1. TUTUT
(23010111120035)
2. GHINA MERIYANA DEWI
(23010111120036)
3. ADELLA CHINTYA MAHARANI
(23010111120037)
4. HENDRA SAMUEL SIAGIAN
(23010111120038)
5. SHERLY MONICA
(23010111120039)
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
hidayahnya sehingga penulisan makalah tentang Pengaruh Langsung Iklim Pada Ternak Dan
Upaya Mengelolanya.ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Dan Industri
Peternakan yang telah di berikan oleh dosen kepada kami.
Tidak dipungkiri bahwa makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai
pihak, dan kami menyadari sepenuhnya tanpa adanya bantuan dan dukungan tersebut
makalah ini mungkin tidak akan dapat diselesaikan tepat waktu. Terkait dengan semua itu
pada kesempatan yang sangat berbahagia ini kami mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen yang telah mendidik kami, semoga jerih
payah dosen akan tercatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
A.
B.
C.
D.
A.
B.
C.
A.
B.
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
Latar BelakangMasalah.................................................................................... 1
Rumusan Masalah............................................................................................. 1
TujuanPenulisan................................................................................................ 2
Sistematika......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 3
Pengertian Iklim Pada Indonesia..................................................................... 3
Pengaruh Iklim PadaTernak.............................................................................. 5
Upaya Pengelolaanya....................................................... ............................... 10
BAB III
PENUTUP........................................................................................................... 12
Kesimpulan...................................................................................................... 12
Saran................................................................................................................ 12
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................................
14
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Pengantar Ilmu dan Industri
Peternakan.
2.
3.
1. Pengertian Iklim
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Iklim mempunyai pengaruh
yang besar terhadap ternak, yaitu dapat membantu atau menganggu kelangsungan hidup dari ternak.
Iklim sendiri meliputi :
1. Curah hujan
Curah hujan sangat penting bagi peternakan. Dengan curah hujan penyediaan air minum dan
kelangsungan pengadaan makanan ternak sepanjang tahun dan sebaiknya peternak mengetahui
peta hujan. Curah hujan ini sangat berguna, karena dengan begitu para peternak bisa merencanakan
dan memanajemen dengan baik masa birahi.
2. Temperatur
Dengan mengetahuinya temperatur suatu daerah para peternak dapat menempatkan jenis
ternak apa yang sesuai dengan tempat yang dipilih. Karena temperatur yang panas atau terlalu dingin
sangat mempengaruhi produktififtas ternak. Ternak lokal dapat bertahan dengan suhu yang panas,
sedangkan ternak yang berasal dari subtropics yang telah disilangkan dengan ternak lokal dapat
bertahan ditempat yang bersuhu sedang.
3. Kelembaban udara
Kelembaban udara yang terlalu tinggi sangat mempengaruhi kesehatan ternak, baik itu pada
pernafasannya, pertumbuhan parasit pada ternak, ataupun penyakit lainnya yang merugikan.
Kelembaban ini berbanding terbalik dengan temperature.
4. Kecepatan angin
Dengan kecepatan udara yang normal sangat baik untuk kesegaran ternak dan kecepatan
angin dapat juga digunakan untuk kincir angin yang dapat digunakan untuk kebutuhan manusia
dalam sumber listrik juga pengadaan air untuk daerah yang kecepatan angin juga membantu ternak
dalam melepaskan panas temperatur tubuhnnya.
Klasifikasi Lingkungan
Berdasarkan tumbuhan dan hewan yang hidup dominan di dalamnya, lingkungan
hidup dapat digolongkan menjadi enam, yaitu kawasan tundra, hutan berdaun jarum, hutan
bermusim, hutan tropik basah, padang rumput dan padang pasir. Secara umum, ada dua
komponen lingkungan, yaitu abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah semua unsur
lingkungan yang tidak bernyawa yang bersifat fisik, kimia, dan sosial, misalnya lahan, air,
kandang dan nilai-nilai sosial budaya dan agama; sedangkan komponen biotik adalah semua
unsur hayati yang ada dalam kehidupan, misalnya musim, tumbuh-tumbuhan, dan hewan
lain.
Perilaku merumput
Lamanya waktu merumput saat siang hari sangat dipengaruhi oleh iklim, bangsa, kualitas,
tipe mamalia, dan pastur yang tersedia (padang rumput). Jika ternak digembalakan pada daerah
bukan asalnya, maka masa merumput akan berkurang .
Pengunaan makanan dan pengambilan makanan
Jika suatu tempat memiliki temperatur yang tinggi maka akan mempengaruhi pengambilan
makanan pada ternak, semakin tinggi temperatur maka semakin sedikit makan karena akan lebih
banyak minum. Jika temperatur lebih dari 40maka ternak akan berhenti memamah biak.
Air yang diminum (water intake )
Air sangat penting bagi ternak sebab air mempunyai peran yang penting dalam metabolisme
ternak, selain itu air juga membantu ternak melepaskan panas tubuhnya secara konduksi dan
penguapan, keperluan air ini akan meningkat apabila temperatur naik.
Mempengaruhi efisiensi pengunaan makanan
Ternak dapat mengalami heat stress apabila iklim suatu tempat panas, sehingga ternak tidak
banyak melakukan gerak untuk menjaga suhu tubuhnya tetap stabil.
Hilangnya zat-zat makanan
Semakin sering ternak berkeringat dan mengeluarkan air ludah maka akan semakin banyak
zat makanan yang hilang. Ternak mamalia apabila mereka berkeringat maka mereka akan kehilangan
air dan mineral dari dalam tubuhnya.
Pengaruh terhadap pertumbuhan
Menurunnya nafsu makan pada ternak disebabkan temperatur yang sangat tinggi akibatnya
feed intake ternak pun akan menurun dan juga mempengaruhinya lamanya merumput dan akhirnya
juga mempengaruhi produktififtas dari ternak.
Pengaruh iklim terhadap produksi susu
Seperti pada sapi perah dapat menghasilkan susu 56 % pada daerah subtropics, berbeda
dengan daerah tropis sapi perah lebih sedikit menghasilkan susu. Iklim juga sangat mempengaruhi
kandungan susu, lemak, bahan kering.
Pengaruhi tingkah laku ternak
Iklim dapat mengakibatkan ternak mengalami stress yang dapat dilihat dari tingkah laku
ternak itu sendiri. Faktor internal dan eksternal merupakan faktor yang dapat menyebabkan strees
pada ternak.
Faktor Internal terdiri dari : penyakit ,vaksinasi ,penyapihan.
Faktor Eksternal terdiri dari : cuaca ,makanan dan lingkungan
disimpulkan oleh payne (1969). Pengaruh tersebut tidak langsung dari iklim ini juga adalah
penyakit dan parasit, juga pengaruhnya pada penyimpanan dan hasil ternak.
a) Persediaan makanan
Faktor-faktor yang penting yang membatasi pertumbuhan tanaman sehingga
mengurangi kuantitas makanan yang tersedia adalah: suhu lingkungan, curah hujan,
panjangnya hari dan idenditas radiasi cahaya. Perbedaan yang paling nyata dari pengaruh
iklim ada pada daerah basah, kering dan agak kering yang menyebabkan 2 masalah besar
pada makanan ternak, meskipun terdapat banyak pengecualian-pengecualian sehingga
perbedaan-perbedaan itu menjadi kabur pada daerah-daerah yang beriklim sedang.
b) Parasit dan penyakit
Panas dan kelembaban yang tinggi merupakan lingkungan yang baik bagi parasit
internal dan eksternal, jamur dan vector penyakit. Parasit internal tidak begitu penting pada
iklim agak kering tetapi parasit eksternal adalah penting meskipun parasit ini tidak begitu
banyak di daerah iklim kering oleh karena jenis vegetasi di daerah ini mempengaruhi adanya
insekta pembawa penyakit maka iklim mempunyai pengaruh tidak langsung yang besar
terhadap produksi ternak. Pada daerah-daerah tropik afrika dimana curah hujan cukup untuk
mendukung pertumbuhan semak-semak menyebabkan ternak. juga iklim yang mendukung
perkembangan stomoxys spp.
c) Penyimpangan dan penanganan hasil ternak
Semua iklim tropik baik lembab maupun kering mendukung cepat rusaknya bahan
hasil ternak yang di simpan sehingga menaikkan ongkos prosesing dan penanganannya. Hal
ini mempengaruhi produksi ternak secara tidak langsung oleh karena meningkatnya biaya
prosesing penanganan dan penyimpanan seperti penambahan kapasitas kamar pendinginan
akan menaikkan produksi bahan tertentu secara tidak ekonomis padahal tempat tersebut
sebenarnya cocok untuk perkembangan industri peternakan.
4. Pengaruh Iklim Mikro Terhadap Fisiologi Ternak
Iklim mikro merupakan interaksi berbagai faktor iklim di suatu lokasi yang spesifik
atau keaadaan iklim di sekitar ternak dimana ternak berada. Pada dasarnya faktor utama yang
mempengaruhi tingkat produktivitas ternak atau perfomance adalah lingkungan dan genetik.
Besarnya penambahan panas yang berasal dari radiasi matahari di daerah tropis dapat
mencapai empat kali lebih besar dari produksi panas hasil metabolisme (Thwaites, 1985).
Besarnya penambahan panas ini tergantung pada ukuran tubuh ternak. Makin kecil ukuran
tubuh seekor ternak, akan mendapatkan penambahan panas yang lebih tinggi dari ternak yang
lebih besar ukuran tubuhnya, seperti domba vs sapi. Perolehan panas dari luar tubuh (heat
gain) akan menambah beban panas bagi ternak, bila suhu udara lebih tinggi dari suhu
nyaman.
Sebaliknya, akan terjadi kehilangan panas tubuh (heat loss) apabila suhu udara lebih
rendah dari suhu nyaman. Perolehan dan penambahan panas tubuh ternak dapat terjadi
secara sensible melalui mekanisme radiasi, konduksi dan konveksi. Jalur utama pelepasan
panas melalui mekanisme evaporative heat loss dengan jalan melakukan pertukaran panas
melalui permukaan kulit (sweating) atau melalui pertukaran panas di sepanjang saluran
pernapasan (panting) (Purwanto, 1993) dan sebagian melalui feses dan urin
(McDowell,1972). Unsur iklim mikro yang dapat mempengaruhi produksi panas dan
pelepasan panas pada ternak adalah suhu dan kelembaban udara, radiasi matahari dan
kecepatan angin.
C. UPAYA PENGELOLAANYA
Iklim merupakan faktor penentu ciri khas dan pola hidup dari suatu ternak. Misalnya,
ternak pada daerah tropik tidak sama dengan ternak yang berada di daerah subtropis. Namun,
pada saat ini telah mampu diatasi dengan penyesuaian pegaturan suhu tubuh secara
langsung seperti yang dilakukan oleh peternak di israel yang menggunakan Air Condition
(AC) untuk beternak. Iklim sendiri merupakan bagian terpenting dari penentuan kerja status
faali dari ternak.
Pengaruh langsung iklim terhadap ternak adalah pada produktivitasnya. Penentuan
status faali dari ternak sangat penting untuk diketahui karena dengan mengetahui status faali
pada ternak, maka peternak dapat menentukan dan menemukan pengaruh lingkungan pada
ternak. Karena pada dasarnya dengan mengetahui temperatur lingkungan, kelembaban,
temperatur kulit, suhu tubuh, suhu rektal, respirasi dan denyut jantung, peternak akan
mengetahui cara dan pengaruh buruk faktor-faktor iklim terhadap ternak serta untuk
mengetahui pada termperatur dan kelembaban berapa ternak memilki produktivitas yang baik
dan efisien, maka perlu adanya pengelolaan yang lebih lanjut dan intensif.
Dalam usaha meningkatkan produktivitas ternak maka salah satu upaya lain selain
iklim adalah perbaikan mutu makanan pakan ternak. Kelembaban
udara
dari
suatu
lingkungan kehidupan ternak merupakan salah satu unsur iklim. Dimana kelembaban
lingkungan mempengaruhi kesehatan ternak. Kelembaban yang terlalu tinggi akan
mempertinggi kejadian penyakit saluran pernapasan yang pada gilirannya memakai biaya
perawatan kesehatan yang tinggi pada usaha produksi ternak.
Kelembaban udara tinggi disertai suhu udara yang tinggi menyebabkan meningkatnya
frekuensi respirasi. Karena faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap tingkah laku ternak.
Bila suhu lingkungan berada diatas atau dibawah comfort zone untuk mempertahankan suhu
tubuhnya ternak mengurangi atau meningkatkan laju metabolisme. Produktivitas ternak
dicerminkan oleh penampilannya ( performance ), sedangkan penampilan ternak merupakan
manifestasi pengaruh genetik dan lingkungan ternak secara bersama. Penampilan ternak
dalam setiap waktu adalah perpaduan dari sifat genetik dan lingkungan yang diterimanya.
Ternak dengan sifat genetik baik tidak akan mengekspresikan potensi genetiknya tanpa
didukung oleh lingkungan yang menunjang. Bahkan telah diketahui bahwa dalam
membentuk penampilan, lingkungan berpengaruh lebih besar dari pada sifat genetik ternak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari materi yang dibahas diatas adalah :
1. Lingkungan berpengaruh besar terhadap sifat genetik ternak
2. Penerapan ternak di daerah yang iklimnya sesuai akan menunjang dihasilkannya produksi secara
optimal
3.
Suhu dan kelembaban lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan stress terhadap ternak sehingga
fisiologis ternak tersebut meningkat dan konsumsi pakan menurun, sehingga produktivitasnya
menurun
4. Suhu tubuh dengan suhu rektal dan suhu kulit saling berpengaruh karena suhu tubuh di dapat dari
kedua suhu tersebut
5. Frekuensi pernapasan berpengaruh kepada lingkungan, apabila suhu dan kelembaban naik maka
frekuensi respirasi dan denyut jantung akan meningkat
6.
Daya tahan terhadap panas dapat dihitung dengan melihat jumlah keringat yang diekskresikan oleh
hewan atau ternak.
B. Saran
Pada pembahasan telah dijelaskan tentang pengruh iklim terhadap ternak,maka
penyusun menyarankan untuk perlu dilakukan tindakan-tindakan penanggulangan, agar
pengaruh iklim tersebut baik secara langsung maupun secara tidak langsung dapat dihindari
maupun dicegah semaksimal mungkin. Berbagai alternatif penanggulangan yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan bahan bangunan kandang yang tidak memantulkan panas.
2. Pengaturan ventilasi kandang yang sesempurna mungkin.
3. Menempatkan bangunan kandang pada tempat- tempat yang lebih tinggi, agar angin dengan
leluasa dapat keluar masuk kandang.
4. Menanam pohon-pohon penenduh disekitar kandang, akan tetapi penanaman pohon-pohon
itu harus diatur seclemikian rupa agar jangan menghalangi pergerakan angin dari luar clan
dalam kandang (Siregar. 1997).
DAFTAR PUSTAKA
Bonsma, J.C.(1949) Breeding cattle for increased adaptability to tropical and subtropical
environments.J.agric. Sci.(Camb), 39, 204-21.