Tugask3danlingkunganhiradcpeledakantambang 131029083739 Phpapp01
Tugask3danlingkunganhiradcpeledakantambang 131029083739 Phpapp01
Disusun oleh :
SYLVESTER SARAGIH
BINSAR REZEKI SINAGA
MEY TRISONI SILALAHI
UDIN MUHRUDIN
RIZKI AKBAR SAID
EDY S MANURUNG
APRIADI SIMANUNGKALIT
PENDAHULUAN
Pengawasan terhadap alat maupun terhadap pekerja harus dilakukan secara teratur
dan berkesinambungan. Kesehatan dan keselamatan kerja mempunyai fungsi dan
manfaat bagi orang yang mau memanfaatkannya.
Kegiatan peledakan yang bertujuan untuk memisahkan batuan dari induknya
dalam industri pertambangan sangat rentan dengan bahaya. Hal itu bisa terjadi
pada high explosive maupun low explosive. Bahaya itu biasa terjadi dari sifat
bahan peledaknya sendiri, cara membawanya, cara penyimpanan di dalam gudang
(baik gudang bahan peledak di permukaan maupun gudang bahan peledak pada
tambang bawah tanah), serta penggunaannya maupun pengawasannya pada pasca
peledakan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang bertujuan untuk
memberikan perlindungan terhadap kecelakaan tambang maupun penyakit akibat
kerja dengan sasaran untuk menekan seminimal mungkin bahkan sampai zero
accident sangat diperlukan. Menurut penelitian Heinrich maupun Lunch
menyebutkan bahwa kecelakaan tambang pada dasarnya disebabkan oleh unsafe
act dan unsafe condition. Untuk itu peranan K3 pada kegiatan peledakan di dalam
industri pertambangan adalah sangat penting. Oleh sebab itu, dalam proses K3
harus memiliki manajemen resiko, dimana dalam kegiatan manajemen tersebut
harus, memperhatikan identifikasi sumber bahaya (Hazard Identification),
pengkajian resiko (Risk Assessment), dan menetapkan pengendalian (Determine
Control) (HIRADC). Dengan adanya HIRADC, maka setiap orang mengetahui
bahaya apa yang mungkin terjadi pada pekerjaan yang dia lakukan. Dia akan tahu
seberapa besar tingkat risikonya dan tahu juga kontrol apa yang harus dilakukan
untuk memperkecil risiko tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
machine,
crimper
dan
sebagainya.
Sedangkan
dalam
pengertian,
maka
dibuat
sistematika
Oleh
karena
itu,
harus
dilakukan
dengan
penuh
kecelakaan.
Untuk
itu
operator
yang
melakukan
yang
kurang
baik
akan
menghasilkan
bisa
Adapun bila misfire terjadi pada system ini, boleh jadi dikarenakan oleh hal lain,
seperti kegagalan detonator, atau terjadinya kerusakan (putus) setelah
pengecekan atau analisa akhir dilakukan. Mengapa misfire harus dicegah?
Misfire yang terjadi mengakibatkan dua hal penting. Pertama berhubungan
dengan keselamatan kerja, misfire sangat berbahaya bila terjadi dan tidak
diketahui, apalagi bila misfire tidak ditemukan.Bahayanya adalah apabila Nonel,
detonator, atau booster terkena oleh alat gali, atau dozer yang mungkin tengah
bekerja di lokasi hasil suatu peledakan. Tentu saja fatality dan kerusakan berat
pada alat adalah potensi paling tinggi bila lubang misfire meledak dengan
sendirinya akibat gesekan, hantaman dari bucket atau blade alat berat tersebut.
Kedua adalah proses loss -kehilangan waktu produktif-, karena dengan
terjadinya misfire maka alat-alat produksi harus tetap berhenti bekerja menunggu
proses hingga juru ledak dapat mengontrol lubang-lubang misfire tersebut.
Keputusan untuk penembakan kedua pada lubang-lubang misfire, tentu semakin
menambah hilangnya waktu produksi.Dan bila dihitung, maka dalam semingu,
satu bulan, atau setahun, maka kehilangan waktu tidaklah sedikit jumlahnya.
Beberapa
tambang-tambang
di
Indoensia
ataupun
Australia,
masih
menggunakan metode yang biasa disebut final check. Metode ini adalah proses
pengecekan sambungan antara inhole delay dan surface delay sebelum
penembakan (firing) dilakukan. Final check dilakukan oleh satu orang atau lebih,
dilakukan dengan berjalan dari baris pertama hingga baris terakhir, mengamati
sambungan secara satu persatu. Cara ini cukup effektif bila pelakunya
mengerjakannya dengan tenang, teliti, dan benar. Karena kelalaian dalam
mengamati sambungan akan berakibat misfire. Juga cara ini cukup efektif bila
dilakukan pada jumlah sambungan atau jumlah lubang yang tidak terlalu banyak
(100 - 300 lubang). Bagaimana bila lubang ledak berjumlah lebih dari 600
lubang atau lebih? Data misfire yang disebabkan oleh kegagalan sambungan
(unconnected human error) di tambang batubara terbesar di Kaltim menunjukan:
pada tahun 2005 telah terjadi 8 kali misfire dari sekitar 400.000 sambungan
(1:50.000) dan akhir Agustus 2006 terjadi 9 kali misfire dari 350.000 sambungan
(1:38.888). Data misfire ini relatif bagus bahkan bila dibandingkan dengan
tambang-tambang di luar negeri yang menggunakan Nonel system yang sama.
Namun demikian hasil continous improvement menunjukan bahwa misfire akibat
kegagalan sambungan masih bisa diperkecil atau bahkan ditiadakan. Metode
baru pun telah dibuat dan diterapkan sejak September 2006 di tambang
tersebut.Metode ini tidak berbeda dengan metode sebelumnya, hanya prinsipnya
saja yang berubah.
Pertama, pengecekan sambungan dilakukan oleh orang yang melakukan
penyambungan itu sendiri.Tidak dibebankan kepada orang yang melakukan final
check seperti pada metode sebelumnya.Konsekuensinya, orang yang melakukan
penyambungan
haruslah
seorang
juru
ledak
yang
kompeten
dan
bahwa
orang
kedua
telah
melihat
lubang
tersebut
telah
dengan mudah melakukan final check tanpa terjadi dua kali atau lebih
pengecekan pada satu lubang ledak.
Data terakhir dengan melaksanakan medote baru ini menunjukan hanya terjadi
sekali misfire dari 187.000 sambungan. Misfire yang terjadipun dapat dengan
mudah dideteksi siapa pelaku penyambungan dan dengan demikian mudah pula
untuk melakukan langkah-langkah perbaikan, baik terhadap pelaku ataupun
system itu sendiri.
Tidak
Berbahaya
Sangat
Sangat
berbahaya
Berbahaya
berbahaya
1
Sekali
4
Sangat kecil
Trivial risk
Trivial risk
Tolerable risk
Medium risk
Mungkin
Trivial risk
Medium risk
Medium risk
Substansial
risk
12
Sangat
Tolerable risk
Medium risk
Substansial
Intolerable
risk
Risk
mungkin
4
12
16
Sangat
Medium risk
Substansial
Intolerable
Intolerable
risk
risk
Risk
Besar
kemungkinann
ya
diatas,
menjelaskan
bahwa
dalam
penggolongan
resiko
mengurangi tingkat risiko sampai pada tingkat yang dapat diterima. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengurangi keparahan dan / atau kemungkinan.
Ketika tingkat resiko "tinggi", efektif dan praktis kontrol risiko harus
diterapkan untuk menurunkan tingkat risiko tinggi untuk setidaknya "Risiko
Menengah".
Multimeter
c.
Crimper
d.
Leading wire
e.
PERTAMBANGAN
DAN
ENERGI
NO.
primer,
diatur
dalam
Kepmen
555
kontrol yang sudah ada yaitu, pemakaian lat safety glasses dan
safety respiratory.
MENTERI
PERTAMBANGAN
DAN
ENERGI
No.
BAB III
KESIMPULAN
1.1 Kesimpulan
Peledakan tambang adalah merupakan kegiatan pemecahan
suatu material (batuan) dengan menggunakan bahan peledak
atau proses terjadinya ledakan. Tujuan pekerjaan peledakan dalam dunia
pertambangan itu sendiri yaitu memecah atau membongkar batuan padat atau
material berharga atau endapan bijih yang bersifat kompak atau masive dari batuan
induknya menjadi material yang cocok untuk dikerjakan dalam proses produksi
berikutnya. Dalam hiradc peledakan, aktivitas hiradc meliputi :
1. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan bahan peledak.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Dalam setiap aktifitas peledakan tambang di atas, resiko kecelakanan pasti selalu
ada. Dalam hiradc peledakan, analisis resiko kecelakaan dalam peledakan
diperhitungkan dalam setiap kegiatannya, berikut ini bahaya konsekuensi yang
diterima dalam melakukan aktifitas peledakan tambang dalam lingkungan kerja
tambang, yaitu :
1. Dalam menyiapkan peralatan dan perlengkapan bahan peledak bahaya yang
ditimbulkan dalam menyiapkan peralatan bahan peledak adalah, kurangnya alat
dan perlengkapan bahan peledak, konsekuensi yang diterima akibat kurangnya
alat dan perlengkapan bahan peledak adalah aktifitas peledakan tidak dapat
dilanjutkan.
2. Pengamanan area kerja atau gudang penyimpanan bahan peledak. Dalam
pengamanan area kerja atau gudang penyimpanan bahan peledak sering
kemungkinan terjadi kecelakaan terjadi, seperti kebakaran bahan peledak akibat
terbakarnya bahan peledak seperti sumbu peledak yang tersulut oleh rokok yang
dibuang sembarangan oleh para pekerja tambang.
3. Mempersiapkan primer harus sangat berhati-hati, karena dalam mempersiapkan
primer tidak boleh berlebihan, jika berlebihan akibat yang ditimbulkan adalah
daya ledak dari bahan peledak tersebut akan sangat besar yang mana dapat
menimbulkan korban jiwa dari para pekerja akibat ledakan yang sangat besar
tersebut.
4. Pengisian lubang ledak (loading), dalam pengisiannya tidak boleh juga berlebihan
akibat yang ditimbulkan sama seperti tahap primer, yaitu terjadinya ledakan besar
yang tidak dapat diduga. Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya kerusakn
pada lubang ledak, dan mengakibatkan juga korban jiwa.
5. Penyambungan rangkaian kabel peledak (cicuit) tidak boleh asal menyambung
saja, dibutuhkan ketenangan dan ketelitian dalam proses penyambungan kabel
tersebut, jika salah dalam penyambungan kabel tersebut maka akan terjadi arus
pendek yang dapat menimbulkan kebakaran akibat percikan api pada arus pendek
tersebut.
6. Pemilihan dan penyiapan tempat blasting mechine, dalam melakukan pemilihan
dan penyiapan tempat blasting mechine sangat penting bahwa exploder
hendaknya selalu dipelihara dan ditest secara teratur terhadap kapasitas
penyalaan.
Efektifitas
exploder
type-generator
biasanya
ditest
dengan