Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENGARUH LANGSUNG IKLIM


PADA TERNAK DAN UPAYA MENGELOLANYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Pengantar Ilmu dan Industri Peternakan
Semester I / Tahun Ajaran 2011
OLEH :

1. TUTUT
(23010111120035)
2. GHINA MERIYANA DEWI
(23010111120036)
3. ADELLA CHINTYA MAHARANI
(23010111120037)
4. HENDRA SAMUEL SIAGIAN
(23010111120038)
5. SHERLY MONICA
(23010111120039)
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
hidayahnya sehingga penulisan makalah tentang Pengaruh Langsung Iklim Pada Ternak Dan
Upaya Mengelolanya.ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Dan Industri
Peternakan yang telah di berikan oleh dosen kepada kami.
Tidak dipungkiri bahwa makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai
pihak, dan kami menyadari sepenuhnya tanpa adanya bantuan dan dukungan tersebut
makalah ini mungkin tidak akan dapat diselesaikan tepat waktu. Terkait dengan semua itu
pada kesempatan yang sangat berbahagia ini kami mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen yang telah mendidik kami, semoga jerih
payah dosen akan tercatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT Amin.

Semarang, 18 September 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

A.
B.
C.
D.
A.
B.

C.
A.
B.

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
Latar BelakangMasalah.................................................................................... 1
Rumusan Masalah............................................................................................. 1
TujuanPenulisan................................................................................................ 2
Sistematika......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 3
Pengertian Iklim Pada Indonesia..................................................................... 3
Pengaruh Iklim PadaTernak.............................................................................. 5
Upaya Pengelolaanya....................................................... ............................... 10
BAB III
PENUTUP........................................................................................................... 12
Kesimpulan...................................................................................................... 12
Saran................................................................................................................ 12
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................................
14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Iklim sangat berpengaruh terhadap hewan ternak. Beberapa ahli mempelajari
pengaruh iklim terhadap objek yang spesifik, di antaranya iklim berpengaruh terhadap bentuk
tubuh (Hukum Bergmann), insulasi pelindung atau kulit dan bulu (Hukum Wilson), warna
(Hukum Gloger), tubuh bagian dalam/internal (Hukum Claude Bernard), dan kesehatan dan
produksi ternak. Temperatur lingkungan mempengaruhi penggunaan energi yang diperoleh
ternak dari makanan, produksi panas, dan disipasi panas hewan ternak ke lingkungannya.
Radiasi sinar matahari
Penampilan produksi ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor
keturunan (genetic), pakan, pengelolaan, perkandangan, pemberantasan dan pencegahan
penyakit serta faktor lingkungan lainnya. Salah satu faktor lingkungan yang cukup dominan
dalam mempengaruhi produktivitas ternak adalah iklim mikro. Iklim mikro di suatu tempat
yang tidak mendukung bagi kehidupan ternak membuat potensi genetik seekor ternak tidak
dapat ditampilkan secara optimal. Ada empat unsur iklim mikro yang dapat mempengaruhi
produktivitas ternak secara langsung yaitu : suhu, kelembaban udara, radiasi dan kecepatan
angin, sedangkan dua unsur lainnya yaitu evaporasi dan curah hujan mempengaruhi
produktivitas ternak secara tidak langsung. Interaksi keempat unsur iklim mikro.
B. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mempunyai rumusan masalah antara lain
sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan iklim ?


2. Apa sajakah pengruh iklim terhadap ternak?
3. Bagaimana upaya pengelolanya?
C. Tujuan Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mempunyai tujuan antara lain sebagai
berikut :
1.

Untuk menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Pengantar Ilmu dan Industri

Peternakan.
2.

Untuk mengetahui pengertian iklim dalam Indonesia

3.

Untuk mengetahui pengaruh iklim terhadap ternak

Untuk mengetahui upaya pengelolaan pengaruh iklim terhadap ternak


C. Sistematika
4.

Untuk mempermudah pembaca dalam memahami makalah ini,penulis menyajikan


sistematika yang menjelaskan secara garis besarnya yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika.
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Iklim Pada Indonesia, Pengaruh Iklim Pada Ternak, dan Upaya Pengelolaanya.
BAB III PENUTUP
Meliputi Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A.

PENGERTIAN IKLIM PADA INDONESIA

1. Pengertian Iklim
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Iklim mempunyai pengaruh
yang besar terhadap ternak, yaitu dapat membantu atau menganggu kelangsungan hidup dari ternak.
Iklim sendiri meliputi :
1. Curah hujan
Curah hujan sangat penting bagi peternakan. Dengan curah hujan penyediaan air minum dan
kelangsungan pengadaan makanan ternak sepanjang tahun dan sebaiknya peternak mengetahui
peta hujan. Curah hujan ini sangat berguna, karena dengan begitu para peternak bisa merencanakan
dan memanajemen dengan baik masa birahi.
2. Temperatur
Dengan mengetahuinya temperatur suatu daerah para peternak dapat menempatkan jenis
ternak apa yang sesuai dengan tempat yang dipilih. Karena temperatur yang panas atau terlalu dingin

sangat mempengaruhi produktififtas ternak. Ternak lokal dapat bertahan dengan suhu yang panas,
sedangkan ternak yang berasal dari subtropics yang telah disilangkan dengan ternak lokal dapat
bertahan ditempat yang bersuhu sedang.
3. Kelembaban udara
Kelembaban udara yang terlalu tinggi sangat mempengaruhi kesehatan ternak, baik itu pada
pernafasannya, pertumbuhan parasit pada ternak, ataupun penyakit lainnya yang merugikan.
Kelembaban ini berbanding terbalik dengan temperature.
4. Kecepatan angin
Dengan kecepatan udara yang normal sangat baik untuk kesegaran ternak dan kecepatan
angin dapat juga digunakan untuk kincir angin yang dapat digunakan untuk kebutuhan manusia
dalam sumber listrik juga pengadaan air untuk daerah yang kecepatan angin juga membantu ternak
dalam melepaskan panas temperatur tubuhnnya.

2. Kondisi Iklim Di Indonesia


Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim musim
(muson), iklim tropica (iklim panas), dan iklim laut.
a. Iklim Musim (Iklim Muson)
Iklim jenis ini sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode
tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan. Iklim musim terdiri dari 2
jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat) dan Angin musim timur laut (Muson Tumur). Angin
muson barat bertiup sekitar bulan oktober hingga april yang basah sehingga membawa musim
hujan/penghujan. Angin muson timur bertiup sekitar bulan april hingga bulan oktober yang sifatnya
kering yang mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim kering/kemarau.
b. Iklim Tropis/Tropika (Iklim Panas)
Wilayah yang berada di sekitar garis khatulistiwa otomatis akan mengalami iklim tropis yang
bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Umumnya
wilayah Asia tenggara memiliki iklim tropis, sedangkan negara Eropa dan Amerika Utara mengalami
iklim subtropis. Iklim tropis bersifat panas sehingga wilayah Indonesia panas yang mengundang
banyak curah hujan atau Hujan Naik Tropika.
c. Iklim Laut
Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah laut
mengakibatkan penguapan air laut menjadi udara yang lembab dan curah hujan yang tinggi.

Berdasarkan gambaran curah hujan, Mohr (1933) membagi daerah-daerah di


Indonesia ke dalam 5 golongan, yaitu sebagai berikut :
1. Daerah basah, yakni daerah yang hampir setiap bulannya mempunyai curah hujan minimal 60
mm.
2. Daerah agak basah, yakni daerah dengan periode kering yang lemah dan terdapat satu bulan
kering.
3. Daerah agak kering, yaitu daerah-daerah yang mengalami bulan-bulan kering sekitar 3-4
bulan setiap tahunnya.
4. Daerah kering, yakni daerah yang mengalami bulan-bulan kering yang lamanya mencapai 6
bulan.
5. Daerah sangat kering, yakni daerah dengan masa kekeringan yang panjang dan parah.
Sementara Schmidt dan Ferguson (1951) membagi iklim di Indonesia menjadi 8
golongan, yaitu golongan A (sangat basah), golongan B (basah), golongan C (agak basah),
golongan D (sedang), golongan E (agak kering), golongan F (kering), golongan G (sangat
kering), dan golongan H (luar biasa kering).

PENGARUH IKLIM TERHADAP TERNAK


1. Pengertian Pengaruh Iklim Terhadap Ternak
Iklim sangat berpengaruh terhadap hewan ternak. Beberapa ahli mempelajari
pengaruh iklim terhadap objek yang spesifik, di antaranya iklim berpengaruh terhadap bentuk
tubuh (Hukum Bergmann), insulasi pelindung atau kulit dan bulu (Hukum Wilson), warna
(Hukum Gloger), tubuh bagian dalam/internal (Hukum Claude Bernard), dan kesehatan dan
produksi ternak. Temperatur lingkungan mempengaruhi penggunaan energi yang diperoleh
ternak dari makanan, produksi panas, dan disipasi panas hewan ternak ke lingkungannya.
Radiasi sinar matahari
Terhadap hewan ternak dapat menimbulkan dua bentuk gangguan umum, yaitu mutasi
gen oleh radiasi kosmik dan kerusakan sel kulit oleh sinar ultra violet pada proses 'sunburn'.
Hewan ternak mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan iklim.
2. Pengaruh Langsung Iklim Terhadap Ternak
Penelitian pada pengaruh langsung iklim pada ternak telah didapatkan dari 2 sumber:
pengamatan yang langsung ternak di lapangan dan pengamatan tehadap ternak yang
dipelihara di laboratorium atau di kamar psychormetric. Kerugaian pengamatan langsung di
lapangan adalah sukar menyelenggarakan percobaan lapanganyang cukup terkontrol,
sedangkan kerugian pengamatan dengan memakai kamar psychrometric yaitu tidak banyak
ternak yang dapat diselidiki pada waktu tertentu padahal sudah diketahui bahwa ada
perbedaan-perbedaan yang besar antar spesies (Findlay, 1954), di antara bangsa satu tipe,
bahkan di antara species (Worstell dan Brody, 1953) dan juga antara individu dalam satu
breed (Payne dan Hancock, 1953) dan juga antara individu dalam satu breed (Payne dan
Hancock, 1957) terhadap kemampuan mereka bertahan pada pengaruh langsung iklim.
Semua ternak domestik termasuk hewan berdarah panas (homeotherm) yang berarti
ternak berusaha mempertahankan suhu tubuhnya pada kisaran yang paling cocok untuk
terjadinya aktivitas biologis yang optimum. Kisaran yang normal pada jenis mamalia adalah
37-390 C, sedangkan pada burung adalah 40-400C dengan beberapa perkecualian.
Untuk mempertahankan suhu tubuhnya terhadap suhu lingkungan yang sangat
bervariasi, ternak domestik harus mempertahankan keseimbangan panas antara panas yang
diproduksi oleh tubuh atau panas yang didapat dari lingkungannya dengan panas yang hilang
ke lingkungannya.
Perbaikan Iklim Mikro Kandang
Sebagi
contoh
upaya perbaikan iklim mikro kandang
dan respons termoregulasikambing jantan peranakan
Ettawa melalui penggunaan berbagai bahan atap masalah utama dari ternak yang dipelihara di
daerah tropis basah, seperti di Indonesia, adalah tingginya radiasi matahari secara langsung
sepanjang tahun, khususnya bagi ternak berproduksi tinggi, sehingga ternak dalam kondisi
uncomfort karena beban panas yang berlebih. Respons dari masalah ini adalah ternak
terpaksa meningkatkan aktivitas termoregulasi guna mengatasi beban panas yang dideritanya.
Mekanisme fisiologis mengharuskan alokasi energi untuk kinerja produksi maupun
reproduksi dipakai untuk mempertahankan keseimbangan panas tubuh. Dengan demikian,
akan berdampak buruk yaitu penurunan produktivitas ternak. Salah satu carauntuk mengatasi
masalah ini adalah dengan mengendalikan panas yang diterima dan peningkatan panas yang
terbuang oleh ternak, yaitu pemberian naungan atau atap dan pemilihan bahan atap yang lebih
efektif dalam menciptakan kondisi iklim mikro kandang yang kondusif bagi ternak untuk
berproduksi.
B.

Klasifikasi Lingkungan
Berdasarkan tumbuhan dan hewan yang hidup dominan di dalamnya, lingkungan
hidup dapat digolongkan menjadi enam, yaitu kawasan tundra, hutan berdaun jarum, hutan
bermusim, hutan tropik basah, padang rumput dan padang pasir. Secara umum, ada dua
komponen lingkungan, yaitu abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah semua unsur
lingkungan yang tidak bernyawa yang bersifat fisik, kimia, dan sosial, misalnya lahan, air,
kandang dan nilai-nilai sosial budaya dan agama; sedangkan komponen biotik adalah semua
unsur hayati yang ada dalam kehidupan, misalnya musim, tumbuh-tumbuhan, dan hewan
lain.

Perilaku merumput

Lamanya waktu merumput saat siang hari sangat dipengaruhi oleh iklim, bangsa, kualitas,
tipe mamalia, dan pastur yang tersedia (padang rumput). Jika ternak digembalakan pada daerah
bukan asalnya, maka masa merumput akan berkurang .
Pengunaan makanan dan pengambilan makanan

Jika suatu tempat memiliki temperatur yang tinggi maka akan mempengaruhi pengambilan
makanan pada ternak, semakin tinggi temperatur maka semakin sedikit makan karena akan lebih
banyak minum. Jika temperatur lebih dari 40maka ternak akan berhenti memamah biak.
Air yang diminum (water intake )

Air sangat penting bagi ternak sebab air mempunyai peran yang penting dalam metabolisme
ternak, selain itu air juga membantu ternak melepaskan panas tubuhnya secara konduksi dan
penguapan, keperluan air ini akan meningkat apabila temperatur naik.
Mempengaruhi efisiensi pengunaan makanan

Ternak dapat mengalami heat stress apabila iklim suatu tempat panas, sehingga ternak tidak
banyak melakukan gerak untuk menjaga suhu tubuhnya tetap stabil.
Hilangnya zat-zat makanan

Semakin sering ternak berkeringat dan mengeluarkan air ludah maka akan semakin banyak
zat makanan yang hilang. Ternak mamalia apabila mereka berkeringat maka mereka akan kehilangan
air dan mineral dari dalam tubuhnya.
Pengaruh terhadap pertumbuhan

Menurunnya nafsu makan pada ternak disebabkan temperatur yang sangat tinggi akibatnya
feed intake ternak pun akan menurun dan juga mempengaruhinya lamanya merumput dan akhirnya
juga mempengaruhi produktififtas dari ternak.
Pengaruh iklim terhadap produksi susu

Seperti pada sapi perah dapat menghasilkan susu 56 % pada daerah subtropics, berbeda
dengan daerah tropis sapi perah lebih sedikit menghasilkan susu. Iklim juga sangat mempengaruhi
kandungan susu, lemak, bahan kering.
Pengaruhi tingkah laku ternak
Iklim dapat mengakibatkan ternak mengalami stress yang dapat dilihat dari tingkah laku
ternak itu sendiri. Faktor internal dan eksternal merupakan faktor yang dapat menyebabkan strees
pada ternak.
Faktor Internal terdiri dari : penyakit ,vaksinasi ,penyapihan.
Faktor Eksternal terdiri dari : cuaca ,makanan dan lingkungan

3. Pengaruh Tidak Langsung Iklim Terhadap Ternak.


Pengaruh iklim yang tidak langsung pada ternak terutama pada kuantitas dan kualitas
makanan yang tersedia bagi ternak. Data dari hasil penelitian mengenai hal ini telah

disimpulkan oleh payne (1969). Pengaruh tersebut tidak langsung dari iklim ini juga adalah
penyakit dan parasit, juga pengaruhnya pada penyimpanan dan hasil ternak.
a) Persediaan makanan
Faktor-faktor yang penting yang membatasi pertumbuhan tanaman sehingga
mengurangi kuantitas makanan yang tersedia adalah: suhu lingkungan, curah hujan,
panjangnya hari dan idenditas radiasi cahaya. Perbedaan yang paling nyata dari pengaruh
iklim ada pada daerah basah, kering dan agak kering yang menyebabkan 2 masalah besar
pada makanan ternak, meskipun terdapat banyak pengecualian-pengecualian sehingga
perbedaan-perbedaan itu menjadi kabur pada daerah-daerah yang beriklim sedang.
b) Parasit dan penyakit
Panas dan kelembaban yang tinggi merupakan lingkungan yang baik bagi parasit
internal dan eksternal, jamur dan vector penyakit. Parasit internal tidak begitu penting pada
iklim agak kering tetapi parasit eksternal adalah penting meskipun parasit ini tidak begitu
banyak di daerah iklim kering oleh karena jenis vegetasi di daerah ini mempengaruhi adanya
insekta pembawa penyakit maka iklim mempunyai pengaruh tidak langsung yang besar
terhadap produksi ternak. Pada daerah-daerah tropik afrika dimana curah hujan cukup untuk
mendukung pertumbuhan semak-semak menyebabkan ternak. juga iklim yang mendukung
perkembangan stomoxys spp.
c) Penyimpangan dan penanganan hasil ternak
Semua iklim tropik baik lembab maupun kering mendukung cepat rusaknya bahan
hasil ternak yang di simpan sehingga menaikkan ongkos prosesing dan penanganannya. Hal
ini mempengaruhi produksi ternak secara tidak langsung oleh karena meningkatnya biaya
prosesing penanganan dan penyimpanan seperti penambahan kapasitas kamar pendinginan
akan menaikkan produksi bahan tertentu secara tidak ekonomis padahal tempat tersebut
sebenarnya cocok untuk perkembangan industri peternakan.
4. Pengaruh Iklim Mikro Terhadap Fisiologi Ternak
Iklim mikro merupakan interaksi berbagai faktor iklim di suatu lokasi yang spesifik
atau keaadaan iklim di sekitar ternak dimana ternak berada. Pada dasarnya faktor utama yang
mempengaruhi tingkat produktivitas ternak atau perfomance adalah lingkungan dan genetik.
Besarnya penambahan panas yang berasal dari radiasi matahari di daerah tropis dapat
mencapai empat kali lebih besar dari produksi panas hasil metabolisme (Thwaites, 1985).
Besarnya penambahan panas ini tergantung pada ukuran tubuh ternak. Makin kecil ukuran
tubuh seekor ternak, akan mendapatkan penambahan panas yang lebih tinggi dari ternak yang
lebih besar ukuran tubuhnya, seperti domba vs sapi. Perolehan panas dari luar tubuh (heat
gain) akan menambah beban panas bagi ternak, bila suhu udara lebih tinggi dari suhu
nyaman.
Sebaliknya, akan terjadi kehilangan panas tubuh (heat loss) apabila suhu udara lebih
rendah dari suhu nyaman. Perolehan dan penambahan panas tubuh ternak dapat terjadi
secara sensible melalui mekanisme radiasi, konduksi dan konveksi. Jalur utama pelepasan
panas melalui mekanisme evaporative heat loss dengan jalan melakukan pertukaran panas
melalui permukaan kulit (sweating) atau melalui pertukaran panas di sepanjang saluran
pernapasan (panting) (Purwanto, 1993) dan sebagian melalui feses dan urin
(McDowell,1972). Unsur iklim mikro yang dapat mempengaruhi produksi panas dan

pelepasan panas pada ternak adalah suhu dan kelembaban udara, radiasi matahari dan
kecepatan angin.
C. UPAYA PENGELOLAANYA
Iklim merupakan faktor penentu ciri khas dan pola hidup dari suatu ternak. Misalnya,
ternak pada daerah tropik tidak sama dengan ternak yang berada di daerah subtropis. Namun,
pada saat ini telah mampu diatasi dengan penyesuaian pegaturan suhu tubuh secara
langsung seperti yang dilakukan oleh peternak di israel yang menggunakan Air Condition
(AC) untuk beternak. Iklim sendiri merupakan bagian terpenting dari penentuan kerja status
faali dari ternak.
Pengaruh langsung iklim terhadap ternak adalah pada produktivitasnya. Penentuan
status faali dari ternak sangat penting untuk diketahui karena dengan mengetahui status faali
pada ternak, maka peternak dapat menentukan dan menemukan pengaruh lingkungan pada
ternak. Karena pada dasarnya dengan mengetahui temperatur lingkungan, kelembaban,
temperatur kulit, suhu tubuh, suhu rektal, respirasi dan denyut jantung, peternak akan
mengetahui cara dan pengaruh buruk faktor-faktor iklim terhadap ternak serta untuk
mengetahui pada termperatur dan kelembaban berapa ternak memilki produktivitas yang baik
dan efisien, maka perlu adanya pengelolaan yang lebih lanjut dan intensif.
Dalam usaha meningkatkan produktivitas ternak maka salah satu upaya lain selain
iklim adalah perbaikan mutu makanan pakan ternak. Kelembaban
udara
dari
suatu
lingkungan kehidupan ternak merupakan salah satu unsur iklim. Dimana kelembaban
lingkungan mempengaruhi kesehatan ternak. Kelembaban yang terlalu tinggi akan
mempertinggi kejadian penyakit saluran pernapasan yang pada gilirannya memakai biaya
perawatan kesehatan yang tinggi pada usaha produksi ternak.
Kelembaban udara tinggi disertai suhu udara yang tinggi menyebabkan meningkatnya
frekuensi respirasi. Karena faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap tingkah laku ternak.
Bila suhu lingkungan berada diatas atau dibawah comfort zone untuk mempertahankan suhu
tubuhnya ternak mengurangi atau meningkatkan laju metabolisme. Produktivitas ternak
dicerminkan oleh penampilannya ( performance ), sedangkan penampilan ternak merupakan
manifestasi pengaruh genetik dan lingkungan ternak secara bersama. Penampilan ternak
dalam setiap waktu adalah perpaduan dari sifat genetik dan lingkungan yang diterimanya.
Ternak dengan sifat genetik baik tidak akan mengekspresikan potensi genetiknya tanpa
didukung oleh lingkungan yang menunjang. Bahkan telah diketahui bahwa dalam
membentuk penampilan, lingkungan berpengaruh lebih besar dari pada sifat genetik ternak.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari materi yang dibahas diatas adalah :
1. Lingkungan berpengaruh besar terhadap sifat genetik ternak
2. Penerapan ternak di daerah yang iklimnya sesuai akan menunjang dihasilkannya produksi secara
optimal
3.

Suhu dan kelembaban lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan stress terhadap ternak sehingga
fisiologis ternak tersebut meningkat dan konsumsi pakan menurun, sehingga produktivitasnya
menurun

4. Suhu tubuh dengan suhu rektal dan suhu kulit saling berpengaruh karena suhu tubuh di dapat dari
kedua suhu tersebut
5. Frekuensi pernapasan berpengaruh kepada lingkungan, apabila suhu dan kelembaban naik maka
frekuensi respirasi dan denyut jantung akan meningkat
6.

Daya tahan terhadap panas dapat dihitung dengan melihat jumlah keringat yang diekskresikan oleh
hewan atau ternak.

B. Saran
Pada pembahasan telah dijelaskan tentang pengruh iklim terhadap ternak,maka
penyusun menyarankan untuk perlu dilakukan tindakan-tindakan penanggulangan, agar
pengaruh iklim tersebut baik secara langsung maupun secara tidak langsung dapat dihindari
maupun dicegah semaksimal mungkin. Berbagai alternatif penanggulangan yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan bahan bangunan kandang yang tidak memantulkan panas.
2. Pengaturan ventilasi kandang yang sesempurna mungkin.
3. Menempatkan bangunan kandang pada tempat- tempat yang lebih tinggi, agar angin dengan
leluasa dapat keluar masuk kandang.
4. Menanam pohon-pohon penenduh disekitar kandang, akan tetapi penanaman pohon-pohon
itu harus diatur seclemikian rupa agar jangan menghalangi pergerakan angin dari luar clan
dalam kandang (Siregar. 1997).
DAFTAR PUSTAKA

Bonsma, J.C.(1949) Breeding cattle for increased adaptability to tropical and subtropical
environments.J.agric. Sci.(Camb), 39, 204-21.

Housebandry. 2009. Pengaruh Lingkungan terhadap Keadaan Fisiologis Ternak.


Bubblegeneration (Online) dalam http://bubblehousebandryfarm. blogspot.com/2009/01/pengaruhlingkungan-terhadap-keadaan.html (diakses tanggal 10 September 2011).
Hubungan Faktor Lingkungan dan Produktivitas Ternak. (Online) dalam http://maupazul.
blogspot.com/2010/01/pengaruh-lingkungan-terhadap-keadaan.html (diakses tanggal 10 September
2011).

McDowell, R.E. 1972. Improvement of Livestock Production in Warm Climate. W.H.


Freeman and Co., San Frascisco.p.1-128.
Media Peternakan, April 2006, hlm. 35-46 Vol. 29 No. 1 ISSN 0126-0472
Purwanto, B.P. 1993. Heat and Energy Balance in Dairy Cattle Under High
Environmental Temperatute. Doctoral Thesis, Hiroshima University.
Pengaruh Iklim Terhadap Ternak. (Online) dalam http://felictasdian.blogspot.com/2010/01/pengaruhiklim-dengan-peternakan.html (diakses tanggal 12 September 2011).
Thwaites, C.J. 1985. Physiological Responses and Productivity in Sheep. In : M.K. Yousef
(Ed.).Stress Physiology in Livestock Vol. II:Ungulates. CRC Press Inc. Boca Raton,Florid.
Upaya pengelolaanya. (Online) dalam http://iisnurmala.blogspot.com/2010/01/hubungan-iklimdengan-peternakan.html (diakses tanggal 17 September 2011).

Anda mungkin juga menyukai