke, tekanan darah tinggi , merokok,
berat badan berlebih (gemuk), kelebihan kolesterol (dislipidemia), kencing manis
(diabetes militus).
Orang yang mempunyai orang tua kandung atau saudara kandung yang meniggal
tiba-tiba, atau mengalami serangan jantung atau stroke pada usia muda dibawah 60 tahun
hanrus lebih tanggap. Ia harus mengusahakan agar jangan ada faktor-faktor resiko lain
pada dirinya. ia harus sejak dini mengusahakan gaya hidup sehat (tidak merokok, rajin
olah raga, makan-makanan sehat-seimbang dll ).
Tekanan darah tinggi dapat di deteksi dengan memeriksakan tekanan darah, pertama
kali pada usia remaja, kemudian sebelum memasuki lapangan kerja , dan kalau normal,
sekurang-kurannya di ulangi pada usia 40 tahun.
Berat badan dapat di periksa sejak dini, dan bila ada kegemukan (kelebihan berat
badan ) segera mengusahakan menurunkannya dengan diet dan olah raga.
Kadar kolesterol perlu diperiksa pada masa kanak-kanak dan usia remaja , apabila di
dalam riwayat keluarga ada faktor keturunan yang kuat , misalnya kakek sakit jantung
atau stroke, ayah atau ibu juga menderita sakit jantung atau stroke.
Kadar gula darah, juga pada prinsipnya harus di deteksi pada usia dini apabila ada
riwayat kencing manis yang kuat di dalam keluarga kandung.
Faktor resiko lain, seperti kadar fibrinogen, homosistein, kadar ipa, tidak
begitu penting di periksa sejak dini, dan sampai saat ini belum diterima luas.
Petugas kesehatan harus lebih waspada pada kelompok pasien dengan resiko tinggi IMA,
seperti pasien-pasien dengan hipertensi, hiperlipidemia, merokok, diabetes dan pasien
dengan riwayat AP. Pasien dan keluarga diberi bekal pengetahuan tentang serangan
jantung dan ketrampilan menggunakan nitrogliserin SL bila terkena AP, yang dapat di
ulang setiap 5 menit sampai 3 kali. Bila setelah 15 menit gejala belum hilang, pasien
harus segera di bawa ke pusat layan kesehatan yang mampu merekam dan interpretasi
EKG, melaksanakan "Advance Cardiac life Support (ACLS), monitor EKG, dan
pemberian reperfusi dengan trombolitik ataupun angioplasti bila ada indikasi.
"Primary Care Plysicians" termasuk dokter keluarga harus berperan banyak dalam
strategi tatalaksana awal. Pelayanan ambulan gawat darurat yang dilengkapi peralatan
standar ACLS, petugas mampu BHD dan BHL, sehingga mereka mampu memberikan
pengobatan di perjalanan menuju rumah sakit, bila di perlukan.
Karena tingginya kejadian fibrikasi ventrikel dan aritmia letal lainnya pada jam-jam
pertama serangan IMA, maka monitor EKG harus segera dipasang dan disiapkan
defibrilasi. Ingat penggunaan triad untuk memudahkan mengingat tindakan pada
penatalaksanaan awal yaitu : Airway-breathing-Circulatiopn (ABC) dan oksigen-IVMonitor (OIM), untuk tatalaksana IMA perlu memahami obat-obatan dan tindakan bila
terjadi komplikasi IMA sesuai ACLS.
Penatalaksanaan awal IMA terdiri dari tatalaksana pra rumah sakit dan tatalaksana di
rumah sakit. Algoritme IMA menyajikan rekomendasi penatalaksanan awal pasien-pasien
dengan sakit dada dan kemungkinan IMA. Terdapat 4 komponen yang harus
melaksanakan koordinasi untuk mencapai hasil yang terbaik dari penatalaksanan yaitu :
Masyarakat, sistem Gawat darurat dan unit perawatan koroner.
pada penatalaksanan penyakit serangan jantung serta penyakit serangan otak adalah
memberikan pertolongan pertama secara segera dan tepat. Untuk dapat dilaksanakannya
peranan ini, banyak hal yang perlu dilakukan. Termasuk yang terpenting adal;ah
meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan dokter keluaraga tentang: penyakit
serangan jantung serta penyakit serangan otak.
Ke-tiga, merujuk pasien kesarana pelayanan kesehatan yang sesuai. Selanjutnya,
apabila pertolongan pertama ini telah dapat dilakukan dengan baik, maka peranan ketiga
yang dapat dilaksanakan oleh dokter keluarga pada penatalaksanan penyakit serangan
otak adalah merujuk pasien kesarana pelayanan kesehatan yang tepat. Untuk dapat
dilaksanakannya peranan ini, dokter keluarga harus mengetahui pelbagi sarana kesehatan
yang berada diwilayah kerjanya, serta apabila mungkin dapat menjalin hubungan kerja
yang baik, sehingga akan memudahkan pelansanaan pelayanan kesehatan rujukan yang
diperlukan oleh pasien.
Ke-empat, membantu pelayanan lanjutan yang diperlukan oleh pasien. Peranan ke-4
dari dokter keluarga dalam pelaksanan penyakit serangan jantung serta penyakit serangan
otak adalah membantu pelanan lanjutan, utamanya dalam memberikan informasi yang
lengkap tentang pasien. Keberhasilan penatalaksanaan penyakit serangan jantung serta
penyakit serang otak adalah membantu pelayanan lanjutan , utamanya dalam memberikan
informasi yang lengkap tentang pasien. Penatalaksanaan penyakit serangan jantung serta
penyakir serangan otak sangat di tentukan antara lain oleh pengetahuantentang kebiasaankebiasaan pasien, obat-obat yang sering digunakan, serta tentang kesehatan pasien secara
umum, yang memang dimiliki secara lengkap oleh setiap dokter keluarga.
Source :
BIDI (Berita Ikatan Dokter Indonesia )
Jantung kita adalah organ yang paling mengagumkan.Tanpa henti memompa oksigen dan
nutrisi melaui darah ke seluruh tubuh.Jantung kita berdetak 100 ribu kali per hari atau
memompa sekitar 2000 galon per hari.
Ketika berdetak, jantung memompa darah melaui pembuluh-pembuluh darah ke seluruh
tubuh. Pembuluh-pembuluh ini sangat elastis dan bisa membawa darah ke setiap ujung
organ tubuh kita.
Darah sangat penting karena berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru dan
nutrisi ke setiap jaringan tubuh, juga membawa sisa-sisa seperti karbon dioksida keluar
dari jaringan-jaringan tubuh
Jaringan pembuluh-pembuluh darah ini sangat luas, jika dibentangkan panjangnya bisa
mencapai lebih dari 60 ribu mil.Cukup untuk mengelilingi bumi lebih kali 2 kali !
Jantung kita terletak di sebelah kiri bagian dada, di antara paru-paru, tersarung oleh
tulang rusuk. Bagian luaranya terdiri dari otot-otot. Otot-otot tersebut saling berkontraksi
dan memompa darah melulai pembuluh arteri. Bagian dalam terdiri dari 4 buah bilik.
Dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian kanan dan kiri yang dipisahkan oleh dinding otot
yang disebut septum. Bagian kanan dan kiri dibagi lagi menjadi 2 bilik atas yang disebut
dengan atria dan dua bilik bawah yang disebut dengan ventricle, yang memompa darah
menuju arteri.
Atria dan verticle bekerja secara bersamaan,menyebabkan kontraksi dan relaksasi untuk
memompa darah keluar dari jantung. Darah yang keluar dari bilik akan melewati sebuah
katup. Terdapat 4 buah katup di dalam jantung. Yaitu mitral, tricuspid, aortic, dan
pulmonic (sering juga disebut dengan pulmonary).
Katup-katup ini berfungsi untuk mengatur jalannya aliran darah menuju ke arah yang
benar. Tiap katup mempunyai penututup yang disebut leaflets atau cusps. Katup mitral
mempunyai 2 buah leaflets , yang lainnya memiliki 3 buah leaflets.
Bagian kanan dan kiri jantung bekerja secara bersamaan membuat suatu pola yang
bersambung secara terus menerus yang membuat darah akan terus mengalir menuju
jantung paru-paru dan bagian tubuh lainnya.
Bagian kanan :
Darah memasuki jantung melalui 2 bagian pembuluh vena inferior dan superior
yang membawa oksigen kosong dari tubuh menuju ke bagian kanan atrium.
Ketika atrium berkontraksi,darah mengalir dari bagian kanan atrium menuju
bagian kanan ventricle melalui katup tricuspid.
Ketika ventricle penuh,maka katup triscupid akan menutup untuk mencegah darah
mengalir kembali ke bagian atria ketika ventricle berkontraksi.
Ketika ventricle berkontraksi,darah akan mengalir keluar melalui katup pulmonic
menuju arteri dan paru-paru yang mana pada bagian ini darah akan mendapatkan
oksigen.
Bagian kiri :
mereka yang mempunyai risiko penyakit diabetes. Penghambat beta dan diuretic
merupakan kelas obat yang paling sering dikaitkan dengan diabetes. Sebaliknya, ARB
dan penghambat EKA paling aman untuk diabetes. Penelitian tambahan diperlukakan
untuk mengkonfirmasi hasil-hasil pada studi ini.
Peneliti juga memeriksa pemakaian kombinasi obat untuk pengobatan tekanan darah
tinggi yang efektif. Kebanyakan pasien mengkonsumsi obat yang terpisah untuk
mengontrol tekanan darah mereka. Peneliti mengevaluasi kombinasi obat dengan dosis
yang lebih rendah dalam satu sediaan kapsul. Para peneliti percaya bahwa penelitian yang
baik diperlukan untuk melihat manfaat terapi ini.
Mayoritas pasien dengan tekanan darah tinggi akan memerlukan obat-obatan selam hidup
mereka untuk mengontrol tekanan darah mereka. Pada beberapa kasus, dua atau tiga
antihipertensi dapat diberikan. Beberapa studi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa
kombinasi tersebut tidak hanya menurunkan tekanan darah namun juga menurunakan
risiko stroke dan penyakit jantung iskemik. Penelitian yang lainnya menyarankan
penghentian pemakaian obat antihipertensi pada pasien dengan tekanan darah yang tidak
terlalu tinggi dan hanya menjalani perbaikan gaya hidup saja. Perubahan gaya hidup yang
paling penting pada studi yang ada adalah penurunan berat badan dan konsumsi diet
rendah garah. Strategi seperti latihan, rencana diet dan terutama perubahan obat-obatan
sebaiknya didiskusikan dengan dokter sebelum diaplikasikan.
Para peneliti juga telah mencari sumber genetic tekanan darah tinggi. Dengan
mengidentifikasi gen penyebab tekanan darah tinggi pada pasien dapat menolong dokter
untuk meresepkan obat antihipertensi yang paling efektif.
Modifikasi gaya hidup:
Masyarakat dengan tekanan darah tinggi sebaiknya menghindari beberapa aktivitas
tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah dan frekuensi jantung pada tingkat yang
membahayakan. Diantaranya :
Sangat penting bagi paenderita hipertensi untuk membatasi jumlah waktu yang
dihabiskan untuk aktivitas tersebut diatas hanya kurang dari 10 menit. Setelah terjadinya
paparan terhadap lingkungan ini, pasien sebaiknya duduk menjauh dari sumber panas
selama beberapa menit sebelum berdiri kembali dengan tujuan untuk meminimalkan
risiko terjadinya pusing kepala atau pingsan (sinkope).
Pasien hipertensi harus lebih berhati-hati mengenai pemakaian obat-obatan bebas (OTC)
yang mengandung vaskokonstriktor, yang mana dapat menaikkan tekanan darah. Obatobatan tersebut seperti:
tetes mata
antihistamin
flu, sinus dan obat batuk (terutama yang mengandung dekongestan)
Pasien hipertensi disarankan untuk mengikuti anjuran dokter mengenai pengobatan untuk
mencegah konsekuensi kesehatan yang serius. Pasien juga disarankan untuk berdiskusi
dengan dokter mengenai efek samping atau hal lainnya yang berhubungan dengan
pengobatan.
PENYAKIT JANTUNG KORONER
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh
penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot
jantung. Karena sumbatan ini, terjadi ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan
oksigen otot jantung yang dapat mengakibatkan kerusakan pada daerah yang terkena
sehingga fungsinya terganggu.
Untuk dapat berfungsi dengan baik dalam memompa darah ke seluruh tubuh,jantung
membutuhkan sumber energi berupa O2 yang didapat dari darah. Jantung memperoleh
masukan darah (kaya oksigen) dari pembuluh arteri koronaria yang mengelilingi jantung.
Karena berbagai macam faktor (usia tua, kebiasaan merokok, penyakit tekanan darah
tinggi dan penyakit gula), pembuluh darah dalam tubuh, termasuk juga pembuluh arteri
koronaria, akan mengalami penyempitan dan pengerasan. Proses penyempitan dan
pengerasan pembuluh darah ini dikenal sebagai atherosklerosis. Pada tahap awal,
atherosklerosis hanya akan mengurangi pasokan darah ke jantung. Namun, lama
kelamaan akan menimbulkan hambatan total aliran darah sehingga daerah yang
diperdarahi akan mengalami kerusakan, karena terjadi kekurangan supply O2 (iskemi).
Apabila daerah yang rusak menjadi banyak, fungsi jantung akan semakin berkurang dan
orang yang bersangkutan akan mengalami gagal jantung.
Pada orang-orang yang sering berolah raga, jumlah pembuluh kolateral(penghubung) di
jantung menjadi bertambah banyak sehingga apabila salah satu terhambat, jantung masih
mendapat pasokan darah dari pembuluh yang lain.
Penyakit jantung iskemik biasanya mulai nampak pada usia pertengahan ketika pembuluh
arteri mulai mengalami penyumbatan, antara lain karenafaktor-faktor resiko PJK tidak
dikendalikan dengan baik.
Keadaan atherosklerosis juga dapat mengundang bahaya besar yang mendadak, yaitu
apabila karena suatu sebab terjadi pengerutan (spasme) pembuluh darah mendadak
sehingga pembuluh menyempit dengan tiba-tiba. Pasien yang mengalami hal ini akan
merasakan nyeri dada hebat, bahkan dapat meninggal. Inilah yang dikenal sebagai
serangan jantung.
John Winata
Tekanan darah
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Langsung ke: navigasi, cari
Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah
ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah
dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80
mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan
jantung, dan disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat
jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole. Saat yang paling
baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat Anda istirahat dan dalam keadaan duduk
atau berbaring.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak
secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan
darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan
aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga
berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.
Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu
dikatakan mengalami masalah darah tinggi. Penderita darah tinggi mesti sekurangkurangnya mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat
istirahat
Apakah dia Tekanan Darah?
Tekanan darah adalah tekanan yang dikenakan terhadap pembuluh arteri semasa
peredaran darah yang disebabkan oleh denyutan jantung.
Bagaimana Tekanan Darah Diukur?
Tekanan darah ada dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg.
Nombor atas (120) menunjukkan tekanan keatas pembuluh arteri akibat denyutan
jantung. Ia dipanggil tekanan sistolik. Nombor bawah (80) menunjukkan tekanan semasa
jantung berehat di antara pengepaman. Ia dipanggil tekanan diastolik. Masa yang paling
baik untuk mengukur tekanan darah adalah semasa anda rehat dan dalam keadaan duduk
atau baring.
Tekanan Darah berubah-ubah
Kadar tekanan darah tidak sama sepanjang masa. Ia sering berubah-ubah mengikut
keperluan badan anda. Jika tekanan darah anda tinggi, doktor anda akan memeriksa
semula tekanan darah anda untuk beberapa kali bagi menentukan kadar tekanan darah
anda yang sebenar.
serangan jantung
angin ahmar
kegagalan jantung
Serangan jantung
Angin ahmar
Kegagalan jantung
Kerosakan buah pinggang
Tekanan darah
Dari Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas.
Lompat ke: navigasi, gelintar
Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dikenakan oleh darah pada pembuluh
arteri darah ketika darah di pam oleh jantung keseluruh anggota tubuh badan manusia.
Tekanan darah di buat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut
- 120 /80 mmHg. Nombor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri
akibat denyutan jantung. Ia dipanggil tekanan sistolik. Nombor bawah (80) menunjukkan
tekanan semasa jantung berehat di antara pengepaman. Ia dipanggil tekanan diastolik.
Masa yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah semasa anda rehat dan
dalam keadaan duduk atau baring.
Sekiranya tekanan darah didapati sentiasa lebih tinggi dari kadar biasa secara berlarutan
seseorang itu dikatakan mengalami masalah darah tinggi. Pesakit darah tinggi mesti
sekurang-kurangnya mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg
semasa berehat.
Diambil daripada "http://ms.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah"
Tes Gula Darah: Menimbang Ambang Normal
2004-02-27 12:39:04 (Yus Ariyanto)
Dari makanan yang masuk ke tubuh, kita memperoleh glukosa atau gula darah yang
akan berubah menjadi energi. Tapi, selalu ada sisa glukosa yang belum berubah menjadi
energi
Tes Gula Darah:
Menimbang Ambang Normal
Yus Ariyanto
Dari makanan yang masuk ke tubuh, kita memperoleh glukosa atau gula darah yang akan
berubah menjadi energi. Tapi, selalu ada sisa glukosa yang belum berubah menjadi
energi. Nah, sisa gula darah tersebut bakal disimpan di sel-sel tubuh dengan bantuan
hormon insulin. Tanpa hormon yang diproduksi di pankreas itu, tubuh tidak bakal
sanggup melakukan metabolisme glukosa dengan baik.
Cuma, ada tubuh-tubuh yang tak mampu atau kurang banyak memproduksi insulin.
Akibatnya, glukosa tak bisa disalurkan ke sel-sel tubuh dengan lancar dan menumpuk di
darah. Di titik inilah, seseorang disebut terkena diabetes mellitus atau diabetes. Jadi,
secara sederhana, diabetes adalah suatu kondisi ketika kandungan glukosa di darah
terlampau tinggi.
Diabetes mesti diwaspadai. Pasalnya, penyakit ini bisa membawa komplikasi ke sejumlah
organ tubuh lain. Komplikasi itu, antara lain, gangguan penglihatan, gagal ginjal,
penyakit jantung, dan stroke.
Sejauh ini, ada dua tipe diabetes yang dikenal. Tipe pertama ditandai dengan ketiadaan
sama sekali produksi insulin dalam tubuh. Tipe pertama ini sering disebut dengan
dependent-insulin diabetes. Lazimnya, tipe ini menyerang anak-anak dan remaja karena
faktor keturunan. Jumlah penderita tipe ini berkisar antara 5 sampai 10 persen dari
keseluruhan penderita diabetes.
Tipe kedua menyerang orang-orang yang tak mampu memproduksi insulin dalam
tubuhnya dalam jumlah memadai. Tipe ini kerap disebut non-dependent insulin diabetes.
Secara kuantitatif, penderita tipe inilah yang terbanyak. Umumnya, tipe ini menyerang
mereka yang telah berusia di atas 40 tahun yang mengalami problem obesitas.
Secara umum, ada tiga tipe orang yang berisiko menderita diabetes. Pertama, individu
yang orang tuanya mengidap diabetes. Kedua, seseorang yang mengalami kegemukan.
Pasalnya, orang gemuk membutuhkan insulin lebih banyak sehingga cukup besar
kemungkinan ketakmampuan pankreas memproduksi insulin. Ketiga, wanita hamil dapat
juga menderita diabetes secara temporal. Jenis ini biasa disebut gestational diabetes.
Maklum, wanita hamil mengonsumsi makanan jauh lebih banyak ketimbang biasanya.
Sementara itu, diabetes juga bisa dideteksi dari gejala-gejala berikut:
1. Rasa haus yang luar biasa.
2. Selalu ingin buang air kecil, terutama pada malam hari
3. Kelelahan hebat
4. Hilangnya berat badan secara drastis
5. Penglihatan mengabur
Jika mengalami rangkaian gejala di atas, sebaiknya Anda menjalani tes gula darah.
Sejauh ini, ada dua jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan. Pertama, Anda mengecek
glukosa darah sendiri dengan cara memakai kertas penguji glukosa darah yang dijual
bebas. Cara pengujiannya adalah dengan menusukkan jarum steril ke jari sampai darah
menetes. Kemudian, darah tersebut dimasukkan kedalam kertas uji. Dalam hitungan
detik, darah itu akan berubah warna. Perubahan warna tersebut akan menentukan
gambaran kasar kadar gula darah Anda. Untuk menerjemahkan hasil tes itu, Anda
tinggal menengok boks indikator. Di sana tertera keterangan tentang kadar glukosa dari
tiap-tiap warna yang muncul.
Kedua, Anda mengeceknya di laboratorium kimia darah yang ada di setiap rumah sakit
besar. Ketika akan menjalani tes ini, Anda diwajibkan puasa selama minimal 8 jam.
Setelah itu, baru darah diambil sebanyak 5 sampai 10 cc. Kemudian, darah tersebut akan
dimasukkan ke alat PRECISION melalui jarum glukosa (glucostick). Kadar gula darah
Anda bisa disebut normal, jika pada tes itu nilainya kurang dari 110 mg/dl. Setelah itu,
pasien baru diperbolehkan makan.
Dua jam sesudah makan tersebut, darah Anda kembali diambil. Kali ini, nilai normalnya
adalah kurang dari 140 mg/dl. Jika dalam dua jam kadar glukosa tak kembali ke level
normal, orang tersebut kekurangan insulin. Sebab, dalam dua jam, insulin seharusnya
sudah bisa mendistribusikan glukosa ke dalam sel-sel berapapun banyaknya makanan
yang masuk ke tubuh.
Ketiga, pemeriksaan darah sewaktu. Pengujian ini banyak dilakukan orang-orang yang
langsung mengujikan glukosa darahnya sendiri tanpa terlebih dahulu berkonsultasi ke
dokter. Untuk jenis pengujian ini, pihak laboratorioum tidak melihat apakah Anda baru
makan atau tidak. Yang jelas nilai normalnya dipatok kurang dari 200 mg/dl.
Lantas, apa yang mesti dilakukan jika ternyata kadar gula Anda melampaui nilai normal?
Pertama-tama, kemungkinan besar Anda akan disarankan sekali untuk melakukan diet
dan berolahraga secara teratur. Jika dua hal tersebut telah dilakoni tapi kadar gula darah
masih tinggi, dokter biasanya memberikan obat-obatan golongan fibrat dan statin. Untuk
penderita dependent-insulin diabetes, mau tak mau, mesti diberikan asupan insulin setiap
hari.
Konsultasi ilmiah: Prof. DR. dr. A. Harryanto Reksodiputro, SpPD, KHOM (FKUI)
Laporan: Charles Tambunan
Catatan:
Ada tiga jenis tes (tes ketika puasa; tes 2 jam setelah makan; dan tes sewaktu). Untuk
setiap tes dipungut biaya yang besarnya sama seperti tertera di atas.
Gula Darah Tinggi Pengaruhi Mental Diabetisi
Penderita Diabetes bila mengalami penurunan fungsi mental dan suasana hati, mungkin
perlu segera diperiksa kadar gula darahnya. Karena menurut penelitian yang terbaru, gula
darah yang meningkat tinggi (hiperglikemia) akan mempengaruhi mental dan suasana
hati penderita diabetes tipe 2.
Diabetes tipe 2 merupakan diabetes yang paling banyak penderitanya. Diabetes tipe 2 ini
dulu disebut dengan diabetes tipe dewasa atau diabetes tidak tergantung insulin (NIDDM,
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus).
Penelitian ini dilakukan terhadap 20 partisipan yang berusia rata-rata 61 tahun, dan telah
menderita Diabetes selama 6 tahun. Mereka semua telah mendapat bermacam-macam
pengobatan, dari obat-obatan anti diabetik oral (yang diminum) hingga suntikan insulin.
Partisipan tersebut kemudian diberikan infus glukosa untuk mendapatkan kadar yang
tinggi glukosa dalam darah (hiperglikemia). Selama proses itu berlangsung, partisipan
dilakukan test atas tingkat perhatian, daya ingat dan kemampuan memroses informasi.
Hasilnya, pada keadaan hiperglikemia akut, kemampuan dan kecepatan memroses
informasi, daya ingat dan perhatian mereka, ternyata terganggu. Selain itu, partisipan juga
mengalami gangguan suasana hati, mereka kehilangan rasa gembiranya dan terjadi
peningkatan rasa cemas, kelelahan dan gelisah.
Jadi Diabetisi yang menunjukkan tanda-tanda penurunan fungsi mental dan suasana hati,
perlu segera mendapat penanganan. Hal ini dapat terjadi setelah mereka makan.
Sumber: Jurnal Diabetes Care
DIABETES MELITUS
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hyperglikemia (kadar - gula darah tinggi)yang
kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal. Akibat gangguan
hormonal tsb dapat menimbulkan komplikasi pada mata seperti katarak ,ginjal
(nefropati) ,saraf dan pembuluh darah. Ada dua type DM ,yang pertama adalah yang
tergantung dengan insulin ,type ini biasanya disebabkan karena destruksi dari sel beta
langerhans akibat proses auto imun. Sedangkan type yang kedua adalah DM yang tidak
tergantung pada insulin akibat dari kegagalan relatif sel beta langerhans.
Gejalanya :
Sementara itu, diabetes juga bisa dideteksi dari gejala-gejala berikut:
1. Rasa haus yang luar biasa.
2. Selalu ingin buang air kecil, terutama pada malam hari
3. Kelelahan hebat
4. Hilangnya berat badan secara drastis
5. Penglihatan mengabur
Biasanya akan terdapat gejala banyak buang air kecil ,terutama pada malam hari
,sehingga penderita akan berulang kali bangun sebelum pagi hanya untuk ke kamar kecil.
Selain itu juga akan merasa cepat lapar dan akan merasa lapar lagi walau belum beberapa
lama. Merasa haus walau belum beberapa lama kamu minum . Gejala lain yang sering
juga dikeluhkan adalah sering kesemutan gatal ,mata kabur sehingga cepat gati kacamata
,disfungsi ereksi ,gatal-gatal pada vulva vagina. Banyak makan tapi badan menjadi kurus
,orang gemuk dengan cepat menjadi kurus.
Pemeriksaan Penunjang ;
Biasanya Dokter akan mengaunjurkan pemeriksaan gula darah puasa ,untuk menentukan
kadar gula dalam darah Gula darah puasa ,normal < 110 mg/dl 2 jam sesudah makan
normal < 200 mg/dl Bila nialai hasil pemeriksaan laboratorium lebih tinggi dari angka
normal ,maka ia dapat dinyatakan menderita DM.
Pengobatan :
Bila hasil laboratorium gula darah tidak terlalu jauh dari angka normal , maka dokter
akan menganjurkan diet rendah kalori terlebih dahulu dan olah raga secara teratur. Bila
telah melakukan diet dan olah raga kadar gula darah masih juga tinggi ,maka biasanya
dokter akan memberikan obat anti diabet atau OAD. Obat-obat Diabet yang beredar
dipasaran al : Daonil , Amaryl Glucophage , Diamicron dsb. tentunya ini hanya Dokter
yang boleh meresepkannya. JANGAN SEMBARANG MINUM OBAT ANTI
DIABET !!!tanpa rekomendasi dari Dokter ,karena dapat berakibat FATAL !!
Upaya yang dilakukan selama ini adalah dengan menerapkan terapi kontrol tekanan
darah. Terapi itu dilakukan pada umumnya dengan cara oral atau obat.
Namun, terapi tersebut menimbulkan pengaruh yang berbeda pada tiap orang. Karenanya,
terapi kombinasi sangat diperlukan. Tekanan darah tinggi merupakan peningkatan
tekanan darah yang menetap di atas batas normal. Orang dianggap menderita hipertensi
bila tekanan sistolik di atas 140 mmHg (milimeter air raksa) dan atau tekanan
diastoliknya di atas 90 mmHg.
Kenaikan tekanan darah diastolik dipandang lebih berbahaya daripada sistolik, karena
umumnya lebih menetap dan membebani kerja jantung. Untuk pengecekan tekanan
darah, perlu dilakukan dua atau tiga kali pemeriksaan. Untuk satu kali pemeriksaan,
dianggap tak mencukupi karena tekanan darah cenderung berubah-ubah dari jam ke jam.
Penyebab tekanan darah yang paling sering adalah aterosklerosis atau penebalan dinding
arteri yang membuat hilangnya elastisitas pembuluh darah. Sebab lainnya adalah faktor
keturunan, bertambahnya jumlah darah yang dipompa jantung, penyakit pada ginjal,
kelenjar adrenal, dan sistem syaraf sipatis. Pada mereka yang hamil, kelebihan berat
badan, stres, dan tekanan mental, hipertensi pun kerap menghinggapinya. Akibat dari
hipertensi bisa beragam, seperti komplikasi pembesaran jantung, penyakit jantung
koroner, dan pecahnya pembuluh darah otak.
Bahkan, hipertensi ini bisa juga menyebabkan kematian. Pengobatan hipertensi selama
ini didasarkan pada penyebabnya. Penanganan hipertensi meliputi kombinasi pemberian
obat, pengaturan diet, dan olahraga. Penderita pun perlu mengontrol tekanan darahnya
secara rutin. Dalam langkah terapi optimal hipertensi (HOT), terdapat terapi tunggal dan
kombinasi. Ternyata, dalam penelitian yang dilakukan PT Boehringer Ingelheim (PBI),
untuk monoterapi dengan pengobatan tunggal, hanya efektif untuk mengontrol tekanan
dengan hasil mencapai 40 persen sampai 50 persen pasien.
Responnya pun sangat rendah. Monoterapi tak cukup memberikan kontrol tekanan darah
yang efektif terhadap pasien dengan berbagai faktor risiko seperti diabetes, stroke,
penyakit jantung koroner, pasien lanjut usia, dan gemuk. Panduan penatalaksanaan
hipertensi yang disusun WHO, JNC-VII-USA pada Mei 2003, merekomendasikan pada
pasien hipertensi dengan berbagai risiko untuk mencapai target penurunan tekanan darah
yang diinginkan.
Dari awal, terapi sudah dapat dimulai dengan cara kombinasi. Rekomendasi target dari
panduan internasional tersebut adalah tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg bagi
pasien tanpa faktor risiko, kurang dari 130/85 mmHg pada pasien hipertensi dengan
diabetes atau gangguan fungsi ginjal, dan kurang dari 125/85 mmHg pada pasien
hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal dan proteinurea yang lebih dari 1 gram per 24
jam.
Terapi kombinasi sangat efektif bagi pasien angiotensin II receptor antagonist (AIIRA)
dan diuretik (hydrochlorothiazide-HCTZ). Terapi ini menggunakan zat aktif dari berbagai
kelas obat antihipertensi dengan efek berbeda tapi saling melengkapi. Pasien dengan
terapi kombinasi, dosisnya lebih kecil daripada dosis monoterapi sehingga efek samping
yang terjadi relatif juga lebih rendah. Seperti yang disampaikan oleh Prof Dr Jose
Roesma PhD SpPD-KGH, tentang penggunaan pengobatan kombinasi yang rasional.
Fokusnya adalah pada pengobatan telmisartan dan HCTZ. Penyampaian ini dilakukan
beberapa waktu lalu di Jakarta, dalam seminar yang diselenggarakan Boehringer
Ingelheim. Keuntungan terapi kombinasi adalah adanya dua zat aktif dalam satu tablet
hingga mudah dan praktis dipakai. "Sedangkan, kontrol tekanan darah lebih optimal
dibandingkan monoterapi," ujar Jose. Tak hanya itu saja. Terapi kombinasi sangat efektif
menurunkan tekanan darah sistolik pada lanjut usia dan pasien dengan berbagai risiko.
Keuntungan utama dari terapi ini adalah biaya terapi yang lebih rendah.
Penelitian di Eropa
Dalam penelitian yang dipimpin oleh HC Diener dengan dukungan PBI, merinci studi
pencegahan stroke di Eropa. Penelitian European Stroke Prevention Study kedua (ESPS2) ini meliputi 59 klinik dari 13 negara dengan responden sebanyak 6.602 orang. Studi ini
membuktikan efektivitas kombinasi dipyridamole lepas lambat dengan ASA (acetyl
salicyl acid) dalam mencegah stroke sekunder atau TIA (transiet ischemic attack).
HC Diener mengawali studi ini secara random, plasebo kontrol, dan samar ganda untuk
mengetahui efektivitas dan keamanan pemberian ASA dosis rendah, dipyridamole Iepas
lambat dan kombinasi keduanya. Setelah dua tahun, tim peneliti menyimpulkan bahwa
ASA dosis rendah dan dipyridamole efektif menurunkan risiko stroke secara jelas
(1:1.000), termasuk risiko stroke dengan kematian (1:100). Dibandingkan dengan
kelompok plasebo, papar Diener, risiko stroke pada ASA, berkurang 18 persen, dan pada
dipyridamole menjadi 16 persen.
Untuk terapi kombinasi keduanya, terdapat penurunan risiko stroke menjadi 37 persen.
Artinya, penelitian ini menunjukkan, risiko stroke sekunder dengan kombinasi kedua
pengobatan ini menurunkan risikonya dua kali lipat lebih efektif dibanding terapi tunggal
dari kedua pengobatan tersebut.
Sumber: Koran Republika, suplemen Medika, Selasa, 10 Februari 2004
Laporan : wed
Kini, hipertensi suatu penyakit yang hampir tidak bisa dihindari oleh setiap orang.
Tidak peduli berapa usianya. Jika zaman dulu penderitanya adalah para lansia, saat ini
kian meluas pada orang yang berusia lebih muda. Berbagai obat telah diteliti demi untuk
mendapatkan terapi hipertensi yang optimal.
Dr. Pranawa, SpPD, KGH, seorang staf bagian Nefrologi dan Hipertensi SMF. Ilmu
Penyakit Dalam RSU Dr. Soetomo menjelaskan bahwa hipertensi pada dasarnya
disebabkan oleh faktor yang kompleks, yang hingga saat ini etiologi pastinya belum
diketahui. Perkembangan penyakit ini berhubungan erat dengan abnormalitas struktur dan
fungsi vaskuler yang menyebabkan kerusakan jantung, ginjal, otak dan pembuluh darah
dengan akibat morbiditas dan kematian dini.
Hipertensi diklasifikasikan menurut kesepakatan The Seventh Report of the Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure (JNC 7). Batasannya adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg atau tekanan
darah diastolik > 90 mmHg. Penentuan klasifikasi ini didasarkan atas rata-rata dua kali
pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk. Pasien yang memiliki tekanan darah
dalam golongan pre hipertensi memiliki risiko dua kali lebih besar untuk mengalami
hipertensi.
Klasifikasi Tekanan Darah
Normal
Pre hipertensi
Stage 1 Hipertensi
Stage 2 Hipertensi
TDS (mmHg)
< 120
120 139
140 159
> 160
TDD (mmHg)
< 80
80 89
90 99
> 100
Adapun faktor risiko mayor yang berperan pada progresifitas hipertensi yang
mengarah pada penyakit kardiovaskuler adalah merokok, obesitas, inaktivitas fisik,
dislipidemia, diabetes mellitus, mikroalbuminuria atau perkiraan GFR < 60 ml/menit,
umur ( > 55 tahun untuk pria, 65 tahun untuk wanita), dan riwayat penyakit jantung
kardiovaskuler yang prematur pada keluarga (pria pada usia < 55 tahun atau wanita < 65
tahun).
Organ yang diramalkan akan mengalami kerusakan akibat hipertensi yang kurang
ditangani dengan baik adalah jantung dengan hipertrofi ventrikel kiri, angina, infark
miokard, dan revaskulerisasi koroner. Otak juga akan mengalami stroke atau transient
iskemic attack. Serta muncul juga penyakit lain seperti penyakit ginjal kronik, arterial
perifer dan retinopati. Dalam ESC ESH, diabetes secara independen merupakan faktor
risiko yang mempengaruhi prognosis sehingga walaupun pada kategori hipertensi high
normal, adanya diabetes sudah digolongkan pada high added risk.
Penatalaksanaan hipertensi menurut JNC 7 adalah: pemeriksaan fisik yang meliputi
pengukuran tekanan darah pada kedua lengan, pemeriksaan fundus okuli, penghitungan
indeks massa tubuh (IMT), evaluasi adanya bruit pada arteri carotis, abdominal dan
femoral, palpasi tiroid, pemeriksaan jantung paru, palpasi abdomen untuk evaluasi
adanya massa, pembesaran ginjal, pemeriksaan edema tungkai serta pemeriksaan
neurologi.
Sedangkan pemeriksaan laboratorium yang direkomendasikan adalah urinalisis,
pemeriksaan gula darah, hematokrit, serum kalium dan kalsium, kreatinin untuk estimasi
GFR, profil lemak termasuk HDL kolesterol, LDL kolesterol dan trigliserida,
pemeriksaan EKG, kalau memungkinkan juga disertakan pemeriksaan albumin urine atau
rasio albumin/ kreatinin. Pada keadaan tertentu atau jika tekanan darah sukar
dikendalikan mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan.
Terapi hipertensi menurut JNC 7 bertujuan untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas penyakit jantung kardiovaskuler dan ginjal, menurunkan tekanan darah hingga
< 140 / 90 mmHg. Tujuan khususnya adalah menurunkan tekanan darah hingga pada
level 130 / 80 mmHg pada penderita dengan diabetes atau penyakit ginjal kronik. Serta
mencapai tekanan darah sistolik yang optimal terutama pada orang berusia > 50 tahun.
Adapun obat penurun tekanan darah yang umum dikenal hingga saat ini adalah
penghambat ACE (ACEI), antagonis angiotensin (ARB), antagonis Ca (CCB), penyekat
beta (BB), dan diuretika. Diuretik golongan thiazide dianjurkan sebagai terapi awal
hipertensi. Bisa digunakan sebagai obat tunggal atau kombinasi, karena golongan ini
meningkatkan efikasi obat anti hipertensi lain. Kombinasi dua obat yang ternyata efektif
dan dapat ditoleransi dengan baik misalnya adalah diuretik dengan beta blocker, diuretik
dengan ACEI atau ARB, Ca antagonist (dehidropiridin) dengan beta blocker, Ca
antagonist dengan ACEI atau ARB, Ca antagonist dan diuretik, serta alfa blocker dan beta
blocker.
Uji klinik yang sudah dilakukan pada penggunaan ARB dan ACEI menunjukkan
efek yang menguntungkan dalam menghambat progresifitas kemunduran faal ginjal, baik
pada penderita ginjal diabetik maupun non-diabetik. Awalnya, sering dijumpai
peningkatan kreatinin serum, namun jika kenaikannya < 35% baseline, pengobatan tidak
perlu dihentikan. Baru jika GFR < 30 ml/mnt/1,73 m 2 (kreatinin serum 2,5 3,0 mg/dl)
diperlukan penambahan dosis loop diuretic. Pada penderita diabetes dengan hipertensi,
kombinasi dua atau lebih obat biasanya diperlukan untuk mencapai tekanan darah
>130/80 mmHg. Thiazid, beta blocker dan CCB berguna untuk menurunkan kejadian
stroke dan CVD pada penderita diabetes. Pengobatan menggunakan ACEI dan ARB
menjadi pilihan untuk menghambat progresifitas nefropati diabetik dan menurunkan
albuminuria.
Pengobatan farmakologis saja tentunya tidak cukup dalam terapi hipertensi. Perlu
perubahan dan modifikasi kebiasaan hidup sehingga dapat membantu menurunkan faktor
risiko kardiovaskuler dan bermanfaat pula dalam menurunkan tekanan darah secara
murah. Indeks massa tubuh (IMT) diusahakan mencapai normal yaitu sekitar 18,5 24,9
kg/m2 dengan cara menurunkan tekanan darah sistolik (TDS) 5 20 mmHg / 10 kg
penurunan berat badan. Perlu pula menyeimbangkan diet dengan asupan kalium dan
kalsium yang cukup dengan cara mengkonsumsi makanan yang kaya buah, sayur, rendah
lemak hewani dan mengurangi asam lemak jenuh sehingga TDS dapat menurun 8 14
mmHg. Modifikasi lain bisa dengan mengurangi konsumsi natrium dengan takaran tidak
lebih dari 100 mmol/hari (setara 6 gram NaCl) yang diharapkan dapat menurunkan TDS
2-8 mmHg. Aktivitas fisik yang ditingkatkan dengan berjalan minimal 30 menit per hari
bisa menurunkan TDS 4 9 mmHg. Yang tidak kalah pentingnya tentu dengan berhenti
merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.
Pada umumnya penderita hipertensi memerlukan dua atau lebih obat anti hipertensi
dalam mencapai target tekanan darah. Pada tekanan darah 20/10 mmHg di atas tekanan
darah optimal atau hipertensi stage 2 (JNC 7) pengobatan awal dipertimbangkan untuk
menggunakan dua macam kelas obat sebagai kombinasi tetap atau masing-masing tetap
diberikan tersendiri. Pemberian kombinasi obat anti hipertensi memang lebih cepat
mencapai target tekanan darah, namun harus tetap diwaspadai kemungkinan terjadinya
hipotensi ortostatik, terutama pada penderita diabetes, disfungsi saraf otonom dan
penderita geriatrik. Jika sudah terjadi efek samping hipotensi ortostatik, Pranawa
menyarankan, agar obat diturunkan dosisnya dan penderita tidak langsung berdiri setelah
berbaring.
Penderita harus dievaluasi setiap bulan untuk penyesuaian obat agar target tekanan
darah tercapai. Evaluasi bisa dilakukan tiap tiga bulan jika target telah tercapai.
Sebaliknya pada penderita diabetes dan payah jantung memerlukan evaluasi yang lebih
sering.
European Society of Hypertension European Society of Cardiology Guidelines for
the Management of Arterial Hypertension (ESH ESC) tahun 2003 menekankan
perlunya penggunaan statin pada penderita usia lanjut, riwayat jantung koroner, stroke
iskemik, DM tipe-2 dan penyakit pembuluh darah perifer, terutama jika kolesterol total >
135 mg/dl. Aspirin dosis rendah diperlukan pada penderita hipertensi dengan riwayat
kejadian kardiovaskuler.
Dalam kesempatan Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Penyakit Dalam di Hotel
Shangri La Surabaya, awal Agustus lalu, Pranawa memaparkan tentang penelitian klinis
penggunaan kombinasi obat anti hipertensi. Penelitian yang tersebut adalah Studi The
Anglo Scandinavian Cardiac Outcomes Trial-Blood Pressure Lowering Arm (ASCOTBPLA). Penelitian ASCOT BPLA merupakan penelitian multisenter dengan
randomized control trial yang melibatkan pasien-pasien hipertensi dengan minimal 3
faktor risiko.
Faktor risiko tersebut di antaranya adalah hipertrofi ventrikel kiri, kelainan EKG,
DM tipe 2, penyakit arteri perifer, riwayat stroke atau transient ischemic attack, jenis
kelamin pria, umur >55 tahun, mikroalbuminuria, proteinuria, merokok, rasio kolesterol
dan HDL > 6, serta riwayat keluarga penyakit jantung koroner prematur.
Penelitian ini melibatkan 19.257 pasien yang menerima atenolol (+
bendroflumethiazide) atau amlodipine (+ perindropril). Kelompok amlodipine menerima
amlodipine mulai 5 mg sampai 10 mg, mendapat tambahan perindropril dari 4 mg sampai
8 mg, serta kemudian mendapat tambahan doxazosin GITS dari 4 mg sampai 8 mg.
Kelompok atenolol menerima 50 mg sampai 100 mg, kemudian ditambah
bendroflumethiazide 1,25 sampai 2,5 mg dan kemudian doxazosine 4 sampai 8 mg.
Penelitian ini memiliki primary endpoint infark miokardium non-fatal, serta penyakit
jantung koroner yang fatal. Setelah 5,5 tahun, tidak terdapat perbedaan bermakna di
antara kedua kelompok. Tetapi kejadian secondary dan tertiary endpoint pada kelompok
yang mendapat amlodipine, terjadinya infark miokardium non-fatal, penyakit jantung
yang fatal, kejadian kardiovaskuler, angina, penyakit arteri perifer, timbulnya diabetes
dan penurunan fungsi ginjal lebih rendah secara bermakna dibandingkan kelompok
atenolol. Kelompok amlodipine lebih unggul dalam hal primary endpoint ini pada semua
kelompok; dengan atau tanpa diabetes, pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri, maupun
pasien dengan sindroma metabolik. Angka drop out dalam kelompok amlodipine akibat
efek samping yang serius juga lebih sedikit daripada kelompok atenolol. Pranawa
menambahkan jika menginginkan hasil yang lebih optimal lagi, bisa ditambahkan
kombinasi obat penurun lemak golongan atorvastatin. (Iffa/Surabaya)
seluruh indonesia.
Stratifikasi risiko akan timbulnya serangan jantung, yang ditenggarai saat ini sebagai
sindroma Koroner Akut memberi angka tinggi.
Begitu penting keluhan angina yang timbul, baik yang khas maupun yang tidak khas
(discomfort), apalagi pada lansia (umur diatas 65 tahun), merupakan petanda kuat akan
datangnya suatu serangan infark miokard akut.
Apalagi kalau kita simak data lainnya, yaitu keluhan angina yang timbul pada saat pasien
merasakan sama sebagaimana pernah dikeluhkan, kemudian diketahui pula pasien
memang menderita penyakit jantung koroner termasuk pernah menderita infark miokard.
Para dokter spesialis jantung dan pembuluh darah saat ini telah dibekali pengetahuan dan
keterampilan sebagai salah satu kompetensi yang harus dimiliki, termasuk melakukan
angiografi koroner dan dilatasi stenosis yang mengancam sebagai tindakan penyelamatan.
Atau pemberian medikamentosa yang tepat dalam upaya melumatkan trombus yang
terjadi sebagai upaya reperfusi miokard, sehingga penyelamatan miokard, sehingga
penyelamatan miokard yang menjadi sasaran dapat tercapai oleh karena aliran dipulihkan
(reperfusi). (Dede Kusmana. Jurnal Kardiologi. No.143, Th XIII, Juli 2007, Hal 3. 1.
Am. Fam Phys, 2005, ACC/AHA. 2. Pocket Guidelines. ESC Pocket Guidelines, 2003)
DISLIPIDEMIA ::
Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung Koroner & Stroke
Bagaimana menanganinya ?
Kolesterol LDL
Batasan (mg/dl)
< 200
200 239
> 240
< 100
100 129
130 159
Klasifikasi
Yang diinginkan
Batas tinggi
Tinggi
Optimal
Mendekati optimal
Batas tinggi
Kolesterol HDL
Trigliserida
160 189
> 190
< 40
> 60
< 150
150 199
200 499
> 500
Tinggi
Sangat tinggi
Rendah
Tinggi
Normal
Batas tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
Merokok
Hipertensi (Tekanan darah > 140/90 mmHg atau sedang menjalani terapi
hipertensi)
Kadar kolesterol HDL rendah (< 40 mg/dl)
Umur (laki-laki > 45 tahun, perempuan > 55 tahun)
Riwayat PJK pada keluarga di usia muda
Catatan : Kadar kolesterol HDL > 60 mg/dl dianggap sebagai faktor risiko negatif
(mengurangi satu faktor risiko dari jumlah total)
Berdasarkan faktor risiko dan banyaknya faktor risiko tersebut maka dokter akan
menentukan apakah Anda termasuk Risiko tinggi, Risiko multipel (memiliki > 2 faktor
risiko) atau Risiko rendah (memiliki 0-1 faktor risiko.
II. Menentukan sasaran terapi
Sesuai dengan kelompok risiko, sasaran kolesterol LDL yang harus dicapai berbeda
Kelompok Risiko
Risiko tinggi
Risiko multipel
Risiko rendah
terapi nutrisi medik atau pengaturan diet (konsultasikan dengan dokter atau ahli
gizi medik)
meningkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan (konsultasikan dengan dokter)
Secara umum, dokter menentukan pilihan terapi berdasarkan kelompok risiko tersebut
1. Jika Anda termasuk kelompok Risiko Tinggi
Harus mulai terapi perubahan gaya hidup jika kadar kolesterol LDL > 100 mg/dl
Mulai terapi obat jika kadar kolesterol LDL > 130 mg/dl
Harus mulai terapi perubahan gaya hidup jika kadar kolesterol LDL > 130 mg/dl
Mulai terapi obat jika kadar kolesterol LDL > 160 mg/dl
Harus mulai terapi perubahan gaya hidup jika kadar kolesterol LDL > 160 mg/dl
Mulai terapi obat jika kadar kolesterol LDL > 190 mg/dl
Catatan : ada faktor risiko lain yang menjadi pertimbangan dokter untuk mulai terapi obat