Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) merupakan suatu kejadian yang
umum terjadi akibat paparan peristiwa traumatis yang penting untuk
ditanggulangi. Di Amerika diperkirakan prevalensi penduduk yang menderita
PTSD berkisar 1% sampai 14% dari populasi yang ada.1
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Universitas Syiah Kuala,
International Organization for Migration (IOM), dan Universitas Harvard pada
september 2006 ditemukan penduduk yang menderita depresi mencapai 65%,
69% mengalami gejala kecemasan dan 34% mengalami gejala PTSD. Survey
berikutnya yang dilakukan pada tahun 2007, sekitar 3 tahun setelah tsunami di 14
kabupaten di Aceh ditemukan data sebanyak 35% menderita depresi, 10%
menderita PTSD, dan 39% mengalami gejala kecemasan. Hasil penelitian
kesehatan jiwa pada pasien Puskesmas di Aceh tahun 2002 menunjukkan 8,8%
dari 1000 responden mengalami PTSD akibat konflik.2,3
Individu dengan PTSD mengalami gangguan kecemasan yang berkembang
pada beberapa paparan peristiwa traumatis seperti pertempuran, kekerasan seksual
atau fisik, kecelakaan yang serius, atau kesaksian dari seseorang yang terluka atau
terbunuh. PTSD merupakan masalah gangguan jiwa yang harus ditangani segera
dan tepat.4
Pengobatan pada PTSD terdiri dari psikoterapi dan farmakoterapi.
Psikoterapi yang paling efektif untuk pengobatan PTSD adalah cognitive
behavioural therapy (CBT). CBT adalah suatu bentuk psikoterapi yang
menekankan pada pentingnya proses berpikir dan bertindak. CBT difokuskan
pada perasaan distress, pikiran, dan perilaku yang nantinya akan mengarah pada
perubahan yang positif. Individu yang menerima CBT pada akhirnya diharapkan
memiliki pikiran yang positif sehingga akan memperlihatkan perilaku yang juga
positif dalam menjalani kehidupannya. 5,6,7
Untuk menilai pelatihan dalam bentuk tingkah laku baik dalam kegiatan
menganalisis atau mengklasifikasikan sebuah pandangan yang berkaitan dengan
PTSD dapat digunakan taksonomi bloom.22
1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan referat ini adalah untuk mengetahui definisi,


etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, diagnosis, dan penatalaksanaan PTSD
khususnya mengenai Cognitive Behavioural Therapy (CBT).

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1

Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)

2.1.1 Definisi
Trauma psikologis dapat terjadi akibat menyaksikan suatu peristiwa yang
dianggap mengancam jiwa atau menimbulkan potensi terjadinya cidera serius
pada diri sendiri atau orang lain. Pengalaman seperti itu sering disertai dengan
rasa takut yang dalam, horor, dan ketidakberdayaan yang dapat mengarah pada
PTSD.7
PTSD merupakan gangguan berupa kecemasan yang timbul setelah seseorang
mengalami peristiwa yang mengancam keselamatan jiwa atau fisiknya. Ketika dalam

bahaya ketakutan itu wajar dirasakan. Ketakutan ini memicu banyak perubahan
sepersekian detik dalam tubuh untuk mempersiapkan diri, membela, melawan
bahaya atau untuk menghindarinya. Ini merupakan reaksi yang sehat dimaksudkan
untuk melindungi seseorang dari bahaya. Namun dalam PTSD, reaksi ini berubah
atau rusak. Orang yang memiliki PTSD mungkin merasa stres atau ketakutan
bahkan ketika mereka tidak lagi dalam bahaya.8
PTSD adalah sebuah gangguan yang dapat terbentuk dari peristiwa
traumatik yang mengancam keselamatan diri dan membuat diri merasa tidak
berdaya. PTSD adalah suatu kondisi dimana terjadi gangguan pada fisik dan
psikologis seseorang sebagai akibat dari kejadian yang menekan atau mengancam
kehidupan, seperti bencana alam, perang, kekerasan fisik, seksual dan emosional,
kecelakaan dan semua kejadian yang membuat seseorang merasa tertekan, putus
asa dan merasa dirinya dalam bahaya.6
2.1.2 Epidemiologi
Perkiraan prevalensi seumur hidup untuk PTSD dalam sampel komunitas
berkisar antara 1% sampai 14%. Dalam populasi yang telah terkena peristiwa
traumatis, prevalensinya jauh lebih tinggi. Tingkat prevalensi 30% ditemukan
untuk veteran Vietnam dalam satu studi, sementara tingkat prevalensi antara 31%
dan 57% telah ditemukan untuk korban perkosaan.1
PTSD dapat terjadi pada semua usia. Gejala umumnya muncul tak lama
setelah trauma. Namun, dalam beberapa kasus gejala tidak akan berkembang
sampai berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah kejadian. Sekitar
setengah dari kasus, gejala spontan timbul setelah 3 bulan. Dalam kasus lain

gejala dapat bertahan, sering selama bertahun-tahun, dan dapat menyebabkan


kerusakan jangka panjang pada fungsi kehidupan.1,9
Tidak jelas mengapa beberapa orang yang terkena trauma dapat
mengembangkan PTSD dan beberapa tidak. Beberapa karakteristik dari trauma
dikenal untuk memprediksi kemungkinan dan memutuskan gejala. Kontak
langsung dengan kejadian tersebut, keparahan yang lebih besar, durasi yang lebih
lama, dan perancaman kematian semua dikaitkan dengan peningkatan
risiko. Faktor premorbid yang dapat mengembangkan PTSD meliputi riwayat
keluarga gangguan mental, riwayat penyakit jiwa, ciri-ciri kepribadian
neurotisisme tinggi dan miskin kepercayaan diri, awal pemisahan dari orang tua,
kemiskinan, pendidikan yang terbatas, penyalahgunaan orangtua, kesalahan pada
anak-anak, dan riwayat trauma.1
2.1.3 Etiologi dan Patofisiologi
a.

Peristiwa traumatik
Peristiwa traumatik merupakan penyebab utama dari gejala PTSD.

Pandangan yang dominan menyatakan bahwa peristiwa traumatis itu sendiri


bukanlah penyebab yang cukup untuk menimbulkan gejala. Banyak diduga
penyebab organik sebagai penyebab penyulit psikologis kronis. Reaksi terhadap
peristiwa traumatis yang sementara dengan kepribadian yang tidak stabil , sudah
ada konflik neurotik maupun mental penyakit akan mengembangkan gejala-gejala
kronis. Orang-orang dengan kepribadian yang sehat bisa berkembang signifikan
secara klinis gejala psikologis jika mereka terkena stres mengerikan. Hal itu
demikian diakui bahwa peristiwa traumatis seperti pertempuran, pemerkosaan dan
buatan manusia atau bencana alam menimbulkan pola karakteristik gejala
psikologis. Klasifikasi ICD-10 menekankan peran kausal stres traumatik
memproduksi disfungsi psikologis bahkan lebih jelas dalam kelompok tertentu,
gangguan terjadi sebagai reaksi terhadap stres berat dan gangguan penyesuaian.
Gangguan ini muncul sebagai akibat langsung dari stres akut atau trauma
berlanjut. Kejadian stres adalah faktor penyebab utama terjadinya gangguan.9
Kriteria yang merupakan stressor traumatis telah dimodifikasi sejak
diagnosis PTSD diperkenalkan. Awalnya PTSD dianggap terjadi hanya mengikuti

kejadian diluar pengalaman manusia. DSM - IV menekankan ancaman terhadap


integritas fisik sebagai unsur umum trauma dan memperhitungkan bahwa respon
subjektif seseorang untuk suatu kejadian penting dalam menentukan apakah
kejadian tersebut dialami sebagai keadaan traumatis yang membuat seseorang
mengalami ketakutan ekstrim, tidak berdaya atau horor selama kejadian.9
b.

Kenangan Trauma
Memori yang dihasilkan untuk keadaan ini tampaknya berbeda dari

kenangan otobiografi biasa. Ini memiliki efek aspek memori yang dapat dengan
mudah dipicu dan kembali dialami seolah-olah mereka sedang terjadi bukan
sebagai kenangan dari peristiwa masa lalu. Mekanisme yang tepat dari kelainan
memori saat ini sedang diselidiki.10
c.

Pengkondisian Klasik
Teori pengkondisian klasik menunjukkan bahwa rangsangan yang dialami

pada saat trauma berhubungan dengan rasa takut. Akibatnya, rangsangan


menyerupai orang-orang yang hadir selama peristiwa traumatis memicu tekanan
berat dan dihindari.9
d.

Interpretasi individu dari peristiwa traumatis dan konsekuensi


Tingkat ancaman yang dirasakan manusia selama peristiwa traumatis

tergantung pada apa yang di interpretasi. Saat orang merasa bahwa hidup mereka
dalam bahaya selama peristiwa traumatis memiliki dampak besar pada
kemungkinan mengembangkan PTSD.9
Begitu pula saat mereka menarik diri dari keadaan yang ada merupakan
faktor penting dalam mempertahankan PTSD, misalnya jika penderita PTSD
merasa bersalah atau malu tentang apa yang terjadi dan menyalahkan diri untuk
hal-hal yang mereka pikir mereka bertanggung jawab, mereka tidak mungkin
untuk berdamai dengan keadaan dan melanjutkan kehidupan mereka seperti
sebelumnya. Jika penderita PTSD menafsirkan trauma sebagai makna bahwa
mereka beresiko besar trauma lebih lanjut, mereka terus merasa terancam dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Penafsiran karakteristik PTSD tidak hanya
menyangkut peristiwa traumatis tetapi juga yang konsekuensi yang dihadapi
termasuk tanggapan dari orang lain pasca kejadian tersebut, gejala PTSD awal dan
cedera fisik.9

e.

Strategi Bertahan Tidak Membantu


Trauma kenangan yang menyakitkan dan gejala PTSD yang menyedihkan .

Dalam upaya mereka untuk mengatasi keadaan dan gejala yang mereka alami,
korban trauma mungkin berusaha untuk berbagai strategi bertahan yang muncul
untuk membantu pada saat itu, tapi strategi tersebut memperpanjang atau
memperburuk gejala. Ini termasuk penekanan kenangan trauma dan emosi,
ruminasi tentang kejadian, disosiasi, penarikan sosial, penghindaran dan
penggunaan substansi.9
f.

Dukungan sosial dan hubungan dengan orang lain yang signifikan


Kurangnya dukungan sosial pasca trauma dikaitkan dengan risiko lebih

besar pada PTSD kronis. Pengalaman peristiwa traumatis sering memiliki dampak
negatif pada kemampuan korban untuk mempercayai orang lain dan terlibat dalam
hubungan dekat khususnya jika keadaan ini melibatkan kerugian yang dilakukan
orang lain. Penderita mungkin merasa terasing dari orang lain dan menarik diri
dari hubungan sebelumnya yang signifikan. Hal ini dapat berkontribusi pada
pemeliharaan masalah dan mengganggu hubungan saling percaya dengan
profesional kesehatan.9
g.

Proses Pengadilan
Hipotesis bahwa laporan gejala PTSD terutama karena berpura-pura sakit

dan mencari kompensasi belum didukung oleh penelitian yang sistematis. Di sisi
lain proses hukum yang berlarut-larut dapat memperburuk penderitaan penderita
PTSD dan membuat sulit bagi mereka untuk menempatkan keadaan tersebut di
masa lalu. Ini mungkin juga menjelaskan banyak hubungan antara gejala PTSD
dan proses hukum.9
h.

Kelainan aksis hipotalamus - hipofisis - adrenal


Orang dengan PTSD saat ini mungkin menunjukkan tingkat abnormal

rendah kortisol dibandingkan dengan individu yang mengalami trauma tanpa


PTSD. Selain itu, penderita PTSD juga mungkin memiliki peningkatan jumlah
reseptor limfosit glukokortikoid. Ketika diberi dosis rendah deksametason pada
penderita PTSD terjadi hypersuppression kortisol. Dengan demikian penderita
PTSD cenderung menunjukkan pola yang sangat berbeda dari hipotalamushipofisis-adrenal axis respon dari pasien dengan depresi berat. Pola temuan

menunjukkan bahwa axis HHA di PTSD ditandai dengan peningkatan umpan


balik negatif. Dapat terjadi juga downregulation corticotrophin - releasing factor
reseptor di hipofisis anterior karena peningkatan kronis pada corticotrophin releasing factor. Secara keseluruhan pola temuan menunjukkan bahwa axis HHA
di PTSD diatur untuk menghasilkan besar tanggapan terhadap stres lebih lanjut.7,9
i.

Kelainan Neurokimia
Beberapa sistem neurotransmitter dapat tidak teregulasi di PTSD. Penelitian

menunjukkan sensitisasi dari sistem noradrenergik. Subkelompok lain dari


penderita PTSD tampaknya ditandai dengan sistem serotonergik yang peka. Opiat
endogen telah diduga memediasi gejala mati rasa, emosional dan amnesia.
Dopaminergik, asam gamma-aminobutyric (GABA) dan sistem N - methyl - D aspartat juga telah terlibat dalam PTSD , tapi bukti untuk hipotesis ini jarang pada
tahap ini.9
j.

Ukuran Hippocampal
Orang dengan PTSD yang lama mungkin memiliki hippocampus lebih kecil

dari yang tidak menderita PTSD. Temuan terbaru menunjukkan bahwa ukuran
hippocampus kecil mungkin menjadi faktor kerentanan dari konsekuensi trauma.9
k.

Faktor Kerentanan
Berbagai faktor kerentanan untuk PTSD telah diidentifikasi. Ini termasuk

riwayat pribadi atau keluarga sebelumnya dengan gangguan kecemasan atau


gangguan afektif, neurotisisme, kecerdasan yang lebih rendah, jenis kelamin
perempuan dan riwayat trauma sebelumnya. Faktor genetik dan dampak trauma
awal pada sistem neurobiologis juga memiliki peran.11,12

2.1.4 Faktor Resiko13


1. Jenis kelamin perempuan, 2 hingga 4 kali lipat dibandingkan pada laki-laki
meskipun laki-laki lebih cenderung mengalami kejadian traumatik.
2. Gangguan jiwa sebelumnya (preexisting anxiety disorder atau preexisting
major depression) beresiko 2 kali lipat dibandingkan mereka yang tidak
mengalami gangguan jiwa.
3. Adanya gangguan psikiatrik sebelum trauma baik pada individu yang
bersangkutaan maupun keluarganya.
7

4. Adanya trauma masa kanak, seperti kekerasan fisik maupun seksual.


5. Ciri kepribadian ambang, paranoid, dependent, atau antisosial.
6. Mempunyai karakter yang bersifat introvert atau isolasi sosial; adanya
problem menyesuaikan diri.
7. Adanya kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi secara bermakna.
8. Terpapar oleh kejadian-kejadian dalam kehidupan yang luar biasa
sebelumnya baik tunggal maupun ganda dan dirasakan secara subjektif oleh
suatu kondisi atau peristiwa yang menimbulkan penderitaan bagi dirinya.
2.1.5 Manifestasi Klinis5,8,9
1.

Merasakan kembali peristiwa traumatik (Re-Experiencing Symptoms)


ditunjukkan dengan:

selalu teringat akan peristiwa yang menyedihkan yang telah dialami


flashback (merasa seolah-olah peristiwa yang menyedihkan terulang

kembali)
nightmares (mimpi buruk tentang kejadian-kejadian yang membuatnya

sedih)
reaksi emosional dan fisik yang berlebihan karena dipicu oleh kenangan

akan peristiwa yang menyedihkan.


2. Penghindaran dan emosional yang dangkal (Avoidence Symptoms),
ditunjukkan dengan:
menghindari aktivitas, tempat, berpikir, merasakan, atau percakapan
yang berhubungan dengan trauma.
kehilangan minat terhadap semua hal
perasaan terasing dari orang lain
emosi yang dangkal.
3. Sensitifitas yang meningkat (Hyperaurosal Symptoms), ditunjukkan dengan:
susah tidur
mudah marah/tidak dapat mengendalikan marah
susah berkonsentrasi
kewaspadaan yang berlebih
respon yang berlebihan atas segala sesuatu
Seseorang dikatakan menderita PTSD jika memenuhi kriteria berikut ini
dalam waktu minimal 1 bulan:8
a) Mengalami kejadian atau peristiwa traumatis
b) Minimal memiliki 1 tanda re-experiencing symptoms

c) Minimal memiliki 3 tanda avoding symptoms


d) Minimal memiliki 2 tanda hyper-arousal symptoms
e) Tanda dan gejala yang menyebabkan individu kesulitan dalam menjalani
kehidupan sehari-hari, sekolah atau bekerja, berinteraksi dengan teman,
menyelesaikan tugas-tugas penting lainnya.
2.1.6 Diagnosis
Pedoman diagnostik menurut PPDGJ III:15
a. Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun
waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat (masa laten yang berkisar
antara beberapa minggu sampai beberapa bulan, jangan sampai melampaui 6
bulan).Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan apabila tertundanya
waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi waktu 6 bulan, asal
saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak terdapat alternative kategori
gangguan lainnya.
b. Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus dibedakan bayang-bayang atau
mimpi-mimpi dari kejadian traumatik tersebut secara berulang-ulang
kembali (flashbacks).
c. Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya
dapat mewarnai diagnosis tetapi tidak khas.
d. Suatu sequelae manahun yang terjadi lambat setelah stress yang luar
biasa, misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasikan
dalam kategori F62.0 (perubahan kepribadian yang berlangsung lama
setelah mengalami katastrofa).
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Stress Pascatraumatik (DSM-IV,
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder,ed 4):17,28
a. Orang yang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik di mana kedua
dari berikut ini terdapat:
1. Orang mengalami,menyaksikan,atau dihadapkan dengan suatu kejadian
atau kejadian-kejadian yang berupa ancaman kematianatau kematian

yang sesungguhnya atau cedera yang serius atau ancaman kepada


integritas fisik diri sendiri atau orang lain.
2. Respon orang tersebut berupa rasa takut yang kuat,rasa tidak berdaya
atau horror.
b. Kejadian traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu (atau lebih)
cara berikut:
1. Rekoleksi yang menderitakan,rekuren,dan mengganggu tentang
kejadian,termasuk bayangan,pikiran,atau persepsi.
2. Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian.
3. Berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi
kembali.
4. Penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda internal
atau eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek
kejadian traumatik.
5. Reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal ataueksternal
yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian traumatik.
c.

Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma dan


kaku karena responsivitas umum (tidak ditemukan sebelum trauma),seperti
yang ditunjukan oleh tiga (atau lebih) berikut ini:
1. Usaha untuk menghindari pikiran,perasaan,atau percakapan yang
berhubungan dengan trauma.
2. Usaha untuk menghindari

aktivitas,tempat,atau

orang

yang

menyadarkan rekoleksi dengan trauma.


3. Tidak mampu untuk mengingat aspek penting dari trauma
4. Hilangnya minat atau peran serta yang jelas dalam aktivitas yang
bermakna.
5. Perasaan terlepas atau asing dari orang lain.
6. Rentang aspek yang terbatas.
7. Perasaan bahwa masa depan menjadi pendek.
d.

Gejala menetap adanya peningkatan kesadaran (tidak ditemukan sebelum


trauma),seperti yang ditunjukkan oleh dua (atau lebih) berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

E.

Kesulitan untuk tertidur atau tetap tertidur.


Iritabilitas atau ledakan kemarahan.
Sulit berkonsentrasi.
Kewaspadaan berlebihan.
Respon kejut yang berlebihan.

Lama gangguan (gejala dalam kriteria B,C,D ) lebih dari satu bulan.

10

F.

Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau


gangguan dalam fungsi sosial,pekerjaan,atau fungsi penting lain.

2.1.7

Diagnosis Banding
PTSD dibedakan dari gangguan penyesuaian berdasarkan tingkat keparahan

peristiwa traumatis, dalam mendiagnosis PTSD peristiwa yang terjadi harus


ekstrim. Stres akut disorder dikatakan sebagai diagnosis jika gambar gejala
menyerupai PTSD tetapi peristiwa itu terjadi kurang dari 4 minggu yang lalu. Jika
terdapat pikiran yang mengganggu harus berhubungan dengan trauma; jika tidak,
harus dipertimbangkan diagnosis gangguan obsesif-kompulsif. Demikian pula,
kilas balik yang dalam terkadang menyerupai halusinasi terkait dengan gangguan
psikotik. Namun, selama mereka berhubungan dengan trauma diagnosis yang
mungkin adalah PTSD.1
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Psikoterapi
a. Psikoterapi psikodinamik singkat
Terapi psikodinamik mendorong individu untuk menggunakan hubungan
suportif dengan terapis dan pemindahan yang terjadi dalam hubungan itu, untuk
merenungkan pengalaman mereka. Proses ini memungkinkan dihadirkan pikiran
sadar, mendesak dan emosi untuk dibawa ke dalam kesadaran, yang pada
gilirannya memungkinkan aspek kognitif, emosional dan sosial dari pengalaman
untuk diintegrasikan ke dalam struktur bermakna yang membantu orang untuk
menerima dan beradaptasi dengan pengalaman mereka. Terapi psikodinamik
singkat memfokuskan pada konflik emosional yang disebabkan oleh peristiwa
traumatis tertentu. Pasien didorong untuk menempatkan pengalaman mereka
dalam kata-kata dan memeriksa makna bahwa peristiwa dan keadaan sekitarnya
berlaku untuk mereka. Dengan menceritakan kembali apa yang dirasakan, terapis
membantu individu untuk mengintegrasikan keadaan dan membangun kembali
rasa, tujuan dan makna hidup.14
b. Desensitisasi dan pengolahan gerakan mata/ Eye Movement Desentisitation
and Reprocessing (EMDR)

Tipe lain dari intervensi psikologis trauma difokuskan EMDR, pengobatan


untuk PTSD dikembangkan oleh Shapiro di akhir 1980-an. EMDR didasarkan
11

pada asumsi bahwa selama peristiwa traumatis, emosi berlebihan atau proses
disosiatif dapat mengganggu pengolahan informasi. Ini mengarah pada
pengalaman yang disimpan dengan cara yang ' belum diproses ', terputus dari
memori yang ada pada jaringan. Dalam EMDR orang tersebut diminta untuk
fokus pada citra yang terkait dengan trauma, pikiran negatif, emosi, dan sensasi
tubuh sekaligus menggerakkan mata mereka bolak-balik mengikuti gerakan jari
terapis di bidang mereka selama 20-30 detik atau lebih. Proses ini dapat diulang
berkali-kali. Diusulkan bahwa perhatian ganda ini memudahkan pengolahan
memori traumatis ke jaringan pengetahuan yang ada meskipun mekanisme tepat
yang terlibat tidak diketahui. Bentuk stimulasi bilateral selain mengikuti jari
seorang terapis, seperti penyadapan, cahaya bar, atau rangsangan pendengaran,
juga telah digunakan.14,18
Seiring waktu , EMDR semakin dapat menjadi komponen pengobatan yang
lebih sebanding dengan cognitive behaviour therapy (CBT). Ini termasuk jalinan
kognitif (analog dengan terapi kognitif), template imaginal (latihan penguasaan
atau mengatasi respon antisipasi terhadap stres), dan standar paparan in vivo.
Dikombinasikan dengan masuknya awal fokus imaginal gambar traumatis, EMDR
mencakup sebagian besar elemen inti dari standar trauma-focused CBT (TF CBT).14,18
c. Terapi Kelompok
Terapi kelompok untuk PTSD memasukkan pendekatan perilaku suportif,
psikodinamik dan kognitif (termasuk eksposur, terapi proses kognitif, pemecahan
masalah, dll). Fitur umum meliputi: keanggotaan relatif kelompok yang homogen,
penyediaan saling mendukung, pengakuan dan validasi pengalaman traumatis, dan
normalisasi tanggapan traumatis. Kehadiran orang lain dengan pengalaman yang
sama dapat membantu untuk mengatasi keyakinan bahwa terapis tidak bisa
membantu karena dia tidak mengalami trauma tertentu. Kelompok ini juga dapat
digunakan untuk mempromosikan pendekatan yang tidak menghakimi terhadap
perilaku yang diperlukan untuk bertahan hidup selama peristiwa traumatis.14
d. Hipnoterapi
Hipnoterapi adalah aplikasi terapi hipnotis untuk berbagai masalah
kesehatan mental. Hipnosis dicapai melalui proses induksi dan dapat disamakan

12

dengan bentuk disosiasi. Kondisi hipnosis ditandai dengan fokus mental tinggi
dan sugesti, yang memungkinkan terapis untuk menanamkan saran yang
membantu individu agar lebih baik mengendalikan gejala mereka. Penting
disadari bahwa hipnosis bukan intervensi dalam dirinya sendiri melainkan induksi
keadaan relaksasi dan penerimaan yang (konon) membuat intervensi lebih mudah
untuk diterapkan.14
Jadi, hipnosis di PTSD dapat digunakan sebagai pendahulu untuk beberapa
intervensi termasuk citra, manajemen stres teknik, ego memperkuat self-talk, dan
eksposur.14
e. Pencitraan Terapi
Pencitraan terapi latihan adalah pendekatan perilaku kognitif untuk
pengobatan trauma kronis terkait mimpi buruk. Terapi ini melibatkan orang
mengingat mimpi dan kemudian mengubah citra dari mimpi dengan cara bahwa
keadaan ini tidak mengganggu dan meningkatkan rasa penguasaan atau kontrol.
Individu kemudian berlatih merubah citra dalam imajinasi mereka terutama
sebelum tidur.14
f. Interapy
Interapy adalah istilah yang luas digunakan untuk berbagai terapi internet dimediasi. Meskipun beberapa intervensi berbasis web beroperasi sebagai
swadaya murni pendekatan tanpa keterlibatan terapis, dalam banyak kasus ada
beberapa kontak yang terbatas antara terapis dan individu dengan PTSD melalui
komputer. Pendekatan ini mungkin akan sangat berguna untuk orang yang tinggal
di daerah terpencil, bagi mereka yang cacat fisik dan telah membatasi mobilitas,
atau yang tidak bersedia untuk mencari terapi face -to-face karena kecemasan atau
takut stigmatisasi. Pengobatan berbasis web untuk PTSD biasanya mencakup
psikoedukasi, manajemen gejala, eksposur, dan penilaian kembali kognitif, yang
semuanya melibatkan penulisan tugas terstruktur yang dapat diserahkan kepada
terapis untuk umpan balik.14
g. Terapi Interpersonal
Terapi interpersonal adalah terapi terbatas waktu yang pada awalnya
dirancang untuk pengobatan depresi. Terapi ini menganggap hubungan
interpersonal penting untuk pembentukan dan pemeliharaan masalah psikologis

13

karena hubungan yang kuat antara gejala dan lingkungan sosial, yaitu interaksi
dengan orang lain mempengaruhi kesejahteraan psikologis dan sebaliknya. Terapi
interpersonal memfokuskan pada identifikasi masalah yang spesifik dan pola
dalam hubungan pribadi dan membangun keterampilan untuk meningkatkan
fungsi interpersonal dan meningkatkan dukungan sosial. Ini mungkin termasuk
mengatasi kesedihan atas kehilangan hubungan, harapan yang berbeda dalam
hubungan, perubahan peran dalam hubungan, dan meningkatkan keterampilan
sosial.14
h. Terapi Berbasis Kesadaran
Terapi berbasis kesadaran dianggap sebagai bagian dari ' gelombang ketiga '
dari psikoterapi kognitif dan perilaku, dan termasuk penerimaan dan komitmen
terapi, terapi perilaku kognitif berbasis kesadaran dan meditasi sadar. Meski relatif
baru untuk pendekatan Barat, mindfulness memiliki sejarah panjang praktik dalam
filsafat Timur (misalnya Buddhisme, Taoisme dan Yoga). Mindfulness dapat
didefinisikan sebagai memperhatikan dalam cara tertentu : sengaja, pada saat ini
dan tidak menghakimi.14
i. Terapi Paparan Narasi/ Narrative Exposure Therapy (NET)
NET adalah standar intervensi jangka pendek diadaptasi dari terapi
kesaksian (tradisional digunakan dengan korban penyiksaan dan korban sipil
perang), serta dari paparan utama pendekatan. Pada awalnya dikembangkan baik
untuk mengobati korban dan untuk mendokumentasikan pelanggaran hak asasi
manusia. Dalam NET orang tersebut diminta untuk membangun sebuah narasi
kehidupan mereka dari anak usia dini sampai sekarang, fokus secara rinci pada
peristiwa traumatis dan mengelaborasi pada pikiran dan emosi yang terkait.
Diusulkan bahwa karya-karya NET dalam dua cara : mempromosikan pembiasaan
kenangan traumatis melalui paparan, dan merekonstruksi memori otobiografi
individu.14
j. Manajemen Stres
Manajemen stres digunakan untuk menutupi berbagai fokus kognitif yang
bukan trauma, perilaku dan teknik fisiologis yang bertujuan untuk mengurangi
tingkat gairah dan memodifikasi faktor gaya hidup yang berkontribusi tingkat
stres atau kecemasan dari individu. Penerapan manajemen stres untuk PTSD

14

bertujuan untuk mengurangi gairah gejala, mengatasi dampak kecemasan dan


menghindari gejala pada gaya hidup individu. Inti komponen manajemen stres
yang digunakan dalam PTSD dapat mencakup : a) strategi fisik seperti latihan
relaksasi, mengontrol pernapasan (untuk melawan hiperventilasi), latihan aerobik,
kebersihan tidur dan diet; b) strategi kognitif seperti adaptif mengatasi pernyataan
diri untuk digunakan saat menghadapi situasi yang ditakuti atau dihindari,
gangguan teknik dan berhenti berpikir; dan c) strategi perilaku seperti penataan
rutinitas sehari-hari, meningkatkan kegiatan menyenangkan dan memanfaatkan
dukungan sosial.14
k. Konseling Suportif dan Pusat Terapi Saat Ini
Konseling memfokuskan pada aspek kehidupan dengan maksud untuk
menangani dan memecahkan masalah saat ini. Dalam PTSD konseling suportif
menangani masalah-masalah yang timbul dari psikopatologi pasca trauma serta
keadaan kehidupan umum lainnya. Hal ini bertujuan untuk membantu individu
lebih memahami dan membantu diri mereka sendiri melalui penerapan praktis
pemecahan masalah dan strategi coping. Tingkat arah terapis dan saran bervariasi
dalam konseling suportif. Salah satu varian konseling suportif adalah terapi yang
berpusat saat ini.14
l. Trauma-Focused Cognitive Behavioural Therapy (TF-CBT)4,14,20
TF-CBT sering kali berisi psikoedukasi dan manajemen strategi gejala
(terutama pengurangan gairah). Dua intervensi inti di bawah rubrik TF-CBT untuk
PTSD adalah eksposur dan restrukturisasi kognitif. Dengan demikian, strategi TFCBT berasal dari teori perilaku dan kognitif. Ini adalah jangka pendek terstruktur
intervensi psikologis yang bertujuan untuk mengatasi gejala sisa emosional,
kognitif dan perilaku paparan peristiwa traumatis. Meskipun jenis intervensi
berikut ini dijelaskan secara terpisah, ada banyak tumpang tindih dan pengalaman
dokter sering menggunakan kombinasi dalam praktek klinis rutin. Pendekatan
yang umum akan menggunakan psikoedukasi, manajemen kecemasan, paparan,
restrukturisasi kognitif, dan pencegahan kambuh untuk mengobati PTSD.
CBT merupakan terapi jangka pendek, kolaboratif, metode yang berfokus
pada masalah yang bertujuan untuk mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas
hidup orang dengan gangguan emosional . CBT telah disempurnakan, diuraikan,

15

dan dievaluasi dalam berbagai studi empiris. Karena telah diuji secara ketat CBT
sekarang dianggap sebagai pengobatan empiris didukung untuk berbagai
gangguan, seperti gangguan kecemasan, gangguan mood, kesulitan belajar,
masalah seksual, dan bulimia nervosa. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
CBT juga dapat berhasil diterapkan dalam pengobatan gangguan mental yang
lebih serius, seperti skizofrenia dan gangguan bipolar.19
CBT menggabungkan dua pendekatan teoretis dan terapi yang berbeda yang
dihasilkan dari dua paradigma yang berbeda namun saling melengkapi dari sifat
manusia dan psikopatologi. Salah satunya adalah paradigma perilaku, berdasarkan
teori belajar dan model psikologi eksperimental. Ide dasarnya adalah setiap
perilaku, baik adaptif atau maladaptif yang telah dipelajari . Yang lainnya adalah
paradigma kognitif, yang menyatakan bahwa gangguan mental timbul dari proses
perubahan kognitif yaitu kesalahan tertentu dalam pengolahan informasi.21
Tujuan dari Cognitive behaviour therapy adalah untuk memodifikasi fungsi
berfikir, perasaan, bertindak, dengan menekankan fungsi otak dalam menganalisa,
memutuskan, bertanya, berbuat, dan mengambil keputusan kembali. Dengan
merubah status pikiran dan perasaannya, klien diharapkan dapat merubah perilaku
negatif menjadi positif. CBT pada klien PTSD bertujuan untuk memutuskan
hubungan negatif yang tercipta antara pikiran dan perilaku. Diharapkan akhirnya
dengan putusnya hubungan antara pikiran dan perilaku yang negatif, maka secara
keseluruhan cara berpikir dan berperilaku individu tersebut tidak mengarah pada
maladaptif.6,21
Beberapa karakteristik dari Cognitive Behaviour therapy yaitu:7
1. Empirically based (berdasarkan pada pembuktian atau hasil penelitian)
Metode psikoterapi ini perlu didukung pembuktian yang luas untuk
mengatasi banyaknya masalah klinis.
2. Goal oriented (berorientasi pada tujuan)
Pasien dan terapis mengidentifikasi tujuan yang jelas dengan menggunakan
evaluasi perkembangan pasien dan hasil yang telah dicapai.

3. Practical (lebih merupakan praktek)

16

Pasien dan terapis berfokus pada penjelasan dan pemecahan masalah


kehidupan, mendiskusikan masalah saat ini dan sekarang bukan riwayat
pasien.
4. Collaborative (kerjasama)
Kerjasama dan partisipasi aktif pasien dalam proses terapi sangat diperlukan
karena dapat membantu pasien untuk berubah.
5. Open (terbuka)
Proses dalam terapi ini adalah terbuka dan fleksibel dimana antara pasien
dan terapis dapat berdiskusi didalam proses terapi.
6. Homework (tugas pekerjaan rumah)
Pasien diberikan tugas rumah untuk mengumpulkan data terkait dengan
keterampilan yang dimiliki, dan memberikan penguatan terhadap respons
tersebut.
7. Measurements (ada pengukuran)
Data dasar penilaian masalah perilaku di buat selama proses pengkajian
Penilaian tersebut di ulang selama interval yang teratur dan sampai pada
penyelesaian tindakan. Proses tindakan tersebut diawasi secara ketat.
8.

Active (aktif)
Perubahan dan kemajuan yang bermakna dalam perawatan pasien dapat
memberikan dampak pada kualitas hidup pasien. Baik pasien ataupun
therapis aktif dalam therapy. Therapis adalah sebagai pembimbing dan
pelatih dan pasien mempraktekkan strategi pembelajaran dalam therapy.

9.

Short term (jangka pendek)


CBT biasanya digunakan dalam jangka waktu yang pendek yang terdiri dari
6 sampai 20 sesi.
CBT terdiri atas:
Terapi paparan (Exposure Therapy)
Terapi paparan telah lama didirikan sebagai pengobatan yang efektif untuk

berbagai gangguan kecemasan. Tujuan terapi paparan adalah untuk membantu


orang menghadapi objek kecemasan mereka. Prinsip dasar mendasari proses
eksposur adalah bahwa pembiasaan, gagasan bahwa jika orang dapat disimpan
dalam kontak dengan stimulus kecemasan - memprovokasi cukup lama,
kecemasan mereka pasti akan berkurang. Hal ini dapat terjadi dalam suatu sesi

17

paparan (dalam sesi habituasi) atau di serangkaian sesi (antara - sesi habituasi).
Model kontemporer menekankan pengolahan informasi sebagai mekanisme kunci.
Terapi pemaparan dimulai dengan perawatan desensitisasi awal dengan para
veteran yang dilakukan oleh Keane dan rekan-rekan dan kemudian dikembangkan
oleh Foa ini kelompok ke kontak yang terlalu lama, telah menjadi dasar
pengobatan psikologis PTSD. Pencahayaan terapi untuk PTSD melibatkan
menghadapi memori pengalaman traumatik dalam lingkungan yang terkendali dan
aman, serta menghadapi situasi dan kegiatan menghindari trauma berhubungan
melalui eksposur in vivo.
Memperpanjang eksposur sampai kecemasan telah berkurang, dan
mengulangi item paparan sampai membangkitkan kecemasan minimal adalah
pusat untuk paparan pendekatan tradisional.
Terapi kognitif
Beck memperkenalkan terapi kognitif sebagai pengobatan untuk depresi
pada tahun 1970-an , dan beberapa orang lain yang mempromosikan pendekatan
serupa sekitar waktu yang sama. Sejak saat itu, telah berhasil digunakan dalam
pengobatan berbagai gangguan emosional lainnya termasuk gangguan kecemasan,
psikosis dan gangguan kepribadian. Dalam pengobatan PTSD terapi kognitif
membantu individu untuk mengidentifikasi, menantang dan memodifikasi pikiran
bias atau terdistorsi dan kenangan traumatis mereka, serta setiap keyakinan
maladaptif atau tidak membantu selanjutnya tentang diri mereka sendiri dan dunia
bahwa mereka mungkin telah dikembangkan.
Terapi pengolahan kognitif
Salah satu bentuk terapi kognitif telah disempurnakan secara khusus untuk
pengobatan PTSD adalah proses kognitif terapi. Terapi muncul sebagai 12 - sesi
kognitif-perilaku pengobatan manual untuk PTSD secara sistematis. Tema pasca
trauma, termasuk keamanan, kepercayaan, kekuasaan dan kontrol, harga diri dan
keintiman. Pengobatan ini membantu orang untuk mengidentifikasi pikiran dan
keyakinan yang tidak membantu, menantang mereka, dan menggantinya dengan
rasional alternatif di adaptasi dari pendekatan terapi kognitif standar. Hal ini juga
memiliki keuntungan untuk membantu mengatasi masalah yang terkait seperti
depresi, rasa bersalah dan kemarahan.
m. Pendekatan alternatif

18

Beberapa pengobatan baru untuk PTSD telah dipromosikan dan bekerja jauh
lebih cepat daripada pengobatan standar, meskipun studi terkontrol dengan baik
umumnya kurang pada saat ini. Terkadang secara kolektif dikenal sebagai " terapi
listrik " . Yang paling terkenal di antaranya adalah teknik kebebasan emosi (EFT).
EFT memerlukan klien untuk fokus pada memori traumatis sementara terapis
melakukan akupunktur tradisional pada titik meridian di wajah, tubuh bagian atas
dan tangan. EFT yang mendasari adalah asumsi bahwa gangguan emosi terkait
dengan peristiwa traumatik disebabkan oleh gangguan dalam bidang energi tubuh
(sistem meridian) yang dapat dikembalikan dengan menggunakan teknik ini.
Pendekatan terkait lainnya termasuk terapi lapangan berpikir, visual kinestetik
disosiasi dan pengurangan insiden traumatis. Pendekatan alternatif lain yaitu
metode perhitungan yang dikembangkan oleh Ochberg. Metode ini melibatkan
terapis menghitung dengan suara keras dari 1 sampai 100 sebagai pasien berjalan
melalui memori traumatis dari awal sampai akhir dalam pikiran mereka.
Penghitungan itu sendiri dianggap sebagai cara untuk membantu pasien untuk
mempertahankan fokus pada memori traumatis dan menghambat penghindaran.14
2. Intervensi farmakologis untuk PTSD
Pengobatan farmakologis yang digunakan dalam PTSD dimaksudkan untuk
memperbaiki gejala dan sebagai hasilnya dapat memperbaiki fungsi. Ketika
seseorang dengan gejala minimal mungkin lebih mudah untuk menghadapi
kenangan trauma sejalan dengan proses pemulihan. Obat ini sering digunakan
dalam kombinasi dengan

pengobatan

psikologis. Berbagai psikotropika

(mempengaruhi kondisi mental seseorang) telah diperiksa dan digunakan dalam


praktek klinis untuk mengobati PTSD.14
Antidepresan
Ada banyak kelas yang berbeda dari obat antidepresan. Antidepresan
generasi baru SSRI adalah kelas yang paling banyak digunakan pada PTSD dan
yang memiliki basis penelitian terkuat. Agen umum termasuk fluoxetine,
sertraline, paroxetine, dan escitalopram. Obat ini relatif mudah digunakan, relatif
aman, dan memiliki lebih sedikit efek samping daripada antidepresan yang lebih
tua. Sejak SSRI hadir ke pasar, beberapa antidepresan generasi baru lainnya telah
muncul seperti serotonin reuptake inhibitor - noradrenalin (SNRIs , misalnya ,

19

venlafaxine);

noradrenalin

selektif

reuptake

inhibitor

(NRIs);

inhibitor

noradrenalin - dopamin reuptake (NDRIs); dan noradrenergik dan spesifik


antidepresan serotonergik (NaSSAs). The monoamine oxidase inhibitor (MAOI)
merupakan antidepresan waktu yang lama. Yang paling terkenal dari MAOIs
adalah phenelzine, obat yang telah digunakan dalam PTSD. Masalah utama
dengan MAOI antidepresan adalah bahwa obat ini sangat sulit untuk digunakan
dan memerlukan pembatasan diet. Baru-baru ini, jenis baru dari MAOI telah
dikembangkan yang dikenal sebagai inhibitor reversibel monoamine oxidase
(RIMA misalnya moclobemide) yang lebih mudah digunakan dan tidak
memerlukan pembatasan diet. Kelas obat antidepresan yang lebih tua yang paling
umum lainnya adalah antidepresan trisiklik (TCA misalnya imipramine). Obat ini
telah digunakan dengan beberapa keberhasilan dalam PTSD di masa lalu tetapi
kurang umum digunakan sekarang dan cenderung tidak aman dengan dosis yang
tinggi.14
Antipsikotik atipikal
Generasi baru dari obat antipsikotik biasanya dikenal sebagai ' antipsikotik
atipikal ' , kadang-kadang digunakan farmakoterapi sebagai tambahan pada PTSD
untuk melengkapi obat lain dalam kasus-kasus resisten kompleks dan pengobatan.
Antipsikotik yang biasa digunakan di Australia termasuk olanzapine, quetiapine,
clozapine, risperidone dan obat ini telah dirancang untuk mengobati agitasi yang
sering terlihat pad PTSD kronis dan kompleks.14
Agen Hipnosedative
Tipe lain dari obat psikotropika yang dapat digunakan untuk mengobati
PTSD dan gejala terkait termasuk agen hipnosedative yang dirancang untuk
mengurangi kecemasan dan mengobati insomnia. Obat ini memiliki kedua obat
penenang (menenangkan, tranquilising) dan hipnotis efek. Kelompok ini termasuk
benzodiazepin

(misalnya,

diazepam,

temazepam,

alprazolam),

barbiturat

(sekarang hanya digunakan dalam keadaan langka ) dan obat tidur lainnya.14
Obat lain
Meskipun umumnya tidak didukung oleh data empiris, beberapa kelas lain
dari obat sering digunakan dalam PTSD. Stabilisator mood digunakan untuk

20

mengobati perubahan suasana hati yang dalam dan berkelanjutan, gangguan


bipolar adalah contoh utama, tetapi beberapa orang dengan PTSD kronis juga
menunjukkan perubahan intens dalam suasana hati. Stabilisator mood umum di
Australia

termasuk

carbamazepine

dan

topiramate.

Meskipun

awalnya

dikembangkan untuk pengobatan epilepsi, antikonvulsan juga tampaknya


memiliki sifat yang dapat menstabilkan suasana hati dan kadang-kadang
digunakan dalam PTSD.14
Obat-obatan yang tidak tradisional dianggap psikotropika juga telah
dipinjam dari daerah lain obat untuk menargetkan gejala PTSD tertentu. Yang
paling umum digunakan di antaranya adalah obat yang mengubah fungsi
adrenergik. Ini termasuk beta - blockers (propranolol), agonis alpha - 1 adrenergik
(prazosin), dan alpha - 2 agonis adrenergik (clonidine . Obat ini mungkin berguna
dalam mengurangi gairah fisiologis. Contoh terakhir dari obat non - psikotropika
yang telah digunakan untuk mengobati gejala PTSD adalah obat-obatan
antihistamin.14
2.1.9 Prognosis
Timbulnya gejala biasanya di bulan pertama setelah peristiwa traumatis,
tetapi dalam minoritas yaitu kurang dari 15 % mungkin ada penundaan bulan atau
tahun sebelum gejala mulai muncul. Gangguan stres pasca -trauma menunjukkan
pemulihan alami substansial dalam bulan-bulan awal dan tahun setelah peristiwa
traumatis. Sedangkan proporsi yang tinggi dari korban trauma awalnya akan
mengembangkan gejala PTSD, sebagian besar dari orang-orang sembuh tanpa
pengobatan dalam tahun-tahun berikutnya, dengan penurunan tajam dalam tingkat
PTSD yang terjadi pada tahun pertama. Di sisi lain, setidaknya sepertiga dari
individu-individu yang awalnya mengembangkan PTSD tetap bergejala selama 3
tahun atau lebih dan berada pada risiko masalah sekunder seperti penyalahgunaan
zat. Hal ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan penting ketika pengobatan harus
ditawarkan setelah peristiwa traumatis dan bagaimana orang-orang yang tidak
mungkin untuk sembuh sendiri dapat diidentifikasi. Salah satu indikator penting
dari kebutuhan perawatan tampaknya keparahan gejala PTSD dari sekitar 2-4
minggu setelah trauma dan seterusnya. Namun penting untuk dicatat bahwa
keparahan gejala pada hari-hari awal setelah trauma (sampai sekitar 1 minggu)

21

bukan merupakan prediktor yang baik dari PTSD persisten. Bukti menunjukkan
bahwa kemungkinan penderita PTSD akan mendapatkan keuntungan dari
pengobatan seiring waktu berlalu sejak peristiwa traumatik.9,20,21

2.2

Taksonomi Bloom
Taksonomi bloom pada referat ini bertujuan untuk menilai pelatihan dalam

bentuk tingkah laku baik dalam kegiatan menganalisis atau mengklasifikasikan


sebuah pandangan yang berkaitan dengan PTSD.
2.2.1 Pengertian dan Sejarah
Taksonomi

berasal

mengklasifikasi

dan

dari

bahasa

nomos

yang

Yunani
berarti

tassein

berarti

aturan.

untuk

Taksonomi

berarti klasifikasi berhirarkhi dari sesuatu atau prinsip yang mendasari


klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadiansampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa
skema taksonomi.22
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam
Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan
bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata
persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk
mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari
konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom, hapalan sebenarnya
merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking behaviors).
Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses
pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya. Akhirnya
pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy
Bloom.

Jadi,

Taksonomi

Bloom

adalah

struktur

hierarkhi

yang

mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi.
Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus
dipenuhi lebih dulu.22
2.2.2 Pembagian Ranah Taksonomi Bloom

22

Dalam teori ini tujuan pelatihan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1.

Ranah Kognitif (Cognitive Domain), yang berisi perilaku-perilaku yang


menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir.22,23
Kategori

Ranah Kognitif-Pengetahuan22,23
Penjelasan
Kata Kerja Kunci

No
.
1.

Pengetahuan

Ingat, atau pengakuan


dari istilah, ide,
prosedur, teori, dll

2.

Pemahaman

Menerjemahkan,
menafsirkan,
meramalkan
kemungkinan, tetapi
tidak melihat implikasi
penuh atau transfer ke
situasi lain, lebih dekat
dengan terjemahan
harfiah

3.

Penerapan

Terapkan abstraksi,
prinsip-prinsip umum,
atau metode untuk
situasi konkret
tertentu.

Mendefinisikan, menyusun
daftar, menamai,
menyatakan,
mengidentifikasikan,
mengetahui, menyebutkan,
membuat
rerangka, menggaris bawahi,
menggambarkan,
menjodohkan, memilih
Menerangkan, menjelaskan ,
menguraikan,
membedakan,
menginterpretasikan,
merumuskan,
memperkirakan,
meramalkan,
menggeneralisir,
menterjemahkan, mengubah,
memberi contoh,
memperluas, menyatakan
kembali, menganalogikan,
merangkum
Menerapkan, mengubah,
menghitung,
melengkapi, menemukan.
membuktikan,
menggunakan,
mendemonstrasikan,
memanipulasi,
memodifikasi,
menyesuaikan,
menunjukkan,
mengoperasikan,
menyiapkan,

23

4.

Analisa

5.

Sintesa

6.

Evaluasi

menyediakan, menghasilkan
Menganalisa,
mendiskriminasikan,
membuat
skema /diagram,
membedakan,
membandingkan,
mengkontraskan,
memisahkan, membagi,
menghubungkan,
menunjukan hubungan
antara variabel,
memilih, memecah menjadi
beberapa bagian,
menyisihkan,
mempertentangkan.
Kreatif, konstruksi
Mengkategorikan
mental ide dan konsep mengkombinasikan,
dari berbagai sumber
mengatur memodifikasi,
untuk membentuk ide- mendisain,
ide yang kompleks
mengintegrasikan,
menjadi subjek pola
mengorganisir,
baru, terpadu, dan
mengkompilasi, mengarang,
bermakna untuk
menciptakan,
diberikan kendala.
menyusun kembali, menulis
kembali,
merancang, merangkai,
merevisi,
menghubungkan,
merekonstruksi,
menyimpulkan,
mempolakan
Untuk membuat
Mengkaji ulang,
penilaian ide atau
membandingkan,
metode menggunakan menyimpulkan, mengkritik,
bukti eksternal atau
mengkontraskan,
kriteria dipilih sendiri
mempertentangkan
diperkuat oleh
menjustifikasi,
pengamatan atau
mempertahankan,
rasionalisasi informasi. mengevaluasi,
membuktikan,
memperhitungkan,
Pemisahan ide yang
kompleks menjadi
bagian-bagian
penyusunnya dan
pemahaman tentang
organisasi dan
hubungan antara
bagian-bagian.
Termasuk
mewujudkan
perbedaan antara
hipotesis dan fakta
serta antara variabel
yang relevan dan asing

24

menghasilkan,
menyesuaikan,
mengkoreksi,
melengkapi, menemukan.

Kategori

Revisi Ranah Kognitif-Pengetahuan22


Penjelasan
Kata Kerja Kunci

No
.
1.

Mengingat

Kemampuan
menyebutkan
kembali informasi /
pengetahuan yang
tersimpan
dalam ingatan.

2.

Memahami

Kemampuan
memahami
instruksi dan
menegaskan
pengertian/makna ide
atau
konsep yang telah
diajarkan baik
dalam bentuk lisan,
tertulis,
maupun
grafik/diagram

3.

Menerapkan

Kemampuan
melakukan sesuatu
dan mengaplikasikan
konsep
dalam situasi tetentu.
Contoh:
Melakukan proses
pembayaran
gaji sesuai dengan
sistem
berlaku.

Mendefinisikan, menyusun
daftar,
menjelaskan, mengingat,
mengenali,
menemukan kembali,
menyatakan,
mengulang, mengurutkan,
menamai,
menempatkan, menyebutkan.
Menerangkan, menjelaskan,
menterjemahkan,
menguraikan, mengartikan,
menyatakan kembali,
menafsirkan,
menginterpretasikan,
mendiskusikan,
menyeleksi, mendeteksi,
melaporkan,
menduga, mengelompokkan,
memberi
contoh, merangkum
menganalogikan,
mengubah, memperkirakan.
Memilih, menerapkan,
melaksanakan,
mengubah, menggunakan,
mendemonstrasikan,
memodifikasi,
menginterpretasikan,
menunjukkan,
membuktikan,
menggambarkan,
mengoperasikan, menjalankan
memprogramkan,

25

4.

Menganalisis

Kemampuan
memisahkan
konsep kedalam
beberapa
komponen dan
mnghubungkan
satu sama lain untuk
memperoleh
pemahaman atas
konsep tersebut secara
utuh.

5.

Mengevaluasi/
menilai

Kemampuan
menetapkan
derajat sesuatu
berdasarkan
norma, kriteria atau
patokan
tertentu

6.

Mencipta

Kemampuan
memadukan
unsurunsur
menjadi sesuatu
bentuk
baru yang utuh dan
koheren,
atau membuat sesuatu
yang
orisinil.

mempraktekkan, memulai.
Mengkaji ulang, membedakan,
membandingkan,
mengkontraskan,
memisahkan,
menghubungkan, menunjukan
hubungan antara variabel,
memecah menjadi
beberapa bagian, menyisihkan,
menduga,
mempertimbangkan
mempertentangkan,
menata ulang, mencirikan,
mengubah
struktur, melakukan
pengetesan,
mengintegrasikan,
mengorganisir,
mengkerangkakan.
Mengkaji ulang,
mempertahankan,
menyeleksi, mempertahankan,
mengevaluasi,
mendukung, menilai,
menjustifikasi,
mengecek, mengkritik,
memprediksi,
membenarkan, menyalahkan.
Merakit, merancang,
menemukan,
menciptakan, memperoleh,
mengembangkan,
memformulasikan,
membangun, membentuk,
melengkapi,
membuat, menyempurnakan,
melakukan
inovasi,
mendisain,
menghasilkan karya.

26

2.

Ranah Afektif (Affectif Domain) berisi perilaku-perilaku yang menekankan


aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara
penyesuaian diri.22,23
Kategori

Ranah Afektif-Sikap22,23
Penjelasan

No
.
1.

Penerimaan

Menunjukkan
keinginan untuk
berpartisipasi dalam
kegiatan

2.

Responsif

Menunjukkan minat
pada obyek, fenomena,
atau kegiatan dengan
mencari keluar atau
mengejar untuk
kesenangan

3.

Nilai yang dianut Menginternalisasi


apresiasi (nilai-nilai)
tujuan, fenomena, atau
kegiatan.

4.

Organisasi

Mulai membandingkan
nilai yang berbeda, dan
menyelesaikan konflik
di antara mereka untuk

Kata Kerja Kunci

menanyakan, mengikuti,
memberi, menahan /
mengendalikan diri,
mengidentifikasi,
memperhatikan, menjawab.
Menjawab, membantu,
mentaati, memenuhi,
menyetujui, mendiskusikan,
melakukan, memilih,
menyajikan,
mempresentasikan,
melaporkan, menceritakan,
menulis,
menginterpretasikan,
menyelesaikan,
mempraktekkan.
Menunjukkan,
mendemonstrasikan,
memilih,
membedakan, mengikuti,
meminta,
memenuhi, menjelaskan,
membentuk,
berinisiatif, melaksanakan,
memprakarsai,
menjustifikasi,
mengusulkan, melaporkan,
menginterpretasikan,
membenarkan,
menolak, menyatakan /
mempertahankan
pendapat,
Mentaati, mematuhi,
merancang, mengatur,
mengidentifikasikan,
mengkombinasikan,
27

membentuk sistem
internal konsisten dari
nilai-nilai.

5.

3.

Karakteristik

Mengadopsi sistem
nilai jangka panjang
yang "merasuk,
konsisten, dan dapat
diprediksi".

mengorganisisr,
merumuskan, menyamakan,
mempertahankan,
menghubungkan,
mengintegrasikan,
menjelaskan, mengaitkan,
menggabungkan,
memperbaiki, menyepakati,
menyusun,
menyempurnakan,
menyatukan
pendapat, menyesuaikan,
melengkapi,
membandingkan,
memodifikasi
Melakukan, melaksanakan,
memperlihatkan
membedakan, memisahkan,
menunjukkan,
mempengaruhi,
mendengarkan,
memodifikasi,
mempraktekkan,
mengusulkan, merevisi,
memperbaiki, membatasi,
mempertanyakan,
mempersoalkan,
menyatakan, bertindak,
Membuktikan,
mempertimbangkan.

Ranah Psikomotor (Psycomotor Domain) berisi perilaku-perilaku yang


menekankan

aspek

keterampilan

motorik

seperti

tulisan

tangan,

mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.22,23


No
.
1.

Kategori
Persepsi

Ranah Psikomotor-Keterampilan22,23
Penjelasan
Kata Kerja Kunci
Menggunakan isyarat
sensoris untuk
memandu tindakan.

Mendeteksi,
mempersiapkan diri,
memilih,
menghubungkan,

28

2.

Kesiapan

Menunjukkan kesiapan
untuk mengambil
tindakan untuk
melakukan tugas atau
tujuan.

3.

Reaksi
diarahkan

4.

Reaksi natural

5.

Reaksi
kompleks

6.

Adaptasi

yang Mengetahui langkah


yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas
atau tujuan.

Melakukan tugas atau


tujuan dengan sedikit
percaya diri, secara
mahir, dan kebiasaan.

yang Melakukan tugas atau


tujuan dalam percaya
diri, secara mahir, dan
kebiasaan.

Melakukan tugas atau


tujuan seperti di atas,

menggambarkan,
mengidentifikasi,
mengisolasi, membedakan
menyeleksi.
Memulai, mengawali,
memprakarsai,
membantu, memperlihatkan
mempersiapkan
diri, menunjukkan,
mendemonstrasikaan.
Meniru, mentrasir,
mengikuti, mencoba,
mempraktekkan,
mengerjakan, membuat,
memperlihatkan,
memasang, bereaksi,
menanggapi.
Mengoperasikan,
membangun, memasang,
membongkar, memperbaiki,
melaksanakan
sesuai standar, mengerjakan,
menggunakan,
merakit, mengendalikan,
mempercepat,
memperlancar,
mempertajam, menangani.
Mengoperasikan,
membangun, memasang,
membongkar, memperbaiki,
melaksanakan
sesuai standar, mengerjakan,
menggunakan,
merakit, mengendalikan,
mempercepat,
memperlancar, mencampur,
mempertajam,
menangani, mngorganisir,
membuat draft/sketsa,
mengukur
Mengubah,
mengadaptasikan,

29

7.

Kreativitas

tetapi juga dapat


memodifikasi tindakan
untuk
memperhitungkan
situasi baru atau
bermasalah.
Membuat tugas baru
atau tujuan
menggabungkan
sesuatu yang dipelajari

memvariasikan,
merevisi, mengatur kembali,
merancang kembali,
memodifikasi.

Merancang, membangun,
menciptakan,
mendisain, memprakarsai,
mengkombinasikan,
membuat, menjadi
pioneer

BAB III
KESIMPULAN
1. Post traumatic Stress Disorder (PTSD) merupakan gangguan yang
diakibatkan satu atau lebih kejadian traumatik yang dialami atau
disaksikan oleh dan apabila tidak ditangani dengan benar dapat
berlangsung kronis dan berkembang menjadi gangguan stress pasca
trauma yang kompleks dan gangguan kepribadian.
2. Faktor premorbid yang dapat mengembangkan PTSD meliputi riwayat
keluarga gangguan mental, riwayat penyakit jiwa, ciri-ciri kepribadian
neurotisisme tinggi dan miskin kepercayaan diri, awal pemisahan dari

30

orang tua, kemiskinan, pendidikan yang terbatas, penyalahgunaan


orangtua, kesalahan pada anak-anak, dan riwayat trauma.
3. Manifestasi klinis pada PTSD yaitu merasakan kembali peristiwa
traumatik (Re-Experiencing Symptoms), penghindaran dan emosional yang
dangkal

(Avoidence

Symptoms),

sensitifitas

yang

meningkat

(Hyperaurosal Symptoms).
4. Diagnosis PTSD dapat ditegakkan dengan menggunakan pedoman
diagnostik PPDGJ III maupun DSM-IV.
5. Penatalaksanaan pada PTSD terdiri dari psikoterapi dan farmakologi.
Psikoterapi yang paling efektif untuk pengobatan PTSD adalah cognitive
behavioural therapy (CBT). CBT difokuskan pada perasaan distress,
pikiran, dan perilaku negatif yang nantinya akan mengarah pada
perubahan yang rasional.
6. Untuk menilai pelatihan dalam bentuk tingkah laku baik dalam kegiatan
menganalisis atau mengklasifikasikan sebuah pandangan yang berkaitan
dengan PTSD dapat digunakan taksonomi bloom yaitu struktur hierarkhi
yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga
yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
1. American Institute for Cognitive Therapy. Chapter 6 : Posttraumatic
Stress

Disorder.

diakses

pada

13

Januari

2014

http://cognitivetherapynyc.com/docs/leahch06.pdf
2. Anonimous. 2006. Penelitian Kebutuhan Psikososial Masyarakat yang
Terkena Dampak Konflik Di Kabupaten Bireun, Pidie, dan Aceh
Utara. International Organization for Migration (IOM), the Department
of Social Medicine from Harvard Medical School dan Syiah Kuala
University (SKU)
3. Anonimous. 2007. Sebuah Penelitian Kebutuhan Psikososial Terhadap
Komunitas-Komunitas Di 14 Kabupaten Yang Terkena Dampak
Konflik Di Aceh. International Organization for Migration (IOM), the

31

Department of Social Medicine from Harvard Medical School dan Syiah


Kuala University (SKU)
4. Follete, V. G & Ruzek, J. I. 2006. Cognive-Behavioral Therapies for
Trauma. Second Edition. The Guilford Press: New York
5. National Center for PTSD. 2011. Understanding PTSD Treatment. U. S.
Department of Veterans Affairs
6. NICE. 2005. Post-traumatic stress disorder (PTSD): the treatment of
PTSD in adults and children. Abba Litho Sales Limited: London
7. Sherin, J. E & Nemeroff C, B. 2011. State of The Art: Post-traumatic
stress disorder: the neurobiological impact of psychological trauma.
Dialogues in Clinical Neuroscience 13(3): 263-278
8. National Institute of Mental Health. Post-Traumatic Stress Disorder
(PTSD). U.S. Department of Health and Human Services
9. Royal College of Psychiatrists. 2005. Post-Traumatic Stress Disorder.
The British Psychological Society
10. Brewin, C. R. 2005. Systematic review of screening instruments for the
detection of posttraumatic stress disorder in adults. Journal of
Traumatic Stress, in press
11. Brewin, C. R., Andrews, B. & Valentine, J. D. 2000. Meta-analysis of
risk factors for post-traumatic stress disorder in trauma-exposed
adults. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 68, 748766.
12. Heim, C. & Nemeroff, C. B. 2001. The role of childhood trauma in the
neurobiology of mood and anxiety disorders: preclinical and clinical
studies. Biological Psychiatry, 49, 10231039.
13. University of Missoury. 2001. Post Traumatic Stress Disorder.
University of Missoury & RCEP7
14. Australian Centre for Posttraumatic mental Health. 2013. Australian
Guidlines

for The

Treatment

of Acute

Stress

Disorder

&

Posttraumatic Strss Disorder. Australian Government: National Health


and Medical Research Council
15. Maslim, Rusdi. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
PPDGJ III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran
Unika Atma Jaya
16. Kaplan, Sadock, Grebb, MD. 2007. Sinopsis Psikiatri. Jilid ke-2,
Binapura Angkasa, Jakarta: 68-75
17. DHCC. 2011. Post Traumatic Stress Disorder. DHCC Clinical Helpline

32

18. Clinical Coverage Guidline. 2008. Eye Movement Desensitization


Therapy. Clinical Coverage Guidline: Wellcare
19. Jokic-Begic N. 2010. Cognitive-Behavioral Therapy and Neuroscience
Towards Closer Integration.Psychological Topics 19(2):235-254
20. Murray, J., Ehlers A., Mayou, R. 2002. Dissociation and Post-Traumatic
Stress Disorder: Two prospective studies of Road Traffic accident
Survivors. BJPsych 180:363-368
21. Resick, P. A., Nishith, P., Weaver, L. T., Astiin, M. C., Feuer, C. A. 2002. A
Compariison of Cognitive-Processing Therapy With Prolonged
Exposure and a Waiting Condition for the Treatment of Chronic
Posttraumatic Stress Disorder in Female Rape Victims. NIH Public
Access: American Psychological Association
22. Utari, R. Taksonomi Bloom. Widyaiswara Madya, Pusdiklat KNPK
23. The Center for Teaching and Learning : Division of Academic Affairs.
2014. Blooms Taxonomy of Educational Objectives. The University of
North

Carolina

at

Charlotte

diakses

pada

24

Januari

2014

http://teaching.uncc.edu/learning-resources/articles-books/bestpractice/goals-objectives/blooms-educational-objectives

33

Anda mungkin juga menyukai